Anda di halaman 1dari 128

III.

MATERI PRAKTIK

3.1. Pengukuran dan Perpetaan

a. Landasan Teori

Ilmu ukur lahan adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
caracara pengukuran dipermukaan bumi dan dibawah tanah untuk menentukan
posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah di atasnya atau di
bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi
relatif suatu daerah. Ilmu ukur lahan bisa disebut juga plan surveying yaitu ilmu
yang mempelajari cara menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam
maupun unsur manusia (mencakup seni dan teknologi) di atas permukaan yang
dianggap datar. Ilmu ukur tanah secara praktis mempunyai tujuan
menggambarkan bayangan sebagian atau seluruh permukaan bumi ke dalam suatu
kertas yang disebut peta. Secara ilmiah, ilmu ukur lahan mempunyai tujuan
menentukan bentuk bumi (Muharram, F. 2019).
Theodolit adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarak ataupun
sudut, baik sudut vertikal maupun horizontal. Theodolit merupakan alat yang
paling canggih diantara peralatan yang lain digunakan dalam survey. Theodolite
merupakan salah satu alat survei dengan ketelitian yang tinggi hingga satuan mm.
Alat theodolit ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar
berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu
vertikal, sehingga memungkinkan sudut horizontal untuk dibaca. Teleskop
tersebut dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar mengelilingi sumbu
horizontal, sehingga memungkinkan dalam sudut vertikal itu untuk dibaca (Rais,
2018).
Sudut vertikal adalah selisih antara dua garis berpotongan dibidang
vertikal. Sebuah sudut horizontal adalah sebuah sudut yang diukur pada skala
mendatar yang dibentuk oleh dua titik pada polygon, sudut yang terbaca
merupakan nilai yang ada dimana theodolit itu ditempatkan atau ditentukan.
Theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku ada pada
perencanaan atau pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat menentukan suatu sudut
siku-siku pada pembangunan pondasi rumah atau bangunan lainnya, mengetahui
suatu ketinggian dari bangunan bertingkat, seperti gedung pencakar langit
(Muhammad, 2020).
b. Tujuan

Tujuan dari praktik Pengukuran dan Perpetaan adalah


1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan menganalisis cara kerja dari
pengukuran polygon tertutup
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan menganalisis cara menghitung hasil
pengukuran polygon tertutup
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan menganalisis hasil data pengukuran

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktik Pengukuran dan Perpetaan
adalah
1. Peta kerja (skala ≥ 1:10.000), untuk merencanakan pengukuran
2. Seperangkat alat theodolit (T0), tripod (three foot = kaki tiga), rambu
ukur/bak/mistar dan unting-unting.
3. Kalkulator dan alat tulis (pensil dan penghapus)
4. Kompas, meteran panjang 50m dan 3m, parang dan payung 24
5. Busur derajat dan penggaris
6. Buku ukur (tally sheet) pengukuran polygon
7. Patok reng (untuk 1 paket PKL siapkan 1 ikat kayu reng dan sebuah gergaji,
satu ikat isi 25 batang)

d. Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan dalam praktik Pengukuran dan Perpetaan


adalah
1. Membuat rencana pengukuran, yaitu skets di atas peta tentang areal yang akan
diukur termasuk arah tracing rencana pengukuran.
2. Menentukan titik ikat (Pi) yang dapat diidentifikasi pada peta dan lapangan,
bila tidak ada gangguan gunakan GPS untuk mencari koordinat titik Pi, catat
koordinatnya.
3. Bila tidak ada titik Pi, dapat dibuat titik bantu (Pa) sembarang dan catat
koordinatnya dengan GPS yang telah di kaliibrasi.
4. Menentukan titik awal (starting point) di lapangan sebagai titik P1.
5. Memasang patok di setiap titik dari titik Pa atau Pi sampai titik Pn, yang
ditengahnya dipasang paku seng kecil.
6. Memasang tripod kira-kira setinggi dada, posisi datar dan unting-unting
ditepatkan berada kurang lebih di atas pake seng, kencangkan skrup kaki
tripod dan injak kakinya kuat-kuat.
7. Kemudian pada titik P1 atau starting point kita membidik menggunakan
kompas kearah Pi atau P0 untuk mendapatkan back azimuth (azimuth PiP1
atau PaP1).
8. Setelah itu, pada Pa atau Pi dan P2 disiapkan unting-unting dan rambu ukur,
sedangkan tadi sudah disiapkan tripod pada P1.
9. Menempatkan theodolit diatas tripod, aturlah hingga theodolit tepat di atas
titik P1, dalam hal ini gunakan unting-unting sebagai penunjuknya dan
lihatlah bagian lensa centering, dimana di dalam lensa centering terdapat titik
hitam tepat diatas paku yang terpasang pada patok.
10. Mengatur theodolit dalam posisi horizontal dengan mengatur 2 buah le nivo
(gelembung udara) tepat di tengah-tengah, sehingga theodolit siap untuk
pengukuran.
11. Pengukuran dimulai dengan mencatat tinggi pesawat (TA), yaitu diukur dari
permukaan tanah sampai sumbu teropong (titik merah disamping as teropong).
12. Untuk theodolit manual misalnya theodolit NT-2D, setelah tinggi alat diukur,
letakkan unting-unting di atas PA atau Pi dan P2, kemudian membidik benang
unting-unting di PA atau Pi atau arah P1PA (Bacaan kebelakang). Benang
silang teropong sering terlihat kabur, putarlah okuler agar benang silang
teropong terlihat jelas terlihat hitam kelam, lalu bacalah sudut horizontal H
bacaan belakang, kemudian putar teropong searah jarum jam untuk membidik
benang unting-unting di P2 dan bacalah sudut horizontal P1P2 (ke muka).
Selisih kedua arah (muka dikurangi belakang) menghasilkan sudut ukuran
(sudut dalam). Cara ini biasa digunakan pada alat theodolit manual, misalnya
theodolit NT-2D.
13. Untuk theodolit digital elektronik misalnya ET-101, setelah tinggi alat diukur,
hidupkan theodolit ET-101 lalu letakkan untiing-unting di atas PAatau PI dan
P2. Untuk mendapatkan sudut horizontal (H), arahkan teropong ke benang
unting-unting PA atau Pi. Benang silang teropong sering terlihat kabur,
putarlah okuler agar benang silang teropong jelas terlihat hitam kelam, setelah
benang silang teropong berimpit dengan benang unting- unting, lalu tekan
tombol “reset” pada layar, lalu putar teropong theodolit searah jarum jam
menuju benang unting-unting yang berada di p2, sampai betul-betul benang
silang teropong berimpit dengan benang unting-unting, lalu tekan tombol hold
sehingga diperoleh bacaan sudut horizontal H langsung.
14. Selanjutnya tekan tombol “reset” pada layar, lalu tekan lagi tombol “R/L” (R
= putar kanan; L = putar kiri) dan putar teropong theodolit ke arah kiri menuju
unting-unting yang berada di PA atau P1, sehingga diperoleh ulangan bacaan
sudut horizontal H.
15. Setelah bacaan horizontal (H) selesai, benang unting-unting di atas P A atau Pi
dan P2 dipindahkan untuk diganti dengan rambu ukur.
16. Rambu diletakkan dimuka atau dibelakang patok (tidak di atas patok), yaitu
pertama kearah PA atau Pi dimana benang tengah kurang lebih atau sama
dengan setinggi TA. Benang silang teropong benar-benar berimpit tengah
bacaan rambu ukur. Pada saat membaca rambu hendaknya rambu dipegang
dalam posisi tegak. Bacalah sudut vertical (V) dan ketiga benang stadia
(benang atas atau Ba, benang tengah atau Bt dan benang bawah atau Bb). Nilai
Bt merupakan rata-rata nilai Ba dan Bb. Pada saat membaca sudut V posisi
teropong jangan diubah (samakan ketika membaca benang silang), karena
perubahan arah teropong akan merubah bacaan ketiga benang silang. Untuk
memudahkan pengukuran, disarankan Bt diarahkan setinggi alat (TA). Cara
yang sama dilakukan pada bidikan kearah rambu ukur yang dipasang pada
patok P2. Dengan demikian pengukuran di atas P1 dinyatakan selesai dan
pengukuran dipindahkan ke titik ukur poligon selanjutnya, yaitu titik P2 untuk
membidik kearah P1 dan P3.
17. Bila theodolit dari jenis yang tak ada kompas Boussole, maka digunakan
kompas tangan untuk mengukur azimuth satu ruas garis polygon sebagai
acuan, ruas yang lain tidak perlu diukur lagi theodolit NT- 2D.
18. Bila menggunakan jenis theodolit yang ada Boussolenya, maka ketika
membidik sudut arah PA maupun P1 Boussol harus dibuka, sehingga bacaan
sudut arah langsung menunjukkan azimuth dan tidak perlu kompas tangan
lagi.
19. Dengan demikian selesai pengukuran pada titik P1, Theodolit dipindah ke P2
dan ulangi prosedurnya seperti pengukuran mulai pada P1 sampai terakhir
pada P1 lagi. Untuk Theodolit manual hendaknya selama pengukuran arah
bidikan konsisten (tetap), dari titik poligon belakang lalu ke titik poligon muka
berputar searah jarum jam, yaitu selisih sudutnya merupakan sudut dalam atau
sudut luar, tetapi untuk digital elektronik Theodolit tidak dibatasi dan bacaan
sudut horizontal bisa diulang-ulang untuk menghasilkan rataan yang
sempurna.
20. Pembacaan sudut.
- Sudut horizontal (horizontal angle/H) seperti pada point ‘’m’’ di muka.
- Sudut Vertikal (vertical angel/V) atau nama lainnya adalah sudut zenith (Z).
Sudut Z berbeda dengan Sudut miring (helling) dimana sudut helling adalah
sudut yang dibentuk oleh garis bidik teropong dengan bidang horizontal.
Besarnya sudut tersebut dapat dihitung dari pembacaan sudut vertikal
teropong V. Sudut yang diperoleh merupakan sudut zenith (sudut vertikal),
sehingga untuk memperoleh sudut miring (helling (β) adalah 90°– Z). β =
(90˚- Z). Bila helling (β) bernilai negatif menunjukkan teropong mengarah ke
titik ukur yang lebih rendah (menurun) atau sebaliknya
Rumus yang digunakan dalam praktik pengukuran dan perpetaan adalah
1. Perhitungan selisih bacaan sudut horizontal

PA + P 2
Selisih =
2
2. Perhitungan bacaan benang stadia PA

BA+ BB
Bt P A =
2

3. Perhitungan sudut miring (helling)

β=90 °−Z

4. Perhitungan jarak optis / miring/ Do (m)


100 x (BA−BB)
PA =
1000

5. Perhitungan Dt
Dt = Do x (sin Z)2

6. Perhitungan Dt. Rata-rata


Dt 1+ Dt 2
Dt =
2

7. Perhitungan beda tinggi /dAB


dAB = Dt x Tan β

8. Perhitungan beda tinggi/dAB rata-rata

dAB1+ dAB2
PA =
2
9. Perhitungan tinggi titik poligon

Tinggi titik poligon = Elevasi – dAB Rata-rata

10. Perhitungan Koreksi


Koreksi = { ( n−2 x 180 ° )−∑ sudut dalam/ β }

koreksi
Koreksi rata-rata =
n

11. Perhitungan Sudut Dalam Terkoreksi


Sudut dalam terkoreksi = Sudut β ± koreksi
12. Perhitungan azimuth Segmen Pengukuran
Azimuth PAP1 = α + Azimuth ± 360 °
13. Perhitungan Koordinat X
X1 = Xα + d Sin α
14. Perhitugan Koordinat Y
Y1 = Yα = d cos α

15. Perhitungan d sin α


d sin α = Dt x d sin α

16. Perhitungan d cos α


d cos α = Dt x d cos α
e. Hasil dan pembahasan
1. Hasil
Hasil dari praktik Pengukuran dan Perpetaan adalah sebagai berikut
Tabel 1. Pengukuran tachymetry
Beda Beda Tinggi titik
tinggi tinggi rata2 polygon
Bacaan
Jarak /dAB
Bacaan sudut benang stadia Sudut miring
Selisih bacaan sudut Bacaan sudut vertical / (m)
hor./α (helling)/
Titik polygon (Letak & Titik yang hor. muka dg belk. α V or sudut Z
Β
tinggi alat/TA) dibidik BA Optis/ Datar Jarak (m)
( ° ´ ´´ ) ( ° ´ ´´ ) miring /Dt datar rata2 (m)
( ° ´ ´´ ) ( ° ´ ´´ )
BT /Do (m)
(m) (m)
BB
1450
PA 243°04’50” 1400 84°49’00” 5,183 10 -1,068 -0,096 65
1350
P1 243°04’50”
1450
P2 243°04’50” 1400 96°53’30” -6,891 10 4,694 -0,567
1350
3,705 0,213 65,213
1450
P1 165°45’30” 1400 87°02’20” 2,961 10 2,717 0,140
P2 165°45’40” 1350
1450
P3 165°45’50” 1400 93°50’10” -3,836 10 2,552 -0,171
1350
2,245 -0,015 65,198
1490
84°55’40” 1430 85°51’10” 4,147 12 1,939 0,140
P2
1370
P3 84°55’45”
1500
P4 84°55’40” 1430 93°01’10” -3,019 14 3,058 -0,161
1360
-2,082 -0,284 64,914

Beda Beda Tinggi titik


Bacaan sudut tinggi tinggi rata2 polygon
Selisih bacaan sudut hor. Bacaan sudut Sudut miring
hor./α
Keterangan:
Titik polygon (Letak & Titik yang muka dg belk. α Bacaan vertical / V or sudut Z (helling)/
Jarak
tinggi alat/TA) dibidik benang stadia Β
( ° ´ ´´ ) ( ° ´ ´´ )
Koordinat X : 0271357 ( ° ´ ´´ ) Elevasi: 65m
Koordinat Y : 9611409 Azimuth: 330°
Optis/ Datar Jarak /dAB (m)
BA miring /Dt datar rata2
/Do (m)
( ° ´ ´´ ) (m) (m) (m)
BT
(m)
BB
1400 -
P3 139°08’40” 1330 86°46’10” 3,230 14 -0,407
7,223
1260
P4 139°8’35”
1380
P5 139°08’30” 1330 89°24’00” 0,6 10 9,529 0,099
1280 1,287 0,064 64,978
1510 -
P4 115°00’20” 1460 90°14’40” -0,244 10 0,029
6,954
1410
P5 115°00’15”
1500 -
P6 115°00’10” 1460 84°37’20” 5,377 8 -0,474
5,043
1420
1460 -0,263 64,715
P5 154°00’50” 1420 94°53’30” -4,891 8 0,167 -0,052
1380
P6 154°0’35”
1460
P7 154°00’20” 1420 84°59’00” 5,016 8 3,018 0,269
1380 0,402 65,117
1435 -
P6 142°13’10” 1400 94°22’50” -4,380 7 0,535
6,994
1365
P7 142°13’10”
1450 -
P1 142°13’10” 1400 85°55’40” 4,027 15 -0,066
0,922
1300
99°03’40” 1420 10 -0,211 64,906
P7 1370 93°44’20” -3,738 5,449 -0,356
P1 99°3’45” 1320
P2 1420
-
99°03’50” 1370 92°29’40” -2,494 10 0,433
9,958
1320

Tabel 1. Lanjutan
Tabel 2. Hasil Hitungan Polygon

Koordinat
Sudut horisontal
Azimuth φ Jarak Rata2 d Sin φ d Cos φ Titik poligon
Titik (o‘“) (o‘“)
Polygon/ (o‘“)
segmen Sudut α Koreksi (m) X (m) Y (m)
Terkoreksi (o ‘ “)
(o‘“) (o‘“)

-0,820
PA 330 o - - 243 o 04’50” 1,813 -1,616 0271357 9611409 PA

99o 3’45” 0 o1’6,43” 99 o 2’38,57” 33 o 4’50” 2,634 1,437 2,207 271355,384 9611408,18
P1 P1

165 o 45’40” 0 o1’6,43” 165 o 44’33,5” 180 o 50’30” 2,498 0,806 2,364 271356,821 9611410,387
P2 P2

84 o55’45” 0 o1’6,43” 84 o 54’38,57” 283 o 46’15” 1,153 -1,119 0,274 271357,627 9611412,751
P3 P3

139o 8’35” 0 o1’6,43” 139 o 7’28,57” 242 o 54’50” -5,998 5,340 2,731 271356,508 9611413,025
P4 P4

115o 0’15” 0 o1’6,43” 114 o 59’8,57” 177 o 55’5” 4,293 0,155 -4,290 271361,848 9611415,756
P5 P5

P6 154 o0’35” 0 o1’6,43” 153 o 59’28,5” 151 o 55’40” -3,653 -1,719 3,223 271362,003 9611415,752 P6

9611415,755
P7 142o 13’10” 0 o1’6,43” 142 o 12’3,57” 114 o 8’50” -2,254 -2,056 0,922 271360,284 P7

Jumlah 0 o 0’0” 0 o 0’0” 0 o 0’0”


Contoh Perhitungan
1. Perhitungan selisih bacaan sudut horizontal

PA + P 2
Selisih =
2

243° 04 50+ 43°04`50


 Selisih PAP2 =
2

=486 ° 9 40} over {2 ¿


= 243° 4 50
2. Perhitungan bacaan benang stadia PA

BA+ BB
Bt PA =
2

1450+1350
 Bt PA =
2
2,800
=
2
= 1,400
3. Perhitungan sudut miring (helling)

β=90 °−Z

 β PA = 90° - 84° 49 00 = 5° 11 0 ”
= 5,183

4. Perhitungan jarak optis / miring/ Do (m)

100 x (BA−BB)
PA =
1000

100 x (1450−1350)
 PA =
1000

100 x 100
=
1000
= 10 m
5. Perhitungan Dt

Dt = Do x (sin Z)2
 Dt PA = 10 x (sin 84° 49 00 2

= 37 x (-0,106837715)
= -1,068 m

6. Perhitungan Dt. Rata-rata


Dt 1+ Dt 2
Dt =
2

(−1,068)+4,694
 Dt P2P1 =
2

= 1,813 m
7. Perhitungan beda tinggi /dAB
dAB = Dt x Tan β

 dAB PA = (-1,068) x Tan (5,183)


= - 0,096m

8. Perhitungan beda tinggi/dAB rata-rata


dAB1+ dAB2
PA =
2
(−0,096)+(−0,567)
 PA =
2

= -0,331 m

9. Perhitungan tinggi titik poligon

Tinggi titik poligon = Elevasi – dAB Rata-rata

 PA P2P1 = 65 + (-0,331)
= 64,669
Contoh Perhitungan Polygon
1. Perhitungan Koreksi
Koreksi = { ( n−2 x 180 ° )−∑ sudut dalam/ β }

koreksi
Koreksi rata-rata =
n
Koreksi = { ( 7−2 x 180 ° )−900 ° 7 ' 45 ' ' }
= 900° 0 ' 0 ' ' −900 ° 7 ' 45 ' '
= −0 ° 7 ' 45 ' '

−0 ° 7 ' 45 ' '


Koreksi P1 =
7
= −0 ° 1' 6 , 43' '

2. Perhitungan Sudut Dalam Terkoreksi


Sudut dalam terkoreksi = Sudut β ± koreksi
P1 = 99 ° 3' 45'' −0° 1' 6 , 43' '
= 99 ° 2' 38 , 57' '

3. Perhitungan azimuth Segmen Pengukuran


Azimuth PAP1 = α + Azimuth ± 360 °
= ¿243° 4 ' 50' ' −180 °¿−360 °
= 33° 4 ' 50' '
4. Perhitungan Koordinat X
X1 = Xα + d Sin α
P1 = (-1,616) + 0271357
= 271355384
5. Perhitugan Koordinat Y
Y1 = Yα = d cos α
= (-0,820) + 9611409
= 961140818
6. Perhitungan d sin α
d sin α = Dt x d sin α
PA = 1,813 x ¿sin 243° 4 ' 50' ' ¿
= 1,813 x (-0,891643935)
= -1,616
7. Perhitungan d cos α
d cos α = Dt x d cos α
PA = 1,813 x ¿cos 243° 4 ' 50' ' ¿
= 1,813 x (-0,452237332)
= -0,820
Berikut adalah sketsa hasil dari praktik Pengukuran dan Perpetaan yang
dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Sketsa Poligon Tertutup


2. Pembahasan

Praktik ini memiliki 6 titik yang diukur yaitu titik P1 hingga P6, serta ada
satu titik ikat atau titik bantu (PA) setiap sudut yang ditentukan akan ditandai
dengan 1 buah patok kecil yang diberi label nama titik. Hasil data yang diperoleh
dari pengukuran menggunakan theodolit berupa bacaan sudut vertikal, bacaan
sudut horizontal, bacaan rambu ukur antar titik, koordinat x dan y titik bantu
(PA), data elevasi titik bantu, dan azimuth titik bantu ke titik pertama (P1).
Koordinat x,y dan data elevasi didapatkan dari menggunakan GPS yang dilakukan
di titik bantu (PA), berdasarkan data hasil pengukuran koordinat titik bantu
menunjukkan koordinat x 0271357 dan koordinat y 9611409 dengan elevasi
sebesar 65 mdpl, sedangkan data azimuth dari titik bantu ke titik pertama (P1)
diperoleh adalah 330. Hasil data bacaan sudut horizontal pada titik pertama (P1)
ada dua yaitu hasil bacaan sudut horizontal dari titik pertama ke titik bantu (PA)
dan bacaan sudut horizontal dari titik pertama ke titik kedua (P2) begitu pula
dengan bacaan sudut vertikal ada dua yang didapatkan dengan cara membidik titik
acuan dan titik kedua.
Pengukuran tachymetri menggunakan theodolit didapat hasil selisih
bacaan sudut horizontal PAP2 yaitu 243°04’50”, perhitungan bacaan benang stadia
PAP2 yaitu 1400, bacaan sudut vertikal yaitu 84°49’00” ,sudut miring P AP2 yaitu
5,183, jarak optis PAP2 10m, jarak datar PAP2 yaitu -1,068m, beda tinggi yaitu -
0,096m, tinggi titik polygon yaituu 65m. Perhitungan polygon yaitu 330 o, koreksi
P1 yaitu -1o1’6,43’’, sudut dalam terkoreksi yaitu 99o2’38,57’’, azimuth segmen
pengukuran PAP1 33o4’50’’, koordinat x yaitu 271355384, koordinat y yaitu
961140818, d sin α PA yaitu -1,616, d cos α PA yaitu -0,820.
Pekerjaan surveying selalu melibatkan pengukuran jarak, sudut, dan arah.
Pengukuran tersebut menggunakan alat khusus dan tidak terlepas dari kesalahan
pengukuran, dan kesalahan tersebut bersumber dari beberapa faktor, seperti
kondisi alat yakni sering kali bandul goyang tidak ada yang menjaga dan
terkadang sudut vertikal teropong bergeser ke atas ataupun ke bawah dikarenakan
pengunci halus teropong kurang rapat, kondisi alam seperti hujan dan panas juga
cukup berpengaruh dalam proses pengamatan dan kondisi manusia atau pengguna
alat. Faktor alat dan manusia dapat diatasi jika patuh pada peraturan yang telah
ditetapkan dan untuk faktor alam hanya dapat diketahui pada saat praktik.
f. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktik Pengukuran dan Perpetaan adalah


1. Pada alat theodolit terdapat 24 bagian yang masing-masingnya memiliki
fungsinya tersendiri, salah satu contohnya bagian nivo kotak yang berfungsi
untuk mengecek tingkat kedataran sumbu I vertikal.
2. Penggunaan alat theodolit mampu dilakukan dengan memperhatikan segala
metode dan cara yang benar sehingga mendapatkan data di lapangan.
3. Berdasarkan hasil data yang didapatkan pada saat di lapangan menghasilkan
jarak miring sebesar PAP2 10m, P1P3 10m, P2P4 10m, P3P5 14m, beda tinggi
sebesar PAP2 -0,096m, P1P3 0,140m, P2P4 0,140m, P3P5 -0,407m, azimuth 330˚,
elevasi 65 mdpl, dan titik koordinat x = 0271357, titik koordinat y = 9611409.
3.2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan

a. Landasan Teori

Perisalahan Hutan merupakan kegiatan inventarisasi hutan pada hutan


tanaman ataupu hutan alam. Bertujuan untuk mencatat keadaan tegakan dan
keadaan tempat tumbuhnya (habitat) di lapangan pada wilayah hutan yang akan
ditata untuk jangka waktu satu tahun untuk menyusun rencana teknis tahunan
(RTT). Tujuan kegiatan perisalahan hutan adalah untuk memperoleh informasi
tentang keadaan tegakan (jenis, jumlah pohon, diameter setinggi dada, tinggi total,
kualitas pohon) dan keadaan lapangan yang sesungguhnya (koordinat lokasi
pohon dan lokasi plot ukur, kemiringan lahan, tumbuhan bawah), sehingga
kegiatan harus dilaksanakan di lapangan (ground survey) (Mardiatmoko, 2014).
Informasi yang dihasilkan dari survey lapangan tersebut, kemudian
dilakukan analisis melalui perhitungan sederhana menggunakan rumus/formula
yang sudah baku/standard. Beberapa parameter yang perlu dihasilkan dari analisis
tersebut antara lain: luas tanaman, umur tegakan, peninggi, klas bonita, kerapatan
tegakan yang dipresentasikan dalam bentuk jumlah pohon per hektar (N/ha), Luas
Bidang Dasar pohon per hektar (LBDs/ha), Derajat Kesempurnaan Kerapatan
Tegakan (DKn), Derajat Kesempurnaan Kerapatan Bidang Dasar (KBD), serta
klas hutan. Parameter tersebut merupakan informasi yang sangat penting untuk
penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) (Suyanto, 2022).
Pembuatan rencana pengelolaan hutan membutuhkan ketersediaan
beragam data dan informasi tentang kondisi tegakan, serta data riap atau
pertumbuhan tegakan. Data dan informasi tersebut mutlak harus tersedia karena
merupakan dasar utama penentuan strategi pengelolaan yang antara lain meliputi
panjang daur atau rotasi tebang. Jatah tebangan tahunan, serta memaksimumkan
manfaat yang diperboleh tanpa mengesampingkan azas kelestarian sumber daya.
Pengelolaan sumber daya hutan berkelanjutan identik dengan pengelolaan hutan
yang terencana, dimana pengelolaannya mengarah kepada pemanfaatan secara
rasional, optimal, sesuai daya dukung, serta berorientasi kepada pemanfaatan
masa kini, tetapi juga menjamin kelangsunganya. Inventarisasi hutan wajib
sebagai dasar penyusunan rencana - rencana kehutanan (Suyanto, 2022).
b. Tujuan

Tujuan dari praktik Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan adalah


sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran data tegakan (potensi tegakan per
plot, potensi tegakan per hektar, peninggi, Luas bidang dasar/ LBD, dan
volume) dan keadaan tempat tumbuh (bentuk topografi, lereng, tanah,
tumbuhan bawah).
2. Mahasiswa mampu membuat rekap rata-rata per hektar untuk jumlah pohon
(n) dan volume
3. Mahasiswa mampu mengetahui topografi dari perhitungan jalur profil

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktik Inventarisasi Tegakan


Sebelum Penebangan adalah sebagai berikut:
1. Pengukur diameter pohon setinggi dada (meteran jahit/phi band)
2. Pengukur tinggi/lereng (clinometer) atau hagameter
3. Meteran (panjang 30m), Parang bersarung, steples kecil, jallon, GPS, kompas
4. Kalkulator
5. Alat tulis (bullpoint, pensil, penghapus, spidol marker)
6. Label (lapak plastik merah dan kuning)
7. Ajir (dari kayu setempat / batang anakan tingkat tiang dari jenis tidak
komersil)
8. Peta RKT (menggambarkan batas blok/petak pengelolaan)
9. Tabel konversi jarak
10. Tally sheet pengukuran topografi
11. Tally sheet inventarisasi hutan (ITSP)

d. Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan dalam praktik Inventarisasi Tegakan Sebelum


Penebangan adalah sebagai berikut:
1. Membuat database plot ukur permanen (pup) berukuran 100x100m
2. Sepanjang batas pup diberi batas ajir setiap jarak datar 20m, pada jarak datar
100m yang akan terbagi dalam 5 ajir
3. Lakukan pengukuran devasi dari setiap lokasi ajir untuk membuat
topografidengan mengukur jarak miring dan besarnya lereng, keempat titik
sudut pup posisinya dikontrol dengan GPS
4. Setelah selesai penataan batas pup, lalu dilakukan inventarisasi dengan
mencatat semua pohon diameter >20cm dan tiang diameter 10-19,9cm
kemudian dilakukan pengukuran diameter dan tinggi, di identifikasi jenis dari
masing-masing pohon dan diberi label

Rumus yang digunakan dalam praktek Inventarisasi Tegakan Sebelum


Penebangan adalah
1. Perhitungan Diameter
k
D=
π

2. Perhitungan LBD
1
LBD = .π.d2
4
3. Perhitungan Volume
1
V = × π × d2 × t × fk
4

4. Perhitungan Konversi Lereng



P1P2 = 100 =
Invers Tan ∝
DMS
5. Perhitungan Beda Tinggi
Dh = Dm . sin α
6. Perhitungan Jarak Datar
Dt = Dm .cos α
7. Perhitungan Dt Terkoreksi
Dt hitung = √ (x 2−x 1)2 +( y 2− y 1)2

Beda jarak = [Dt hitung -∑ Dt ukur ]


beda jarak
Dt terkoreksi = Dt hitung+( )
jarak segmen
8. Perhitungan Dt . sin φ
Dt . sin φ = Dt terkoreksi x sin φ
9. Perhitungan Dt . cos φ
Dt . cos φ = Dt terkoreksi . cos φ
10. Perhitungan Koordinat X
Koordinat X = (Dt sin φ ) + X1
11. Perhitungan koordinat Y
Koordinat Y = (Dt cos φ ) + Y1
12. Titik tinggi Ukur
Titik tinggi ukur = tinggi P1 + Dh
13. Perhitungan Skala Vertikal
1
SkalaVertikal = ×titik tinggi ukur
10
14. Perhitungan Skala Horizontal
Skalahorizontal=Panjang penggaaris : ∑ dt terkoreksi
e. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Hasil dari praktik Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan dapat
dilihat pada tabel 4 sampai tabel 17.
Tabel 3. Hasil risalah hutan plot 1
Ket.
No. No. Kel. Dia. TBC. LBD Vol Abs. Ord. Nama Phn (T, Sket posisi
PU Phn (cm) (cm) (m) (m2) (m3) (X) (Y) Jenis I,L) phn

P1 1 68 21,66 17 0,037 0,438 -3 1 Alaban I


P1 2 36 11,46 3 0,010 0,022 -3 2 Pulantan I
P1 3 48 15,29 7 0,018 0,090 -8 3 Alaban I
Madang
P1 4 138 43,95 15 0,152 1,592 -8 4 puspa I
Bangkal
P1 5 41 13,06 14 0,013 0,131 -9 6 gunung I
P1 6 91 28,98 16 0,066 0,738 -1 7 Tarap I
Madang
P1 7 64 20,38 18 0,033 0,411 -4 9 puspa I
P1 8 36 11,46 10 0,010 0,072 -1 11 Alaban I
P1 9 34 10,83 4 0,009 0,026 -10 13 Alaban I
Madang
P1 10 83 26,43 11 0,055 0,422 -10 13 puspa I
P1 11 32 10,19 9 0,008 0,051 -9 13 Jamai I
Serai
P1 12 32 10,19 11 0,008 0,063 -8 13 merah I
P1 13 56 17,83 6 0,025 0,105 -3 16 Jamai I
Kayu
P1 14 43 13,69 14 0,015 0,144 -8 18 kacang I
P1 15 54 17,20 9 0,023 0,146 -8 18 Jamai I
P1 16 34 10,83 9 0,009 0,058 5 2 Jamai I
P1 17 41 13,06 14 0,013 0,131 9 4 Jamai I
P1 18 41 13,06 12 0,013 0,112 8 7 Jamai I
P1 19 32 10,19 10 0,008 0,057 1 11 Jamai I
Bangkal
P1 20 76 24,20 13 0,046 0,418 9 11 gunung I
P1 21 55 17,52 11 0,024 0,185 3 11 Alaban I
P1 22 44 14,01 12 0,015 0,129 9 12 Jamai I
P1 23 35 11,15 12 0,010 0,082 3 16 Bati-bati I
Madang
P1 24 106 33,76 16 0,089 1,002 4 16 puspa I
P1 25 32 10,19 11 0,008 0,063 5 16 Jamai I
P1 26 36 11,46 8 0,010 0,058 9 17 Mahang I
P1 27 32 10,19 12 0,008 0,068 4 17 Jamai I
P1 28 36 11,46 11 0,010 0,079 -3 15 Alaban I
Keterangan: PU = Plot Ukur; Dia. = Diameter; Kel. = Keliling; TBC = Tinggi bebas
cabang; LBD = Luas bidang dasar; Vol. = Volume;
Tabel 4. Hasil risalah hutan plot 2
Ket.
No. No. Kel. Dia. TBC. LBD Vol Abs. Ord. Nama Phn (T, Sket posisi
PU Phn (cm) (cm) (m) (m2) (m3) (X) (Y) Jenis I,L) phn

O1 1 43 13,69 10 0,015 0,103 -9 3 Alaban I


O1 2 33 10,51 8,5 0,009 0,052 -9 6 Alaban I
O1 3 38 12,10 8 0,011 0,064 -10 7 Jamai I
O1 4 37 11,78 20,5 0,011 0,156 -6 2 Jamai I
Madang
O1 5 39 12,42 24 0,012 0,203 -3 2 puspa
I
O1 6 74,5 23,73 6,5 0,044 0,201 9 1 Jenah I
Serai
O1 7 33 10,51 5 0,009 0,030 10 3 putih
I
O1 8 84 26,75 7 0,056 0,275 8,6 4 Putat I
Madang
O1 9 130 41,40 6 0,135 0,565 8 4 puspa
I
Madang
O1 10 40 12,74 14,5 0,013 0,129 3 4 puspa
I
O1 11 36 11,46 11,5 0,010 0,083 2 3,8 Jamai I
O1 12 34 10,83 4 0,009 0,026 0,7 4 Alaban I
Bangkal
O1 13 40 12,74 8 0,013 0,071 -3 12 gunung
I
O1 14 40 12,74 4 0,013 0,036 -2,7 1,8 Alaban I
O1 15 34 10,83 6 0,009 0,039 -8 4 Alaban I
O1 16 29,3 9,33 8,5 0,007 0,041 -4 5 Jamai I
Madang
O1 17 57 18,15 13 0,026 0,235 1 7 puspa
I
O1 18 33 10,51 9,5 0,009 0,058 7,5 6 Alaban I
O1 19 33 10,51 15 0,009 0,091 2,5 3 Jenah I
Madang
O1 20 66 21,02 13,5 0,035 0,328 5,5 8 puspa
I
O1 21 68 21,66 9 0,037 0,232 -6 4 Mampat I
Bangkal
O1 22 107 34,08 20 0,091 1,276 3 11 gunung
I
Kamalak
O1 23 36 11,46 5 0,010 0,036 -8 10 a
I
O1 24 63 20,06 11 0,032 0,243 -6 10 Mampat I
O1 25 41 13,06 4 0,013 0,037 6 12 Jamai I
O1 26 50 15,92 2,5 0,020 0,035 4,5 11,5 Jamai I
O1 27 62 19,75 3 0,031 0,064 -3,5 8 Jamai I
O1 28 48 15,29 4 0,018 0,051 -4 8 Jamai I
O1 29 51 16,24 8 0,021 0,116 -8,5 -7,5 Jamai I
O1 30 41 13,06 9,5 0,013 0,089 -9 7,4 Jamai I
O1 31 35,3 11,24 13,5 0,010 0,094 9 11 Mampat I
Madang
O1 32 76 24,20 7,5 0,046 0,241 -6 18 puspa
I
Madang
O1 33 63 20,06 11 0,032 0,243 3 15 puspa
I
O1 34 52 16,56 9,5 0,022 0,143 5,5 16 Kerangas I
Serai
O1 35 36 11,46 10,5 0,010 0,076 0,5 18 putih
I
Keterangan: PU = Plot Ukur; Dia. = Diameter; Kel. = Keliling; TBC = Tinggi bebas
cabang; LBD = Luas bidang dasar; Vol. = Volume;
Tabel 5. Hasil risalah hutan plot 3
Ket.
No. No. Kel. Dia. TBC. LBD Vol Abs. Ord. Nama Phn (T,
PU Phn (cm) (cm) (m) (m2) (m3) (X) (Y) Jenis Sket posisi
I,L) phn

N1 1 52 16,56 10 0,022 0,151 -1 1 Madang I


N1 2 48 15,29 2 0,018 0,026 -3 1 Serai putih I
N1 3 35 11,15 6 0,010 0,041 -6 1 Jamai I
N1 4 37 11,78 8 0,011 0,061 -6 2 Jamai I
N1 5 53 16,88 6 0,022 0,094 -8 6 Jamai I
Kayu
N1 6 52 16,56 8 0,022 0,121 -5 6 kacang I
N1 7 34,33 10,93 5 0,009 0,033 -1 6 Jamai I
Madang
N1 8 49,5 15,76 10 0,020 0,137 -5 8 puspa I
Serai
N1 9 33 10,51 9 0,009 0,055 -2 8 merah I
N1 10 46 14,65 6 0,017 0,071 -1 9 Alaban I
N1 11 34 10,83 4 0,009 0,026 -2 3 Jamai I
Madang
N1 12 118 37,58 10 0,111 0,776 -8 10 puspa I
N1 13 48,5 15,45 3 0,019 0,039 -2 14 Jamai I
Madang
N1 14 116 36,94 7 0,107 0,525 -5 15 puspa I
N1 15 35 11,15 4 0,010 0,027 -7 17 Bintangur I
N1 16 46 14,65 10 0,017 0,118 -6 17 Kamalaka I
N1 17 36,5 11,62 14 0,011 0,104 -3 18 Jamai I
Madang
N1 18 106 33,76 14 0,089 0,877 -5 18 puspa I
N1 19 38 12,10 12 0,011 0,097 1 18 Jamai I
Madang
N1 20 49 15,61 9 0,019 0,120 5 1 puspa I
Serai
N1 21 53 16,88 10 0,022 0,157 3 1 merah I
Madang
N1 22 52 16,56 11 0,022 0,166 5 3 puspa I
Serai
N1 23 35 11,15 9 0,010 0,061 6 3 merah I
Madang
N1 24 33 10,51 6 0,009 0,036 3 3 puspa I
N1 25 35 11,15 5 0,010 0,034 7 4 Jamai I
N1 26 45 14,33 10 0,016 0,113 6 8 Jamai I
Madang
N1 27 34 10,83 5 0,009 0,032 3 10 puspa I
N1 28 45 14,33 7 0,016 0,079 9 13 Jamai I
N1 29 52 16,56 8 0,022 0,121 1 16 Jamai I
N1 30 22 7,01 10 0,004 0,027 5 17 Bintangur I
N1 31 26 8,28 8 0,005 0,030 3 18 Jamai I
Keterangan: PU = Plot Ukur; Dia. = Diameter; Kel. = Keliling; TBC = Tinggi bebas
cabang; LBD = Luas bidang dasar; Vol. = Volume;
Tabel 6. Hasil risalah hutan plot 4
Ket.
No. No. Kel. Dia. TBC. LBD Vol Abs. Ord. Nama Phn (T, Sket posisi
PU Phn (cm) (cm) (m) (m2) (m3) (X) (Y) Jenis I,L) phn

M1 1 44 14,01 10 0,015 0,108 -5 1,5 Jamai I

M1 2 44 14,01 5,5 0,015 0,059 -8 1,5 Alaban I


Kayu
M1 3 41 13,06 8 0,013 0,075 -6 1 kacang I

M1 4 48,5 15,45 6 0,019 0,079 4 3 Mampat I

M1 5 32 10,19 12 0,008 0,068 1,5 2 Mahang I

M1 6 63 20,06 2,5 0,032 0,055 1,5 1 Kamalaka I


Serai
M1 7 37 11,78 8 0,011 0,061 0,5 6 putih I
Serai
M1 8 49 15,61 11 0,019 0,147 6 7 putih I

M1 9 38 12,10 7 0,011 0,056 6,5 7,5 Jamai I

M1 10 41 13,06 7 0,013 0,066 4 8 Alaban I


Serai
M1 11 61 19,43 14 0,030 0,290 5 7,5 putih I

M1 12 75 23,89 14 0,045 0,439 -10 7,5 Margatahan I

M1 13 41 13,06 4,5 0,013 0,042 -6 8 Jamai I

M1 14 38 12,10 6,5 0,011 0,052 -3 5,5 Jamai I


Serai
M1 15 43 13,69 4,5 0,015 0,046 -2 9 putih I
Madang
M1 16 118 37,58 9 0,111 0,698 -3 13 puspa I

M1 17 33,5 10,67 7,5 0,009 0,047 -5 10 Jamai I

M1 18 32 10,19 9 0,008 0,051 -8 11 Jamai I

M1 19 38 12,10 7 0,011 0,056 -6,5 12 Jamai I

M1 20 40,5 12,90 7,5 0,013 0,069 -8,5 13 Jamai I

M1 21 42,66 13,59 3 0,014 0,030 -6 14 Jamai I

M1 22 43 13,69 5 0,015 0,052 1,5 17 Jamai I


Bangkal
M1 23 69 21,97 5 0,038 0,133 -3 20 gunung I

M1 24 39 12,42 7 0,012 0,059 -5 18 Alaban I


Madang
M1 25 61 19,43 3 0,030 0,062 5,5 8,5 pirawas I

M1 26 37 11,78 3 0,011 0,023 -7 18 Jamai I

M1 27 45 14,33 9 0,016 0,102 -8 16 Jamai I


Keterangan: PU = Plot Ukur; Dia. = Diameter; Kel. = Keliling; TBC = Tinggi bebas
cabang; LBD = Luas bidang dasar; Vol. = Volume;
Tabel 7. Hasil risalah hutan plot 5
Ket.
No. No. Kel. Dia. TBC. LBD Vol Abs. Ord. Nama Phn (T, Sket posisi
PU Phn (cm) (cm) (m) (m2) (m3) (X) (Y) Jenis I,L) phn

L1 1 35 11,14 6 0,009 0,031 2 2 Bati-bati I

L1 2 37 11,78 6,5 0,011 0,05 -1 1 Alaban I

L1 3 91 28,98 10 0,065 0,455 -3 2 Mampat I

L1 4 57 18,15 3,5 0,025 0,061 -4 3 Kamalaka I


Madang
L1 5 65 20,70 12 0,033 0,277 -2 4 puspa I

L1 6 39 12,42 13 0,012 0,109 -8 6 Jenah I

L1 7 36 11,46 15 0,010 0,105 -8 6 Alaban I

L1 8 44 14,01 4 0,015 0,042 -1 7 Serai putih I


Madang
L1 9 113,79 36,24 13 0,103 0,937 -4 9 puspa I

L1 10 66 21,01 10 0,034 0,238 -9 10 Alaban I


Bangkal
L1 11 37 11,78 11,5 0,011 0,088 -6 13 gunung I

L1 12 33,75 10,74 7 0,009 0,044 -8 12 Jamai I


Kayu
L1 13 50 15,92 7 0,019 0,220 -1 7 kacang I

L1 14 56,5 17,99 9 0,025 0,157 2 7 Serai putih I


Kayu
L1 15 38 12,10 8 0,011 0,061 3 9 kacang I

L1 16 78 24,84 9 0,048 0,302 -4 17 Tiwangau I

L1 17 52 16,56 3 0,021 0,044 -9 14 Bati-bati I

L1 18 38 12,10 6 0,011 0,046 -4 17 Bati-bati I

L1 19 39 12,42 7 0,012 0,016 -1 12 Bati-bati I

L1 20 42,3 13,47 6 0,014 0,058 1 14 Bati-bati I


Bangkal
L1 21 43 13,49 6 0,014 0,058 -5 19 gunung I
Bangkal
L1 22 48 15,28 5 0,018 0,063 8 16 gunung I
Bangkal
L1 23 39 12,42 9 0,012 0,075 8 16 gunung I

L1 24 39 12,42 4 0,012 0,033 4 16 Kamalaka I


Kayu
L1 25 41 13,05 8 0,013 0,072 4 19 tutup I
Kayu
L1 26 36 11,46 7 0,010 0,049 -2 19 tutup I
Keterangan: PU = Plot Ukur; Dia. = Diameter; Kel. = Keliling; TBC = Tinggi bebas
cabang; LBD = Luas bidang dasar; Vol. = Volume;
Contoh Perhitungan
1. Perhitungan Diameter
k
D=
π

 Plot O
43
D=
3,14
= 13,69 cm
= 0,13 m
2. Perhitungan LBD
1
LBD = .π.d2
4
 Plot O
1
LBD = . 3,14 . (0,136)2
4
1
= . 3,14 . 0,018
4
= 0,014 m2
3. Perhitungan Volume
1
V = × π × d2 × t × fk
4
 Plot O
1
V = × 3,14 × (0,136)2 × 10 × 0,7
4
1
= × 3,14 × 0,018 × 10 × 0,7
4

= 0,098 m3
Titik Konv. Dt Tinggi
Ti- dh Dt Skets
yg Dm Lereng α Lereng Ter Dt. Dt. titik
tik (+/- …m) (m) garis
dibi- (m) (+/-…%) (..O..’..”) koreksi SinФ CosФ ukur
ukur Dm.Sinα Dm.Cosα profil
dik Inv.tngα (m) (m)
P1 P2 1,8 20 11°18'35,76" 0,353 1,764 1,803 0 1,803 103,353

P2 P3 1,6 25 14°2'10,48" 0,388 1,552 1,591 0 1,591 103,741 -P


P3 P4 1,7 30 16°41'57,28" 0,488 1,628 1,667 0 1,667 104,229

P4 P5 1,6 38 20°48'24,25" 0,568 1,495 1,534 0 1,534 104,797 -P


P5 P6 1,5 42 22°46'56,66" 0,58 1,382 1,421 0 1,421 105,377

P6 P7 1,6 45 24°13'39,88" 0,656 1,459 1,498 0 1,498 106,033 -P


P7 P8 1,7 40 21°48'5,07" 0,631 1,528 1,567 0 1,567 106,664

P8 P9 1,7 42 22°46'56,66" 0,658 1,567 1,606 0 1,606 107,322 -P

P9 P10 1,8 38 20°48'24,25" 0,639 1,682 1,721 0 1,721 107,961

P10 P11 1,8 41 22°17'37,06" 0,683 1,665 1,704 0 1,704 108,644 -P

P11 P12 1,8 36 19°47'55,95" 0,609 1,693 1,732 0 1,732 109,253

P12 P13 1,6 25 14°2'10,48" 0,388 1,552 1,591 0 1,591 109,641


-P

P13 P14 1,6 10 5°42'38,14" 0,159 1,592 1,631 0 1,631 109,8


-P
P14 P15 1,7 11 6°16'38,27" 0,185 1,689 1,728 0 1,728 109,985
Skets
Jumlah 6,985 22,248 22,794 garis
Sket Profil profil
: kontur,
jalan,
alur,
sungai,
arah
aliran,
vegetasi
dan hal
– hal
penting.
Tabel 8. Tallysheet pengukuran profil jalur ITSP plot 1

Keterangan
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271363 mT; y= 9611801 mU; Elev 103 m dpl

Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271372 mT; y= 9611822 mU

Hari/Tanggal : Kamis, Kelompok/Klas : P/7 Ketua kelompok: Yuda Sapto Aji


06-07-2023
Dm = jarak miring; Dt = jarak datar, α = lereng; φ = azimuth; P = Titik-titik ukur poligon
Tabel 9. Tallysheet hitungan profil plot 1

Titi
Konv. Dt Tinggi
Ti- k yg Lereng dh Dt
Lereng Ter Dt. Koord titik
tik dibi Dm α (+/- …m) (m) Dt.
(..O..’..”) koreksi SinФ (x;y) ukur
ukur - (m) (+/-…%) Dm.Sinα Dm.Cosα CosФ
Inv.tngα (m) (m)
dik

X : 0271363
P1 P2 1,8 20 11°18'35,76" 0,353 1,764 1,803 0 1,803 Y : 9611805991 103,353

X : 0271363
P2 P3 1,6 25 14°2'10,48" 0,388 1,552 1,591 0 1,591 Y : 9611810769 103,741

X : 0271363
P3 P4 1,7 30 16°41'57,28" 0,488 1,628 1,667 0 1,667 Y : 9611815623 104,229

X : 0271363
P4 P5 1,6 38 20°48'24,25" 0,568 1,495 1,534 0 1,534 Y : 9611820344 104,797

X : 0271363
P5 P6 1,5 42 22°46'56,66" 0,58 1,382 1,421 0 1,421 Y : 9611824952 105,377

X : 0271363
P6 P7 1,6 45 24°13'39,88" 0,656 1,459 1,498 0 1,498 Y : 9611829637 106,033

X : 0271363
P7 P8 1,7 40 21°48'5,07" 0,631 1,528 1,567 0 1,567 Y : 9611834441 106,664

X : 0271363
P8 P9 1,7 42 22°46'56,66" 0,658 1,567 1,606 0 1,606 Y : 9611839234 107,322

X : 0271363
P9 P10 1,8 38 20°48'24,25" 0,639 1,682 1,721 0 1,721 Y : 9611844142 107,961

X : 0271363
P10 P11 1,8 41 22°17'37,06" 0,683 1,665 1,704 0 1,704 Y : 9611849033 108,644

X : 0271363
P11 P12 1,8 36 19°47'55,95" 0,609 1,693 1,732 0 1,732 Y : 9611853952 109,253

X : 0271363
P12 P13 1,6 25 14°2'10,48" 0,388 1,552 1,591 0 1,591 Y : 961185873 109,641

X : 0271363
P13 P14 1,6 10 5°42'38,14" 0,159 1,592 1,631 0 1,631 Y : 9611863548 109,8

X : 0271363
P14 P15 1,7 11 6°16'38,27" 0,185 1,689 1,728 0 1,728 Y : 9611868463 109,985

JUMLAH: 6,985 22,248 22,794

Keterangan:
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271363 mT; y= 9611801 mU; Elev 103 m dpl.

Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271372 mT; y= 9611822 mU

Hari/Tanggal : Kamis, Kelompok/Klas : P/7 Ketua kelompok: Yuda Sapto Aji


06-07-2023
Tabel 10. Tallysheet pengukuran profil jalur ITSP plot 2
Titik Konv. Dt Tinggi
Ti- dh Dt Skets
yg Lereng Ter titik
tik Dm Lereng α (+/- …m) (m) Dt. Dt. garis
dibi- (..O..’..”) koreksi ukur
ukur (m) (+/-…%) Dm.Sinα Dm.Cosα SinФ CosФ profil
dik Inv.tngα (m) (m)
P1 P2 2 10 5°42'38,14" 0,199 1,99 2,089 0 2,089 92,199

P2 P3 2 16 9°5'25" 0,316 1,974 2,073 0 2,073 92,515 -P


P3 P4 2 14 7°58'10,6" 0,277 1,981 2,08 0 2,08 92,792

P4 P5 2 12 6°50'33,98" 0,238 1,985 2,084 0 2,084 93,03 -P


P5 P6 2 7 4°0'15,02" 0,139 1,996 2,095 0 2,095 93,169

P6 P7 2 -4 2°17'26,2" -0,079 1,998 2,097 0 2,097 93,09 -P


P7 P8 2 -6 3°26'1,07" -0,119 1,996 2,095 0 2,095 92,971

P8 P9 2 -2 1°8'44,75" -0,039 1,999 2,098 0 2,098 92,932 -P

P9 P10 2 -4 2°17'26,2" -0,079 1,998 2,097 0 2,097 92,853

P10 P11 2 -2 1°8'44,75" -0,039 1,999 2,098 0 2,098 92,814


-P

-P

-P

Skets
Jumlah 0,814 19,916 20,906 garis
Sket Profil profil
: kontur,
jalan,
alur,
sungai,
arah
aliran,
vegetasi
dan hal
– hal
penting.

Keterangan
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271372 mT; y= 9611822 mU; Elev 103 m
dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271374 mT; y= 9611843 mU

Hari/Tanggal : Kamis, Kelompok/Klas : O/8 Ketua kelompok: Ridho


06-07-2023

Dm = jarak miring; Dt = jarak datar, α = lereng; φ = azimuth; P = Titik-titik ukur poligon


Tabel 11. Tallysheet hitungan profil plot 2

Titi
Dt
k Konv. Dt Tinggi
Ti- Lereng dh Te
yg Lereng (m Dt. Koord titik
tik Dm α (+/- …m) r Dt.
dibi (..O..’..”) ) SinФ (x;y) ukur
ukur (m) (+/-…%) Dm.Sinα koreksi CosФ
- Inv.tngα Dm.Cosα (m)
(m)
dik

X : 0271372
P1 P2 2 10 5°42'38,14" 0,199 1,99 2,089 0 2,089 Y : 92,199
9611824,278

X : 0271372
P2 P3 2 16 9°5'25" 0,316 1,974 2,073 0 2,073 Y : 92,515
9611826,263

X : 0271372
P3 P4 2 14 7°58'10,6" 0,277 1,981 2,08 0 2,08 Y : 92,792
9611826,269

X : 0271372
P4 P5 2 12 6°50'33,98" 0,238 1,985 2,084 0 2,084 Y : 93,03
9611826,084

X : 0271372
P5 P6 2 7 4°0'15,02" 0,139 1,996 2,095 0 2,095 Y : 93,169
9611826,095

X : 0271372
P6 P7 2 -4 2°17'26,2" -0,079 1,998 2,097 0 2,097 Y : 93,09
9611826,097

X : 0271372
P7 P8 2 -6 3°26'1,07" -0,119 1,996 2,095 0 2,095 Y : 92,971
9611826,095

X : 0271372
P8 P9 2 -2 1°8'44,75" -0,039 1,999 2,098 0 2,098 Y : 92,932
9611826,098

X : 0271372
P9 P10 2 -4 2°17'26,2" -0,079 1,998 2,097 0 2,097 Y : 92,853
9611826,097

X : 0271372
P10 P11 2 -2 1°8'44,75" -0,039 1,999 2,098 0 2,098 Y : 92,814
9611826,098

JUMLAH: 6,985 22,248 22,794

Keterangan

Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271372 mT; y= 9611822 mU; Elev 103 m dpl.

Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271374 mT; y= 9611843 mU

Hari/Tanggal : Kamis, Kelompok/Klas : O/8 Ketua kelompok: Ridho


06-07-2023
Tabel 12. Tallysheet pengukuran profil jalur ITSP plot 3
Titik Konv. Dt Tinggi
Ti- dh Dt Skets
yg Dm Lereng α Lereng Ter Dt. Dt. titik
tik (+/- …m) (m) garis
dibi- (m) (+/-…%) (..O..’..”) koreksi SinФ CosФ ukur
ukur Dm.Sinα Dm.Cosα profil
dik Inv.tngα (m) (m)

P1 P2 1,7 5 2°51'44,66" 0,084 1,697 2,173 0 2,173 111,084

P2 P3 1,9 10 5°42'8,14" 0,189 1,89 2,366 0 2,366 111,273 -P

P3 P4 1,5 2 1°8'44,75" 0,029 1,499 1,975 0 1,975 111,302

P4 P5 1,6 2 1°8'44,75" 0,032 1,599 2,075 0 2,075 111,334


-P

P5 P6 1,8 1 0°34'22,58" 0,018 1,799 2,275 0 2,275 111,352


-P
P6 P7 1,8 -7 4°0'15,02" 0,125 1,795 2,271 0 2,271 111,477

P7 P8 1,9 -10 5°42'38,14" 0,189 1,89 2,366 0 2,366 111,666


-P
P8 P9 1,4 1 0°34'22,58" 0,014 1,399 1,875 0 1,875 111,68

P9 P10 1,2 1 0°34'22,58" 0,012 1,199 1,675 0 1,675 111,692 -P


P10 P11 1,7 3 1°43'6,09" 0,051 1,699 2,175 0 2,175 111,743

P11 P12 1,6 3 1°43'6,09" 0,048 1,599 2,075 0 2,075 111,791 -P

P12 P13 1,9 3 1°43'6,09" 0,057 1,899 2,375 0 2,375 111,848


-P

Skets
garis
profil
Jumlah
0,848 19,964 23,503 : kontur,
jalan,
Sket Profil alur,
sungai,
arah
aliran,
vegetasi
dan hal
– hal
penting.

Keterangan
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271374 mT; y= 9611843 mU; Elev 103 m
dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271371 mT; y= 9611868 mU

Hari/Tanggal : Kamis, Kelompok/Klas : N/7 Ketua kelompok: Yuda Sapto Aji


06-07-2023
Dm = jarak miring; Dt = jarak datar, α = lereng; φ = azimuth; P = Titik-titik ukur poligon
Tabel 13. Tallysheet hitungan profil plot 3

Titi
Konv. Dt Dt Tinggi
Ti- k yg Lereng dh
Lereng (m Ter Dt. Koord titik
tik dibi Dm α (+/- …m) Dt.
(..O..’..”) ) koreksi SinФ (x;y) ukur
ukur - (m) (+/-…%) Dm.Sinα CosФ
Inv.tngα Dm.Cosα (m) (m)
dik

X : 0271374
P1 P2 1,7 5 2°51'44,66" 0,084 1,697 2,173 0 2,173 Y : 9611845,173 111,084

X : 0271374
P2 P3 1,9 10 5°42'8,14" 0,189 1,89 2,366 0 2,366 Y : 9611845,366 111,273

X : 0271374
P3 P4 1,5 2 1°8'44,75" 0,029 1,499 1,975 0 1,975 Y : 9611845,975 111,302

X : 0271374
P4 P5 1,6 2 1°8'44,75" 0,032 1,599 2,075 0 2,075 Y : 9611845,075 111,334

X : 0271374
P5 P6 1,8 1 0°34'22,58" 0,018 1,799 2,275 0 2,275 Y : 9611845,275 111,352

X : 0271374
P6 P7 1,8 -7 4°0'15,02" 0,125 1,795 2,271 0 2,271 Y : 9611845,271 111,477

X : 0271374
P7 P8 1,9 -10 5°42'38,14" 0,189 1,89 2,366 0 2,366 Y : 9611845,366 111,666

X : 0271374
P8 P9 1,4 1 0°34'22,58" 0,014 1,399 1,875 0 1,875 Y : 9611845,875 111,68

X : 0271374
P9 P10 1,2 1 0°34'22,58" 0,012 1,199 1,675 0 1,675 Y : 9611845,675 111,692

X : 0271374
P10 P11 1,7 3 1°43'6,09" 0,051 1,699 2,175 0 2,175 Y : 9611845,175 111,743

X : 0271374
P11 P12 1,6 3 1°43'6,09" 0,048 1,599 2,075 0 2,075 Y : 9611845,075 111,791

X : 0271374
P12 P13 1,9 3 1°43'6,09" 0,057 1,899 2,375 0 2,375 Y : 9611845,375 111,848

JUMLAH: 0,848 19,964 23,503

Keterangan :
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271374 mT; y= 9611843 mU; Elev 103 m dpl.

Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271371 mT; y= 9611868 mU

Hari/Tanggal : Kamis, Kelompok/Klas : N/7 Ketua kelompok: Yuda Sapto Aji


06-07-2023
Tabel 14. Tallysheet pengukuran profil jalur ITSP plot 4
Titi Konv. Dt Tinggi
Ti- dh Dt Skets
k yg Dm Lereng α Lereng Ter Dt. Dt. titik
tik (+/- …m) (m) garis
dibi- (m) (+/-…%) (..O..’..”) koreksi SinФ CosФ ukur
ukur Dm.Sinα Dm.Cosα profil
dik Inv.tngα (m) (m)

P1 P2 1,67 5 2°5'44,66" 0,083 1,66 1,794 0 1,794 113,083

P2 P3 1,86 1 0°34'22,58" 0,018 1,859 1,993 0 1,993 113,101


-P
P3 P4 1,95 8 4°34'26,12" 0,155 1,943 2,077 0 2,077 113,256

P4 P5 1,7 -10 5°42'38,14" 0,169 1,691 1,825 0 1,825 113,425 -P


P5 P6 1,68 -14 7°58'10,6" 0,233 1,663 1,797 0 1,797 113,658

P6 P7 1,25 -16 9°5'25" 0,197 1,234 1,368 0 1,368 113,855 -P


P7 P8 1,3 -24 13°29'44,64" 0,28 1,166 1,3 0 1,3 114,135

P8 P9 1,47 -27 15°6'34,47" 0,383 1,419 1,553 0 1,553 114,518 -P

P9 P10 1,21 -30 0°0'18,85" 0,11 1,205 1,339 0 1,339 114,628


-P
P10 P11 1,36 -35 20°18'16,11" 0,472 1,275 1,409 0 1,409 115,1

P11 P12 1,68 -39 21°18'20,28" 0,61 1,565 1,699 0 1,699 115,71
-P
P12 P13 1,19 -25 14°2'10,48" 0,288 1,15 1,284 0 1,284 115,998

P13 P14 1,68 -5 2°51'44,66" 0,083 1,678 1,812 0 1,812 116,081


-P

Skets
Jumlah 3,081 19,508 21,25 garis
profil
Sket Profil : kontur,
jalan,
alur,
sungai,
arah
aliran,
vegetasi
dan hal
– hal
penting.

Keterangan:
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271371 mT; y= 9611868 mU; Elev 103 m
dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271385 mT; y= 9611884 mU

Hari/Tanggal : Kamis, Kelompok/Klas : M/8 Ketua kelompok: Ridho


06-07-2023
Dm = jarak miring; Dt = jarak datar, α = lereng; φ = azimuth; P = Titik-titik ukur
poligon
Tabel 15. Tallysheet hitungan profil plot 4

Titi Dt
Konv. Dt Tinggi
Ti- k yg Lereng dh Te
Lereng (m Dt. Koord titik
tik dibi Dm α (+/- …m) r Dt.
(..O..’..”) ) SinФ (x;y) ukur
ukur - (m) (+/-…%) Dm.Sinα koreksi CosФ
Inv.tngα Dm.Cosα (m)
dik (m)

X : 0271371
P1 P2 1,67 5 2°5'44,66" 0,083 1,66 1,794 0 1,794 Y : 9611865,794 113,083

X : 0271371
P2 P3 1,86 1 0°34'22,58" 0,018 1,859 1,993 0 1,993 Y : 9611871,993 113,101

X : 0271371
P3 P4 1,95 8 4°34'26,12" 0,155 1,943 2,077 0 2,077 Y : 9611873,864 113,256

X : 0271371
P4 P5 1,7 -10 5°42'38,14" 0,169 1,691 1,825 0 1,825 Y : 9611875,689 113,425

X : 0271371
P5 P6 1,68 -14 7°58'10,6" 0,233 1,663 1,797 0 1,797 Y : 9611877,486 113,658

X : 0271371
P6 P7 1,25 -16 9°5'25" 0,197 1,234 1,368 0 1,368 Y : 9611878,854 113,855

X : 0271371
P7 P8 1,3 -24 13°29'44,64" 0,28 1,166 1,3 0 1,3 Y : 9611880,154
114,135

X : 0271371
P8 P9 1,47 -27 15°6'34,47" 0,383 1,419 1,553 0 1,553 Y : 9611881,707 114,518

X : 0271371
P9 P10 1,21 -30 0°0'18,85" 0,11 1,205 1,339 0 1,339 Y : 9611883,046 114,628

X : 0271371
P10 P11 1,36 -35 20°18'16,11" 0,472 1,275 1,409 0 1,409 Y : 9611884,455 115,1

X : 0271371
P11 P12 1,68 -39 21°18'20,28" 0,61 1,565 1,699 0 1,699 Y : 9611886,154 115,71

X : 0271371
P12 P13 1,19 -25 14°2'10,48" 0,288 1,15 1,284 0 1,284 Y : 9611887,438 115,998

X : 0271371
P13 P14 1,68 -5 2°51'44,66" 0,083 1,678 1,812 0 1,812 Y : 9611889,25 116,081

JUMLAH: 3,081 19,508 21,25

Keterangan
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271371 mT; y= 9611868 mU; Elev 103 m dpl.

Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271385 mT; y= 9611884 mU

Hari/Tanggal : Kamis, Kelompok/Klas : M/8 Ketua kelompok: Ridho


06-07-2023
Tabel 16. Tallysheet pengukuran profil jalur ITSP plot 5
Titi Konv. Dt Tinggi
Ti- dh Dt Dt. Dt. Skets
k yg Lereng Ter titik
tik Dm Lereng α (+/- …m) (m) SinФ CosФ garis
dibi- (..O..’..”) koreksi ukur
ukur (m) (+/-…%) Dm.Sinα Dm.Cosα profil
dik Inv.tngα (m) (m)

P1 P2 2 4 2°17'26,2" 0,079 1,998 1,948 0 1,948 109,079

P2 P3 2 1 0°34'22,58" 0,019 1,999 1,949 0 1,949 109,098


-P
P3 P4 2 4 2°17'26,2" 0,079 1,998 1,948 0 1,948 109,177

P4 P5 2 5 2°51'44,66" 0,099 1,997 1,947 0 1,947 109,276


-P
P5 P6 2 6 3°26'1,07" 0,119 1,996 1,946 0 1,946 109,395

P6 P7 2 8 4°34'26,12" 0,159 1,993 1,943 0 1,943 109,554 -P


P7 P8 2 3 1°43'6,09" 0,059 1,999 1,949 0 1,949 109,613

P8 P9 1,2 6 3°26'1,07" 0,072 1,197 1,147 0 1,147 109,685 -P

P9 P10 1,8 1 0°34'22,58" 0,018 1,799 1,749 0 1,749 109,703


-P
P10 P11 1,3 5 2°51'44,66" 0,065 1,298 1,248 0 1,248 109,768

P11 P12 1,7 3 1°43'6,09" 0,051 1,699 1,649 0 1,649 109,819


-P

-P

Skets
garis
Jumlah 0,819 19,973 19,423 profil
Sket Profil : kontur,
jalan,
alur,
sungai,
arah
aliran,
vegetasi
dan hal
– hal
penting.

Keterangan
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271385 mT; y= 9611884 mU; Elev 103 m
dpl.
Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271374 mT; y= 9611900 mU

Hari/Tanggal : Kamis, Kelompok/Klas : L/7&8 Ketua kelompok: Yuda Sapto Aji


06-07-2023 Ridho
Dm = jarak miring; Dt = jarak datar, α = lereng; φ = azimuth; P = Titik-titik ukur poligon
Tabel 17. Tallysheet hitungan profil plot 5

Titi
Konv. Dt Dt Tinggi
Ti- k yg Lereng dh
Lereng (m Ter Dt. Koord titik
tik dibi Dm α (+/- …m) Dt.
(..O..’..”) ) koreksi SinФ (x;y) ukur
ukur - (m) (+/-…%) Dm.Sinα CosФ
Inv.tngα Dm.Cosα (m) (m)
dik

X : 0271374
P1 P2 2 4 2°17'26,2" 0,079 1,998 1,948 0 1,948 Y :9611885,948 109,079

X : 0271374
P2 P3 2 1 0°34'22,58" 0,019 1,999 1,949 0 1,949 Y :9611885,949 109,098

X : 0271374
P3 P4 2 4 2°17'26,2" 0,079 1,998 1,948 0 1,948 Y :9611885,948 109,177

X : 0271374
P4 P5 2 5 2°51'44,66" 0,099 1,997 1,947 0 1,947 Y :9611885,947 109,276

X : 0271374
P5 P6 2 6 3°26'1,07" 0,119 1,996 1,946 0 1,946 Y :9611885,946 109,395

X : 0271374
P6 P7 2 8 4°34'26,12" 0,159 1,993 1,943 0 1,943 Y :9611885,943 109,554

X : 0271374
P7 P8 2 3 1°43'6,09" 0,059 1,999 1,949 0 1,949 Y :9611885,949 109,613

X : 0271374
P8 P9 1,2 6 3°26'1,07" 0,072 1,197 1,147 0 1,147 Y :9611885,147 109,685

X : 0271374
P9 P10 1,8 1 0°34'22,58" 0,018 1,799 1,749 0 1,749 Y :9611885,749 109,703

X : 0271374
P10 P11 1,3 5 2°51'44,66" 0,065 1,298 1,248 0 1,248 Y :9611885,248 109,768

X : 0271374
P11 P12 1,7 3 1°43'6,09" 0,051 1,699 1,649 0 1,649 Y :9611885,649 109,819

JUMLAH: 0,819 19,973 19,423

Keterangan:
Lokasi Pengukuran : KHDTK Koord. titik ikat (P-awal) x = 271385 mT; y= 9611884 mU; Elev 103 m dpl.

Azimuth garis profil (φ) : 0° Koord. titik ikat (P-akhir) x = 271374 mT; y= 9611900 mU

Hari/Tanggal : Kamis, Kelompok/Klas : L/7&8 Ketua kelompok: Yuda Sapto Aji


06-07-2023 Ridho
Contoh Perhitungan Profil
1. Perhitungan Konversi Lereng

P1P2 = 100 =
Invers Tan ∝
DMS
 Plot O
10
P1P2 =
100
= 0,1
Invers tan = 5,710593137
Dms = 542’38,14”
2. Perhitungan Beda Tinggi
Dh = Dm . sin α
 Plot O
P1P2 = 2 x sin (5,710593137)
= 2 x (0,099422759)
= 0,199 m
3. Perhitungan Jarak Datar
Dt = Dm .cos α
 Plot O
P1P2 = 2 x cos (5,710593137)
= 2 x 0,99503719
= 1,99 m
4. Perhitungan Dt Terkoreksi
Dt hitung = √ (x 2−x 1)2 +( y 2− y 1)2

=√ ( 0271374−0271372 )2 + ( 9611943−9611822 )2

=√ (2)2 +(21)2
=√ 4 +441
=√ 445
= 21,09 m
Beda jarak = [Dt hitung -∑ Dt ukur ]
= (21,09 – 20)
= 1,09
beda jarak
Dt terkoreksi = Dt hitung+( )
jarak segmen
 Plot O

P1P2 = 1,99 + ( 111,09 )


= 1,99 + 0,009
= 2,09 m
5. Perhitungan Dt . sin φ
Dt . sin φ = Dt terkoreksi x sin φ
 Plot O
P1P2 = 2,278 x sin 0
= 2,278 x 0
=0
6. Perhitungan Dt . cos φ
Dt . cos φ = Dt terkoreksi . cos φ
 Plot O
P1P2 = 2,278 x cos 0
= 2,278 x 1
= 2,278 m
7. Perhitungan Koordinat X
Koordinat X = (Dt sin φ ) + X1
 Plot O
P1P2 = 0 + 0271372
= 0271372
8. Perhitungan koordinat Y
Koordinat Y = (Dt cos φ ) + Y1
 Plot O
P1P2 = 2,278 + 9611822
= 9611824,278
9. Titik tinggi Ukur
Titik tinggi ukur = tinggi P1 + Dh
 Plot O
P2 = 50 + (-0,597)
= 49,403 m
10. Perhitungan Skala Vertikal
1
SkalaVertikal = ×titik tinggi ukur
10
 Plot O
1
P1 = × 92
10
= 9,2 m
11. Perhitungan Skala Horizontal
Skalahorizontal=Panjang penggaaris : ∑ dt terkoreksi

 = 30 cm = 22,795 m
 = 30 cm = 2279,5 cm
 = 1 cm = 75,985 cm
 = 1 cm = 0,759 m
dt terkorekai
P1P2 = x 1 cm
Skala
 Plot O

P1P2 = ( 2,278
0,759 )
x 1 cm

= 3,001 cm
Berikut adalah contoh sketsa dari praktik Inventarisasi Tegakan Sebelum
Penebangan yang dapat dilihat pada gambar 2 sampai gambar 4.

Gambar 2. Sketsa horizontal plot 5

Gambar 3. Sketsa Vertikal plot 5


Sketsa Persebaran Pohon

Gambar 4. Sketsa Persebaran Pohon pada plot 5


Keterangan
MP : Madang Puspa
SP : Serai Putih
J : Jamai
KK : Kayu Kacang
SM : Serai Merah
A : Alaban
B : Bintangur
K : Kamalaka
JK : Jengkol
2. Pembahasan
Inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) biasanya digunkan
untuk menetapkan target produksi tahunan, menentukan arah trace jalan,
menentukan jumlah kapasitas mesin dan tenaga kerja yang harus disiapkan,
kemudian merencanakan jumlah dan komposisi pohon inti dan pohon yang
dilindungi. Inventarisasi tegakan sebelum penebangan dilakukan untuk mendata
pohon yang akan ditebang atau pohon yang berdiameter lebih dari 40 cm, pohon
inti yang berdiameter 20-39 cm dan pohon yang dilindungi. ITSP dilakukan dua
tahun sebelum masa-masa penebangan atau dua tahun sebelum waktu pemanenan
hasil pohon. Praktik ini dilakukan sesuai dengan ITSP pedoman pelaksanaan
sistem silvikultur yang berlaku di Indonesia.
Pelakasanaan praktik dilaksanakan dengan menujut titik yang telah
ditentukan menggunakan avenza map, lalu setelah sampai di titik tersebut mulai
membuat plot, plot yang digunakan berbentuk dengan ukuran. Jumlah plot yang
diguakan sebagai bahan pengambilan data sebayak 5 plot. Hasil dari pengambilan
yang didapat di lapangan pada plot 1 atau plot P memiliki jumlah pohon
sebanyak 28 pohon dengan jamai sebagai pohon paling dominan di plot ini. Plot 2
atau plot O memiliki jumlah pohon sebanyak 35 pohon dengan alaban sebagai
pohon paling dominan. Plot 3 atau plot N memiliki jumlah pohon 31 dengan jamai
sebagai pohon paling dominan. Plot 4 atau M memiliki jumlah pohon 27 dengan
jamai sebagai pohon paling dominan. Plot terakhir yaitu plot 5 atau plot L
memiliki jumlah pohon sebanyak 26 dengan bangkal gunung sebagai pohon
paling dominan.
Pengukuran jalur profil yang dilakukan disetiap plot seperti praktik
inventarisasi hutan untuk mengetahui keberagaman topografi yang berbeda-beda
yaitu ada kontur yang rapat dan ada yang rendah. Hasil pengukuran pada plot O
yang didapat saat di lapangan berupa azimuth 0º dengan titik koordinat awal (P-
awal) x = 0271372 dan y = 9611822 dan elevasi 103 mdpl. Titik koordinat akhir
(P-akhir) x = 0271374 dan y = 9611843. Data yang didapat berjumalah 11 titik
dengan 10 segmen. Contoh data yang didapat Dm sebesar 2m dengan kelerengan
10, konversi lereng 5º42’38.14’’, dh sebesar 0,199, Dt sebesar 1,99, Dt terkoreksi
sebesar 2,089, Dt Sin φ sebesar 0, Dt Cos φ sebesar 2,089 serta tinggi titik ukur
92,199m. Absis X sejumlah 0271372 dan Ordinat Y sejumlah 9611824,278.
f. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktik Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan
adalah
1. Pengukuran data tegakan mampu dilakukan dengan mengukur kelilingnya,
lalu menghitun diameter, LBD dan volumenya. Keadaan tempat tumbuha
yang ada di sekitar plot pengamatan dapat diamati Ketika sedang praktik di
lapangan.
2. Plot pengamatan yang diamati selama praktik ada 5 plot yang dimana plot 1
jumlah pohonnya ada 28, plot 2 jumlah pohonnya ada 35, plot 3 jumlah
pohonnya ada 31, plot 4 jumlah pohonnya ada 27, dan plot terakhir jumlah
pohonnya ada 26. Sehingga total pohon yang didata ada 147 pohon.
3. Topografi yang ada di lapangan berdasarkan hasil perhitungan jalur profil
adalah agak curam
3.3. Identifikasi Kesehatan Tanaman Hutan

a. Landasan Teori

Kegiatan perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan suatu


kegiatan yang sangat penting dan utama karena fakta menunjukan bahwa,
kerusakan hutan di Indonesia telah masuk pada sekala yang sangat
mengkhawatirkan, dan karenanya sangat pantas apabila pemerintah sangat
menaruh perhatiannya terhadap perlindungan hutan. Menindaklanjuti menyangkut
perlindungan hutan tersebut, pemerintah mengeluarkan PP Nomor 45 Tahun 2004
Tentang Perlindungan Hutan. Kegiatan Perlindungan hutan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pengelolaan hutan, hal ini terdapat pada pasal 2 PP
Nomor 45 Tahun 2004 dinyatakan bahwa, perlindungan hutan merupakan bagian
dari pengelolaan hutan. Kegiatan perlindungan hutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan pada wilayah hutan dalam bentuk unit atau Kesatuan
Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), dan unit atau Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP).
Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan
manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta
mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas
hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hutan. Perlindungan tidak hanya pada masalah mengatasi
kerusakan pada saat terjadi, tetapi juga sebaiknya diperlukan pendekatan terhadap
sumber kerusakan untuk dapat mengenali dan mendeteksi sedini mungkin
penyebab kerusakan yang terjadi (Pradana, 2021).
Banyak faktor yang diketahui dapat menyebabkan kerusakan bagi hutan
dan tumbuhan penyusunnya. Kerusakan tersebut dapat berasal dari lingkungan
hutan yang ada sangat berhubungan dengan beberapa faktor-faktor penyusunnya
maupun berasal dari luar hutan itu sendiri. Penyakit atau gangguan kesehatan
tumbuuhan akan selalu muncul sepanjang manusia mengusaha tanaman atau
tumbuhan tersebut sebgai tanaman budidaya, dibidang kehutanan khususnya di
Indonesia hal ini mulai menjadi bahan dari pepemeliharaan disaat dimulainya
jenis-jenis tanaman hutan secara monokultur (Eddy, 2014).
b. Tujuan

Tujuan dari praktik Identifikasi Kesehatan Tanaman Hutan adalah


1. Mengenali bentuk-bentuk kerusakan pada tanaman hutan yang terdapat pada
plot contoh
2. Mengetahui ranking tertinggi dan sejumlah kerusakan yang terjadi pada
tanaman hutan pada plot contoh
3. Mendokumentasikan berbagai jenis serangga dan hama yang ditemui pada saat
penilaian kesehatan tanaman

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktik Identifikasi Kesehatan
Tanaman Hutan adalah
1. Tali rapia
2. Pita meter
3. Alat pengukur / penggaris
4. Kamera
5. Binokuler
6. Alat tulis menulis

d. Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan pada saat praktik Identifikasi Kesehatan


Tanaman Hutan adalah
1. Mengunjungi areal yang dijadikan tempat praktik dan merupakan areal yang
ditanami oleh sejumlah tegakan yang akan diamati
2. Membuat petak ukur sehingga memungkinkan dilakukannya pengamatan
100%
3. Melakukan pengamatan pada objek tanaman satu persatu sampai seluruh plot
area terpenuhi
4. Melakukan pengamatan dengan model scoring yang sudah ditentukan
5. Mengambil objek/foto objek pengamatan, hama dan serangga yang di anggap
dapat menunjang data praktik
6. Menganalisis hasil monitoring berdasarkan kondisi ranking kerusakan
e. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Hasil dari praktik Identifikasi Kesehatan Tanaman Hutan dapat dilihat


pada tabel 18 sampai tabel 19.
Tabel 18. Hasil Identifikasi Kesehatan Tanaman Hutan
Tipe atau jenis Lokasi Tingkat Identitas
No Nama Pohon
kerusakan Kerusakan Keparahan Pemeriksa
1 Mampat 200 2 2 Ridho
(Cratoxylum 500 2 2 Faidza
cochichinensis) 200 4 3 Hernanda
⌀ = 29 cm 500 4 3
300 7 4
2 Jamai 400 1 2 Nurzaida
(Ptenandra 100 3 2 Ahya
rostrata) 500 3 2 Husna
⌀ = 23,88 cm 300 9 4
600 9 4
3 Madang Puspa 500 1 2 Pebrianti
(Schima 500 3 3
wallichii) 300 9 3
⌀ = 26,75 cm 500 9 2
4 Bangkal 500 2 3 Nurul
Gunung 500 4 2 Hikmah
(Nauclea
subdifa)
⌀ = 20,06 cm
5 Wangun 200 1 1 Muhammad
Gunung 500 1 8 Raihan
Tipe atau jenis Lokasi Tingkat Identitas
No Nama Pohon
kerusakan Kerusakan Keparahan Pemeriksa
(Melicope sp.) 200 3 8 Setiawan
⌀ = 28 cm 100 5 7
200 5 8
400 5 2
600 6 5
300 9 7
600 9 5
6 Bangkal 200 2 4 Dwi Citra
(Nauclea 100 4 9 Emanuella
subdita) 500 4 1
⌀ = 32,5 cm 500 7 6
300 9 5
7 Alaban 100 3 3 Putri
(Vitex pinnata) 400 3 2 Aprillyani
⌀ = 29 cm 500 3 2
500 5 2
100 9 3
8 Kayu Sapat 400 1 2 Randi
(Macaranga 500 3 5
triloba) 100 9 2
⌀ = 29,2 cm 300 9 8
9 Mangga 200 2 4 Hendri
(Mangifera 100 4 7 Dimas Vina
sp.) 400 4 5 Pratama
⌀ = 76,67 cm 500 4 3
10 Kamalaka 400 1 3 Reymond
(Phyllanthus 500 3 3 Pradata
emblica) 200 5 3
⌀ = 47,45 cm 500 5 2
300 9 4
Tipe atau jenis Lokasi Tingkat Identitas
No Nama Pohon
kerusakan Kerusakan Keparahan Pemeriksa
500 9 4
11 Beringin 400 1 4 Aksay
(Ficus 600 1 4 Dona
benjamina) 999 1 4
⌀ = 40,44 cm 500 3 2
500 5 2
999 5 2
200 9 2
12 Jawaling 200 3 4 Aisyah
Kijang 400 3 4
(Algaia sp.) 500 3 2
⌀ = 20 cm 500 7 7
300 9 3
Tabel 19. Ranking hasil identifikasi kesehatan tanaman hutan
No Ranking 1 2 3 4 5 6 7
500
1 Tipe kerusakan (cuaca)
22
200
(penyakit)
10
300
(karat daun)
8
400
(aktivitas
hewan)
8
100
(hama)
7
600
(stress)
4
999
(sebab lain)
2
9
2 Lokasi kerusakan (daun)
14
No Ranking 1 2 3 4 5 6 7
3
(batang
batas tajuk)
13
1
(akar)
9
4
(batang
bawah)
8
5
(batang atas)
8
2
(batang
bawah tajuk)
5
7
(cabang)
3
6
(batang
dalam tajuk)
1
3 Tingkat keparahan 2
(20-29%)
No Ranking 1 2 3 4 5 6 7
20
3
(30-39%)
12
4
(40-49%)
12
5
(50-59%)
5
7
(70-79%)
4
8
(80-89%)
4
1
(10-19%)
2
6
(60-69%)
1
9
(90-100%)
1
2. Pembahasan

Pengamatan identifikasi kesehatan tanaman hutan yang dilakukan pada


hari pertama praktik kerja lapang berlokasi di KHDTK ULM Mandiangin
tepatnya pada petak ukur dengan ukuran 30x30 meter. Setiap praktikan
mendapatkan satu pohon untuk diidentifikasi tipe kerusakan, lokasi kerusakan dan
tingkat keparahan pohon yang teridentifikasi mengalami kerusakan. Pengamatan
pohon yang dilakukan dari bagian paling bawah yaitu akar sampai dengan bagian
yang paling atas yaitu tajuk diamati dan diidentifikasi satu persatu. Identifikasi
Kesehatan tanaman hutan yang dilakukan merupakan salah satu upaya
perlindungan dan kesehatan hutan untuk mendapatkan ketegakan yang sehat
dalam rangka meningkatnya produktivitas tanaman sehingga tujuan pembangunan
hutan dapat berhasil. Kerusakan hutan dapat disebabkan faktor biotik dan faktor
abiotik, oleh karena itu diperlukan pengenalan jenis-jenis kerusakan, aternatif
pengendalian juga pengenalan jenis-jenis metode pemantauan kesehatan hutan.
Monitoring kesehatan tanaman hutan sebaiknya dilakukan secara periodik.
Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan dapat berasal dari faktor biotik
dan faktor abiotik yaitu pathogen, hama, gulma, kebakaran, satwa liar dan
pengembalaan ternak. Penyakit tanaman yang berupa patogen adalah proses
perubahan atau penyimpangan dalam suatu organisme. Hama berupa kerusakan
yang dapat terjadi karena adanya aktivitas berbagai serangga yang hidup di hutan.
Gulma terdiri dari tumbuhan yang mempunyai nilai negative karena merugikan
tanaman lain. Faktor lingkungan yaitu kondisi kerusakan dimana penyebab
utamanya berasal dari lingkungan sekitarnya seperti cuaca, angin kencang, banjir,
tanah longsor dan masih banyak lagi yang lainnya.
Hasil pengamatan yang dilakukan memperoleh 7 tipe kerusakan yaitu
cuaca, penyakit, karat daun, aktivitas hewan, hama, stress dan sebab lain.
Kemudian dijumlahkan masing-masing kerusakan dan dibagi menjadi persen
berdasarkan total keseluruhan jumlah kerusakan. Total seluruh kerusakan ada 61
kerusakan, untuk lokasi kerusakan yang paling dominan terdapat pada daun
kemudian batang batas tajuk kemudian ada akar. Tingkat keparahn dari kerusakan
yang ditemukan dominan terdapat pada tingkat 20%-29% dengan total 20
keparahan. Tingkat kesehatan tanaman dapat diketahui berdasarkan pengamatan
di lapangan.
f. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktik Identifikasi Kesehatan Tanaman Hutan adalah


1. Bentuk-bentuk kerusakan pada tanaman hutan yang terdapat pada plot contoh
ada karena cuaca, penyakit, karat daun, aktivitas hewan, hama, stress dan
sebab lainnya.
2. Ranking tertinggi dari tipe kerusakan adalah cuaca dengan jumlah 22, untuk
lokasi kerusakan yang tertinggi ada daun dengan jumlah 14 dan yang terakhir
untuk tingkat keparahan 20-29% yang tertinggi dengan jumlah 20.
3. Pendokumentasian berbagai jenis serangga dan hama telah dilakukan terhadap
setiap pohon yang telah diamati dan diidentifikasi.
3.4. Identifikasi Jenis Tanaman Hutan

a. Landasan Teori

Secara bahasa morfologi berasal dari kata morphologi (Morphe: bentuk,


logos: ilmu) berarti ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk luar dari tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji mengenai organ-organ tubuhnya dengan segala
variasinya. Menurut istilah morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari
bentuk dan susunan tubuh tumbuhan yang dipisahkan menjadi morfologi luar dan
morfologi dalam. Morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan
susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk menentukan apakah
fungsi masing-masing bagian itu dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya
juga berusaha mengetahui darimana asal bentuk dan susunan tubuh tersebut.
Sehingga morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang menyelidiki dan
membandingkan aspek yang mengkaji bentuk dan struktur tumbuhan yang
menjadi dasar dari penafsiran adanya perbedaan diantara berbagai tanaman
(Rosangga, 2013).
Sifat-sifat morfologi ini meliputi struktur vegetatif seperti daun, batang,
dan tunas serta struktur generative seperti bunga, buah, dan biji. Menurut sejarah,
taksonomi adalah ilmu pengetahuan yang berdasar pada variasi dan karakter
bentuk morfologi. Karakter suatu organisme adalah seluruh ciri atau sifat yang
dimilki organisme tersebut yang dapat dibandingkan, diukur, dihitung,
digambarkan dengan cara lain. Karakter morfologi morfologi pada tumbuhan
yang dapat diamati adalah semua organ tumbuhan meliputi akar, batang, daun,
bunga, buah, dan biji. Berdasarkan ciri-ciri morfologi yang diketahui maka
langkah selanjutnya ialah dengan mencocokannya dengan buku panduan atau
buku manual pengenalan jenis.
Identifikasi suatu tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya dengan cara membandingkan atau menyamakan tumbuhan yang ingin
diketahui dengan gambar-gambar yang ada di dalam literatur yang sudah ada atau
dengan material herbarium yang sudah diketahui identitasnya. Ciri morfologi
suatu jenis tanaman dalam suatu jenis yang sama dapat terjadi variasi yang
dipengaruhi oleh faktor luar yang berupa perbedaan topografi dan habitat. Untuk
memudahkan dalam proses pengidentifikasian maka diamati dan dituliskan ciri-
ciri morfologi tumbuhan yang bersifat dominan (Tjitrosoepomo, 2018).
b. Tujuan

Tujuan dari praktik Identifikasi Jenis Tanaman Hutan adalah


1. Mengetahui jenis-jenis tanaman yang berada di Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus Mandiangin
2. Melakukan kegiatan identifikasi tanaman hutan di Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus Mandiangin

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktik Identifikasi Jenis
Tanaman Hutan adalah
1. Teropong binokuler 1 buah
2. Tali plastic (rapia)
3. Alat tulis (blok note, ballpoint, dan pensil)
4. Peta lokasi
5. Pemanjat/pengenal pohon (1 orang)

d. Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan pada saat praktik Identifikasi Jenis Tanaman
Hutan adalah
1. Mengamati ciri-ciri morfologis bagian-bagian pohon yang penting (habitus,
batang, kulit batang, perakaran tambahan, pola percabangan batang, bentuk
tajuk, perakaran tambahan, daun, bunga dan buah)
2. Mengisi ciri-ciri yang diamati pada lembar yang telah disiapkan
e. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Hasil dari praktik Identifikasi Jenis Tanaman Hutan adalah


Deskripsi pohon Simpur (Dillenia indica)
Nama daerah : Simpur
Nama ilmiah : (Dillenia indica)
Divisio : Magnoliophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Dilleniidae
Familia : Dileniaceae
Genus : Dilenia
Species : Dillenia indica
Habitus pohon, bentuk batang silindris, sistem percabangan batang
simpodial, pangkal batang berbanir, akar tambahan tunjang, pola pertumbuhan
cabang menerus, arah tumbuh cabang condong ke atas, permukaan kulit batang
rata, warna kulit batang coklat muda, warna getah putih susu, bentuk tajuk
membulat, warna umum tajuk hijau, kondisi tajuk rapat; Bentuk ranting bulat
bersegi, permukaan ranting berambut halus, ujung ranting ada kuncup muda,
warna ranting coklat, alat tambahan tidak ada stipula; Tipe/komposisi tunggal, tata
letak daun/filotaksis tersebar, bangun daun (anak daun) lanset, tepi daun rata,
pangkal daun tumpul, ujung daun tumpul, helaian daun tipis keras, permukaan
atas licin mengkilat, warna permukaan atas hijau kusam, permukaan bawah ada
penonjolan tulang daun, warna permukaan bawah hijau mengkilat, ukuran tangkai
daun panjang (>5,0 cm), bentuk tangkai daun bulat, warna tangkai daun coklat,
sifat khas daun tidak ada aroma; Perbungaan tidak ada; Buah tidak ada; Habitat
hutan sekunder, tanah kering, setengah terbuka; Ciri khas/manfaat batang, akar
dan daun dapat dijadikan sebagai obat.
Berikut adalah sketsa persebaran pohon pada plot O11 dan N12

 J  M. PS

 KK

 M
 S
 R. R. P
N11 N12
O11 O12
 BG

 M. P

 KS

 PP

 GG

 SM
Gambar 5. Sketsa Persebaran Pohon Praktik Identifikasi Jenis Tanaman Hutan
Keterangan
M : Mampat (Cratoxylum cochinchinense)
R.R.P : Rawa-Rawa Pipit (Buchanania arborescens)
M.PS : Madang Puspa (Schima wallichii)
J : Jamai (Szyzygium jambos)
BG : Bangkal Gunung (Nauclea subdifa)
KS : Kayu Sapat (Macaranga triloba)
S : Simpur (Dillenia indica)
KK : Kayu Kacang (Strombosia javanica)
M.P : Madang Pirawas (Phoebe huranensis)
PP : Paning-Paning (Lithocarpus sp)
SM : Serai Merah (Cymbo pogon)
GG : Galam Gunung (Eugenia sp)
2. Pembahasan

Proses mengidentifikasi tumbuhan bertujuan untuk mengetahui identitas


dari tanaman yang belum diketahui. Identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa
tahapan yakni mendeskripsikan tanaman dan menggunakan daftar kemungkinan.
Tanaman yang akan diidentifikasi harus dideskripsikan semua bagian
morfologinya agar sesuai dengan yang ada di lapangan. Penggunaan referensi
harus mencakup semua kemungkinan yang akan terjadi dalam proses identifikasi.
Tanaman asli ataupun tanaman naturalisasi dan flora daerah dapat pula digunakan
dalam proses identifikasi tumbuhan yang belum diketahui. Identifikasi dilakukan
dengan mengacu pada metode yang jelas dan harus sesuai dengan kajian ilmiah.
Identifikasi tanaman dapat dilakukan dalam 4 metode, diantaranya kunci
taksonomi, menulis deskripsi tanaman, membandingkan spesimen,
membandingkan gambar, dan pendapat lembaga atau ahli.
Pelaksanaan praktk identifikasi jenis tanaman hutan dilaksanakan di
Kawasan KHDTK ULM Mandiangin, dilaksanakan bersamaan dengan praktik
identifikasi kesehatan tanaman hutan. Jumlah pohon yang diidentifikasi
menyesuaikan jumlah anggota perkelompok sehingga pohon yang diidentifikasi
berjumlah 12 pohon. Pohon-pohon yang diidentifikasi antara lain mampat
(Cratoxylum cochinchinense), rawa-rawa pipit (Buchanania arborescens),
madang puspa (Schima wallichii), jamai (Szyzygium jambos), bangkal gunung
(Nauclea subdifa), kayu sapat (Macaranga triloba), simpur (Dillenia indica),
kayu kacang (Strombosia javanica), madang pirawas (Phoebe huranensis),
paning-paning (Lithocarpus sp), serai merah (Cymbo pogon) dan galam gunung
(Eugenia sp).
Seluruh pohon yang diteliti atau diamati berhabitus pohon, kemudian
dilihat pola percabangannya, ada yang memiliki pola simpodial. Diamati seluruh
bagian batang mulai dari banir, warna batang, permukaan batang dan bentuk
batangnya. Hasil identifikasi ini memiliki hasil yang begitu beragam, seperti ada
pohon yang permukaan batangnya mengelupas, retak dan mulus. Pola
pertumbuhan cabang ada yang menerus. Arah tumbuh cabang ada yang condong
ke atas dan ortotrop, tipe daun pun berbeda-beda baik itu permukaan daunnya,
helaian daun hingga bangun daunnya. Manfaat yang dimiliki masing-masing jenis
pohon juga berbeda-beda seperti untuk bahan bangunan, obat-obatan dan banyak
lagi yang lainnya.
f. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktik Identifikasi Jenis Tanaman Hutan adalah


1. Beberapa jenis-jenis pohon yang ada di Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus Mandiagin antara lain mampat (Cratoxylum cochinchinense), rawa-
rawa pipit (Buchanania arborescens), madang puspa (Schima wallichii), jamai
(Szyzygium jambos), bangkal gunung (Nauclea subdifa), kayu sapat
(Macaranga triloba), simpur (Dillenia indica), kayu kacang (Strombosia
javanica), madang pirawas (Phoebe huranensis), paning-paning (Lithocarpus
sp), serai merah (Cymbo pogon) dan galam gunung (Eugenia sp).
2. Kegiatan identifikasi jenis tanaman hutan di KHDTK Mandiangin meliputi
habitus, bentuk batang, sistem percabangan, pangkal batang, pola
pertumbuhan cabang, arah tumbuh cabang, permukaan kulit batang, warna
kulit batang, warna getah, bentuk tajuk, warna umum tajuk, kondisi tajuk,
bentuk ranting, permukaan ranting, ujung ranting, warna ranting, alat
tambahan, tipe/komposisi, tata letak daun/filotaksis, bangun daun (anak daun),
pangkal daun, ujung daun, helaian daun, permukaan atas, warna permukaan
atas, permukaan bawah, warna permukaan bawah, ukuran tangkai daun,
bentuk tangkai daun, warna tangkai daun, sifat khas daun, perbungaan, buah,
habitat, ciri khas/manfaat.
3.5. Identifikasi Tanah Hutan

a. Landasan Teori

Tanah termasuk bagian dari tubuh alam yang terbentuk dan berkembang
akibat terkena gaya-gaya alam (natural forces) terhadap proses pembentukan
mineral, serta pembentukan dan pelapukan bahan-bahan koloid. Profil tanah yang
berkembang pada daerah panas dan kering mempunyai susunan horizon yang
berbeda dengan profil tanah pada daerah tropis dan lembah. Dinding atau
penampang vertikal dari tanah yang memperlihatkan susunan lapisan paling atas
hingga bebatuan induk tanah (regolit). Lapisan-lapisan ini biasanya terdiri dari
horizon O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca
disebut solum tanah. Tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tumbuhan
yang sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) (Notohadiprawiro, 1998).
Suatu lapisan tanah yang terletak hampir paralel (sejajar) dengan
permukaan tanah dikenal dengan sebutan horizon. Horizon mempunyai ketebalan
minimal dan dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur, konsistensi, dan
sifat-sifat lainnya yang dapat diamati di lapangan. Suatu proses yang
menyebabkan bahan induk terdiferensiasi mejadi profil tanah dengan sejumlah
horizon disebut horizonisasi. Batas horizon tanah dengan horizon lainnya dapat
diamati dengan mudah namun dapat pula sukar. Berdasarkan letaknya horizon
penciri tanah dibagi dua yaitu horizon permukaan tanah bagian atas (epipedon)
dan horizon bawah permukaan tanah. Horizon tanah dibedakan berdasarkan bahan
penyusunnya yaitu atas horizon organnik tanah dan horizon mineral tanah
(Fiantis, 2015).
Sifat perekatan atau koneksi merupakan sifat- sifat yang selanjutnya
menjadi parameter pengukuran profil tanah. Profil tanah merupakan irissan
vertikal tanah dari lapisan yang paling atas bebatuan induk tanah. Pegenalan profil
tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengenalan
frofil tanah ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah
dengan pertumbuhan serta kemungkinan pengolahan yang lebih tepat. Faktor-
faktor pembentuk tanah maka memiliki potensi untuk membentuk berbagai jenis
tanah yang berbeda amat besar. Pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan serta di
laboratorium yang sampel tanahnya diambil dari setiap horizon didalam profil
maka dapat ditentukan jenis tanahnya (Manik, 2017).
b. Tujuan

Tujuan dari praktik Identifikasi Tanah Hutan adalah


1. Mampu melakukan identifikasi tanaman hutan untuk mengetahui sifat fisik
(tekstur, struktur, konsistensi, warna tanah, kedalaman efektif perakaran,
horizon tanah, solum tanah, dan mencermati batuan disekitar pengamatan)
2. Mengetahui dan memahami penggunaan alat alat yang berhubungan dengan
identifikasi tanah

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktik Identifikasi Tanah Hutan
adalah
1. Peta lokasi
2. Meteraan besi
3. GPS
4. Clinometer
5. pH meter
6. pH stick
7. Munsell colour chart
8. Bor tanah
9. Cangkul, parang, linggis, dan palu
10. Kantong plastik
11. Papan 7x7 cm
12. Tallysheet
13. Alat tulis menulis dan dokumentasi
14. Ring sampel  5cm, tinggi 5 cm

d. Cara Kerja
Cara kerja yang digunakan pada saat praktik Identifikasi Tanah Hutan
adalah
1. Menentukan lokasi yang akan diamati
2. Membuat lubang dengan ukuran 1x1x1 m menggunakan cangkul dan linggis
3. Melakukan pengukuran dan pengamatan lapisan tanah meliputi pengamatan
tekstur, warna tanah, struktur, konsistensi, kedalaman efektif akar, horison
tanah, solum tanah, jenis batuan induk disekitar profil, mengukur ph tanah (pH
meter dan pH lakmus)
4. Menggambarkan, mencetak lapisan tanah tersebut serta mendokumentasikan

Rumus yang digunakan dalam praktik Identifikasi Tanah Hutan adalah


1
1. Luas batuan = .π.d2
4
2. ∑ luas batuan = L1+L2+L3+L4+L5+L6
3. Luas petak batuan = Lebar petak × Panjang petak

4. % Batuan =
∑ luas batuan permukaan ×100 %
Luas petak batuan permukaan
5. Luas akar =P×L
6. ∑ luas perakaran horizon = L1+L2
7. Luas petak perakaran horizon R = Lebar petak × Panjang horizon R

8. % Perakaran horizon R =
∑ luas batuan horizon R ×100 %
Luas petak horizon R
9. Biomassa
Y = 1,433 × d1,137
e. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Hasil dari praktik Identifikasi Tanah Hutan dapat dilihat pada tabel 20
sampai 34.
Tabel 20. Hasil kartu pengamatan tanah

Universita Lambung Mangkurat


Fakultas Kehutanan Prodi KARTU PENGAMATAN
Kehutanan TANAH

1 Jenis Kegiatan Pengamatan Tanah Profil Tanah


2 Lokasi Pengamatan KHDTK ULM Mandiangin
3 Desa Mandiangin Timur
4 Kecamatan/Kabupaten/Provinsi Karang Intan/Banjar/kalsel
5 Regu/kelompok 8
6 Lembar Peta G3
7 Tanggal Pengamatan 12 Juli 2023
8 Kode sampel K8T1S1
9 Satuan Peta Tanah (SPT) -
Orde Tanah -

1. Keterangan Titik Pengamatan


1 Koordinat Geografis (Zona UTM) 50M 2714209612106
0-3 (datar); 3-8 (landai); 8-15
(bergelombang); 15-30
2 Lereng (berbukit); 30-45 (agak
curam); 45-65 (curam); >65
(sangat Curam)
3 Relief makro Jalur pegunungan
Puncak /Atas /Tengah
4 Posisi Pada Lereng
/Bawah /Lembah
5 Panjang Lereng 7,4 m
6 Elevasi/ketinggian tempat 135,9
Tergenang / sangat lambat /
7 Aliran permukaan
cepat / sangat cepat
Sangat lambat / lambat /
8 Permeablilitas
sedang / cepat/ sangat cepat
Tanpa / sgt jarang / jarang
/ kadang-kadang / sering
9 Genangan/banjir
/sangat sering; Durasi
Genangan: Hari / bulan
Universita Lambung Mangkurat
Fakultas Kehutanan Prodi KARTU PENGAMATAN
Kehutanan TANAH

Permukaan /alur / parit/


10 Erosi
angin
Tidak / ringan /cukup / hebat
11 Bahaya erosi
/ sangat hebat / pengendapan
12 Keadaan permukaan Batuan / kerakal / kerikil

13 Persen batuan dipermukaan 3,094 %


Hutan / Belukar/ Semak /
14 Vegetasi dan penggunaan lahan Padang Rumput /
Perkebunan/ Tegalan/ Sawah
15 Vegetasi alami; dominan/spesifik Jamai
Rapat ; agak rapat ; sedang ;
16 Keadaan tutupan lahan
agak terbuka ; terbuka
Rapat /agak rapat / sedang /
17 Tumbuhan bawah jarang / tanpa tumbuhan
bawah
18 Dominasi jenis tumbuhan bawah Petindis
Tidak ada / jarng-jarang /
tipis / agak tipis / sedang /
19 Seresah dipermukaan tanah
agak tebal / tebal / sangat
tebal.
20 Sistem penanaman Alami; rotasi; tumpang sari
Tidak ada / agak intensif /
21 Pengelolaan lahan dilahan sedang / intensif / sangat
intensif
Tabel 21. Tallysheet profil tanah
2. Keterangan Pemboran/Minipit/Profil Tanah
pH Persen
Kedalaman Simbol pH Jenis Persen Sketsa Profil
Warna Struktur Konsistensi Tekstur stick/ kerikil/ Padas
Tanah (cm) Horizon meter Batuan Perakaran Tanah
lakmus batu
Dark
Lempung
0 O reddish Granuler Tidak lekat 7 7,261% Sedimen 0,68%
berpasir
gray
Dark
Lempung
10 O reddish Granuler Tidak lekat 7 7,261% Sedimen 0,68%
berpasir
gray
Dark
Lempung
20 A reddish Granuler Tidak lekat 7 6,868% Sedimen 1,847%
berpasir
brown
Reddish Lempung
30 A Remah Tidak lekat 7 6,868% Sedimen 1,847%
brown berpasir
Reddish Lempung
40 B Remah Tidak lekat 7 13,364% Sedimen 0,318%
brown berpasir
Very
Lempung
50 B reddish Granuler Tidak lekat 6,9 13,364% Sedimen 0,318%
berpasir
brown
Very
Lempung
60 C reddish Remah Tidak lekat 7 19,625% Metamorf 0,052%
berpasir
brown
Dark 0,052%
Gumpal Lempung
70 C reddish Tidak lekat 7 19,625% Metamorf
membulat berpasir
brown
Dark
Lempung
80 C reddish granuler Lunak 7 19,625% Metamorf 0,052%
berpasir
brown
Reddish Lempung
90 C Granuler Tidak lekat 6,9 19,625% Metamorf 0,052%
brown berpasir
Dark Lempung 0,052%
100 C Granuler Tidak lekat 7 19,625% Metamorf
brown berpasir
110 R Reddish Gumpal Tidak lekat Lempung 7 11,971% Metamorf
0,018%
brown membulat berpasir
2. Keterangan Pemboran/Minipit/Profil Tanah
pH Persen
Kedalaman Simbol pH Jenis Persen Sketsa Profil
Warna Struktur Konsistensi Tekstur stick/ kerikil/ Padas
Tanah (cm) Horizon meter Batuan Perakaran Tanah
lakmus batu
Reddish Gumpal Lempung 0,018%
120 R Tidak lekat 7 11,971% Metamorf
brown membulat berpasir
Very 0,018%
Lempung
130 R reddish Granuler Tidak lekat 7 11,971% Metamorf
berpasir
brown
Reddish Lempung 0,018%
140 R Granuler Tidak lekat 7 11,971% Metamorf
brown berpasir
Dark 0,018%
Lempung
150 R reddish Granuler Tidak lekat 7 11,971% Metamorf
berpasir
brown
Dark
Lempung
160 R reddish Granuler Tidak lekat 7 11,971% Metamorf 0,018%
berpasir
brown
Very
Gumpal Lempung
170 R reddish Tidak lekat 7 11,971% Metamorf 0,018%
membulat berpasir
brown
Reddish Lempung
180 R Granuler Tidak plastis 7 11,971% Metamorf 0,018%
brown berpasir
Reddish Lempung
190 R Granuler Tidak lekat 7 11,971% Metamorf 0,018%
brown berpasir
Dark
Lempung
200 R reddish Granuler Tidak lekat 7 11,971% Metamorf 0,018%
berpasir
brown
Dark Lempung
210 R reddish Granuler Tidak lekat berliat 7 11,971% Metamorf 0,018%
brown berpasir
Dark Lempung
Gumpal
220 R reddish Agak lekat berliat 7 11,971% Metamorf 0,018%
membulat
gray berpasir
Lempung
Reddish Gumpal
230 R Agak lekat berliat 7 11,971% Metamorf 0,018%
brown membulat
berpasir
Tabel 22. Persentase batuan permukaan
No Diameter (cm) Luas (cm2)
1 12 113,040
2 3,25 8,291
3 8,25 53,428
4 7 38,465
5 10,5 86,546
6 3,5 9,616
∑ = 309,386

Contoh Perhitungan
1. Luas batuan
1
Luas batuan = .π.d2
4
1
 Luas batuan 1 = . 3,14 . (12)2
4
1
= . 3,14 . 144
4
= 113,04 cm2
 ∑ luas batuan permukaan = L1+L2+L3+L4+L5+L6
= 113,07 + 8,291 + 53,428 + 38,465 + 86,546 +
9,616
= 309,386 cm2
 Luas petak batuan permukaan = Lebar petak × Panjang petak
= 100 × 100
= 10.000 cm2
∑ luas batuan permukaan
 % Batuan permukaan = ×100 %
Luas petak batuan permukaan
309,386
= × 100 %
10.000
= 3,09%
Tabel 23. Persentase batuan horizon O
No Diameter (cm) Luas (cm2)
1 5,5 23,746
2 4 12,56
∑ = 36,06
Contoh Perhitungan
1. Luas batuan
1
Luas batuan = .π.d2
4
1
 Luas batuan 1 = . 3,14 . (5,5)2
4
1
= . 3,14 . 30,25
4
= 23,746 cm2
 ∑ luas batuan horizon O = L1+L2
= 23,746 + 12,56
= 36,306 cm2
 Luas petak batuan horizon O = Lebar petak × Panjang petak
= 50 × 10
= 500 cm2

 % Batuan horizon O =
∑ luas batuan horizon O ×100 %
Luas petak horizon O
36,306
= × 100 %
500
= 7,261%
Tabel 24. persentase batuan horizon A
No Diameter (cm) Luas (cm2)
1 4,5 15,896
2 4 12,56
3 6,5 33,166
4 3 7,065
∑ = 68,687

Contoh Perhitungan
1. Luas batuan
1
Luas batuan = .π.d2
4
1
 Luas batuan 1 = . 3,14 . (4,5)2
4
1
= . 3,14 . 20,25
4
= 15,896 cm2
 ∑ luas batuan horizon A = L1+L2+L3+L4
= 15,896 + 12,56 + 33,166 + 7,065
= 68,687 cm2
 Luas petak batuan horizon A = Lebar petak × Panjang petak
= 50 × 20
= 1000 cm2

 % Batuan horizon A =
∑ luas batuan horizon A ×100 %
Luas petak horizon A
68,687
= × 100 %
1000
= 6,868%
Tabel 25. Persentase batuan horizon B
No Diameter (cm) Luas (cm2)
1 3 7,065
2 3,5 9,616
3 3,5 9,616
4 3 7,065
5 4,5 15,896
6 5 19,625
7 5 19,625
8 5 19,625
9 4,5 15,896
10 3,5 9,616
∑ = 133,645

Contoh Perhitungan
1. Luas batuan
1
Luas batuan = .π.d2
4
1
 Luas batuan 1 = . 3,14 . (3)2
4
1
= . 3,14 . 9
4
= 7,065 cm2
 ∑ luas batuan horizon B = L1+L2+L3+L4+ L5+L6+L7+L8+L9+L10
= 7,065 + 9,616 + 9,616 + 7,065 + 15,896
+19,625 +19,625 +19,625 + 15,896+ 9,616
= 133,645 cm2
 Luas petak batuan horizon B = Lebar petak × Panjang petak
= 50 × 20
= 1000 cm2

 % Batuan horizon B =
∑ luas batuan horizon B ×100 %
Luas petak horizon B
133,645
= ×100 %
1000
= 13,364%
Tabel 26. Persentase batuan horizon C
No Diameter (cm) Luas (cm2)
1 20 314
2 9 63,585
3 12 113,04
∑ = 490,625

Contoh Perhitungan
1. Luas batuan
1
Luas batuan = .π.d2
4
1
 Luas batuan 1 = . 3,14 . (20)2
4
1
= . 3,14 . 400
4
= 314 cm2
 ∑ luas batuan horizon C = L1+L2+L3
= 314 + 63,585 + 113,04
= 490,625 cm2
 Luas petak batuan horizon C = Lebar petak × Panjang petak
= 50 × 50
= 2.500 cm2

 % Batuan horizon C =
∑ luas batuan horizon C × 100 %
Luas petak horizon C
490,625
= × 100 %
2500
= 19,625%
Tabel 27. Persentase batuan horizon R
No Diameter (cm) Luas (cm2)
1 21,5 362,866
2 23 415,265
∑ = 778,131

Contoh Perhitungan
1. Luas batuan
1
Luas batuan = .π.d2
4
1
 Luas batuan 1 = . 3,14 . (21,5)2
4
1
= . 3,14 . 462,25
4
= 362,866 cm2
 ∑ luas batuan horizon R = L1+L2
= 362,866 + 415,265
= 778,131 cm2
 Luas petak batuan horizon R = Lebar petak × Panjang petak
= 50 × 130
= 6500 cm2

 % Batuan horizon R =
∑ luas batuan horizon R ×100 %
Luas petak horizon R
778,131
= ×100 %
6500
= 11,971%
Tabel 28. Persentase perakaran horizon O
No Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)
1 5 0,1 0,5
2 8 0,1 0,8
3 5 0,1 0,5
4 6 0,1 0,6
5 10 0,1 1
∑ = 3,4

Contoh Perhitungan
1. Luas akar
Luas akar =P×L
 Luas akar 1 = 5 × 0,1
= 0,5 cm2
 ∑ luas perakaran horizon O = L1+L2+L3+L4+ L5
= 0,5 + 0,8 + 0,5 + 0,6 + 1
= 3,4 cm2
 Luas petak perakaran horizon O = Lebar petak × Panjang horizon O
= 50 × 100
= 500 cm2

 % Perakaran horizon O =
∑ luas batuan horizon O ×100 %
Luas petak horizon O
3,4
= ×100 %
500
= 0,68%
Tabel 29. Persentase perakaran horizon A
No Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)
1 6 1,5 9
2 3 0,1 0,3
3 5 1 5
4 6 0,1 0,6
5 3 1 3
6 2,5 0,1 0,25
7 2,2 0,1 0,22
8 1 0,1 0,1
∑= 18,47

Contoh Perhitungan
1. Luas akar
Luas akar =P×L
 Luas akar 1 = 6 × 1,5
= 9 cm2
 ∑ luas perakaran horizon A = L1+L2+L3+L4+ L5+L6+L7+L8
= 9 + 0,3 + 5 + 0,6 + 3 + 0,25 + 0,22 + 0,1
= 18,47 cm2
 Luas petak perakaran horizon A = Lebar petak × Panjang horizon A
= 50 × 20
= 1000 cm2

 % Perakaran horizon A =
∑ luas batuan horizon A ×100 %
Luas petak horizon A
18 , 47
= × 100 %
1000
= 1,847%
Tabel 30. Persentase perakaran horizon B
No Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)
1 2 0,1 0,2
2 1,5 1 1,5
3 2,5 0,1 0,25
4 2 0,1 0,2
5 1,8 0,1 1,8
6 8,5 0,1 0,85
∑= 3,18

Contoh Perhitungan
1. Luas akar
Luas akar =P×L
 Luas akar 1 = 2 × 0,1
= 0,2 cm2
 ∑ luas perakaran horizon B = L1+L2+L3+L4+ L5+L6
= 0,2 + 1,5 + 0,25 + 0,2 + 0,18 + 0,85
= 3,18 cm2
 Luas petak perakaran horizon B = Lebar petak × Panjang horizon B
= 50 × 20
= 1000 cm2

 % Perakaran horizon B=
∑ luas batuan horizon B ×100 %
Luas petak horizon B
3 ,18
= ×100 %
1000
= 0,318%
Tabel 31. Persentase perakaran horizon C
No Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)
1 3 0,1 0,3
2 6 0,1 0,6
3 4 0,1 0,4
∑= 1,3

Contoh Perhitungan
1. Luas akar
Luas akar =P×L
 Luas akar 1 = 3 × 0,1
= 0,3 cm2
 ∑ luas perakaran horizon C = L1+L2+L3
= 0,3 + 0,6 + 0,4
= 1,3 cm2
 Luas petak perakaran horizon C = Lebar petak × Panjang horizon C
= 50 × 50
= 2500 cm2

 % Perakaran horizon C=
∑ luas batuan horizon C × 100 %
Luas petak horizon C
1 ,3
= ×100 %
2500
= 0,052%
Tabel 32. Persentase perakaran horizon R
No Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)
1 2 0,1 0,2
2 5 0,2 1
∑= 1,2

Contoh Perhitungan
1. Luas akar
Luas akar =P×L
 Luas akar 1 = 2 × 0,1
= 0,2 cm2
 ∑ luas perakaran horizon R = L1+L2
= 0,2 + 1
= 1,2 cm2
 Luas petak perakaran horizon R = Lebar petak × Panjang horizon R
= 50 × 130
= 6500 cm2

 % Perakaran horizon R=
∑ luas batuan horizon R ×100 %
Luas petak horizon R
1,2
= ×100 %
6500
= 0,018%

Tabel 33. Hasil pengamatan biomassa pohon


No Nama Jenis Tingkat Tinggi Keliling Diameter Biomassa
1 Mahang Pancang 1,5 3 0,955 1,361
2 Mahang Pancang 1,75 3 0,955 1,361
3 Mali-mali Pancang 1,6 4 1,274 1,887
4 Sari berangkat Pancang 1,9 3 0,955 1,361
5 Mahang Pancang 1,4 2 0,637 0,858
6 Mahang Pancang 1,5 3 0,955 1,361
7 Mali-mali Pancang 1,75 4 1,274 1,887
8 Madang puspa Pancang 2,1 6 1,911 2,992
9 Jamai Pancang 1,85 3 0,955 1,361
10 Sari berangkat Pancang 1,4 2 0,637 0,858
11 Mahang Pancang 1,65 2 0,637 0,858
12 Bangkal gunung Pancang 1,7 3 0,955 1,361
13 Mali-mali Pancang 1,85 4 1,274 1,887
14 Mahang Pancang 2,15 3 0,955 1,361
15 Madang puspa Pancang 3,5 14 4,459 7,841
16 Jamai Pancang 1,95 8 2,548 4,150
17 Jamai Pancang 1,88 6 1,911 2,992
18 Jamai Pancang 1,4 4 1,274 1,887
19 Sari berangkat Pancang 1,55 2 0,637 0,858
20 Mali-mali Pancang 1,4 2 0,637 0,858
21 Mahang Pancang 1,64 3 0,955 1,361
Tabel 33. Lanjutan

No Nama Jenis Tingkat Tinggi Keliling Diameter Biomassa


22 Mahang Pancang 1,75 3 0,955 1,361
23 Mali-mali Pancang 1,5 2 0,637 0,858
24 Jamai Pancang 1,6 4 1,274 1,887
25 Bangkal gunung Pancang 1,7 3 0,955 1,361
26 Madang puspa Pancang 1,85 9 2,866 4,745
27 Jambu burung Pancang 1,55 3 0,955 1,361
28 Sari berangkat Pancang 1,65 4 1,274 1,887
29 Jamai Pancang 1,44 3 0,955 1,361
30 Jamai Pancang 1,6 3 0,955 1,361
31 Jambu burung Pancang 1,77 4 1,274 1,887
32 Mahang Pancang 1,74 3 0,955 1,361
33 Bati-bati Pancang 1,7 12 3,822 6,581
34 Jamai Pancang 2,1 4 1,274 1,887
35 Jamai Pancang 1,8 3 0,955 1,361
36 Jambu burung Pancang 1,8 5 1,592 2,432
37 Bati-bati Pancang 1,26 7 2,229 3,565
38 Mahang Pancang 2,1 4 1,274 1,887
39 Mahang Pancang 1,7 3 0,955 1,361
40 Jamai Pancang 8 25 7,962 15,160
41 Bangkal gunung Pancang 6,1 15 4,777 8,481
42 Jamai Pancang 5,5 25 7,962 15,160
43 Madang puspa Pancang 8,1 10 3,185 5,349
44 Jamai Pancang 4,3 12 3,822 6,581
No Nama Jenis Tingkat Tinggi Keliling Diameter Biomassa
45 Jamai Pancang 3,7 18 5,732 10,435
46 Jamai Pancang 7,5 23 7,325 13,789
47 Alaban Tiang 8 47 14,968 31,075
48 Jamai Tiang 6,5 34 10,828 21,504
49 Jamai Tiang 10 34 10,828 21,504
50 Jamai Tiang 5 47 14,968 31,075
51 Jamai Tiang 13 37 11,783 23,675
52 Bati-bati Menjangan Tiang 7 34 10,828 21,504
53 Mahang Tiang 8 41 13,057 26,606
54 Rasak Tiang 8 61 19,427 41,798
55 Madang puspa Tiang 10 60 19,108 41,020
56 Jamai Tiang 14,5 50 15,924 33,340
57 Jamai Tiang 12,5 55,5 17,675 37,540
58 Jamai Tiang 11 41 13,057 26,606
59 Jamai Tiang 9,5 34 10,828 21,504
60 Jamai Tiang 11 36 11,465 22,948
61 Jamai Tiang 5 32 10,191 20,072
62 Jamai Tiang 7,5 37 11,783 23,675
63 Alaban Tiang 14 46 14,650 30,324
64 Jamai Tiang 10,5 36 11,465 22,948
65 Jamai Tiang 12 37,5 11,943 24,039
66 Jamai Tiang 13 33 10,510 20,787
Tabel 33. Lanjutan

No Nama Jenis Tingkat Tinggi Keliling Diameter Biomassa


67 Jamai Tiang 10 38 12,102 24,403
68 Jamai Tiang 10 46 14,650 30,324
69 Jamai Tiang 10 46 14,650 30,324
70 Jamai Tiang 8 53 16,879 35,624
71 Jamai Tiang 12 48 15,287 31,828
72 Jamai Tiang 5,5 37 11,783 23,675
73 Jamai Tiang 5,5 58 18,471 39,469
74 Bangkal gunung Tiang 11,5 49 15,605 32,583
75 Jamai Tiang 4 38 12,102 24,403
76 Madang puspa Tiang 7,5 56,3 17,930 38,156
77 Jamai Tiang 7,5 43 13,694 28,086
78 Rasak Tiang 7 57 18,153 38,696
79 Jamai Tiang 9,5 52 16,561 34,860
80 Madang puspa Pohon 18 71 22,611 49,673
81 Madang puspa Pohon 12 7,4 2,357 3,798
82 Madang puspa Pohon 9 108,3 34,490 80,280
83 Madang puspa Pohon 16 66,05 21,035 45,754
84 Rasak Pohon 15 79,2 25,223 56,245
85 Jamai Pohon 4 67,8 21,592 47,135
∑=1393,017
Contoh Perhitungan Koordinat 50M 2714209612106
Y = 1,433 × d1,137
 Y1 = 1,433 × 0,9551,137
= 1,361 cm2

Tabel 34. Hasil pengamatan biomassa seresah dan tumbuhan bawah


No Nama Sampel Kode Berat Basah Berat Kering
1 Biomassa seresah daun K78T1S1 148 70
2 Biomassa seresah ranting K78T1S1 83 55
Biomassa tumbuhan bawah K78T1S1
3
daun - -
4 Biomassa tumbuhan bawah ranting K78T1S1 - -

2. Pembahasan

Praktik identifikasi tanah hutan tentang profil tanah dan biomassa


dilaksanakan di KHDTK ULM Mandiangin pada hari terakhir praktik kerja
lapang. Kumpulan dari benda alam yang tersusun atas horizon-horizon yang
terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara merupakan
definisi dari tanah. Profil tanah dapat didefinisikan sebagai sebuah irisan yang
melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan menggali tanah. Pembuatan profil
tanah di lapangan memiliki beberapa syarat yang harus diperhatikan yaitu vertical,
baru dan tidak terkena matahari secara langsung. Berdasarkan bahan
pembentuknya, jenis tanah dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu ada andosol,
alluvial, laterit dan kapur.
Pembuatan profil tanah yang dilakukan menghasilkan kedalaman
sedalam 230 cm yang dimana mendapatkan lima lapisan tanah atau horizon yaiu
O, A, B, C, dan R. Titik pengamatan memiliki keadaan dengan koordinat
geografis 2714209612106, dengan keadaan 45-65 (curam). Elevasi atau
ketinggian tempat 135,9 mdpl dengan aliran permukaan cepat serta permeabilitas
cepat. Vegetasi alami yang dominan yaitu pohon jamai dengan keadaan tutupan
lahan agak terbuka dan dominasi jenis tumbuhan bawah yaitu petindis. Sistem
penanaman tumbuh secara alami dengan pengelolaan lahan dilahan tidak ada.
Bahaya erosi cukup dengan erosi alur. Hasil pengamatan didapatkan bahwa
horizon O memiliki kedalaman 10 cm, horizon A dengan kedalaman 20 cm,
horizon B yaitu 20 cm, horizon C dengan kedalaman 50 cm, dan horizon R yaitu
130 cm.
Hasil yang didapatkan dari % batuan permukaan yaitu 3,09% dengan luas
batuan yaitu 309,386 cm2. Horizon O memiliki % batuan 7,261% dengan luas
bataun 36,306 cm2. Horizon A ditemukan batuan sebanyak 4 dengan jumlah
keseluruhan luas yaitu 68,687 cm2 dengan % batuan yaitu 6,868%. Persentase
perakaran pada horizon O yaitu 0,68% dengan ditemukan akar sebanyak 5 dengan
luas keseluruhan 3,4 cm2. Perakaran pada horizon A mendapatkan % perakaran
1,847% dengan jumlah akar ditemukan ada 8 dengan jumlah luas 18,47 cm 2.
Setiap lapisan tanah atau pada setiap 10 cm ditemukan perbedaan warna,
konsistensi, tekstur dan juga pH tanah. Biomassa yang ditemukan dengan ring
kotak yaitu seresah daun, akar, tumbuhan bawah daun dan juga akar. Biomassa
pohon berjumlah 85 pohon yang sudah meliputi tiang, pancang dan pohon.
f. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktik Identifikasi Tanah Hutan adalah


1. Hasil pengamatan ketika di lapangan ada tekstur tanah yang dominan adalah
lempung berpasir, struktur granuler, konsistensi dominan tidak lekat, warna
tanah berbeda-beda, kedalaman efektif akar 175 cm, horizon tanah O-A-B-C-
R dengan total kedalam 230cm.
2. Penggunaan alat-alat yang berhubungan dengan identifikasi tanah antara lain
cangkul, parang, linggis yang berfungsi untuk menggali tanah saat melakukan
praktik mengenai profil tanah.
3.6. Analisis Vegetasi dan Curva Species Area

Analisis Vegetasi

a. Landasan Teori
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui
seberapabesar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan
langsung. Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta
identifikasi vegetasi yang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan
memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih
luas. Vegetasi dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas
tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang terususun dari tetumbuhan
yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput,
dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi (Badriah, 2011).
Analisis vegetasi merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk
mempelajari karakter suatu komunitas. Tujuan utama dari analisis vegetasi adalah
memahami keragaman dan pola keberadaan tumbuhan serta faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi komunitas tumbuhan tersebut.Dalam analisis
vegetasi, beberapa metode yang umumnya digunakan termasuk pengukuran
kepadatan tumbuhan, keragaman spesies, frekuensi munculnya spesies, distribusi
spasial tumbuhan, dan analisis struktur vegetasi seperti tinggi, diamater batang,
dan penutupan vegetasi (Sari, 2019).
Analisis yang dilakukan dapat bersifat kualitatif ataupun kuantitatif. Data
yang bersifat kualitatif berguna untuk menganalisa spesies di suatu wilayah tetapi
jenis analisa ini sulit untuk dilakukan, kebanyakan data kualitatif itu dapat
ditentukan kualitasnya kemudian tetapi jenis kuantitatif merupakan jenis analisis
yang dapat diukur dengan mudah. Titik berat analisis vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan ketika tidak bisa menentukan luas petak contoh. Vegetasi
merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran
berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan langsung. Dilakukan
dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang
ada. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif
bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Vegetasi merupakan
bagian hidup yang terususun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem.
b. Tujuan

Tujuan dari praktik Analisis Vegetasi adalah


1. Mengetahui komposisi jenis pada suatu areal yang terdapat keanekaragaman
vegetasi bagian strukturnya
2. Mampu menghitung indeks nilai penting (INP)

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktik Analisis Vegetasi adalah
1. Meteran roll, tali rapia
2. Kompas
3. Tallysheet
4. Patok, parang, palu
5. Milimeter blok
6. Phiban
7. Alat tulis
8. Kalkulator

d. Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan pada praktik Analisis Vegetasi adalah


1. Menentukan titik mulai pembuatan jalur
2. Membuat jalur pengamatan dengan arah memotong garis kontur
3. Pada jalur dibuat petak petak pengamatan pada setiap jarak 20 meter dengan
ukuran 20x20 m untuk tingkat pohon, 10x10m untuk tingkat tiang, 5x5m
untuk tingkat pancang, dan 2x2 m untuk tingkat semai
4. Petak ukuran 20x20m untuk tingkat pohon dibuat secara bersambungan,
sehingga merupakan metode jalur, sedangkan untuk petak ukuran 10x10m
metode sama, 5x5m dan 2x2m dibuat berselang seling kiri dan kanan pada
setiap titik, sehingga antara atau tidak bersambungan (metode garis berpetak).
Rumus yang digunakan dalam praktik Analisis Vegetasi adalah
1. Perhitungan Diameter
k
D =
π
2. Perhitungan Luas Bidang Dasar
1
LBD = .π.d2
4
3. Luas Petak Contoh
luas plot
Luas petak = × jumlah plot
10.000
4. Kerapatan
Jumlah individu setiap jenis
K =
luas petak pengamatan
5. Kerapatan Relatif
kerapatan suatu jenis
KR = × 100 %
Kerapatan seluruh jenis
6. Frekuensi
Jumlah petak ditemukan jenis tertentu
F =
Jumlah seluruh petak
7. Frekuensi Relatif
Frekuensi suatu jenis
FR = × 100 %
Frekuensi seluruh jenis
8. Dominasi
Jumlah LBD suatu jenis
Do =
Luas petak contoh
9. Dominasi Relatif
Dominasi suatu jenis
DoR = × 100 %
Dominasi seluruh jenis
10. Indeks Nilai Penting
INP = KR + FR+ DoR

1.
e. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Hasil dari praktik Analisis Vegetasi dapat dilihat pada tabel 35 sampai
tabel 38.
Tabel 35. Data Analisis Vegetasi Tingkat Semai 2 x 2 m2

Petak No. Nama Jenis Jumlah Jenis


1 1 Petindis 2
2 Sapit undang 1
3 Teangkook ayam 2
1 Petindis 2
2
2 Tiwangau 1
3 Lalangsatan 1
1 Tengkook ayam 2
3 2 Petindis 5
3 Bati-bati 2
1 Petindis 1
4 2 Mali-mali 4
3 Bati-bati 1

Tabel 36. Data Analisis Vegetasi Tingkat Pancang 5 x 5 m2

Petak No. Nama Jenis Jumlah Jenis


1 1 Sasahangan 2
2 Petindih 5
3 Lalangsatan 1
4 Mampat 2
5 Mengkudu hutan 6

2 1 Mali-mali 2
2 Balau 4

3 Mengkudu hutan
Tabel 36. Lanjutan

4 Jannah 6
5 Kamalaka 3
6 Lucus 3
7 Sasahangan 5
8 Timbaratan 2
9 Sari Berangkat 1
10 Jambu burung 1
11 Mahang 3
12 Bangkal gunung 1
1 Kayu beranakan 3
3
2 Jamai 2
3 Petindis 5
4 Bati-bati 2
5 Sasahangan 4
6 Mahang 6
7 Mali-mali 3
1 Bati-bati 2
2 Alaban 1
4
3 Jannah 5
4 Mahang 3
5 Sasahangan 5
6 Petindis 3

Tabel 37. Data Analisis Vegetasi Tingkat Tiang 10 x 10 m2

Petak No. Nama Jenis Keliling Diameter


1 1 Tiwangau 38 12,10

2 Tiwangau 38 12,10
Tabel 37. Lanjutan

Petak No. Nama Jenis Keliling Diameter

3 Mengkudu hutan 31 9,87

4 Mengkudu hutan 31 9,87

1 Tiwangau 48 15,26
2
2 Kayu kacang 43 13,69

1 Kamalaka 34 10,82
3
2 Bati-bati menjangan 48 15,28

3 Mampat 33 10,50

4 Bangkal gunung 35 11,14

5 Jamai 39 12,42

6 Jamai 44 14,01

7 Jamai 61 19,42

8 Jamai 39 12,42

9 Jamai 48 15,28

10 Jamai 50 15,92

1 Jamai 46 14,64

4 2 Jamai 32 10,19

3 Madang puspa 45 14,33

4 Jamai 38 12,10

5 Jamai 36 11,46

6 Jamai 33 10,50

Tabel 38. Data Analisis Vegetasi Tingkat Pohon 20 x 20 m2


Petak No. Nama Jenis Keliling Diameter
2 1 Kayu kacang 72,5 23,08

2 Jamai 75,5 24,04

1 Madang puspa 65,5 20,85


3
1 Madang puspa 67,5 21,5
4
Berikut adalah sketsa peak ukur yang digunakan pada saat praktik Analisis
Vegetasi yang dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 6. Sketsa petak ukur analisis vegetasi


Tabel 39. Hasil olah data analisis vegetasi tingkat semai 2x2 m2
KR
No Jenis Jumlah K F FR (%) INP (%)
(%)
1 Petindis 10 6250 41,66% 1 33,33% 74,99%
2 Sapit undang 1 625 4,16% 0,25 8,33% 12,49%
Tengkook
3 4 2500 16,66% 0,5 16,66% 33,32%
ayam
4 Tiwangau 1 625 4,16% 0,25 8,33% 12,49%
5 Lalangsatan 1 625 4,16% 0,25 8,33% 12,49%
6 Bati-bati 3 1875 12,5% 0,5 16,66% 29,16%
7 Mali-mali 4 2500 16,66% 0,25 8,33% 24,99%
Total 24 15.000 99,96% 3 99,97% 199,53%

Contoh Perhitungan
1. Luas Petak Contoh
luas plot
Luas petak = × jumlah plot
10.000
4
= ×4
10.000
= 0,0016 ha
2. Kerapatan
Jumlah individu setiap jenis
K =
luas petak pengamatan
10
=
0,0016
= 6,250
3. Kerapatan Relatif
kerapatan suatu jenis
KR = × 100 %
Kerapatan seluruh jenis
6250
= ×100 %
15.000
= 41,66%
4. Frekuensi
Jumlah petak ditemukan jenis tertentu
F =
Jumlah seluruh petak
4
=
4
=1
5. Frekuensi Relatif
Frekuensi suatu jenis
FR = × 100 %
Frekuensi seluruh jenis
1
= ×100 %
3
= 33,33%
6. Indeks Nilai Penting
INP = KR + FR
= 41,66% + 33,33%
= 74,99%
Tabel 40. Hasil olah data analisis vegetasi tingkat pancang 5x5 m2
KR
No Jenis Jumlah K F FR (%) INP (%)
(%)
1 Sasahangan 16 1600 19,04% 1 14,81% 33,85%
2 Petindih 5 500 5,95% 0,25 3,70% 9,65%
3 Lalangsatan 1 100 1.19% 0,25 3,70% 4,84%
4 Mampat 2 200 2,39% 0,25 3,70% 6,98%
5 Mengkudu hutan 11 1100 13,09% 0,5 7,40% 20,49%
6 Mali-mali 5 500 5,95% 0,5 7,40% 13,35%
7 Balau 4 400 4,76% 0,25 3,70% 8,46%
8 Jannah 11 1100 13,09% 0,5 7,40% 20,49%
9 Kamalaka 3 300 3,57% 0,25 3,70% 7,22%
10 Lucus 3 300 3,57% 0,25 3,70% 7,22%
11 Timbaratan 2 200 2,39% 0,25 3,70% 6,08%
12 Sari berangkat 1 100 1,19% 0,25 3,70% 4,89%
13 Jambu burung 1 100 1,19% 0,25 3,70% 4,89%
14 Bangkal gunung 1 100 1,19% 0,25 3,70% 4,89%
15 Kayu beranakan 3 300 3,57% 0,25 3,70% 7,22%
16 Jamai 2 200 2,39% 0,25 3,70% 6,08%
17 Petindih 8 800 9,52% 0,5 7,40% 16,92%
18 Bati-bati 4 400 4,26% 0,5 7,40% 12,16%
19 Alaban 1 100 1.19% 0,25 3,70% 4,84%
Jumlah 95 8.400 99,06% 6,75 99,91% 199,87%
Contoh Perhitungan
1. Luas Petak Contoh
luas plot
Luas petak = × jumlah plot
10.000
100
= ×4
10.000
= 0,01 ha
2. Kerapatan
Jumlah individu setiap jenis
K =
luas petak pengamatan
16
=
0 , 01
= 1.600
3. Kerapatan Relatif
kerapatan suatu jenis
KR = × 100 %
Kerapatan seluruh jenis
1600
= × 100 %
8400
= 19,04%
4. Frekuensi
Jumlah petak ditemukan jenis tertentu
F =
Jumlah seluruh petak
4
=
4
=1
5. Frekuensi Relatif
Frekuensi suatu jenis
FR = × 100 %
Frekuensi seluruh jenis
1
= ×100 %
6 , 25
= 14,81%
6. Indeks Nilai Penting
INP = KR + FR
= 19,04% + 14,81%
= 33,85%

Tabel 41. Data LBD tingkat tiang 10x10 m2


No Nama Jenis Total LBD
1 Tiwangau 0,039
2 Mengkudu hutan 0,014
3 Kayu kacang 0,013
4 Kamalaka 0,007
5 Bati-bati menjangan 0,017
6 Mampat 0,007
7 Bangkal gunung 0,009
8 Jamai 11,13
9 Madang puspa 0,015

Tabel 42. Hasil olah data analisis vegetasi tingkat tiang 10x10 m2
KR DoR
No Jenis Jumlah K F FR (%) Do INP (%)
(%) (%)

1 Tiwangau 3 75 13,63% 0,5 18,18% 0,97 14,49% 46,3%

Mengkudu
2 2 50 9,09% 0,25 9,09% 0,35 5,23% 23,41%
hutan

Kayu
3 1 25 4,54% 0,25 9,09% 0,32 4,78% 18,41%
kacang

4 Kamalaka 1 25 4,54% 0,25 9,09% 0,17 2,54% 16,17%

Bati-bati
5 1 25 4,54% 0,25 9,09% 0,42 6,27% 19,9%
menjangan

6 Mampat 1 25 4,54% 0,25 9,09% 0,17 2,54% 16,17%


Bangkal
7 1 25 4,54% 0,25 9,09% 0,22 3,28% 16,91%
gunung

8 Jamai 11 275 50% 0,5 18,18% 3,7 55,30% 123,48%

Madang
9 1 25 4,54% 0,25 9,09% 0,37 5,53% 19,16%
puspa

Total 22 550 99,96% 2,75 99,99% 6,69 99,96% 299,91%

Contoh Perhitungan
1. Perhitungan Diameter
k
D =
π
25
=
3 ,14
= 7,96 cm
= 0,07 m
2. Perhitungan Luas Bidang Dasar
1
LBD = .π.d2
4
1
= .3,14.(0.07)2
4
= 0,039 m2
3. Luas Petak Contoh
luas plot
Luas petak = × jumlah plot
10.000
100
= ×4
10.000
= 0,04 ha
4. Kerapatan
Jumlah individu setiap jenis
K =
luas petak pengamatan
3
=
0 , 04
= 75
5. Kerapatan Relatif
kerapatan suatu jenis
KR = × 100 %
Kerapatan seluruh jenis
75
= ×100 %
550
= 13,63%
6. Frekuensi
Jumlah petak ditemukan jenis tertentu
F =
Jumlah seluruh petak
2
=
4
= 0,5
7. Frekuensi Relatif
Frekuensi suatu jenis
FR = × 100 %
Frekuensi seluruh jenis
0 ,5
= ×100 %
2 ,75
= 18,18%
8. Dominasi
Jumlah LBD suatu jenis
Do =
Luas petak contoh
0,039
=
0 ,04
= 0,97
9. Dominasi Relatif
Dominasi suatu jenis
DoR = × 100 %
Dominasi seluruh jenis
0 , 97
= × 100 %
6 , 69
= 14,49%
10. Indeks Nilai Penting
INP = KR + FR+ DoR
= 13,63% + 18,18% + 14,49%
= 46,3%
Tabel 43. Data LBD tingkat pohon 20x20 m2
No Nama Jenis Total LBD
1 Kayu kacang 3,10
2 Jamai 2,83
3 Madang puspa 4,39

Tabel 44. Hasil olah data analisis vegetasi tingkat 20x20 m2

N KR FR DoR INP
Jenis Jumlah K F Do
o (%) (%) (%) (%)

1 Tiwangau 1 0,00625 25% 0,25 25% 3,10 30,08% 80,03%

Mengkudu
2 1 0,00625 25% 0,25 25% 2,83 27,42% 77,42%
hutan

Kayu
3 2 0,0125 50% 0,5 50% 4,39 42,52% 142,52%
kacang

Total 4 0,025 100% 1 100% 10,32 99,97% 299,97%


Contoh Perhitungan
11. Perhitungan Diameter
k
D =
π
72 ,5
=
3 ,14
= 23,08 cm
= 0,23 m
12. Perhitungan Luas Bidang Dasar
1
LBD = .π.d2
4
1
= .3,14.(23,08)2
4
= 4,96 m2
13. Luas Petak Contoh
luas plot
Luas petak = × jumlah plot
10.000
400
= ×4
10.000
= 160 ha
14. Kerapatan
Jumlah individu setiap jenis
K =
luas petak pengamatan
1
=
60
= 0,00625
15. Kerapatan Relatif
kerapatan suatu jenis
KR = × 100 %
Kerapatan seluruh jenis
0,00625
= × 100 %
0,025
= 25%
16. Frekuensi
Jumlah petak ditemukan jenis tertentu
F =
Jumlah seluruh petak
2
=
4
= 0,5
17. Frekuensi Relatif
Frekuensi suatu jenis
FR = × 100 %
Frekuensi seluruh jenis
0 ,25
= ×100 %
1
= 25%
18. Dominasi
Jumlah LBD suatu jenis
Do =
Luas petak contoh
496,658
=
160
= 3,10
19. Dominasi Relatif
Dominasi suatu jenis
DoR = × 100 %
Dominasi seluruh jenis
3 ,10
= × 100 %
10 ,32
= 30,03%
20. Indeks Nilai Penting
INP = KR + FR+ DoR
= 25% + 25% + 30,03%
= 80,03%
2. Pembahasan

Praktik analisis vegetasi dilaksanakan di kawasan KHDTK ULM


Mandiangin. Pelaksanaan praktik ini menggunakan plot dengan ukuran 20x20m
sebanyak 3 buah plot. Analisis vegetasi merupakan suatu cara untuk lebih jeli
dalam mempelajari susunan atau komposisi suatu jenis dan bentuk struktur
vegetasi atau Masyarakat tumbuha-tumbuhan. Metode sampling dalam analisis
vegetasi dilakukan dengan dua metode yaitu metode kombinasi antara metode
jalur (untuk tingkat pohon) dan metode garis berpetak (untuk tingkat tiang,
pancang dan semai). Petak pengamatan dibuat pada setiap jarak 20 meter dengan
ukuran 20x20m untuk tingkat pohon, 10x10m untuk tingkat tiang, 5x5m untuk
tingkat pancang dan 2x2 untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah.
Petak ukuran 20x20m untuk tingkat pohon dibuat secara bersambungan
sehingga merupakan sebuah jalur (metode jalur), sedangkan untuk petak ukuran
10x10m, 5x5m, dan 2x2m dibuat berselang-seling kiri dan kanan pada setiap titik,
sehingga antara petak degan petak selanjutnya ada antara atau tidak
bersambungan (metode garis berpetak). Pengambilan data meliputi pencatatan
data jenis dan diameter, untuk pengukuran diameter hanya untuk tingkat tiang dan
pohon saja. Setiap jenis yang ditemukan didalam petak pengamatan dicatat
kedalam tallysheet yang sudah disiapkan. Data yang diperoleh di lapangan
dihitung dengan menggunakan formula atau rumus analisis vegetasi yaitu
kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif (FR),
dominasi (Do), dominasi relatif (DoR), dan indek nilai penting (INP).
Hasil olah data analisis vegetasi tingkat semai 2x2m2 diperoleh kerapatan
(K) yaitu 6,250, kerapatan relatif (KR) 41,66%, frekuensi (F) 1, frrekuensi relatif
(FR) 33,33% dan indeks nilai penting (INP) diperoleh sebesar 74,99%. Data
analisis vegetasi tingkat pancang jenis sasahangan memliki jumlah 16, dengan
luas petak sebesar 0,01 ha, kerapatan (K) yaitu 1600, kerapatan relatif (KR)
19,04%, frekuensi (F) 1, frrekuensi relatif (FR) 14,81% dan indeks nilai penting
(INP) diperoleh sebesar 33,85%. Data analisis vegetasi tingkat tiang jenis
tiwangau memiliki LBD 0,039m2, luas petak sebesar 0,04 ha, kerapatan (K) yaitu
75, kerapatan relatif (KR) 13,63%, frekuensi (F) 0,5, frrekuensi relatif (FR)
18,18%, dominasi 0,97, dominasi relatif 14,49%, indeks nilai penting (INP)
sebesar 46,3%.
f. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktik Analisis Vegetasi adalah


1. Komposisi jenis pada area plot pengamatan sangat beragam diantaranya ada
jenis madang puspa, wangun gunung, bangkal gunung, jannah, sari berangkat,
mahang, mengkudu hutan, petindis dan masih banyak lagi yang lainnya.
2. Indenk Nilai Penting tingkat semai 2x2 m 2 jenis petindis yaitu 74,99%, tingkat
pancang 5x5m2 jenis sasahangan yaitu 33,85%, tingkat tiang 10x10m 2 jenis
tiwangau yaitu 46,3%, dan yang terakhir tingkat 20x20m 2 jenis tiwangau yaitu
80,03%.
Curva Species Area (CSA)

a. Landasan Teori

Luas minimum atau kurva spesies area adalah luas terkecil yang dapat
mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan.
Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas
total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat
didapat terlebih dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai -
kemungkinan yaitu penyebaran acak, penyebaran secara merata, penyebaran
secara kelompok, untuk mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi
secara merata ataukelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis
vegetasi dapatdibedakan dengan cara pendekatan yaitu penyebaran percontohan
secara acak, penyebaran percontohan secara sistematik, penyebaran secara semi
acak dan semisistematik (Eddy, 2014).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal
yangdigunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada
suatuhabitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai
hubunganerat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut.
Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka
makin luas petak contoh yang digunakan (Badriah, 2011).
Keanekaragaman spesies dalam suatu area digambarkan dalam grafik
seperti di bawah. Pola kurva ditentukan oleh distribusi individu masing-masing
jenis dalam hutan. Apabila individu-individu semua jenis bercampur secara
merata, kurva yang dihasilkan akan memperlihatkan pola peningkatan jumlah
jenis yang tajam pada kuadrat kecil yang kemudian diikuti dengan pola mendatar
pada ukuran kuadrat yang lebih besar. Keragaman spesies dapat diambil untuk
menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies
diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat
dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting.
Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena
keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil.
b. Tujuan

Tujuan dari praktik Curva Species Area (CSA) adalah


1. Untuk mengetahui jumlah vegetasi pada suatu area
2. Untuk menentukan luas minimum berdasarkan tabel
3. Menentukan luas petak minimum berdasarkan curva species area

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktik Curva Species Area (CSA)
adalah
1. Meteran
2. Kompas
3. Patok
4. Parang
5. Tali rapia
6. Kalkulator
7. Alat tulis
8. Milimeter blok
9. Tallysheet

d. Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan pada praktik Curva Species Area adalah
1. Menentukan lokasi pengamatan luas petak minimum
2. Menentukan starting point
3. Membuat petak dengan ukuran 1x1 m, 1x2 m, 2x2 m, 2x4 m, 4x4 m, dan
seterusnya sampai tidak ditemukan lagi penambahan jenis atau kurang dari 5%
4. Mencatat jumlah spesies yang ada pada petak ukur
5. Melakukan perhitungan jumlah spesies
6. Membuat curva species area
e. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Hasil dari praktik Curva Species Area dapat dilihat pada tabel 45 dan 46.
Tabel 45. Tallysheet Curva Species Area (CSA)
Ukuran Luas Jumlah Jenis
No Nama Jenis
Petak (m2) Kumulatif
1x1 1 1 Carikan
2 Taratat
3 Teja 5

4 Petindis
5 Bati-bati
1 Jawaling
1x2 2 7
2 Litu
1 Tengkook ayam
2x2 4 10
2 Kelenteng
3 Pilak
1 Anglai
2x4 8
2 Mahang
3 Wangun gunung
16
4 Sapit undang
5 Rangka-rangka
6 Alaban bubur
1 Kupang
4x4 16 2 Kayu sapat
3 Jambu burung
4 Madang pirawas 25
5 Tapus
6 Bengkinang burung
7 Rawa-rawa pipit
8 Damar kembang
Tabel 45. Lanjutan
Ukuran Luas Jumlah Jenis
No Nama Jenis
Petak (m2) Kumulatif
9 Madang puspa

1 Tandui
4x8 32
2 Lua
31
3 Mengkudu hutan

4 Bajakah

5 Lalangsatan

6 Ampalas kijang

1 Masintan

8x8 64 2 Lasak 35
3 Kapur naga

4 Maweh putih

1 Sari berangkat
8x16 128 37
2 Tuhu

1 Mata undang
16x16 256 44
2 Marsihung

3 Jengkol hutan

4 Jannah

5 Kakopian

6 Manggis hutan

7 Alaban
54
16x32 512 1 Bati-bati menjangan

2 Bungur gunung

3 Kayu kacang

Tabel 45. Lanjutan


Ukuran Luas No Nama Jenis Jumlah Jenis
Petak (m2) Kumulatif
4 Mampat laki

5 Putat

6 Kayu kubar

7 Jamai

8 Tampang

9 Tiwangau

10 Rotan teman

32x32 1024 1 Tretepan 57

2 Jambu sekati

3 Gaharu

32x64 2048 1 Pulantan 61

2 Kilayu

3 Karet

4 Rukan

64x64 4096 1 Kayu gabu 63

2 Tampar badak
Tabel 46. Tallysheet CSA Menentukan Luas Petak Minimum

Ukuran Petak Akumulasi


Jumlah Jenis
(m3) Total Persentase
1x1 5 5 0
1x2 2 7 40%
2x2 3 10 42%
2x4 6 16 60%
4x4 9 25 56,25%
4x8 6 31 24%
8x8 4 35 12%
8x16 2 37 5,71%
16x16 7 44 18,9%
16x32 10 54 22,7%
32x32 3 57 5,5%
32x64 4 61 7%
64x64 2 63 3,2%

Contoh perhitungan
1. Curva Species Area (CSA)
Penambahan jenis
= × 100 %
Jumlah komulatif jenis
2
= ×100 %
61
= 3,2%
Berikut adalah sketsa yang digunakan pada praktik CSA yang dapat dilihat
pada gambar 6 dan gambar 7.

Gambar 7. Sketsa petak Csa

Gambar 8. Sketsa grafik CSA


2. Pembahasan

Luas minimum atau curva species area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representative dengan suatu tipe vegetasi pada
suatu habitat tertentu yang akan dan sedang dipelajari. Curva species area
digunakan sebagai suatu metode untuk menentukan jumlah jenis yang ada pada
vegetasi hutan. CSA dilakukan dengan membuat petak mulai dari ukuran terkecil
hingga ukuran petak terbesar. Praktik kali ini dimulai dari pembuatan petak 1x1
sampai dengan petak 64x64. Penambahan luas petak dihentikan apabila sudah
tidak ada lagi penambahan jenis.
Data hasil Curva Species Area (CSA) dapat dilihat pada tallysheet CSA
yang sudah disiapkan. Petak ukuran 1x1m memiliki 5 jenis vegetasi yaitu carikan,
taratat, teja, petindis dan bati-bati. Petak ukuran 1x2 terdapat penambahan 2 jenis
yaitu jawaling dan litu. Petak ukuran 2x2 terdapat 3 penambahan jenis yaitu
tengkook ayam, kelenteng dan pilak. Petak ukuran 2x4 terdapat 6 penambahan
jenis yaitu anglai, mahang, wangun gunung, sapit undang, rangka-rangka dan
alaban bubur. Petak 4x4 terdapat 9 penambahan jenis yaitu kupang, kayu sapat,
jambu burung, madang pirawas, tapus, bengkinang burung, rawa-rawa pipit,
damar kembang dan madang puspa. Petak ukuran 4x8 terrdapat 6 penambahan
jenis yaitu tandui, lua, mengkudu hutan, bajakah, lalangsatan dan amplas kijang.
Petak selanjutnya 8x8 terdapat penambahan jenis yaitu masintan, lasak,
kapur naga dan maweh putih, petak 8x16 terdapat 2 penambahan jenis yaitu sari
berangkat dan tuhu. Petak 16x16 terdapat 6 penambahan jenis yaitu mata undang,
marsihung, jengkol hutan, jannah, kakopian dan manggis hutan. Petak 16x32
terdapat 10 penambahan jenis. Petak 32x32 terdapat 3 penambahan jenis yaitu
tretepan, jambu sekati, gaharu. Petak 32x64 terdapat 4 penambahan jenis yaitu
pulantan, kilayu, karet dan rukan. Petak terakhir yang berukuran 64x64 memiliki
2 penambahan jenis yaitu kayu gabu dan tampar badak. Total jenis yang terdapat
pada seluruh petak yaitu 63 jenis vegetasi. Luas petak minimum akan berbeda-
beda pada setiap komunitas hutan, tergantung dari jumlah jenis yang tercatat. Luas
petak minimum dibuat dimana penambahan jenis hanya 3,2%.
f. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktik Curva Species Area (CSA) adalah


1. Jumlah vegetasi pada area yang diamati ada 63 jenis
2. Menentukan luas minimum berdasarkan tabel dari hasil pengamatan yaitu
4096 m2
3. Menentukan luas petak minimum berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
yaitu 64x64 dengan persentase 3,2%

3.7. Penanaman dan Pemeliharaan

a. Landasan Teori
Silvikultur sebuah seni pembentukan dan pemeliharaan hutan pada ilmu
silvika sesuai dengan tujuan tertentu dengan tidak meningggalkan aspek dari segi
ekonomi. Pemeliharaan tanaman merupakan aspek yang memegang peranan
penting dalam tumbuh kembang tanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi
penyiraman, pemupukan, dan pengendalian OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman) serta pemeliharaan spesifik. Namun dalam penerapannya seringkali
melakukan penanaman dan pemeliharaan tanpa melihat kondisi dari tanaman.
Penanaman dan pemeliharaan silvikultur proses yang terkait dengan budidaya,
pengelolaan, dan pemeliharaan hutan secara sistematis untuk tujuan produksi
kayu, perlindungan lingkungan, dan manfaat lainnya (Widiarti, 2013).
Silvikultur melibatkan langkah-langkah seperti penanaman bibit,
pemangkasan, penjarangan, perlindungan hutan dari hama dan penyakit, dan
kegiatan lain yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan pohon seperti
menjaga keanekaragaman hayati, kualitas tanah dan air, mengurangi pestisida dan
bahan kimia berbahaya. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
melakukan pemeliharaan tanaman, yaitu: Kondisi kelembaban media tanam, dan
suhu udara pada lingkungan tanaman serta waktu dan dosis dalam penerapan
pemeliharaan yang dibutuhkan tanaman sesuai dengan jenis tanaman tersebut.
Kelembaban media tanam adalah jumlah partikel-partikel air yang berada
pada media tanam yang berpengaruh pada tingkat kelembaban tanah, dan suhu
udara adalah kadar uap di udara yang juga mempengaruhi proses pertumbuhan
tanaman, sedangkan komposisi merupakan kuantitas untuk dosis pemberian air,
pupuk dan pestisida, Serta waktu adalah jadwal dan frekuensi pada pemeliharaan
tanaman tersebut. Waktu dan dosis dari penyiraman, pemupukan dan pestisida
yang tidak sesuai dengan keadaan kelembaban media tanam, dan suhu udara pada
lingkungan tanaman. Bagi tanaman pemeliharaan yang keliru dapat menjadikan
tanaman dalam kondisi tidak baik. Bukan hanya tidak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal namun tanaman bisa layu bahkan mati. Sementara itu
tanaman dengan kondisi tidak baik tersebut dapat membawa petaka bagi pemilik
tanaman karena hasil produksi yang gagal (Paembonan, 2002).
b. Tujuan

Tujuan dari praktik penanaman dan pemeliharaan adalah


1. Mahasiswa mampu mengatur jarak tanam serta pemasangan ajir yang tepat
2. Mahasiswa mampu membuat lubang tanam yang tepat, menambahkan kompos
serta menanam bibit di lapangan yang benar
3. Mahasiswa mampu membersihkan gulma, serta hal-hal yang berhubungan
dengan pemeliharaan
4. Mahasiswa mampu mengetahui gejala serangan hama dan penyakit serta
mampu menyulam tanaman

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktik penanaman dan pemeliharaan
adalah
1. Ajir bambu sepanjang 40-60 m
2. Bibit tanaman hutan dan bibit dari jenis-jenis multipurpose tree species
(MPTS) yang sudah siap tanam
3. Kompos atau pupuk kandang
4. Pupuk NPK
5. Parang
6. Cangkul
7. Cetok
8. Bibit
9. Ember dan gayung
10. Derigen air
11. Meteran roll
12. Tali rafia
13. Phi ban

d. Cara Kerja

D.1. Penanaman
Cara kerja dari praktik penanaman adalah
1. Mengukur jarak tanam 3 × 3 m dan pemasangan ajir
2. Membuat lubang tanam dengan Panjang × lebar × dalam = 30 × 30 × 30
cm sampai 40 cm
3. Memberikan kompos/pupuk kendang sebanyak 1kg/ lubang tanam
4. Menambahkan pupuk dasar NPK sebanyak 1 sendok makan/lubang tanam
5. Menanam bibit pada lubang tanam dan melepaskan polybag dengan hati-
hati
6. Menutup lubang tanam dengan benar
7. Menyiram tanaman
D.2. Pemeliharaan
Cara kerja dari praktik pemeliharaan adalah
1. Membersihkan gulma yang ada disekitar tanaman
2. Membumbun tanaman dan mengaplikasikan pupuk pada setiap tanaman
3. Menyiram tanaman dengan benar
4. Mengamati gejala serangan hama dan penyakit yang terdapat pada
tanaman muda
5. Melakukan penyulaman tanaman
e. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Hasil dari praktik Penanaman dan Pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 47 dan
tabel 48.
Tabel 47. Hasil penanaman

No Tanggal Nama Jenis Nama Penanam Tinggi


Kayu Putih
1 10 Juli 2023 Ridho 64
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
2 10 Juli 2023 Ridho 57
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
3 10 Juli 2023 Ridho 42
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
4 10 Juli 2023 Ridho 52
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
5 10 Juli 2023 Ridho 47
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
6 10 Juli 2023 Ridho 60
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
7 10 Juli 2023 Ridho 59
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
8 10 Juli 2023 Ridho 47
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
9 10 Juli 2023 Ridho 66
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
10 10 Juli 2023 Ridho 62
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
11 10 Juli 2023 April 37
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
12 10 Juli 2023 April 38
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
13 10 Juli 2023 April 80
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
14 10 Juli 2023 April 49
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
15 10 Juli 2023 April 35
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
16 10 Juli 2023 April 50
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
17 10 Juli 2023 April 35
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
18 10 Juli 2023 April 36
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
19 10 Juli 2023 April 66
(Melaleuca leucadendron)
Tabel 47. Lanjutan

No Tanggal Nama Jenis Nama Penanam Tinggi


Kayu Putih
20 10 Juli 2023 April 54
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
21 10 Juli 2023 Hendri 67
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
22 10 Juli 2023 Hendri 56
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
23 10 Juli 2023 Hendri 48
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
24 10 Juli 2023 Hendri 64
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
25 10 Juli 2023 Hendri 61
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
26 10 Juli 2023 Hendri 77
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
27 10 Juli 2023 Hendri 46
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
28 10 Juli 2023 Hendri 49
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
29 10 Juli 2023 Hendri 39
(Melaleuca leucadendron)
Kayu Putih
30 10 Juli 2023 Hendri 55
(Melaleuca leucadendron)
Sengon
31 10 Juli 2023 Aksay 28
(Albizia chinensis)
Sengon
32 10 Juli 2023 Aksay 44
(Albizia chinensis)
Sengon
33 10 Juli 2023 Aksay 38
(Albizia chinensis)
Sengon
34 10 Juli 2023 Aksay 21
(Albizia chinensis)
Sengon
35 10 Juli 2023 Aksay 47
(Albizia chinensis)
Sengon
36 10 Juli 2023 Aksay 61
(Albizia chinensis)
Sengon
37 10 Juli 2023 Aksay 65
(Albizia chinensis)
Sengon
38 10 Juli 2023 Aksay 56
(Albizia chinensis)
Sengon
39 10 Juli 2023 Aksay 19
(Albizia chinensis)
Sengon
40 10 Juli 2023 Aksay 43
(Albizia chinensis)
Sengon
41 10 Juli 2023 Citra 35
(Albizia chinensis)
Tabel 47. Lanjutan

No Tanggal Nama Jenis Nama Penanam Tinggi


Sengon
42 10 Juli 2023 Citra 50
(Albizia chinensis)
Sengon
43 10 Juli 2023 Citra 51
(Albizia chinensis)
Sengon
44 10 Juli 2023 Citra 62
(Albizia chinensis)
Sengon
45 10 Juli 2023 Citra 62
(Albizia chinensis)
Sengon
46 10 Juli 2023 Citra 31
(Albizia chinensis)
Sengon
47 10 Juli 2023 Citra 40
(Albizia chinensis)
Sengon
48 10 Juli 2023 Citra 44
(Albizia chinensis)
Sengon
49 10 Juli 2023 Citra 48
(Albizia chinensis)
Sengon
50 10 Juli 2023 Citra 67
(Albizia chinensis)
Sengon
51 10 Juli 2023 Reymond 39
(Albizia chinensis)
Sengon
52 10 Juli 2023 Reymond 47
(Albizia chinensis)
Sengon
53 10 Juli 2023 Reymond 34
(Albizia chinensis)
Sengon
54 10 Juli 2023 Reymond 55
(Albizia chinensis)
Sengon
55 10 Juli 2023 Reymond 70
(Albizia chinensis)
Sengon
56 10 Juli 2023 Reymond 24
(Albizia chinensis)
Sengon
57 10 Juli 2023 Reymond 29
(Albizia chinensis)
Sengon
58 10 Juli 2023 Reymond 43
(Albizia chinensis)
Sengon
59 10 Juli 2023 Reymond 66
(Albizia chinensis)
Sengon
60 10 Juli 2023 Reymond 65
(Albizia chinensis)
Mahoni
61 10 Juli 2023 Aisyah 68
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
62 10 Juli 2023 Aisyah 58
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
63 10 Juli 2023 Aisyah 68
(Swietenia mahagoni)
Tabel 47. Lanjutan

No Tanggal Nama Jenis Nama Penanam Tinggi


Mahoni
64 10 Juli 2023 Aisyah 30
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
65 10 Juli 2023 Aisyah 37
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
66 10 Juli 2023 Aisyah 31
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
67 10 Juli 2023 Aisyah 40
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
68 10 Juli 2023 Aisyah 12
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
69 10 Juli 2023 Aisyah 60
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
70 10 Juli 2023 Aisyah 60
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
71 10 Juli 2023 Pebri 77
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
72 10 Juli 2023 Pebri 68
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
73 10 Juli 2023 Pebri 53
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
74 10 Juli 2023 Pebri 49
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
75 10 Juli 2023 Pebri 41
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
76 10 Juli 2023 Pebri 49
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
77 10 Juli 2023 Pebri 26
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
78 10 Juli 2023 Pebri 26
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
79 10 Juli 2023 Pebri 58
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
80 10 Juli 2023 Pebri 32
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
81 10 Juli 2023 Raihan 34
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
82 10 Juli 2023 Raihan 19
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
83 10 Juli 2023 Raihan 21
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
84 10 Juli 2023 Raihan 58
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
85 10 Juli 2023 Raihan 60
(Swietenia mahagoni)
Tabel 47. Lanjutan

No Tanggal Nama Jenis Nama Penanam Tinggi


Mahoni
86 10 Juli 2023 Raihan 35
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
87 10 Juli 2023 Raihan 38
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
88 10 Juli 2023 Raihan 50
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
89 10 Juli 2023 Raihan 54
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
90 10 Juli 2023 Raihan 45
(Swietenia mahagoni)
Pulai
91 10 Juli 2023 Hikmah 45
(Alstonia scholaris)
Pulai
92 10 Juli 2023 Hikmah 15
(Alstonia scholaris)
Pulai
93 10 Juli 2023 Hikmah 55
(Alstonia scholaris)
Pulai
94 10 Juli 2023 Hikmah 30
(Alstonia scholaris)
Pulai
95 10 Juli 2023 Hikmah 59
(Alstonia scholaris)
Pulai
96 10 Juli 2023 Hikmah 31
(Alstonia scholaris)
Pulai
97 10 Juli 2023 Hikmah 34
(Alstonia scholaris)
Pulai
98 10 Juli 2023 Hikmah 44
(Alstonia scholaris)
Pulai
99 10 Juli 2023 Hikmah 56
(Alstonia scholaris)
Pulai
100 10 Juli 2023 Hikmah 56
(Alstonia scholaris)
Pulai
101 10 Juli 2023 Husna 56
(Alstonia scholaris)
Pulai
102 10 Juli 2023 Husna 35
(Alstonia scholaris)
Pulai
103 10 Juli 2023 Husna 42
(Alstonia scholaris)
Pulai
104 10 Juli 2023 Husna 43
(Alstonia scholaris)
Pulai
105 10 Juli 2023 Husna 36
(Alstonia scholaris)
Pulai
106 10 Juli 2023 Husna 48
(Alstonia scholaris)
Pulai
107 10 Juli 2023 Husna 18
(Alstonia scholaris)
Tabel 47. Lanjutan

No Tanggal Nama Jenis Nama Penanam Tinggi


Pulai
108 10 Juli 2023 Husna 69
(Alstonia scholaris)
Pulai
109 10 Juli 2023 Husna 37
(Alstonia scholaris)
Pulai
110 10 Juli 2023 Husna 43
(Alstonia scholaris)
Pulai
111 10 Juli 2023 Husna 65
(Alstonia scholaris)
Pulai
112 10 Juli 2023 Randi 37
(Alstonia scholaris)
Pulai
113 10 Juli 2023 Randi 21
(Alstonia scholaris)
Pulai
114 10 Juli 2023 Randi 76
(Alstonia scholaris)
Pulai
115 10 Juli 2023 Randi 43
(Alstonia scholaris)
Pulai
116 10 Juli 2023 Randi 51
(Alstonia scholaris)
Pulai
117 10 Juli 2023 Randi 54
(Alstonia scholaris)
Pulai
118 10 Juli 2023 Randi 58
(Alstonia scholaris)
Pulai
119 10 Juli 2023 Randi 39
(Alstonia scholaris)
Pulai
120 10 Juli 2023 Randi 24
(Alstonia scholaris)
Pulai
121 10 Juli 2023 Randi 22
(Alstonia scholaris)
Pulai
122 10 Juli 2023 Randi 44
(Alstonia scholaris)
Pulai
123 10 Juli 2023 Randi 45
(Alstonia scholaris)
Pulai
108 10 Juli 2023 Husna 69
(Alstonia scholaris)
Pulai
109 10 Juli 2023 Husna 37
(Alstonia scholaris)
Pulai
110 10 Juli 2023 Husna 43
(Alstonia scholaris)
Pulai
111 10 Juli 2023 Husna 65
(Alstonia scholaris)
Pulai
112 10 Juli 2023 Randi 37
(Alstonia scholaris)
Pulai
113 10 Juli 2023 Randi 21
(Alstonia scholaris)
Berikut adalah sketsa dari praktek penanaman yang dapat dilihat pada
gambar 9.

Gambar 9. Sketsa penanaman


Tabel 48. Hasil pemeliharaan
Nama
No Tanggal Nama Jenis K (cm) D (cm)
Pemelihara
Pulantan
1 10 Juli 2023 Ridho 4 1,27
(Alstonia sp)
Pulantan
2 10 Juli 2023 Ridho 1 0,32
(Alstonia sp)
Pulantan
3 10 Juli 2023 Ridho 2,5 0,79
(Alstonia sp)
Pulantan
4 10 Juli 2023 Ridho 3 0,95
(Alstonia sp)
Pulantan
5 10 Juli 2023 Ridho 20 6,36
(Alstonia sp)
Pulantan
6 10 Juli 2023 Ridho 33 10,50
(Alstonia sp)
Pulantan
7 10 Juli 2023 Ridho 3 0,95
(Alstonia sp)
Pulantan
8 10 Juli 2023 Ridho 13 4,14
(Alstonia sp)
Pulantan
9 10 Juli 2023 Ridho 13 4,14
(Alstonia sp)
Pulantan
10 10 Juli 2023 Ridho 21 6,68
(Alstonia sp)
Jamai
11 10 Juli 2023 Aisyah 31 9,87
(Ptenandra rostrata)
Jamai
12 10 Juli 2023 Aisyah 1,4 0,44
(Ptenandra rostrata)
Jamai
13 10 Juli 2023 Aisyah 3,7 1,17
(Ptenandra rostrata)
Jamai
14 10 Juli 2023 Aisyah 28,8 9,17
(Ptenandra rostrata)
Jamai
15 10 Juli 2023 Aisyah 1,6 0,50
(Ptenandra rostrata)
Jamai
16 10 Juli 2023 Aisyah 36,1 11,49
(Ptenandra rostrata)
Jamai
17 10 Juli 2023 Aisyah 30 9,55
(Ptenandra rostrata)
Jamai
18 10 Juli 2023 Aisyah 1 0,32
(Ptenandra rostrata)
Jamai
19 10 Juli 2023 Aisyah 30 9,55
(Ptenandra rostrata)
Jamai
20 10 Juli 2023 Aisyah 8 2,54
(Ptenandra rostrata)
Gugur Kecil
21 10 Juli 2023 Aksay 12 3,82
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
22 10 Juli 2023 Aksay 30 9,55
(Frangula carolinana)
Tabel 48. Lanjutan
Nama
No Tanggal Nama Jenis K (cm) D (cm)
Pemelihara
Gugur Kecil
23 10 Juli 2023 Aksay 10 3,18
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
24 10 Juli 2023 Aksay 29 9,23
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
25 10 Juli 2023 Aksay 6 1,91
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
26 10 Juli 2023 Aksay 4 1,27
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
27 10 Juli 2023 Aksay 13 4,14
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
28 10 Juli 2023 Aksay 12 3,82
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
29 10 Juli 2023 Aksay 25,5 8,12
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
30 10 Juli 2023 Aksay 13 4,14
(Frangula carolinana)
Jambu Mawar
31 10 Juli 2023 Citra 14 4,45
(Syzygium jambos)
Gugur Kecil
32 10 Juli 2023 Aksay 5 1,58
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
33 10 Juli 2023 Aksay 3 0,95
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
34 10 Juli 2023 Aksay 3 0,95
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
35 10 Juli 2023 Aksay 3 0,95
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
36 10 Juli 2023 Aksay 5 1,58
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
37 10 Juli 2023 Aksay 4 1,27
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
38 10 Juli 2023 Aksay 10 3,18
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
39 10 Juli 2023 Aksay 1 0,31
(Frangula carolinana)
Gugur Kecil
40 10 Juli 2023 Aksay 1,5 0,47
(Frangula carolinana)
Naga Sari
41 10 Juli 2023 Hendri 1,6 0,50
(Mesua ferrea)
Naga Sari
42 10 Juli 2023 Hendri 38,5 12,26
(Mesua ferrea)
Naga Sari
43 10 Juli 2023 Hendri 13,5 4,29
(Mesua ferrea)
Naga Sari
44 10 Juli 2023 Hendri 31,5 10,03
(Mesua ferrea)
Tabel 48. Lanjutan
Nama
No Tanggal Nama Jenis K (cm) D (cm)
Pemelihara
Naga Sari
45 10 Juli 2023 Hendri 16,5 5,25
(Mesua ferrea)
Naga Sari
46 10 Juli 2023 Hendri 20 6,36
(Mesua ferrea)
Naga Sari
47 10 Juli 2023 Hendri 1,4 0,44
(Mesua ferrea)
Naga Sari
48 10 Juli 2023 Hendri 2 0,63
(Mesua ferrea)
Naga Sari
49 10 Juli 2023 Hendri 20 6,36
(Mesua ferrea)
Naga Sari
50 10 Juli 2023 Hendri 1,5 0,47
(Mesua ferrea)

Berikut adalah sketsa praktek pemeliharaan yang dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Sketsa pemeliharaan


2. Pembahasan

Silvikultur diartikan sebagai praktik pengendalian proses permudaan


(penanaman), pertumbuhan, komposisi, kesehatan dan kualitas suatu hutan demi
mencapai aspek-aspek ekologi dan ekonomi yang diharapkan. Penanaman selalu
beriringan dengan proses pemeliharaan dengan tujuan yang sama untuk menjaga
produktivitas suatu tegakan. Penanaman atau kegiatan memindahkan bibit dari
tempat persemaian menuju ke lahan penanaman untuk didapatkan hasil produk
dari tanaman yang dibudidayakan. Penanaman dilakukan di kelerengan yang
cukup curam berada di kawasan KHDTK ULM Mandiangin. Bibit ditanam
dilubang dengan kedalam lubang yang disesuaikan dengan ukuran bibit. Bibit
yang ditanam pada praktik penanaman kali ini ada empat jenis yaitu bibit kayu
putih (Melaleuca leucadendron), bibit sengon (Albizia chinensis), bibit mahoni
(Swietenia mahagoni) dan bibit pulai (Alstonia scholaris).
Pemeliharaan merupakan aspek yang memegang peranan cukup penting
dalam tumbuh kembang suatu tanaman. Factor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam melakukan pemeliharaan yaitu kondisi kelembaban media tanam dan suhu
udara lingkungan di sekitar tanaman. Pemeliharaan pada tanaman bertujuan untuk
menjaga dan merawat tanaman dengan menbersihkan gulma, membumbun
tanaman, menyiram tanaman, mengaplikasikan penggunaan pupuk NPK pada
tanaman dan menyulam tanaman serta mengamati gejala serangan hama dan
penyakit yang terdapat pada tanaman.
Pemeliharaan yang dilakukan pada praktik kali ini berada tepatnya di area
penanaman yaitu petak ukur permanen C1 dengan koordinat 43256237 34621712.
Tanaman yang dipelihara berupa pohon pulantan (Alstonia sp) sebanyak sepuluh
buah, jamai (Ptenandra rostrata) sebanyak sepuluh buah, gugur kecil (frangula
carolinana), dan yang terakhir ada naga sari (Mesua ferrea) sebanyak sepuluh
buah, sehingga total pohon yang dilakukan pemeliharaan ada 50 pohon
Pembatasan areal tanam dilakukan dengan proses pembuatan plot dengan ukuran
30 × 30 m. Jumlah bibit yang ditanam ada 123 bibit dengan beragam jenisnya
mulai dari kayu putih (Melaleuca Leucadendron) berjumlah 30, sengon (Albizia
chinensis) berjumlah 30, mahoni (Swietenia mahagoni) berjumlah 30 dan yang
terakhir ada pulai (Alstonia scholaris) yang berjumlah 33.
f. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktik Penanaman dan Pemeliharaan adalah


1. Jarak tanam yang digunakan pada saat praktik penanaman yaitu 4 meter,
sedangkan untuk pemasangan ajir yang tepat berada di belakang lubang
tanam.
2. Pembuatan lubang tanam yang benar yaitu panjang dan lebar 30 cm dengan
kedalaman 30-40cm akan tetapi ketika di lapangan besarnya lubang tanam
menyesuaikan dengan besarnya bibit.
3. Pembersihan gulma dapat dilakukan dengan mudah pada saat pelaksanaan
praktik pemeliharaan.
4. Kegiatan penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati baik
akibat hama dan penyakit atau organisme.
3.8. Sekat Bakar

a. Landasan Teori

Penggunaan api sudah sejak lama dikenal manusia. Api digunakan pada
berbagai kegiatan manusia. Hingga sekarang masih banyak masyarakat atau
oknum tertentu menggunakan api untuk membuka lahan. Hal ini karena dengan
menggunakan api membutuhkan dana yang lebih sedikit dibandingkan tanpa
menggunakan api. Tanpa menggunakan api selain membayar mahal juga
membutuhkan waktu yang lama. Hal ini mengapa api masih menjadi pilihan bagi
masyarakat atau oknum tertentu. Api menjadi sesuatu yang efisien dan
menguntungkan jika digunakan dengan baik. Namun pada kenyataannya masih
sering terjadi kebakaran hutan dan lahan disana-sini. Hal ini tentu menyebabkan
kerugian ekonomi yang tidak sedikit dan kerusakan lingkungan yang
parah.Mengingat betapa berbahayanya dampak kebakaran hutan dan lahan maka,
perlu disadari bersama cara pencegahannya (Syaufina, 2011).
Pengisolasian bahan bakar merupakan metode untuk mengurangi luasan
area yang terbakar. Metode isolasi adalah kegiatan memisahkan suatu kawasan
hamparan bahan bakar dengan kawasan hamparan bahan bakar lainnya oleh suatu
penyekat yang disebut jalur isolasi. Jalur isolasi bisa berupa jalur terbuka atau
suatu jalur yang bervegetasi (Wibowo, 2005).
Jalur isolasi terdiri dari jalur isolasi alami dan jalur isolasi buatan. Jalur
isolasi yang alami misalnya sungai, sempadan sungai, kawasan lindung selain
sempadan sungai, dan punggung bukit. Jalur isolasi buatan terdiri dari jalur yang
sudah ada, yang dirancang dengan tujuan bukan sebagai jalur isolasi tetapi dapat
di dayagunakan sebagai jalur isolasi (jalan hutan, alur batas petak, jalan umum
yang malintasi kawasan hutan) dan jalur khusus yang sengaja dibuat. Ada 3
macam jalur isolasi khusus yang sengaja dibuat, yaitu sekat bakar (fire break),
sekat bahan bakar (fuel break), dan jalur hijau (green belt). Sekat bakar hijau
merupakan sebuah jalur vegetasi yang berfungsi memisahkan dua atau lebih
kawasan hamparan bahan bakar. Jenis vegetasi yang dapat dijadikan sebagai sekat
bakar hijau adalah vegetasi yang tahan terhadap api, memiliki tajuk yang rimbun,
tidak menggugurkan daun yang berlebihan, cepat tumbuh, memiliki kegunaan
lain, dan serasah yang cepat terdekomposisi (Syaufina, 2021).
b. Tujuan

Tujuan dari praktik Sekat Bakar adalah sebagai berikut:


1. Mahasiswa mampu dalam pembuatan sekat bakar

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan ada praktik Sekat Bakar adalah sebagai
berikut:
1. Garu
2. Cangkul
3. Parang
4. Tali/meteran
5. Kompas
6. Patok dan palu
7. Sapu lidi
8. Batu asahan

d. Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan dalam praktik Sekat Bakar adalah


1. Menetukan lokasi untuk pembuatan sekat bakar
2. Menentukan titik starting point (titik awal)
3. Menentukan lebar dan panjang jalur sekat bakar kemudian membuat plotnya
4. Membersihkan bahan bakar yang ada di dalam jalur sekat bakar seperti alang
alang atau semak belukar
e. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil
Hasil dari praktik Sekat Bakar dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Sekat bakar jalur kuning


2. Pembahasan

Kebakaran hutan menjadi salah satu bentuk penyebab dari kerusakan besar
yang dapat disebabkan oleh alam maupun makhluk hidup. Hingga saat ini, masih
dicari metode yang tepat dalam mengendalikan kebakaran hutan agar mampu
melindungi hutan yang menjadi sumber daya alam. Salah satu cara atau metode
yang digunakan dan dipilih untuk mengendalikan kebakaran hutan adalah metode
sekat bakar, diantaranya ada sekat bakar secara mekanis dan manual dengan cara
membuat jalur kuning untuk memisahkan antara dua wilayah area sumber api dan
juga wilayah area yang dilindungi dari kebakaran. Pembuatan sekat bakar
biasanya memiliki ukuran menyesuaikan dengan tinggi bahan bakar dan dikalikan
empat, hal ini bertujuan agar sekat bakar yang dibuat bekerja efektif melindungi
areal yang tidak ingin terbakar karena pengaruh hembusan angin.
Pembuatan sekat bakar biasanya pada areal yang topografinya relative
landau, karena kelerengan dapat mempengaruhi terjadinya suatu peristiwa
kebakaran, semakin curam kelerengan maka akan berpengaruh dan dapat
menimbulkan dampak dari penyebaran api yang lebih cepat. Sekat bakar dibuat
sesuai dengan perkiraan penentuan areal sumber kebakaran dan areal yang akan
dilindungi, biasanya kebakaran terjadi pada bagian dari dataran rendah yang
sebagian besar disebabkan oleh manusia. Pembuatan sekat bakar diharapkan
memprioritaskan untuk melindungi tanaman anakan yang mana anakan tersebut
dianggap belum memiliki kemampuan dasar untuk mengatasi atau bertahan dari
kebakaran, hal tersebut bertujuan untuk bisa menjaga kehidupan dari anakan yang
akan menjadi pohon tersebut.
Praktik sekat bakar yang dilakukan merupakan pembuatan sekat bakar
manual yaitu jalur yang dibuat dengan menggunakan alat-alat sederhan seperti
cangkul, parang, garu, tali atau meteran, patok, dan lain-lain yang digunakan
untuk membersihkan bahan bakar yang terdapat di area tersebut. Praktik
dilakukan pada awalnya dilakukan pada lahan datar yang lama-lama menjadi
curam sehingga ada tantangan tersendiri dalam melakukan praktik ini. Sekat bakar
manual atau jalur kuning dibuat dengan Panjang 80 meter, dengan lebar 4 meter.
Faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi pembuatan sekat bakar
yaitu arah angin, daerah mana yang dilindungi dan darimana asal api.
f. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktik Sekat Bakar adalah


1. Pelaksanaan praktik sekat bakar menggunakan cara manual yang dimana
mampu menghasilkan sekat bakar sepanjang 80 meter dengan lebar 4 meter.

Anda mungkin juga menyukai