MATERI PRAKTIK
a. Landasan Teori
Ilmu ukur lahan adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
caracara pengukuran dipermukaan bumi dan dibawah tanah untuk menentukan
posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah di atasnya atau di
bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi
relatif suatu daerah. Ilmu ukur lahan bisa disebut juga plan surveying yaitu ilmu
yang mempelajari cara menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam
maupun unsur manusia (mencakup seni dan teknologi) di atas permukaan yang
dianggap datar. Ilmu ukur tanah secara praktis mempunyai tujuan
menggambarkan bayangan sebagian atau seluruh permukaan bumi ke dalam suatu
kertas yang disebut peta. Secara ilmiah, ilmu ukur lahan mempunyai tujuan
menentukan bentuk bumi (Muharram, F. 2019).
Theodolit adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarak ataupun
sudut, baik sudut vertikal maupun horizontal. Theodolit merupakan alat yang
paling canggih diantara peralatan yang lain digunakan dalam survey. Theodolite
merupakan salah satu alat survei dengan ketelitian yang tinggi hingga satuan mm.
Alat theodolit ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar
berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu
vertikal, sehingga memungkinkan sudut horizontal untuk dibaca. Teleskop
tersebut dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar mengelilingi sumbu
horizontal, sehingga memungkinkan dalam sudut vertikal itu untuk dibaca (Rais,
2018).
Sudut vertikal adalah selisih antara dua garis berpotongan dibidang
vertikal. Sebuah sudut horizontal adalah sebuah sudut yang diukur pada skala
mendatar yang dibentuk oleh dua titik pada polygon, sudut yang terbaca
merupakan nilai yang ada dimana theodolit itu ditempatkan atau ditentukan.
Theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku ada pada
perencanaan atau pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat menentukan suatu sudut
siku-siku pada pembangunan pondasi rumah atau bangunan lainnya, mengetahui
suatu ketinggian dari bangunan bertingkat, seperti gedung pencakar langit
(Muhammad, 2020).
b. Tujuan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktik Pengukuran dan Perpetaan
adalah
1. Peta kerja (skala ≥ 1:10.000), untuk merencanakan pengukuran
2. Seperangkat alat theodolit (T0), tripod (three foot = kaki tiga), rambu
ukur/bak/mistar dan unting-unting.
3. Kalkulator dan alat tulis (pensil dan penghapus)
4. Kompas, meteran panjang 50m dan 3m, parang dan payung 24
5. Busur derajat dan penggaris
6. Buku ukur (tally sheet) pengukuran polygon
7. Patok reng (untuk 1 paket PKL siapkan 1 ikat kayu reng dan sebuah gergaji,
satu ikat isi 25 batang)
d. Cara Kerja
PA + P 2
Selisih =
2
2. Perhitungan bacaan benang stadia PA
BA+ BB
Bt P A =
2
β=90 °−Z
5. Perhitungan Dt
Dt = Do x (sin Z)2
dAB1+ dAB2
PA =
2
9. Perhitungan tinggi titik poligon
koreksi
Koreksi rata-rata =
n
Tabel 1. Lanjutan
Tabel 2. Hasil Hitungan Polygon
Koordinat
Sudut horisontal
Azimuth φ Jarak Rata2 d Sin φ d Cos φ Titik poligon
Titik (o‘“) (o‘“)
Polygon/ (o‘“)
segmen Sudut α Koreksi (m) X (m) Y (m)
Terkoreksi (o ‘ “)
(o‘“) (o‘“)
-0,820
PA 330 o - - 243 o 04’50” 1,813 -1,616 0271357 9611409 PA
99o 3’45” 0 o1’6,43” 99 o 2’38,57” 33 o 4’50” 2,634 1,437 2,207 271355,384 9611408,18
P1 P1
165 o 45’40” 0 o1’6,43” 165 o 44’33,5” 180 o 50’30” 2,498 0,806 2,364 271356,821 9611410,387
P2 P2
84 o55’45” 0 o1’6,43” 84 o 54’38,57” 283 o 46’15” 1,153 -1,119 0,274 271357,627 9611412,751
P3 P3
139o 8’35” 0 o1’6,43” 139 o 7’28,57” 242 o 54’50” -5,998 5,340 2,731 271356,508 9611413,025
P4 P4
115o 0’15” 0 o1’6,43” 114 o 59’8,57” 177 o 55’5” 4,293 0,155 -4,290 271361,848 9611415,756
P5 P5
P6 154 o0’35” 0 o1’6,43” 153 o 59’28,5” 151 o 55’40” -3,653 -1,719 3,223 271362,003 9611415,752 P6
9611415,755
P7 142o 13’10” 0 o1’6,43” 142 o 12’3,57” 114 o 8’50” -2,254 -2,056 0,922 271360,284 P7
PA + P 2
Selisih =
2
BA+ BB
Bt PA =
2
1450+1350
Bt PA =
2
2,800
=
2
= 1,400
3. Perhitungan sudut miring (helling)
β=90 °−Z
β PA = 90° - 84° 49 00 = 5° 11 0 ”
= 5,183
100 x (BA−BB)
PA =
1000
100 x (1450−1350)
PA =
1000
100 x 100
=
1000
= 10 m
5. Perhitungan Dt
Dt = Do x (sin Z)2
Dt PA = 10 x (sin 84° 49 00 2
= 37 x (-0,106837715)
= -1,068 m
(−1,068)+4,694
Dt P2P1 =
2
= 1,813 m
7. Perhitungan beda tinggi /dAB
dAB = Dt x Tan β
= -0,331 m
PA P2P1 = 65 + (-0,331)
= 64,669
Contoh Perhitungan Polygon
1. Perhitungan Koreksi
Koreksi = { ( n−2 x 180 ° )−∑ sudut dalam/ β }
koreksi
Koreksi rata-rata =
n
Koreksi = { ( 7−2 x 180 ° )−900 ° 7 ' 45 ' ' }
= 900° 0 ' 0 ' ' −900 ° 7 ' 45 ' '
= −0 ° 7 ' 45 ' '
Praktik ini memiliki 6 titik yang diukur yaitu titik P1 hingga P6, serta ada
satu titik ikat atau titik bantu (PA) setiap sudut yang ditentukan akan ditandai
dengan 1 buah patok kecil yang diberi label nama titik. Hasil data yang diperoleh
dari pengukuran menggunakan theodolit berupa bacaan sudut vertikal, bacaan
sudut horizontal, bacaan rambu ukur antar titik, koordinat x dan y titik bantu
(PA), data elevasi titik bantu, dan azimuth titik bantu ke titik pertama (P1).
Koordinat x,y dan data elevasi didapatkan dari menggunakan GPS yang dilakukan
di titik bantu (PA), berdasarkan data hasil pengukuran koordinat titik bantu
menunjukkan koordinat x 0271357 dan koordinat y 9611409 dengan elevasi
sebesar 65 mdpl, sedangkan data azimuth dari titik bantu ke titik pertama (P1)
diperoleh adalah 330. Hasil data bacaan sudut horizontal pada titik pertama (P1)
ada dua yaitu hasil bacaan sudut horizontal dari titik pertama ke titik bantu (PA)
dan bacaan sudut horizontal dari titik pertama ke titik kedua (P2) begitu pula
dengan bacaan sudut vertikal ada dua yang didapatkan dengan cara membidik titik
acuan dan titik kedua.
Pengukuran tachymetri menggunakan theodolit didapat hasil selisih
bacaan sudut horizontal PAP2 yaitu 243°04’50”, perhitungan bacaan benang stadia
PAP2 yaitu 1400, bacaan sudut vertikal yaitu 84°49’00” ,sudut miring P AP2 yaitu
5,183, jarak optis PAP2 10m, jarak datar PAP2 yaitu -1,068m, beda tinggi yaitu -
0,096m, tinggi titik polygon yaituu 65m. Perhitungan polygon yaitu 330 o, koreksi
P1 yaitu -1o1’6,43’’, sudut dalam terkoreksi yaitu 99o2’38,57’’, azimuth segmen
pengukuran PAP1 33o4’50’’, koordinat x yaitu 271355384, koordinat y yaitu
961140818, d sin α PA yaitu -1,616, d cos α PA yaitu -0,820.
Pekerjaan surveying selalu melibatkan pengukuran jarak, sudut, dan arah.
Pengukuran tersebut menggunakan alat khusus dan tidak terlepas dari kesalahan
pengukuran, dan kesalahan tersebut bersumber dari beberapa faktor, seperti
kondisi alat yakni sering kali bandul goyang tidak ada yang menjaga dan
terkadang sudut vertikal teropong bergeser ke atas ataupun ke bawah dikarenakan
pengunci halus teropong kurang rapat, kondisi alam seperti hujan dan panas juga
cukup berpengaruh dalam proses pengamatan dan kondisi manusia atau pengguna
alat. Faktor alat dan manusia dapat diatasi jika patuh pada peraturan yang telah
ditetapkan dan untuk faktor alam hanya dapat diketahui pada saat praktik.
f. Kesimpulan
a. Landasan Teori
d. Cara Kerja
2. Perhitungan LBD
1
LBD = .π.d2
4
3. Perhitungan Volume
1
V = × π × d2 × t × fk
4
Plot O
43
D=
3,14
= 13,69 cm
= 0,13 m
2. Perhitungan LBD
1
LBD = .π.d2
4
Plot O
1
LBD = . 3,14 . (0,136)2
4
1
= . 3,14 . 0,018
4
= 0,014 m2
3. Perhitungan Volume
1
V = × π × d2 × t × fk
4
Plot O
1
V = × 3,14 × (0,136)2 × 10 × 0,7
4
1
= × 3,14 × 0,018 × 10 × 0,7
4
= 0,098 m3
Titik Konv. Dt Tinggi
Ti- dh Dt Skets
yg Dm Lereng α Lereng Ter Dt. Dt. titik
tik (+/- …m) (m) garis
dibi- (m) (+/-…%) (..O..’..”) koreksi SinФ CosФ ukur
ukur Dm.Sinα Dm.Cosα profil
dik Inv.tngα (m) (m)
P1 P2 1,8 20 11°18'35,76" 0,353 1,764 1,803 0 1,803 103,353
Keterangan
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271363 mT; y= 9611801 mU; Elev 103 m dpl
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271372 mT; y= 9611822 mU
Titi
Konv. Dt Tinggi
Ti- k yg Lereng dh Dt
Lereng Ter Dt. Koord titik
tik dibi Dm α (+/- …m) (m) Dt.
(..O..’..”) koreksi SinФ (x;y) ukur
ukur - (m) (+/-…%) Dm.Sinα Dm.Cosα CosФ
Inv.tngα (m) (m)
dik
X : 0271363
P1 P2 1,8 20 11°18'35,76" 0,353 1,764 1,803 0 1,803 Y : 9611805991 103,353
X : 0271363
P2 P3 1,6 25 14°2'10,48" 0,388 1,552 1,591 0 1,591 Y : 9611810769 103,741
X : 0271363
P3 P4 1,7 30 16°41'57,28" 0,488 1,628 1,667 0 1,667 Y : 9611815623 104,229
X : 0271363
P4 P5 1,6 38 20°48'24,25" 0,568 1,495 1,534 0 1,534 Y : 9611820344 104,797
X : 0271363
P5 P6 1,5 42 22°46'56,66" 0,58 1,382 1,421 0 1,421 Y : 9611824952 105,377
X : 0271363
P6 P7 1,6 45 24°13'39,88" 0,656 1,459 1,498 0 1,498 Y : 9611829637 106,033
X : 0271363
P7 P8 1,7 40 21°48'5,07" 0,631 1,528 1,567 0 1,567 Y : 9611834441 106,664
X : 0271363
P8 P9 1,7 42 22°46'56,66" 0,658 1,567 1,606 0 1,606 Y : 9611839234 107,322
X : 0271363
P9 P10 1,8 38 20°48'24,25" 0,639 1,682 1,721 0 1,721 Y : 9611844142 107,961
X : 0271363
P10 P11 1,8 41 22°17'37,06" 0,683 1,665 1,704 0 1,704 Y : 9611849033 108,644
X : 0271363
P11 P12 1,8 36 19°47'55,95" 0,609 1,693 1,732 0 1,732 Y : 9611853952 109,253
X : 0271363
P12 P13 1,6 25 14°2'10,48" 0,388 1,552 1,591 0 1,591 Y : 961185873 109,641
X : 0271363
P13 P14 1,6 10 5°42'38,14" 0,159 1,592 1,631 0 1,631 Y : 9611863548 109,8
X : 0271363
P14 P15 1,7 11 6°16'38,27" 0,185 1,689 1,728 0 1,728 Y : 9611868463 109,985
Keterangan:
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271363 mT; y= 9611801 mU; Elev 103 m dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271372 mT; y= 9611822 mU
-P
-P
Skets
Jumlah 0,814 19,916 20,906 garis
Sket Profil profil
: kontur,
jalan,
alur,
sungai,
arah
aliran,
vegetasi
dan hal
– hal
penting.
Keterangan
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271372 mT; y= 9611822 mU; Elev 103 m
dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271374 mT; y= 9611843 mU
Titi
Dt
k Konv. Dt Tinggi
Ti- Lereng dh Te
yg Lereng (m Dt. Koord titik
tik Dm α (+/- …m) r Dt.
dibi (..O..’..”) ) SinФ (x;y) ukur
ukur (m) (+/-…%) Dm.Sinα koreksi CosФ
- Inv.tngα Dm.Cosα (m)
(m)
dik
X : 0271372
P1 P2 2 10 5°42'38,14" 0,199 1,99 2,089 0 2,089 Y : 92,199
9611824,278
X : 0271372
P2 P3 2 16 9°5'25" 0,316 1,974 2,073 0 2,073 Y : 92,515
9611826,263
X : 0271372
P3 P4 2 14 7°58'10,6" 0,277 1,981 2,08 0 2,08 Y : 92,792
9611826,269
X : 0271372
P4 P5 2 12 6°50'33,98" 0,238 1,985 2,084 0 2,084 Y : 93,03
9611826,084
X : 0271372
P5 P6 2 7 4°0'15,02" 0,139 1,996 2,095 0 2,095 Y : 93,169
9611826,095
X : 0271372
P6 P7 2 -4 2°17'26,2" -0,079 1,998 2,097 0 2,097 Y : 93,09
9611826,097
X : 0271372
P7 P8 2 -6 3°26'1,07" -0,119 1,996 2,095 0 2,095 Y : 92,971
9611826,095
X : 0271372
P8 P9 2 -2 1°8'44,75" -0,039 1,999 2,098 0 2,098 Y : 92,932
9611826,098
X : 0271372
P9 P10 2 -4 2°17'26,2" -0,079 1,998 2,097 0 2,097 Y : 92,853
9611826,097
X : 0271372
P10 P11 2 -2 1°8'44,75" -0,039 1,999 2,098 0 2,098 Y : 92,814
9611826,098
Keterangan
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271372 mT; y= 9611822 mU; Elev 103 m dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271374 mT; y= 9611843 mU
Skets
garis
profil
Jumlah
0,848 19,964 23,503 : kontur,
jalan,
Sket Profil alur,
sungai,
arah
aliran,
vegetasi
dan hal
– hal
penting.
Keterangan
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271374 mT; y= 9611843 mU; Elev 103 m
dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271371 mT; y= 9611868 mU
Titi
Konv. Dt Dt Tinggi
Ti- k yg Lereng dh
Lereng (m Ter Dt. Koord titik
tik dibi Dm α (+/- …m) Dt.
(..O..’..”) ) koreksi SinФ (x;y) ukur
ukur - (m) (+/-…%) Dm.Sinα CosФ
Inv.tngα Dm.Cosα (m) (m)
dik
X : 0271374
P1 P2 1,7 5 2°51'44,66" 0,084 1,697 2,173 0 2,173 Y : 9611845,173 111,084
X : 0271374
P2 P3 1,9 10 5°42'8,14" 0,189 1,89 2,366 0 2,366 Y : 9611845,366 111,273
X : 0271374
P3 P4 1,5 2 1°8'44,75" 0,029 1,499 1,975 0 1,975 Y : 9611845,975 111,302
X : 0271374
P4 P5 1,6 2 1°8'44,75" 0,032 1,599 2,075 0 2,075 Y : 9611845,075 111,334
X : 0271374
P5 P6 1,8 1 0°34'22,58" 0,018 1,799 2,275 0 2,275 Y : 9611845,275 111,352
X : 0271374
P6 P7 1,8 -7 4°0'15,02" 0,125 1,795 2,271 0 2,271 Y : 9611845,271 111,477
X : 0271374
P7 P8 1,9 -10 5°42'38,14" 0,189 1,89 2,366 0 2,366 Y : 9611845,366 111,666
X : 0271374
P8 P9 1,4 1 0°34'22,58" 0,014 1,399 1,875 0 1,875 Y : 9611845,875 111,68
X : 0271374
P9 P10 1,2 1 0°34'22,58" 0,012 1,199 1,675 0 1,675 Y : 9611845,675 111,692
X : 0271374
P10 P11 1,7 3 1°43'6,09" 0,051 1,699 2,175 0 2,175 Y : 9611845,175 111,743
X : 0271374
P11 P12 1,6 3 1°43'6,09" 0,048 1,599 2,075 0 2,075 Y : 9611845,075 111,791
X : 0271374
P12 P13 1,9 3 1°43'6,09" 0,057 1,899 2,375 0 2,375 Y : 9611845,375 111,848
Keterangan :
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271374 mT; y= 9611843 mU; Elev 103 m dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271371 mT; y= 9611868 mU
P11 P12 1,68 -39 21°18'20,28" 0,61 1,565 1,699 0 1,699 115,71
-P
P12 P13 1,19 -25 14°2'10,48" 0,288 1,15 1,284 0 1,284 115,998
Skets
Jumlah 3,081 19,508 21,25 garis
profil
Sket Profil : kontur,
jalan,
alur,
sungai,
arah
aliran,
vegetasi
dan hal
– hal
penting.
Keterangan:
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271371 mT; y= 9611868 mU; Elev 103 m
dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271385 mT; y= 9611884 mU
Titi Dt
Konv. Dt Tinggi
Ti- k yg Lereng dh Te
Lereng (m Dt. Koord titik
tik dibi Dm α (+/- …m) r Dt.
(..O..’..”) ) SinФ (x;y) ukur
ukur - (m) (+/-…%) Dm.Sinα koreksi CosФ
Inv.tngα Dm.Cosα (m)
dik (m)
X : 0271371
P1 P2 1,67 5 2°5'44,66" 0,083 1,66 1,794 0 1,794 Y : 9611865,794 113,083
X : 0271371
P2 P3 1,86 1 0°34'22,58" 0,018 1,859 1,993 0 1,993 Y : 9611871,993 113,101
X : 0271371
P3 P4 1,95 8 4°34'26,12" 0,155 1,943 2,077 0 2,077 Y : 9611873,864 113,256
X : 0271371
P4 P5 1,7 -10 5°42'38,14" 0,169 1,691 1,825 0 1,825 Y : 9611875,689 113,425
X : 0271371
P5 P6 1,68 -14 7°58'10,6" 0,233 1,663 1,797 0 1,797 Y : 9611877,486 113,658
X : 0271371
P6 P7 1,25 -16 9°5'25" 0,197 1,234 1,368 0 1,368 Y : 9611878,854 113,855
X : 0271371
P7 P8 1,3 -24 13°29'44,64" 0,28 1,166 1,3 0 1,3 Y : 9611880,154
114,135
X : 0271371
P8 P9 1,47 -27 15°6'34,47" 0,383 1,419 1,553 0 1,553 Y : 9611881,707 114,518
X : 0271371
P9 P10 1,21 -30 0°0'18,85" 0,11 1,205 1,339 0 1,339 Y : 9611883,046 114,628
X : 0271371
P10 P11 1,36 -35 20°18'16,11" 0,472 1,275 1,409 0 1,409 Y : 9611884,455 115,1
X : 0271371
P11 P12 1,68 -39 21°18'20,28" 0,61 1,565 1,699 0 1,699 Y : 9611886,154 115,71
X : 0271371
P12 P13 1,19 -25 14°2'10,48" 0,288 1,15 1,284 0 1,284 Y : 9611887,438 115,998
X : 0271371
P13 P14 1,68 -5 2°51'44,66" 0,083 1,678 1,812 0 1,812 Y : 9611889,25 116,081
Keterangan
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271371 mT; y= 9611868 mU; Elev 103 m dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271385 mT; y= 9611884 mU
-P
Skets
garis
Jumlah 0,819 19,973 19,423 profil
Sket Profil : kontur,
jalan,
alur,
sungai,
arah
aliran,
vegetasi
dan hal
– hal
penting.
Keterangan
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271385 mT; y= 9611884 mU; Elev 103 m
dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271374 mT; y= 9611900 mU
Titi
Konv. Dt Dt Tinggi
Ti- k yg Lereng dh
Lereng (m Ter Dt. Koord titik
tik dibi Dm α (+/- …m) Dt.
(..O..’..”) ) koreksi SinФ (x;y) ukur
ukur - (m) (+/-…%) Dm.Sinα CosФ
Inv.tngα Dm.Cosα (m) (m)
dik
X : 0271374
P1 P2 2 4 2°17'26,2" 0,079 1,998 1,948 0 1,948 Y :9611885,948 109,079
X : 0271374
P2 P3 2 1 0°34'22,58" 0,019 1,999 1,949 0 1,949 Y :9611885,949 109,098
X : 0271374
P3 P4 2 4 2°17'26,2" 0,079 1,998 1,948 0 1,948 Y :9611885,948 109,177
X : 0271374
P4 P5 2 5 2°51'44,66" 0,099 1,997 1,947 0 1,947 Y :9611885,947 109,276
X : 0271374
P5 P6 2 6 3°26'1,07" 0,119 1,996 1,946 0 1,946 Y :9611885,946 109,395
X : 0271374
P6 P7 2 8 4°34'26,12" 0,159 1,993 1,943 0 1,943 Y :9611885,943 109,554
X : 0271374
P7 P8 2 3 1°43'6,09" 0,059 1,999 1,949 0 1,949 Y :9611885,949 109,613
X : 0271374
P8 P9 1,2 6 3°26'1,07" 0,072 1,197 1,147 0 1,147 Y :9611885,147 109,685
X : 0271374
P9 P10 1,8 1 0°34'22,58" 0,018 1,799 1,749 0 1,749 Y :9611885,749 109,703
X : 0271374
P10 P11 1,3 5 2°51'44,66" 0,065 1,298 1,248 0 1,248 Y :9611885,248 109,768
X : 0271374
P11 P12 1,7 3 1°43'6,09" 0,051 1,699 1,649 0 1,649 Y :9611885,649 109,819
Keterangan:
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271385 mT; y= 9611884 mU; Elev 103 m dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271374 mT; y= 9611900 mU
=√ ( 0271374−0271372 )2 + ( 9611943−9611822 )2
=√ (2)2 +(21)2
=√ 4 +441
=√ 445
= 21,09 m
Beda jarak = [Dt hitung -∑ Dt ukur ]
= (21,09 – 20)
= 1,09
beda jarak
Dt terkoreksi = Dt hitung+( )
jarak segmen
Plot O
= 30 cm = 22,795 m
= 30 cm = 2279,5 cm
= 1 cm = 75,985 cm
= 1 cm = 0,759 m
dt terkorekai
P1P2 = x 1 cm
Skala
Plot O
P1P2 = ( 2,278
0,759 )
x 1 cm
= 3,001 cm
Berikut adalah contoh sketsa dari praktik Inventarisasi Tegakan Sebelum
Penebangan yang dapat dilihat pada gambar 2 sampai gambar 4.
a. Landasan Teori
Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktik Identifikasi Kesehatan
Tanaman Hutan adalah
1. Tali rapia
2. Pita meter
3. Alat pengukur / penggaris
4. Kamera
5. Binokuler
6. Alat tulis menulis
d. Cara Kerja
1. Hasil
a. Landasan Teori
Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktik Identifikasi Jenis
Tanaman Hutan adalah
1. Teropong binokuler 1 buah
2. Tali plastic (rapia)
3. Alat tulis (blok note, ballpoint, dan pensil)
4. Peta lokasi
5. Pemanjat/pengenal pohon (1 orang)
d. Cara Kerja
Cara kerja yang digunakan pada saat praktik Identifikasi Jenis Tanaman
Hutan adalah
1. Mengamati ciri-ciri morfologis bagian-bagian pohon yang penting (habitus,
batang, kulit batang, perakaran tambahan, pola percabangan batang, bentuk
tajuk, perakaran tambahan, daun, bunga dan buah)
2. Mengisi ciri-ciri yang diamati pada lembar yang telah disiapkan
e. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
J M. PS
KK
M
S
R. R. P
N11 N12
O11 O12
BG
M. P
KS
PP
GG
SM
Gambar 5. Sketsa Persebaran Pohon Praktik Identifikasi Jenis Tanaman Hutan
Keterangan
M : Mampat (Cratoxylum cochinchinense)
R.R.P : Rawa-Rawa Pipit (Buchanania arborescens)
M.PS : Madang Puspa (Schima wallichii)
J : Jamai (Szyzygium jambos)
BG : Bangkal Gunung (Nauclea subdifa)
KS : Kayu Sapat (Macaranga triloba)
S : Simpur (Dillenia indica)
KK : Kayu Kacang (Strombosia javanica)
M.P : Madang Pirawas (Phoebe huranensis)
PP : Paning-Paning (Lithocarpus sp)
SM : Serai Merah (Cymbo pogon)
GG : Galam Gunung (Eugenia sp)
2. Pembahasan
a. Landasan Teori
Tanah termasuk bagian dari tubuh alam yang terbentuk dan berkembang
akibat terkena gaya-gaya alam (natural forces) terhadap proses pembentukan
mineral, serta pembentukan dan pelapukan bahan-bahan koloid. Profil tanah yang
berkembang pada daerah panas dan kering mempunyai susunan horizon yang
berbeda dengan profil tanah pada daerah tropis dan lembah. Dinding atau
penampang vertikal dari tanah yang memperlihatkan susunan lapisan paling atas
hingga bebatuan induk tanah (regolit). Lapisan-lapisan ini biasanya terdiri dari
horizon O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca
disebut solum tanah. Tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tumbuhan
yang sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) (Notohadiprawiro, 1998).
Suatu lapisan tanah yang terletak hampir paralel (sejajar) dengan
permukaan tanah dikenal dengan sebutan horizon. Horizon mempunyai ketebalan
minimal dan dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur, konsistensi, dan
sifat-sifat lainnya yang dapat diamati di lapangan. Suatu proses yang
menyebabkan bahan induk terdiferensiasi mejadi profil tanah dengan sejumlah
horizon disebut horizonisasi. Batas horizon tanah dengan horizon lainnya dapat
diamati dengan mudah namun dapat pula sukar. Berdasarkan letaknya horizon
penciri tanah dibagi dua yaitu horizon permukaan tanah bagian atas (epipedon)
dan horizon bawah permukaan tanah. Horizon tanah dibedakan berdasarkan bahan
penyusunnya yaitu atas horizon organnik tanah dan horizon mineral tanah
(Fiantis, 2015).
Sifat perekatan atau koneksi merupakan sifat- sifat yang selanjutnya
menjadi parameter pengukuran profil tanah. Profil tanah merupakan irissan
vertikal tanah dari lapisan yang paling atas bebatuan induk tanah. Pegenalan profil
tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengenalan
frofil tanah ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah
dengan pertumbuhan serta kemungkinan pengolahan yang lebih tepat. Faktor-
faktor pembentuk tanah maka memiliki potensi untuk membentuk berbagai jenis
tanah yang berbeda amat besar. Pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan serta di
laboratorium yang sampel tanahnya diambil dari setiap horizon didalam profil
maka dapat ditentukan jenis tanahnya (Manik, 2017).
b. Tujuan
Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktik Identifikasi Tanah Hutan
adalah
1. Peta lokasi
2. Meteraan besi
3. GPS
4. Clinometer
5. pH meter
6. pH stick
7. Munsell colour chart
8. Bor tanah
9. Cangkul, parang, linggis, dan palu
10. Kantong plastik
11. Papan 7x7 cm
12. Tallysheet
13. Alat tulis menulis dan dokumentasi
14. Ring sampel 5cm, tinggi 5 cm
d. Cara Kerja
Cara kerja yang digunakan pada saat praktik Identifikasi Tanah Hutan
adalah
1. Menentukan lokasi yang akan diamati
2. Membuat lubang dengan ukuran 1x1x1 m menggunakan cangkul dan linggis
3. Melakukan pengukuran dan pengamatan lapisan tanah meliputi pengamatan
tekstur, warna tanah, struktur, konsistensi, kedalaman efektif akar, horison
tanah, solum tanah, jenis batuan induk disekitar profil, mengukur ph tanah (pH
meter dan pH lakmus)
4. Menggambarkan, mencetak lapisan tanah tersebut serta mendokumentasikan
4. % Batuan =
∑ luas batuan permukaan ×100 %
Luas petak batuan permukaan
5. Luas akar =P×L
6. ∑ luas perakaran horizon = L1+L2
7. Luas petak perakaran horizon R = Lebar petak × Panjang horizon R
8. % Perakaran horizon R =
∑ luas batuan horizon R ×100 %
Luas petak horizon R
9. Biomassa
Y = 1,433 × d1,137
e. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Hasil dari praktik Identifikasi Tanah Hutan dapat dilihat pada tabel 20
sampai 34.
Tabel 20. Hasil kartu pengamatan tanah
Contoh Perhitungan
1. Luas batuan
1
Luas batuan = .π.d2
4
1
Luas batuan 1 = . 3,14 . (12)2
4
1
= . 3,14 . 144
4
= 113,04 cm2
∑ luas batuan permukaan = L1+L2+L3+L4+L5+L6
= 113,07 + 8,291 + 53,428 + 38,465 + 86,546 +
9,616
= 309,386 cm2
Luas petak batuan permukaan = Lebar petak × Panjang petak
= 100 × 100
= 10.000 cm2
∑ luas batuan permukaan
% Batuan permukaan = ×100 %
Luas petak batuan permukaan
309,386
= × 100 %
10.000
= 3,09%
Tabel 23. Persentase batuan horizon O
No Diameter (cm) Luas (cm2)
1 5,5 23,746
2 4 12,56
∑ = 36,06
Contoh Perhitungan
1. Luas batuan
1
Luas batuan = .π.d2
4
1
Luas batuan 1 = . 3,14 . (5,5)2
4
1
= . 3,14 . 30,25
4
= 23,746 cm2
∑ luas batuan horizon O = L1+L2
= 23,746 + 12,56
= 36,306 cm2
Luas petak batuan horizon O = Lebar petak × Panjang petak
= 50 × 10
= 500 cm2
% Batuan horizon O =
∑ luas batuan horizon O ×100 %
Luas petak horizon O
36,306
= × 100 %
500
= 7,261%
Tabel 24. persentase batuan horizon A
No Diameter (cm) Luas (cm2)
1 4,5 15,896
2 4 12,56
3 6,5 33,166
4 3 7,065
∑ = 68,687
Contoh Perhitungan
1. Luas batuan
1
Luas batuan = .π.d2
4
1
Luas batuan 1 = . 3,14 . (4,5)2
4
1
= . 3,14 . 20,25
4
= 15,896 cm2
∑ luas batuan horizon A = L1+L2+L3+L4
= 15,896 + 12,56 + 33,166 + 7,065
= 68,687 cm2
Luas petak batuan horizon A = Lebar petak × Panjang petak
= 50 × 20
= 1000 cm2
% Batuan horizon A =
∑ luas batuan horizon A ×100 %
Luas petak horizon A
68,687
= × 100 %
1000
= 6,868%
Tabel 25. Persentase batuan horizon B
No Diameter (cm) Luas (cm2)
1 3 7,065
2 3,5 9,616
3 3,5 9,616
4 3 7,065
5 4,5 15,896
6 5 19,625
7 5 19,625
8 5 19,625
9 4,5 15,896
10 3,5 9,616
∑ = 133,645
Contoh Perhitungan
1. Luas batuan
1
Luas batuan = .π.d2
4
1
Luas batuan 1 = . 3,14 . (3)2
4
1
= . 3,14 . 9
4
= 7,065 cm2
∑ luas batuan horizon B = L1+L2+L3+L4+ L5+L6+L7+L8+L9+L10
= 7,065 + 9,616 + 9,616 + 7,065 + 15,896
+19,625 +19,625 +19,625 + 15,896+ 9,616
= 133,645 cm2
Luas petak batuan horizon B = Lebar petak × Panjang petak
= 50 × 20
= 1000 cm2
% Batuan horizon B =
∑ luas batuan horizon B ×100 %
Luas petak horizon B
133,645
= ×100 %
1000
= 13,364%
Tabel 26. Persentase batuan horizon C
No Diameter (cm) Luas (cm2)
1 20 314
2 9 63,585
3 12 113,04
∑ = 490,625
Contoh Perhitungan
1. Luas batuan
1
Luas batuan = .π.d2
4
1
Luas batuan 1 = . 3,14 . (20)2
4
1
= . 3,14 . 400
4
= 314 cm2
∑ luas batuan horizon C = L1+L2+L3
= 314 + 63,585 + 113,04
= 490,625 cm2
Luas petak batuan horizon C = Lebar petak × Panjang petak
= 50 × 50
= 2.500 cm2
% Batuan horizon C =
∑ luas batuan horizon C × 100 %
Luas petak horizon C
490,625
= × 100 %
2500
= 19,625%
Tabel 27. Persentase batuan horizon R
No Diameter (cm) Luas (cm2)
1 21,5 362,866
2 23 415,265
∑ = 778,131
Contoh Perhitungan
1. Luas batuan
1
Luas batuan = .π.d2
4
1
Luas batuan 1 = . 3,14 . (21,5)2
4
1
= . 3,14 . 462,25
4
= 362,866 cm2
∑ luas batuan horizon R = L1+L2
= 362,866 + 415,265
= 778,131 cm2
Luas petak batuan horizon R = Lebar petak × Panjang petak
= 50 × 130
= 6500 cm2
% Batuan horizon R =
∑ luas batuan horizon R ×100 %
Luas petak horizon R
778,131
= ×100 %
6500
= 11,971%
Tabel 28. Persentase perakaran horizon O
No Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)
1 5 0,1 0,5
2 8 0,1 0,8
3 5 0,1 0,5
4 6 0,1 0,6
5 10 0,1 1
∑ = 3,4
Contoh Perhitungan
1. Luas akar
Luas akar =P×L
Luas akar 1 = 5 × 0,1
= 0,5 cm2
∑ luas perakaran horizon O = L1+L2+L3+L4+ L5
= 0,5 + 0,8 + 0,5 + 0,6 + 1
= 3,4 cm2
Luas petak perakaran horizon O = Lebar petak × Panjang horizon O
= 50 × 100
= 500 cm2
% Perakaran horizon O =
∑ luas batuan horizon O ×100 %
Luas petak horizon O
3,4
= ×100 %
500
= 0,68%
Tabel 29. Persentase perakaran horizon A
No Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)
1 6 1,5 9
2 3 0,1 0,3
3 5 1 5
4 6 0,1 0,6
5 3 1 3
6 2,5 0,1 0,25
7 2,2 0,1 0,22
8 1 0,1 0,1
∑= 18,47
Contoh Perhitungan
1. Luas akar
Luas akar =P×L
Luas akar 1 = 6 × 1,5
= 9 cm2
∑ luas perakaran horizon A = L1+L2+L3+L4+ L5+L6+L7+L8
= 9 + 0,3 + 5 + 0,6 + 3 + 0,25 + 0,22 + 0,1
= 18,47 cm2
Luas petak perakaran horizon A = Lebar petak × Panjang horizon A
= 50 × 20
= 1000 cm2
% Perakaran horizon A =
∑ luas batuan horizon A ×100 %
Luas petak horizon A
18 , 47
= × 100 %
1000
= 1,847%
Tabel 30. Persentase perakaran horizon B
No Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)
1 2 0,1 0,2
2 1,5 1 1,5
3 2,5 0,1 0,25
4 2 0,1 0,2
5 1,8 0,1 1,8
6 8,5 0,1 0,85
∑= 3,18
Contoh Perhitungan
1. Luas akar
Luas akar =P×L
Luas akar 1 = 2 × 0,1
= 0,2 cm2
∑ luas perakaran horizon B = L1+L2+L3+L4+ L5+L6
= 0,2 + 1,5 + 0,25 + 0,2 + 0,18 + 0,85
= 3,18 cm2
Luas petak perakaran horizon B = Lebar petak × Panjang horizon B
= 50 × 20
= 1000 cm2
% Perakaran horizon B=
∑ luas batuan horizon B ×100 %
Luas petak horizon B
3 ,18
= ×100 %
1000
= 0,318%
Tabel 31. Persentase perakaran horizon C
No Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)
1 3 0,1 0,3
2 6 0,1 0,6
3 4 0,1 0,4
∑= 1,3
Contoh Perhitungan
1. Luas akar
Luas akar =P×L
Luas akar 1 = 3 × 0,1
= 0,3 cm2
∑ luas perakaran horizon C = L1+L2+L3
= 0,3 + 0,6 + 0,4
= 1,3 cm2
Luas petak perakaran horizon C = Lebar petak × Panjang horizon C
= 50 × 50
= 2500 cm2
% Perakaran horizon C=
∑ luas batuan horizon C × 100 %
Luas petak horizon C
1 ,3
= ×100 %
2500
= 0,052%
Tabel 32. Persentase perakaran horizon R
No Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)
1 2 0,1 0,2
2 5 0,2 1
∑= 1,2
Contoh Perhitungan
1. Luas akar
Luas akar =P×L
Luas akar 1 = 2 × 0,1
= 0,2 cm2
∑ luas perakaran horizon R = L1+L2
= 0,2 + 1
= 1,2 cm2
Luas petak perakaran horizon R = Lebar petak × Panjang horizon R
= 50 × 130
= 6500 cm2
% Perakaran horizon R=
∑ luas batuan horizon R ×100 %
Luas petak horizon R
1,2
= ×100 %
6500
= 0,018%
2. Pembahasan
Analisis Vegetasi
a. Landasan Teori
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui
seberapabesar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan
langsung. Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta
identifikasi vegetasi yang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan
memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih
luas. Vegetasi dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas
tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang terususun dari tetumbuhan
yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput,
dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi (Badriah, 2011).
Analisis vegetasi merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk
mempelajari karakter suatu komunitas. Tujuan utama dari analisis vegetasi adalah
memahami keragaman dan pola keberadaan tumbuhan serta faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi komunitas tumbuhan tersebut.Dalam analisis
vegetasi, beberapa metode yang umumnya digunakan termasuk pengukuran
kepadatan tumbuhan, keragaman spesies, frekuensi munculnya spesies, distribusi
spasial tumbuhan, dan analisis struktur vegetasi seperti tinggi, diamater batang,
dan penutupan vegetasi (Sari, 2019).
Analisis yang dilakukan dapat bersifat kualitatif ataupun kuantitatif. Data
yang bersifat kualitatif berguna untuk menganalisa spesies di suatu wilayah tetapi
jenis analisa ini sulit untuk dilakukan, kebanyakan data kualitatif itu dapat
ditentukan kualitasnya kemudian tetapi jenis kuantitatif merupakan jenis analisis
yang dapat diukur dengan mudah. Titik berat analisis vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan ketika tidak bisa menentukan luas petak contoh. Vegetasi
merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran
berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan langsung. Dilakukan
dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang
ada. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif
bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Vegetasi merupakan
bagian hidup yang terususun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem.
b. Tujuan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktik Analisis Vegetasi adalah
1. Meteran roll, tali rapia
2. Kompas
3. Tallysheet
4. Patok, parang, palu
5. Milimeter blok
6. Phiban
7. Alat tulis
8. Kalkulator
d. Cara Kerja
1.
e. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Hasil dari praktik Analisis Vegetasi dapat dilihat pada tabel 35 sampai
tabel 38.
Tabel 35. Data Analisis Vegetasi Tingkat Semai 2 x 2 m2
2 1 Mali-mali 2
2 Balau 4
3 Mengkudu hutan
Tabel 36. Lanjutan
4 Jannah 6
5 Kamalaka 3
6 Lucus 3
7 Sasahangan 5
8 Timbaratan 2
9 Sari Berangkat 1
10 Jambu burung 1
11 Mahang 3
12 Bangkal gunung 1
1 Kayu beranakan 3
3
2 Jamai 2
3 Petindis 5
4 Bati-bati 2
5 Sasahangan 4
6 Mahang 6
7 Mali-mali 3
1 Bati-bati 2
2 Alaban 1
4
3 Jannah 5
4 Mahang 3
5 Sasahangan 5
6 Petindis 3
2 Tiwangau 38 12,10
Tabel 37. Lanjutan
1 Tiwangau 48 15,26
2
2 Kayu kacang 43 13,69
1 Kamalaka 34 10,82
3
2 Bati-bati menjangan 48 15,28
3 Mampat 33 10,50
5 Jamai 39 12,42
6 Jamai 44 14,01
7 Jamai 61 19,42
8 Jamai 39 12,42
9 Jamai 48 15,28
10 Jamai 50 15,92
1 Jamai 46 14,64
4 2 Jamai 32 10,19
4 Jamai 38 12,10
5 Jamai 36 11,46
6 Jamai 33 10,50
Contoh Perhitungan
1. Luas Petak Contoh
luas plot
Luas petak = × jumlah plot
10.000
4
= ×4
10.000
= 0,0016 ha
2. Kerapatan
Jumlah individu setiap jenis
K =
luas petak pengamatan
10
=
0,0016
= 6,250
3. Kerapatan Relatif
kerapatan suatu jenis
KR = × 100 %
Kerapatan seluruh jenis
6250
= ×100 %
15.000
= 41,66%
4. Frekuensi
Jumlah petak ditemukan jenis tertentu
F =
Jumlah seluruh petak
4
=
4
=1
5. Frekuensi Relatif
Frekuensi suatu jenis
FR = × 100 %
Frekuensi seluruh jenis
1
= ×100 %
3
= 33,33%
6. Indeks Nilai Penting
INP = KR + FR
= 41,66% + 33,33%
= 74,99%
Tabel 40. Hasil olah data analisis vegetasi tingkat pancang 5x5 m2
KR
No Jenis Jumlah K F FR (%) INP (%)
(%)
1 Sasahangan 16 1600 19,04% 1 14,81% 33,85%
2 Petindih 5 500 5,95% 0,25 3,70% 9,65%
3 Lalangsatan 1 100 1.19% 0,25 3,70% 4,84%
4 Mampat 2 200 2,39% 0,25 3,70% 6,98%
5 Mengkudu hutan 11 1100 13,09% 0,5 7,40% 20,49%
6 Mali-mali 5 500 5,95% 0,5 7,40% 13,35%
7 Balau 4 400 4,76% 0,25 3,70% 8,46%
8 Jannah 11 1100 13,09% 0,5 7,40% 20,49%
9 Kamalaka 3 300 3,57% 0,25 3,70% 7,22%
10 Lucus 3 300 3,57% 0,25 3,70% 7,22%
11 Timbaratan 2 200 2,39% 0,25 3,70% 6,08%
12 Sari berangkat 1 100 1,19% 0,25 3,70% 4,89%
13 Jambu burung 1 100 1,19% 0,25 3,70% 4,89%
14 Bangkal gunung 1 100 1,19% 0,25 3,70% 4,89%
15 Kayu beranakan 3 300 3,57% 0,25 3,70% 7,22%
16 Jamai 2 200 2,39% 0,25 3,70% 6,08%
17 Petindih 8 800 9,52% 0,5 7,40% 16,92%
18 Bati-bati 4 400 4,26% 0,5 7,40% 12,16%
19 Alaban 1 100 1.19% 0,25 3,70% 4,84%
Jumlah 95 8.400 99,06% 6,75 99,91% 199,87%
Contoh Perhitungan
1. Luas Petak Contoh
luas plot
Luas petak = × jumlah plot
10.000
100
= ×4
10.000
= 0,01 ha
2. Kerapatan
Jumlah individu setiap jenis
K =
luas petak pengamatan
16
=
0 , 01
= 1.600
3. Kerapatan Relatif
kerapatan suatu jenis
KR = × 100 %
Kerapatan seluruh jenis
1600
= × 100 %
8400
= 19,04%
4. Frekuensi
Jumlah petak ditemukan jenis tertentu
F =
Jumlah seluruh petak
4
=
4
=1
5. Frekuensi Relatif
Frekuensi suatu jenis
FR = × 100 %
Frekuensi seluruh jenis
1
= ×100 %
6 , 25
= 14,81%
6. Indeks Nilai Penting
INP = KR + FR
= 19,04% + 14,81%
= 33,85%
Tabel 42. Hasil olah data analisis vegetasi tingkat tiang 10x10 m2
KR DoR
No Jenis Jumlah K F FR (%) Do INP (%)
(%) (%)
Mengkudu
2 2 50 9,09% 0,25 9,09% 0,35 5,23% 23,41%
hutan
Kayu
3 1 25 4,54% 0,25 9,09% 0,32 4,78% 18,41%
kacang
Bati-bati
5 1 25 4,54% 0,25 9,09% 0,42 6,27% 19,9%
menjangan
Madang
9 1 25 4,54% 0,25 9,09% 0,37 5,53% 19,16%
puspa
Contoh Perhitungan
1. Perhitungan Diameter
k
D =
π
25
=
3 ,14
= 7,96 cm
= 0,07 m
2. Perhitungan Luas Bidang Dasar
1
LBD = .π.d2
4
1
= .3,14.(0.07)2
4
= 0,039 m2
3. Luas Petak Contoh
luas plot
Luas petak = × jumlah plot
10.000
100
= ×4
10.000
= 0,04 ha
4. Kerapatan
Jumlah individu setiap jenis
K =
luas petak pengamatan
3
=
0 , 04
= 75
5. Kerapatan Relatif
kerapatan suatu jenis
KR = × 100 %
Kerapatan seluruh jenis
75
= ×100 %
550
= 13,63%
6. Frekuensi
Jumlah petak ditemukan jenis tertentu
F =
Jumlah seluruh petak
2
=
4
= 0,5
7. Frekuensi Relatif
Frekuensi suatu jenis
FR = × 100 %
Frekuensi seluruh jenis
0 ,5
= ×100 %
2 ,75
= 18,18%
8. Dominasi
Jumlah LBD suatu jenis
Do =
Luas petak contoh
0,039
=
0 ,04
= 0,97
9. Dominasi Relatif
Dominasi suatu jenis
DoR = × 100 %
Dominasi seluruh jenis
0 , 97
= × 100 %
6 , 69
= 14,49%
10. Indeks Nilai Penting
INP = KR + FR+ DoR
= 13,63% + 18,18% + 14,49%
= 46,3%
Tabel 43. Data LBD tingkat pohon 20x20 m2
No Nama Jenis Total LBD
1 Kayu kacang 3,10
2 Jamai 2,83
3 Madang puspa 4,39
N KR FR DoR INP
Jenis Jumlah K F Do
o (%) (%) (%) (%)
Mengkudu
2 1 0,00625 25% 0,25 25% 2,83 27,42% 77,42%
hutan
Kayu
3 2 0,0125 50% 0,5 50% 4,39 42,52% 142,52%
kacang
a. Landasan Teori
Luas minimum atau kurva spesies area adalah luas terkecil yang dapat
mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan.
Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas
total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat
didapat terlebih dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai -
kemungkinan yaitu penyebaran acak, penyebaran secara merata, penyebaran
secara kelompok, untuk mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi
secara merata ataukelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis
vegetasi dapatdibedakan dengan cara pendekatan yaitu penyebaran percontohan
secara acak, penyebaran percontohan secara sistematik, penyebaran secara semi
acak dan semisistematik (Eddy, 2014).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal
yangdigunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada
suatuhabitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai
hubunganerat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut.
Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka
makin luas petak contoh yang digunakan (Badriah, 2011).
Keanekaragaman spesies dalam suatu area digambarkan dalam grafik
seperti di bawah. Pola kurva ditentukan oleh distribusi individu masing-masing
jenis dalam hutan. Apabila individu-individu semua jenis bercampur secara
merata, kurva yang dihasilkan akan memperlihatkan pola peningkatan jumlah
jenis yang tajam pada kuadrat kecil yang kemudian diikuti dengan pola mendatar
pada ukuran kuadrat yang lebih besar. Keragaman spesies dapat diambil untuk
menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies
diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat
dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting.
Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena
keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil.
b. Tujuan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktik Curva Species Area (CSA)
adalah
1. Meteran
2. Kompas
3. Patok
4. Parang
5. Tali rapia
6. Kalkulator
7. Alat tulis
8. Milimeter blok
9. Tallysheet
d. Cara Kerja
Cara kerja yang digunakan pada praktik Curva Species Area adalah
1. Menentukan lokasi pengamatan luas petak minimum
2. Menentukan starting point
3. Membuat petak dengan ukuran 1x1 m, 1x2 m, 2x2 m, 2x4 m, 4x4 m, dan
seterusnya sampai tidak ditemukan lagi penambahan jenis atau kurang dari 5%
4. Mencatat jumlah spesies yang ada pada petak ukur
5. Melakukan perhitungan jumlah spesies
6. Membuat curva species area
e. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Hasil dari praktik Curva Species Area dapat dilihat pada tabel 45 dan 46.
Tabel 45. Tallysheet Curva Species Area (CSA)
Ukuran Luas Jumlah Jenis
No Nama Jenis
Petak (m2) Kumulatif
1x1 1 1 Carikan
2 Taratat
3 Teja 5
4 Petindis
5 Bati-bati
1 Jawaling
1x2 2 7
2 Litu
1 Tengkook ayam
2x2 4 10
2 Kelenteng
3 Pilak
1 Anglai
2x4 8
2 Mahang
3 Wangun gunung
16
4 Sapit undang
5 Rangka-rangka
6 Alaban bubur
1 Kupang
4x4 16 2 Kayu sapat
3 Jambu burung
4 Madang pirawas 25
5 Tapus
6 Bengkinang burung
7 Rawa-rawa pipit
8 Damar kembang
Tabel 45. Lanjutan
Ukuran Luas Jumlah Jenis
No Nama Jenis
Petak (m2) Kumulatif
9 Madang puspa
1 Tandui
4x8 32
2 Lua
31
3 Mengkudu hutan
4 Bajakah
5 Lalangsatan
6 Ampalas kijang
1 Masintan
8x8 64 2 Lasak 35
3 Kapur naga
4 Maweh putih
1 Sari berangkat
8x16 128 37
2 Tuhu
1 Mata undang
16x16 256 44
2 Marsihung
3 Jengkol hutan
4 Jannah
5 Kakopian
6 Manggis hutan
7 Alaban
54
16x32 512 1 Bati-bati menjangan
2 Bungur gunung
3 Kayu kacang
5 Putat
6 Kayu kubar
7 Jamai
8 Tampang
9 Tiwangau
10 Rotan teman
2 Jambu sekati
3 Gaharu
2 Kilayu
3 Karet
4 Rukan
2 Tampar badak
Tabel 46. Tallysheet CSA Menentukan Luas Petak Minimum
Contoh perhitungan
1. Curva Species Area (CSA)
Penambahan jenis
= × 100 %
Jumlah komulatif jenis
2
= ×100 %
61
= 3,2%
Berikut adalah sketsa yang digunakan pada praktik CSA yang dapat dilihat
pada gambar 6 dan gambar 7.
Luas minimum atau curva species area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representative dengan suatu tipe vegetasi pada
suatu habitat tertentu yang akan dan sedang dipelajari. Curva species area
digunakan sebagai suatu metode untuk menentukan jumlah jenis yang ada pada
vegetasi hutan. CSA dilakukan dengan membuat petak mulai dari ukuran terkecil
hingga ukuran petak terbesar. Praktik kali ini dimulai dari pembuatan petak 1x1
sampai dengan petak 64x64. Penambahan luas petak dihentikan apabila sudah
tidak ada lagi penambahan jenis.
Data hasil Curva Species Area (CSA) dapat dilihat pada tallysheet CSA
yang sudah disiapkan. Petak ukuran 1x1m memiliki 5 jenis vegetasi yaitu carikan,
taratat, teja, petindis dan bati-bati. Petak ukuran 1x2 terdapat penambahan 2 jenis
yaitu jawaling dan litu. Petak ukuran 2x2 terdapat 3 penambahan jenis yaitu
tengkook ayam, kelenteng dan pilak. Petak ukuran 2x4 terdapat 6 penambahan
jenis yaitu anglai, mahang, wangun gunung, sapit undang, rangka-rangka dan
alaban bubur. Petak 4x4 terdapat 9 penambahan jenis yaitu kupang, kayu sapat,
jambu burung, madang pirawas, tapus, bengkinang burung, rawa-rawa pipit,
damar kembang dan madang puspa. Petak ukuran 4x8 terrdapat 6 penambahan
jenis yaitu tandui, lua, mengkudu hutan, bajakah, lalangsatan dan amplas kijang.
Petak selanjutnya 8x8 terdapat penambahan jenis yaitu masintan, lasak,
kapur naga dan maweh putih, petak 8x16 terdapat 2 penambahan jenis yaitu sari
berangkat dan tuhu. Petak 16x16 terdapat 6 penambahan jenis yaitu mata undang,
marsihung, jengkol hutan, jannah, kakopian dan manggis hutan. Petak 16x32
terdapat 10 penambahan jenis. Petak 32x32 terdapat 3 penambahan jenis yaitu
tretepan, jambu sekati, gaharu. Petak 32x64 terdapat 4 penambahan jenis yaitu
pulantan, kilayu, karet dan rukan. Petak terakhir yang berukuran 64x64 memiliki
2 penambahan jenis yaitu kayu gabu dan tampar badak. Total jenis yang terdapat
pada seluruh petak yaitu 63 jenis vegetasi. Luas petak minimum akan berbeda-
beda pada setiap komunitas hutan, tergantung dari jumlah jenis yang tercatat. Luas
petak minimum dibuat dimana penambahan jenis hanya 3,2%.
f. Kesimpulan
a. Landasan Teori
Silvikultur sebuah seni pembentukan dan pemeliharaan hutan pada ilmu
silvika sesuai dengan tujuan tertentu dengan tidak meningggalkan aspek dari segi
ekonomi. Pemeliharaan tanaman merupakan aspek yang memegang peranan
penting dalam tumbuh kembang tanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi
penyiraman, pemupukan, dan pengendalian OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman) serta pemeliharaan spesifik. Namun dalam penerapannya seringkali
melakukan penanaman dan pemeliharaan tanpa melihat kondisi dari tanaman.
Penanaman dan pemeliharaan silvikultur proses yang terkait dengan budidaya,
pengelolaan, dan pemeliharaan hutan secara sistematis untuk tujuan produksi
kayu, perlindungan lingkungan, dan manfaat lainnya (Widiarti, 2013).
Silvikultur melibatkan langkah-langkah seperti penanaman bibit,
pemangkasan, penjarangan, perlindungan hutan dari hama dan penyakit, dan
kegiatan lain yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan pohon seperti
menjaga keanekaragaman hayati, kualitas tanah dan air, mengurangi pestisida dan
bahan kimia berbahaya. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
melakukan pemeliharaan tanaman, yaitu: Kondisi kelembaban media tanam, dan
suhu udara pada lingkungan tanaman serta waktu dan dosis dalam penerapan
pemeliharaan yang dibutuhkan tanaman sesuai dengan jenis tanaman tersebut.
Kelembaban media tanam adalah jumlah partikel-partikel air yang berada
pada media tanam yang berpengaruh pada tingkat kelembaban tanah, dan suhu
udara adalah kadar uap di udara yang juga mempengaruhi proses pertumbuhan
tanaman, sedangkan komposisi merupakan kuantitas untuk dosis pemberian air,
pupuk dan pestisida, Serta waktu adalah jadwal dan frekuensi pada pemeliharaan
tanaman tersebut. Waktu dan dosis dari penyiraman, pemupukan dan pestisida
yang tidak sesuai dengan keadaan kelembaban media tanam, dan suhu udara pada
lingkungan tanaman. Bagi tanaman pemeliharaan yang keliru dapat menjadikan
tanaman dalam kondisi tidak baik. Bukan hanya tidak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal namun tanaman bisa layu bahkan mati. Sementara itu
tanaman dengan kondisi tidak baik tersebut dapat membawa petaka bagi pemilik
tanaman karena hasil produksi yang gagal (Paembonan, 2002).
b. Tujuan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktik penanaman dan pemeliharaan
adalah
1. Ajir bambu sepanjang 40-60 m
2. Bibit tanaman hutan dan bibit dari jenis-jenis multipurpose tree species
(MPTS) yang sudah siap tanam
3. Kompos atau pupuk kandang
4. Pupuk NPK
5. Parang
6. Cangkul
7. Cetok
8. Bibit
9. Ember dan gayung
10. Derigen air
11. Meteran roll
12. Tali rafia
13. Phi ban
d. Cara Kerja
D.1. Penanaman
Cara kerja dari praktik penanaman adalah
1. Mengukur jarak tanam 3 × 3 m dan pemasangan ajir
2. Membuat lubang tanam dengan Panjang × lebar × dalam = 30 × 30 × 30
cm sampai 40 cm
3. Memberikan kompos/pupuk kendang sebanyak 1kg/ lubang tanam
4. Menambahkan pupuk dasar NPK sebanyak 1 sendok makan/lubang tanam
5. Menanam bibit pada lubang tanam dan melepaskan polybag dengan hati-
hati
6. Menutup lubang tanam dengan benar
7. Menyiram tanaman
D.2. Pemeliharaan
Cara kerja dari praktik pemeliharaan adalah
1. Membersihkan gulma yang ada disekitar tanaman
2. Membumbun tanaman dan mengaplikasikan pupuk pada setiap tanaman
3. Menyiram tanaman dengan benar
4. Mengamati gejala serangan hama dan penyakit yang terdapat pada
tanaman muda
5. Melakukan penyulaman tanaman
e. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Hasil dari praktik Penanaman dan Pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 47 dan
tabel 48.
Tabel 47. Hasil penanaman
Berikut adalah sketsa praktek pemeliharaan yang dapat dilihat pada gambar 10.
a. Landasan Teori
Penggunaan api sudah sejak lama dikenal manusia. Api digunakan pada
berbagai kegiatan manusia. Hingga sekarang masih banyak masyarakat atau
oknum tertentu menggunakan api untuk membuka lahan. Hal ini karena dengan
menggunakan api membutuhkan dana yang lebih sedikit dibandingkan tanpa
menggunakan api. Tanpa menggunakan api selain membayar mahal juga
membutuhkan waktu yang lama. Hal ini mengapa api masih menjadi pilihan bagi
masyarakat atau oknum tertentu. Api menjadi sesuatu yang efisien dan
menguntungkan jika digunakan dengan baik. Namun pada kenyataannya masih
sering terjadi kebakaran hutan dan lahan disana-sini. Hal ini tentu menyebabkan
kerugian ekonomi yang tidak sedikit dan kerusakan lingkungan yang
parah.Mengingat betapa berbahayanya dampak kebakaran hutan dan lahan maka,
perlu disadari bersama cara pencegahannya (Syaufina, 2011).
Pengisolasian bahan bakar merupakan metode untuk mengurangi luasan
area yang terbakar. Metode isolasi adalah kegiatan memisahkan suatu kawasan
hamparan bahan bakar dengan kawasan hamparan bahan bakar lainnya oleh suatu
penyekat yang disebut jalur isolasi. Jalur isolasi bisa berupa jalur terbuka atau
suatu jalur yang bervegetasi (Wibowo, 2005).
Jalur isolasi terdiri dari jalur isolasi alami dan jalur isolasi buatan. Jalur
isolasi yang alami misalnya sungai, sempadan sungai, kawasan lindung selain
sempadan sungai, dan punggung bukit. Jalur isolasi buatan terdiri dari jalur yang
sudah ada, yang dirancang dengan tujuan bukan sebagai jalur isolasi tetapi dapat
di dayagunakan sebagai jalur isolasi (jalan hutan, alur batas petak, jalan umum
yang malintasi kawasan hutan) dan jalur khusus yang sengaja dibuat. Ada 3
macam jalur isolasi khusus yang sengaja dibuat, yaitu sekat bakar (fire break),
sekat bahan bakar (fuel break), dan jalur hijau (green belt). Sekat bakar hijau
merupakan sebuah jalur vegetasi yang berfungsi memisahkan dua atau lebih
kawasan hamparan bahan bakar. Jenis vegetasi yang dapat dijadikan sebagai sekat
bakar hijau adalah vegetasi yang tahan terhadap api, memiliki tajuk yang rimbun,
tidak menggugurkan daun yang berlebihan, cepat tumbuh, memiliki kegunaan
lain, dan serasah yang cepat terdekomposisi (Syaufina, 2021).
b. Tujuan
Alat dan bahan yang digunakan ada praktik Sekat Bakar adalah sebagai
berikut:
1. Garu
2. Cangkul
3. Parang
4. Tali/meteran
5. Kompas
6. Patok dan palu
7. Sapu lidi
8. Batu asahan
d. Cara Kerja
1. Hasil
Hasil dari praktik Sekat Bakar dapat dilihat pada gambar 11.
Kebakaran hutan menjadi salah satu bentuk penyebab dari kerusakan besar
yang dapat disebabkan oleh alam maupun makhluk hidup. Hingga saat ini, masih
dicari metode yang tepat dalam mengendalikan kebakaran hutan agar mampu
melindungi hutan yang menjadi sumber daya alam. Salah satu cara atau metode
yang digunakan dan dipilih untuk mengendalikan kebakaran hutan adalah metode
sekat bakar, diantaranya ada sekat bakar secara mekanis dan manual dengan cara
membuat jalur kuning untuk memisahkan antara dua wilayah area sumber api dan
juga wilayah area yang dilindungi dari kebakaran. Pembuatan sekat bakar
biasanya memiliki ukuran menyesuaikan dengan tinggi bahan bakar dan dikalikan
empat, hal ini bertujuan agar sekat bakar yang dibuat bekerja efektif melindungi
areal yang tidak ingin terbakar karena pengaruh hembusan angin.
Pembuatan sekat bakar biasanya pada areal yang topografinya relative
landau, karena kelerengan dapat mempengaruhi terjadinya suatu peristiwa
kebakaran, semakin curam kelerengan maka akan berpengaruh dan dapat
menimbulkan dampak dari penyebaran api yang lebih cepat. Sekat bakar dibuat
sesuai dengan perkiraan penentuan areal sumber kebakaran dan areal yang akan
dilindungi, biasanya kebakaran terjadi pada bagian dari dataran rendah yang
sebagian besar disebabkan oleh manusia. Pembuatan sekat bakar diharapkan
memprioritaskan untuk melindungi tanaman anakan yang mana anakan tersebut
dianggap belum memiliki kemampuan dasar untuk mengatasi atau bertahan dari
kebakaran, hal tersebut bertujuan untuk bisa menjaga kehidupan dari anakan yang
akan menjadi pohon tersebut.
Praktik sekat bakar yang dilakukan merupakan pembuatan sekat bakar
manual yaitu jalur yang dibuat dengan menggunakan alat-alat sederhan seperti
cangkul, parang, garu, tali atau meteran, patok, dan lain-lain yang digunakan
untuk membersihkan bahan bakar yang terdapat di area tersebut. Praktik
dilakukan pada awalnya dilakukan pada lahan datar yang lama-lama menjadi
curam sehingga ada tantangan tersendiri dalam melakukan praktik ini. Sekat bakar
manual atau jalur kuning dibuat dengan Panjang 80 meter, dengan lebar 4 meter.
Faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi pembuatan sekat bakar
yaitu arah angin, daerah mana yang dilindungi dan darimana asal api.
f. Kesimpulan