Anda di halaman 1dari 12

BAHAN AJAR

Mata Kuliah : Survey Pemetaan dan Topografi SKS : 2


Program Studi : D-3 Teknik Sipil dan Bangunan Kode : SIP1.52.2007
Fakultas : Fakultas Teknik
Pertemuan ke : 1-3
Dosen : Dr. Eng. Nevy Sandra Faisal Ashar, PhD
Fitra Rifwan, S.Pd. MT

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI

Mahasiswa memiliki pengetahuan dan kemampuan mengoperasikan alat ukur


penyipat ruang/theodolite untuk mengukur sudut, jarak, beda tinggi dan
penentuan koordinat titik.

Soft skills/Karakter : Memiliki keterampilan dalam penggunaan alat ukur


survey sederhana, leveling optic, theodolite, Total
Station, GPS; etika surveying, dan bertanggungjawab
mengaplikasikan pengetahuan survey dan pemetaan
dalam perencanaan dan pengukuran areal.

Materi

ALAT UKUR SIPAT RUANG (THEODOLITE)

Theodolit merupakan alat ukur tanah yang universal. Selain digunakan


untuk mengukur sudut harisontal dan sudut vertikal, theodolit juga dapat
digunakan untuk mengukur jarak secara optis, membuat garis lurus dan sipat datar
orde rendah.

Sudut-sudut dilapangan diukur dengan alat ukur yang telah dirancang


konstruksinya sedemikian rupa yang disebut dengan theodolite. Secara umum
konstruksi theodolite terdiri atas 3 bagian utama, yaitu :
1. Bagian bawah teropong yang tidak dapat bergerak ditambah dengan landasan
berkaki tiga yang dikenal dengan statip.

1
2. Bagian atas yang dapat bergerak, yang dapat diputar secara horizontal
(mendatar).
3. Bagian teropong, yaitu alat bidik target yang dapat diputar secara vertikal dan
bersama bagian atas dapat berputar secara horizontal.

Sudut Yang Diukur :


- Mendatar (Horizontal)
- Tegak (Vertikal)

Theodolit Terdiri Atas 3 Bagian:


- Bagian Atas
- Bagian Tengah
- Bagian Bawah

Gambar 75. Theodolite

Bagian-bagian yang penting dari alat theodolit:


▪ Teropong yang dilengkapi dengan garis bidik
▪ Lingkaran skala vertical
▪ Sumbu mendatar
▪ Indeks pembaca lingkaran skala tegak
▪ Penyangga sumbu mendatar
▪ Indeks pembaca lingkaran skala mendatar
▪ Sumbu tegak
▪ Lingkaran skala mendatar
▪ Nivo kotak
▪ Nivo tabung
▪ Tribrach
▪ Skrup kaki tribrach

2
A. Pengelompokkan theodolite
1. Berdasarkan Konstruksinya, theodolit terdiri dari :
a. Theodolit Reiterasi
b. Theodolit Repetisi.

a. Theodolit reiterasi
Lingkaran skala mendatar theodolit menyatu dengan tribrach,
sehingga lingkaran mendatar tidak dapat diputar. Akibatnya bacaan
lingkaran mendatarnya untuk suatu target merupakan suatu bacaan
arah. Jadi sudut yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan kedua
target adalah bacaan arah kedua dikurangi bacaan arah pertama.

b. Theodolit repetisi
Lingkaran skala mendatar dapat diatur mengelilingi sumbu tegak.
Bila skrup pengunci lingkaran skala mendatar dibuka, maka tidak
dapat dilakukan pengukuran sudut. Besarnya sudut yang dibentuk oleh
garis bidik yang diarahkan ke dua buah target hanya dapat diukur
kalau skrup pengunci lingkaran skala mendatarnya terkunci. Sebeb bila
sekrup pengunci skala lingkaran mendatar tidak dikunci, maka pada
saat diputar, piringan skala mendatar ikut berputar bersama-sama
dengan indek pembaca lingkaran mendatar. Keuntungannya adalah
dimungkinkannya mengubah bacaan pada suatu arah garis bidik
tertentu. Misal pada suatu arah garis bidik di A bacaan skala
mendatarnya dibuat 0o, kemudian garis bidik diarahkan ke B, maka
bacaan skala mendatar di B juga merupakan sudut APB.

2. Berdasarkan Sistem pembacaan, theodolit terdiri dari :


a. Sistem dengan indeks garis
b. Sistem dengan nonius
c. Sistem dengan micrometer
d. Sistem koinsidensi
e. Sistem digital

3
3. Berdasarkan Ketelitiannya, theodolit terdiri dari :
a. Theodolit presisi/teliti, misal Wild tipeT-3
b. Theodolit satu sekon, misal Wild tipe T2
c. Theodolit puluhan sekon , misal Shokisa tipe TM-20
d. Theodolit satu menit, misal Wild tipe T0

Gambar 76. Theodolite dan bagian-bagiannya

4
Theodolite ini ada beberapa macam, diantaranya ada yang dikenal dengan
Theodolite WILD T-0, WILD T-2, SOKKSHIA TS-20A dan TM-20E. Pada
umumnya setiap theodolite mempunyai bagian yang sama, perbedaannya terletak
pada tingkat ketelitian pengoperasiannya. Ketelitian itu tergantung pada tiga
faktor, yaitu alat ukur sudut, cara pengukuran dan cara mengatasi kesalahan-
kesalahan. Dalam pemakaiannya theodolite dibantu oleh beberapa alat lain, yaitu:
1. Statip
2. Unting-unting; untaian tali yang diberi pemberat.
3. Rambu ukur
4. Kompas; untuk mengutarakan alat

Macam-macam bentuk benang silang ( diapragma )

Gambar 77. Benang silang (diapragma)

B. Sumbu pada Theodolite


Pada Theodolite dikenal adanya tiga sumbu, bila theodolite didirikan
dalam keadaan sempurna, yaitu:
1. Sumbu I : sumbu yang sejajar dengan arah garis gaya berat.
2. Sumbu II yang sejajar dengfan bidang horizontal (bidang nivo)
3. Sumbu nivo indeks/nivo vertikal yang sejajar dengan garis bidik bila distel
horizontal.

5
Suatu theodolite dikatakan dalam keadaan sempurna dan baik apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. sumbu kesatu harus tegak lurus → Unting-unting digantung tegak lurus
2. sumbu kedua harus mendatar→diatur dengan 3 skrup leveling
3. garis bidik harus tegak lurus pada sumbu kedua→gelembung nivo pesawat
4. kesalahan indeks pada skala lingkaran tegak harus = nol→ teropong
diputar, apabila kembali ke nol →sudah benar

Pasang Tripod,
Kunci baut tiga
kakinya,
Tripod harus datar

Gambar 78. Sumbu kesatu harus tegak lurus → unting-unting digantung tegak
lurus

Gambar 79. Sumbu kedua harus mendatar→diatur dengan 3 skrup leveling

6
Gambar 80. Pengaturan leveling pada Nivo kotak

Stel nivo kotak :


a. Putarlah sekrup A, B secara bersama-sama hingga gelembung nivo
bergeser ke arah garis sekrup C. (gbr a)
b. Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser
ke tengah (gbr b)
c. Setel nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung

Gambar. 81 Pengaturan leveling pada Nivo tabung

Penyetelan nivo tabung, menggunakan tiga sekrup penyetel (A, B, C), maka
caranya adalah :
a. Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A, B (gbr a)
b. Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga
gelembung nivo bergeser ke tengah (gbr. a)
c. Putarlah teropong 90o ke arah garis sekrup C (gbr b)
d. Putar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ke
tengah.

7
e. Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung
dengan cara memutar teropong ke segala arah. Bila ternyata posisi
gelembung nivo bergeser, maka ulangi beberapa kali lagi dengan cara
yang sama seperti langkah sebelumnya. Penyetelan akan dianggap benar
apabila gelembung nivo kotak dan nivo tabung dapat di tengah-tengah,
meskipun teropong diputar ke segala arah.

Gambar 82. Garis bidik harus tegak lurus pada sumbu kedua
→ gelembung nivo pesawat
Nivo pada teropong (2) ➔ tengah

Gambar 83. Kesalahan indeks pada skala lingkaran tegak harus = nol
Teropong diputar, apabila tetap nol → sudah benar

8
Me-NOL–kan sudut: Putar bagian hitam (tengah) ➔ lihat titik putih ➔ kunci

Gambar 84. Sudut Vertikal dan Horizontal 0o


Cara Pembacaan :
1. Sudut Horizontal → Untuk mengetahui besar sudut antara dua titik
atau lebih
Cara Pembacaan Sudut :
a. Stel thedolite dalam keadaan horizontal → waterpass/levelling
b. Arahkan teleskop ke objek pertama, dan kunci dengan skrup
pengunci.
c. Lihat lingkaran pembaca horizontal dan pindahkan posisi reflektor
sampai skala derajat jelas .
d. Lihat lingkaran bacaan dan putar skrup pengatur lensa pada nonius
sampai lingkaran derajat terlihat dengan jelas.
e. Putar skrup mikrometer sampai garis ukuran berada diantara dua garis
derajat
f. Baca angka derajat pada tanda huruf H (horizontal)
2. Sudut Vertikal: Sudut miring antara titik datar dengan
titik tegak.

Gambar 85. Sudut Vertikal dan Horizontal pada Theodolit

9
C. Penentuan posisi suatu titik
1. Pengertian Jarak
Titik A dan B terletak di permukaan bumi. Garis penghubung lurus AB
disebut Jarak Miring. Garis AA’ dan BB’ merupakan garis sejajar dan
tegak lurus bidang datar. Jarak antara kedua garis tsb disebut Jarak
Mendatar dari A ke B. Jarak BB” disebut Jarak Tegak dari A ke B atau
biasa disebut Beda Tinggi. Sudut BAB” disebut Sudut Miring.
Antara Sudut Miring, Jarak Miring, Jarak Mendatar dan Beda Tinggi,
terdapat hubungan sbb :
AB” = A’B’ = AB Cos m
BB” = AB Sin m
(AB)2 = (A’B’)2 + (BB”)2

Gambar 86. Jarak Miring, Jarak Mendatar dan Beda Tinggi

2. Pengertian Sudut Mendatar dan Sudut Jurusan


Yang diartikan sudut mendatar di A’ adalah sudut yang dibentuk oleh
bidang ABB’A’ dengan ACC’A’. Sudut BAC disebut sudut mendatar =
sudut b

10
Sudut antara sisi AB dengan garis y’ yang sejajar sumbu Y disebut
sudut jurusan sisi AB = a ab. Sudut Jurusan sisi AC adalah a ac

Gambar 87. Sudut Mendatar dan Sudut Jurusan


3. Pengertian Sudut Jurusan
Sudut Jurusan adalah : Sudut yang dihitung mulai dari sumbu Y+
(arah utara) berputar searah jarum jam sampai titik ybs.
- Sudut Jurusan mempunyai harga dari 0o sd. 360o.
- Dua sudut jurusan dari dua arah yang berlawanan berselisih 180o

Gambar 88. Sudut Jurusan

11
- Sudut Jurusan suatu sisi dihitung dari sumbu Y+ (arah utara) berputar
searah jarum jam sampai titik ybs, harganya 0o - 360o
- Dua sudut jurusan dari dua arah yang berlawanan berselisih 180 o
Misalnya aba = aab + 180o atau aba - aab = 180o

Arah suatu titik yang akan dicari dari titik yang


sudah diketahui biasa dikenal dengan sudut
jurusan
- dimulai dari arah utara geografis (Y+)
- diputar searah jarum jam
- diakhiri pada arah yang bersangkutan

-aac= sudut jurusan dari A ke C


-aab= sudut jurusan dari A ke B
-b = sudut mendatar antara dua arah
aac = aab + b

Gambar 89. Sudut Jurusan

Daftar Pustaka
1. Frick, Heinz. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Yayasan Konisius Yogyakarta.
1991.
2. Gayo, Yusuf. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT. Pradnya
Paramitha. Jakarta. 1992.
3. Irvine, William. Penyigian untuk Konstruksi. ITB. 1995.
4. Kavanagh, Barry F. Surveying with Construction Application. 3 rd Edition.
Prentice Hall. 1995.
5. Soemarlan, DS. Latihan Praktek Ukur Tanah dan Pemetaan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
1979.
6. Wongsotjitro, Soetomo. Ilmu Ukur tanah. Yayasan Konisius Yogyakarta.
1997.

12

Anda mungkin juga menyukai