Anda di halaman 1dari 9

BAB IX

ALAT UKUR PLANCHET

I. PENDAHULUAN

Pada pengukuran dengan alat-alat ukur theodolit dan BTM pembuatan

peta dilakukan di kantor, sehingga pekerjaan mengukur dau pembuatan

peta dilakukan sendiri-sendiri bebas dari satu dengan lainnya.

Prinsip pengukuran dengan planchet adalah: pengukuran dan pem­

buatan peta dikerjakan bersama-sama, tidaksendiri-sendiri, Di lapangan

diukur jurusan dan jarak, yang dengan segera digunakan untuk pembuatan

peta. Jurusan-jurusan tidak dibaca seperti dengan theodolit atau dengan

BTM, tetapi dengan segera dilukiskan, sedang jarak ditentukan dengan

pengukur jarak optis.

Dapat dimengerti, bahwa pada pengukuran dengan planchet untuk

pencatatan tidak diperlukan buku ukur, sehingga tidak perlu lagi arsip un­

tuk menyimpan hasil pengukuran.

Pengukuran dengan planchet adalah pengukuran dengan cara melukis

atau grafts.

2. ALAT UKUR PLANCHET

---M
·
:.....,

Gambar IX. 2a

344
Karena dengan alat ukur planchet pekerjaan mengukur dan menggam­

bar dilakukan bersama-sama, maka alat ukur terdiri dari dua bagian: bagi­

an untuk menggambar dan bagian untuk melakukan pengukuran-peng­

ukuran.

Bagian untuk menggambar, terdiri atas papan gambar, umumnya

dengan ukuran 60 x 60 cm yang dipasang di atas pelat dari logam. Pelat

dari logam ini berdiri di atas sumbu tegak dengan konstruksi seperti pada

theodolit dan B.T.M., sedang sumbu diletakkan di atas tiga sekrup penyetel

lagi. Dengan sumbu tegak ini sebagai sumbu putar, papan gambar dapat

diputar, untuk pernutaran mana ada sekrup tekan (klem) dan sekrup gerak

halus. Semua ini diletakkan di atas statif. Papan garnbar ini pada penggu­

naan hams letak mendatar yang dapat dilaksanakan dengan suatu nivo. Di

atas papan gambar dipasang sehelai kertas untuk pembuatan gambar

(peta).

T
• p

0 0
H

'

Gambar IX. 2b

Bagian untuk mengukur, digunakan untuk membidik, mengukur sudut

tegak, menentukan jarak, menggores suatu [urusan di atas kertas dan mem­

buat sudut mendatar antara dua jumsan.

Bagian ini terdiri atas suatu pelat P, di atas pelat mana berdiri suatu

tiang T penyangga sumbu mendatar dan teropong yang digunakan untuk

mem bidik. Pada teropong ditempatkan pula lingkaran tegak yang berskala

dan yang diperlengkapi pula dengan nivo. Tiap-tiap kali melakukan pem­

bacaan pada skala lingkaran gelembungnivo hams letak di tengah-tengah.

Guna pengukuran jarak, teropong diperlengkapi dengan pengukur ja­

rak optis, dengan jarak mana dapat dihitung jarak mendatar dan beda

tinggi mengingat sudut miring garis bidik. Pada planchet yang· modern,

jarak mendatar dan beda tinggi dapat dengan segera ditentukan pada waktu

membidik karena teropong diperlengkapi dengan diagram Hammer-Fennel

yang berobah keadaannya dengan berobalinya sudut miring garis bidik, Di

dalam teropong akan selalu dilihat tiga garis lengkung, Garis yang atas

34�
mempunyai fungsi sebagai garis dasar untuk menentukan jarak mendatar

dan beda tinggi. Salah satu garis Jainnya digunakan untuk rnenentukan

jarak mendatar yang akan sama dengan 100 x interval yang ada pada

mistar antara garis ini dan garis dasar. Garis ketiga yang selalu diberi angka

10 atau 20 dengan tanda positif atau negatif yang bersangkutan dengan

sudut miringnya, digunakan untuk menentukan beda tinggi yang sama

dengan JO atau 20 x interval, yang dilihat pada mistar antara garis ini dan

garis dasar. Garis dasar selalu akan diimpitkan dengan garis yang mem­

punyai angka bulat (1000) pada mistar atau tanda pada mistar, untuk

dengan mudah menentukan besarnya interval.

Pada gambar IX - 2c, d diberikan contoh dan penentuan jarak men­

datar, sedang beda tinggi dapat difahamkan sendiri.

Gambar IX. 2c Gambar IX. 2d

Jarak mendatar: O . l l S x l OO = 11,Sm 0 , 1 24 x i oo � 1 2 , 4 m :

Beda tinggi + 0, 173 x 20 = 3,46m 0,1 x 10 = l,Om

Tiang T tidak langsung ditempatkan di alas pelat P, tetapi ditern­

patkan di alas pelat p yang letak di alas pelat P dengan engsel e. Di atas

pelat p ditempatkan suatu nivo n yang digunakan untuk mendatarkan pelat

p, dengan derriikian sumbu rnendatar teropong dibuat pula mendatar

dengan memutar sekrup S yang bekerja pada pelat p.

Suatu mistar M digabungkan dengan pelat P dengan perantaraan dua

batang E yang bekerja sebagai engsel. Mistar M ini digunakan untuk

menarik arah-arah yang dibidik dengan teropong. Untuk keperluan ini

haruslah mistar M sejajar dengan garis bidik. Mistar M hams diletakkan

melalui titik di alas kertas gambar; titik mana dilefakkan tegaklurus di alas

titik yang bersangkutan yang Jetak di atas permukaan bumi. Ada kalanya

346
mistar M diperlengkapi lagi dengan mistar m yang berjalan di dalam lobang

pada mistar M dan yang diberi suatu skala dalam skala peta, misalkan 1 :

1()00; 1 : 2500 dan 1 : 5000; sehingga dengan mistar m selain dari jurusan

yang dapat digores di atas kertas peta, dapat pula ditentukan titik yang

dibidik, karena jarak dapat ditentukan pada skala mistar m. Kenop K men­

jadi titik no! skala dan kenop tersebut diletakkan 'di atas bayangan titik

daripada titik yang ditempati oleh planchet.

.Bila mistar M tidak diperlengkapi dengan mistar m yang diberi skala,

makajarak-jarak hams dibuat dengan skala transversal dan jangka tusuk.

Mistar M dapat digeserkan sejajar terhadap pelat P, karena batang E

sama panjang.

3. MENGATUR PLANCHET

Apa yang harus diatur dan cara mengaturnya adalah sebagai berikut:

a. Tepi mistar M yang digunakan untuk menarik garis-garis harus lurus.

Tempatkan bagian untuk pengukuran di atas kertas yang diletakkan di atas

papan gambar. Berilah pada kedua ujung tanda dua garis yang dilalui oleh

tepi mistar dan tariklah garis lurus itu dengan mis tar.

Angkat bagian untuk pengukuran, putar 180° dan letakkan lagi di atas

kertas sedemikian rupa, hingga kedua ujung mistar melalui dua tanda garis

lurus dan tariklah lagi garis lurus dengan tepi mistar M. Bila tepi mistar

lurus, maka dua garis lurus yang ditarik dengan tepi itu akan berirnpit.

b. Garis bidik harus tegaklurus pada sumbu mendatar teropong. Arahkan

garis bidik ke suatu titik P1• Berilah tanda arah ke titik P1 dengan dua garis

lurus yang ditarik pada kedua ujung mis tar. Angkat bagian untuk

pengukuran, putar 180° dan tempatkan lagi bagian untuk pengukuran di

atas kertas sedemikian rupa, hingga mistar letak melalui dua garis lurus itu.

Baliklah teropong dan arahkan ke titik P1• Maka, bila garis bidik telah

tegaklurus pada sumbunya yang mendatar, garis bidik akan ke arah titik P1

dengan arti bahwa titik P1 akan berirnpit. dengan titik potong dua garis

diafragma. Bila garis bidik belum tegaklurus pada sum bu mendatar, maka

titik P1 akan letak dengan jarak e dari titik potong dua garis diafragma.

Putarlah sekarang dua sekrup koreksi diafragma sedemikian jauh, sehingga

jarak antara titik P1 dan titik potong dua garis diafragma menjadi

setengahnya = Vi e. .

Ulangi pekerjaan sedemikian jauh, sehingga setelah diangkat, diputar

180° dan teropong dibalik, titik P1 tetap berimpit dengan titik potong dua

garis diafragma.

347
c. Sumbu mendatar teropong harus /etak mendatar. Dengan memutar se­

krup s tempatkan gelembung di tengah-tengah pelat p. Arahkan garis bidik

ke titik P2 yang letak tinggi atau rendah, sehingga sudut miring arah ke P,

besar ke atas atau ke bawah. Berilah tempat mistar dengan tanda dua garis

yang ditarik pada kedua ujung mistar. Angkatlah mistar, putar 180°, tem­

patkan lagi mistar dengan menggunakan dua tanda garis, balik teropong

dan arahkan lagi garis bidik ke titik P2• Penggeseran mendatar P2 terhadap

titik potong dua garis diafragma menyatakan dua kali kemiringan sumbu

mendatar teropong. Tiang T dirobah dengan memutar sekrup s sedemikian

jauh, hingga penggeseran mendatar P2 menjadi setengahnya, maka sumbu

mendatar teropong akan letak mendatar. Pindahkan gelembung ke tengah­

tengah dengan sekrup koreksi nivo, maka dalam keadaan gelembung di

tengah-tengah sum bu mendatar teropong akan mendatar.

Pekerjaan ini diulangi, sehingga titik P2 tetap berimpit dengan titik po­

tong dua garis diafragma, sebelum dan setelah mistar diangkat, diputar

180° dan teropong dibalik.

d. Kesalahan indeks pada ska/a lingkaran tegak harus sama dengan not.

Pekerjaan dilakukan seperti pada alat ukur B.T.M. Arahkan garis bidik ke

titik tertentu dengan teropong dalam keadaan biasa dan dalam keadaan

luar biasa dan bacalah dengan gelembung di tengah-tengah daripada nivo

yang ada pada lingkaran tegak, skala lingkaran pada keadaan rnistar yang

selalu melalui dua tanda garis lurus.

Tentukan sudut miring yang betul daripada arah ke titik yang diukur.

Arahkan garis bidik ke titik yang dibidik dan buatlah pembacaan sama

dengan sudut miring yang betul. Setelah itu buatlah gelembung nivo di

tengah-tengah dengan memutar sekrup koreksi nivo.

e. Penyelidikan ten tang tidak sejajarnya mistar dan garis bidik. Bila garis

bidik membuat sudut kecil dengan mistar, maka pengaruh ini pada peta

ialah bahwa peta terhadap keadaan yang sebenarnya hanya berputar

dengan sudut yang kecil itu dan terhadap peta seluruhnya akan mempunyai

pengaruh yang sama, sehingga tidak akan terasa. Maka dianggap telah

cukup membuat kedua garis itu sejajar dengan mata.

Bila sudut antara garis bidik dan mis tar besar, maka tiang T dapat

diputar sedemikian jauh, hingga dengan mata, kedua garis itu dibuat seja­

jar.

f. Penyelidikan koefisien pengukur jarak optis dapat dilakukan seperti

pada alat B.T.M.

348
0

I
I I
I I
I I

I I
I
I
I

a 6
A' A A..

Gambar IX. 3

g. Membetu/kan a/at sentrering. Alat sentrering terdiri atas pelat yang

diberi bentuk U dan pada penggunaan ditekankan pada papan gambar.

Ujung yang letak di atas meja diberi tanda sebagai titik dan harus diim­

pitkan pada titik peta yang sama dengan titik permukaan bumi yang ditem­

pati oleh planchet. Ujung yang letak di bawah meja diberi alat pengait un­

tuk dapat mengait tali unting-unting.

Letakkan tanda garis ujung yang letak di atas meja pada titik a di atas

papan gambar. Unting-unting di bawah rneja akan letak tegaklurus pada

titik A' di atas permukaan bumi. Pindahkan alat sentrering sedemikian

rupa, hingga tanda garis tetap berimpit dengan titik a. Maka unting-unting

sekarang letak tegaklurus di atas titik A" pada permukaan bumi,

Robahlah sekarang sudut antara dua kaki alat sentrering, sehingga

unting-unting letak tegaklurus di alas titik A yang letak di tengah-tengah

antara A ' dan A". Maka titik a di atas papan gambar letak tegaklurus di

atas titik A.

4. PEMASANGAN ALAT UKUR PLANCHET UNTUK PENGUKURAN

Supaya alat ukur planchet dapat digunakan untuk mengukur, maka alat

ukur harus memenuhi syarat-syarat sentrering, orientering dan keadaan

mendatar. Alat ukur planchet ada dalam keadaan sentrering, bila suatu

titik di atas peta yang diletakkan di atas papan garnbar pada alat planchet

letak tegaklurus pada titik di atas permukaan bumi yang bersangkutan.

Alat ukur planchet ada dalam orientering, bila suatu jurusan antara dua

titik di atas peta dan jurusan yang sebenarnya pada permukaan bumi Ietak

pada dua bidang tegak yang sejajar. Untuk membuat alat ukur planchet

dalam keadaan orientering, maka mistar diletakkan sedemikian rupa,

349
hingga mistar itu melalui titik yang ditempati oleh alat ukur planchet sendiri

dan suatu titik lain P' yang jauh letaknya. Berilah jurusan ini tanda

dengan dua garis lurus yang ditarik oleh kedua ujung mistar. Lepaskan

sekrup tekan (klem) di bawah papan gambar dan putarlah seluruhnya

sedemikian jauh, hingga garis bidik ke arah titik P' pada permukaan

bumi. Keraskan sekrup tekan (klem) di atas pa pan gambar, supaya

seluruhnya tidak dapat diputar lagi. Maka alat ukur planchet telah berada

dalam keadaan orientering.

Supaya papan gambar dapat mendatar, digunakan nivo.

5. PERSIAPAN UNTUK PENGUKURAN DENGAN ALAT UKUR PLANCHET

Lebih dahulu hams digambar dengan menggunakan koordinat-koordinat

titik-titik yang diketahui dan yang letak di daerah yang akan diukur.

Untuk titik-titik ini dapat digunakan titik-titik triangulasi sampai titik

tertiair yang jaraknya ·antara satu sama lain ada 3 a 5 kilometer. Untuk

pengukuran planchet jarak ini masih terlalu jauh, maka perlulah dibuat

titik-titik lagi, guna keperluan pengukuran dengan planchet yang jaraknya

lebih kecil lagi, misalkan 500 m a 1 km tergantung pada keadaan daerah.

Pembuatan titik-titik barn yang dengan sendirinya memberi tanda yang

jelas pada permukaan bumi dilakukan dengan cara yang telah diketahui:

cara mengikat ke muka atau ke belakang dan dengan membuat poligoon,

Pengukuran untuk membuat titik-titik barn ini hendaknya dilakukan

dengan alat ukur theodolit. Dengan demikian daerah telah padat dengan

titik-titik yang diketahui koordinat-koordinatnya dan dapat digambar di

atas peta gambar daerah yang akan digunakan pada pengukuran dengan

alat ukur planchet.

Titik-titik yang telah tentu dan telah digambar di atas kertas peta, akan

digunakan untuk menentukan letak titik-titik di atas peta daripada titik­

titik yang ditempati oleh alatukur planchet pada waktu pengukuran.

6. PENGUKURAN DENGAN PLANCHET

Di sini adalah penting untuk dapat menentukan tempat di atas kertas gam­

-bar peta daripada titik di atas permukaan bumi, di atas titik mana planchet

diletakkan, yang dengan singkat dinamakan titik stasiun.

Tempat titik stasiun ini dengan mudah dapat ditentukan dengan cara

rnengikat ke belakang. Misalkan titik-titik A, B dan C yang telah tentu dan

pula telah digambar di atas peta akan digunakan untuk menentukan tempat

titik stasiun s di atas kertas peta tersebut. Untuk pekerjaan ini akan diberi

duacara.

350
Cara pertama, menggunakan kertas kalkir yang dipasang di atas kertas

peta yang diletakkan pada papan gambar planchet. Dengan cara yang kasar

planchet disentrir tegaklurus di atas titik stasiun dan diberi tanda dengan

s' di atas kertas kalkir. Arahkan garis bidik ke titik-titik A, B dan C

dengan tiap kali. mistar melalui titik sementara s ' , maka didapatlah tiga

garis s' A, s 'B dan s ' C di atas kertas kalkir. Geserkan sekarang kertas

kalkir di atas kertas peta sedemikian rupa, hingga garis s' A melalui titik

A, garis s' B melalui titik B dan garis s' C melalui titik C. Maka titik s '

menjadi titik stasiun di atas peta gambar dan s' dapat ditusuk dengan

jarum, sehingga didapat lobang kecil di atas kertas peta yang menyatakan

tempat stasiun s ' di atas peta. ·

Cara kedua. Orientir untuk sementara dengan kasar alat ukur planchet

dengan menggunakan kompas. Bidiklah ke titik-titik A, B dan C

sedemikian rupa, hingga mistar melalui titik-titik bayangan A', B' dan

C' daripada titik-titik A, B dan C. Maka didapatlah segitiga abc yang

dibentuk oleh tiga garis yang menyatakan jurusan-jurusan dari titik-titik A,

B dan C. Ulangi pekerjaan ini setelah papan gambar diputar sedikit, maka

didapat segitiga a' b' c' lain. Hubungkanlah a dengan a', b dengan

b' dan c dengan c'. Garis-garis aa', bb' dan cc' akan berpotongan di

satu titik, titik mana menjadi bay.angan s' titik stasiun.

Gambar IX. 6

351
Setelah titik s' ditentukan di atas kertas peta, maka pengukuran un­

tuk pembuatan peta dapat dimulai. Titik-titik lapangan yang diperlukan

dibidik dengan teropong sedemikian rupa, hingga mistar selalu melalui titik

stasiun s'. Dengan jarak yang ditentukan dapatlah dilukiskan tempat

titik-titik yang diukur di atas kertas peta.

Maka· dengan demikian peta akan terwujud dengan segera.

7, MEMBANDINGKAN PENGUKURAN DENGAN ALAT UKUR PLANCHET DAN

PENGUKURAN DENGAN B.T.M. ATAU DENGAN THEO DO LIT

Keuntungan daripada pengukuran dengan alat ukur planchet adalah,

bahwa pembuatan peta dilakukan di lapangan, sehingga peta akan sesuai

dengan keadaan yang· sebenarnya pada lapangan. Sedang pengukuran

dengan B.T.M. yang dibuat di lapangan adalah sketsa saja, dan

pengukuran dengan theodolit pembuatan peta dilakukan di kantor. Keun­

tungan lain pada pengukuran dengan planchet, ialah titik-titik yang tidak

dapat atau sukar sekali didatangi untuk memasang mistar guna pengukur­

an, dapat diukur, karena jurusannya dapat dengan segera dicari dan

dengan cara mengikat ke muka, tempat titik itu dapat ditentukan di atas

peta. Maka cara pengukuran dengan planchet banyak digunakan untuk

membuat peta geologi. Selanjutnya tidaklah perlu diadakan koreksi seperti

pada pengukuran dengan B.T.M., pada pengukuran mana perlu diketahui

koreksi boussole yang digunakan.

Kerugian pada pengukuran dengan alat ukur planchet adalah, bahwa

dengan pengukuran itu hanya dapat dibuat suatu peta dengan satu skala.

Bila diperlukan peta dengan skala yang lain, maka haruslah peta diperbesar

atau diperkecil dengan jalan pemotretan, cara mana menyebabkan

perobahan besarnya ketelitian dalam arti yang negatif.

352

Anda mungkin juga menyukai