Anda di halaman 1dari 42

PENGUKURAN ALAT SIPAT DATAR

Mata Kuliah Survei dan Pemetaan (TKT 1301)


Pertemuan 9-10

Program Studi Teknik Pertambangan


Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Jember
Pendahuluan
Pendahuluan

Beda tinggi adalah perbedaan vertikal antara dua titik atau jarak dari
bidang referensi yang telah ditetapkan ke suatu titik tertentu sepanjang
garis vertikal

▪ Tinggi ditentukan melalui


bidang referensi, bidang yang
ketinggiannya dianggap nol.
(bidang geoid ↔ MSL) ↔
bidang Nivo
▪ Jarak yang diukur dari
permukaan geoid ke titik
tertentu sepanjang garis
vertikal yang melalui titik
tersebut disebut elevasi.
Manfaat pengukuran sipat datar antara lain :
• Merancang jalan raya, jalan kereta api, bendungan, sistem saluran
air yang memiliki garis gradien yang paling sesuai dengan
topografi yang ada.
• Merancang proyek-proyek konstruksi menurut elevasi
terencana
• Menghitung volume pekerjaan tanah.
• Menyelidiki karakteristik aliran drainase suatu daerah dan
lain-lain.
Pengukuran beda tinggi dengan alat sederhana
• Unting-Unting dan segitiga Kayu
berupa sebuah segitiga yang terbuat dari kayu, yang bertiang tengah vertikal
dipasang unting-unting dan di ujung bawah batang horisontal dibuat lukisan
segitiga. Bila unting-unting tepat di atas lukisan segitiga bidang permukaan
dimana alat tersebut diletakkan, berarti bidang tersebut datar.

• Waterpas tabung
Tabung ini dihubungkan satu sama yang lain dengan selang karet. Kedua
tabung diisi air hingga penuh dimana masing-masing memiliki sumbatnya, bila
dibuka maka air akan berjalan dan lama-lama tenang sampai membentuk garis
mendatar diantara keduanya.Syarat utamanya tidak boleh adanya gelembung
udara di dalam selang.
• Waterpass
Waterpass terbuat dari batang kayu atau baja yang di dalamnya
dipasang sebuah nivo. Nivo adalah tabung kaca yang diisi dengan
zat cair dan kedua ujungnya tertutup.
Gelembung selalu akan bergerak ke arah yang lebih tinggi.
Waterpass akan berada pada keadaan seimbang bila gelembung
yang ada di dalam nivo berada di tengah garis. Syarat alat ini
adalah gelembung harus ditengah-tengah dan waterpass harus
bersih agar gelembungnya terlihat jelas.
• Slang plastik
Prinsip kerjanya adalah bagian atas
dari suatu zat cair akan selalu berada
dalam keadaan mendatar. Prinsip ini
hampir sama dengan prinsip bejana
berhubungan yaitu bila air tenang,
maka permukaan sudah datar. Beda
tinggi pada pengukuran antara dua
titik dihitung dengan cara :

Tinggi permukaan air di A – tinggi permukaan air di B


=
Beda tinggi = Bacaan mistar belakang- Bacaan mistarmuka
• Klinometer – Abney level
Berfungsi untuk mengukur sudut
kemiringan. Syaratnya bahwa saat
membidik obyek, gelembung nivo
selalu berada di tengah-tengah.
Salah satu yang paling umum
digunakan adalah Abney level.
Syarat penggunaan alat ini adalah :
a) gelembung harus ditengah
b) Jalon/rambu harus tegak lurus
c) Jaraknya tidak terlalu jauh.

Vertical distance = Ground distance x sin q


𝑡𝑡𝑒𝑏𝑖𝑛𝑔 = 160𝑐𝑚 + 10 tan 30°
Galat pengukuran beda tinggi dengan alat sederhana

• Kesalahan alami
― Pengaruh lengkung bumi (bisa diabaikan dengan
membuat jarak yang sama)
― Pengaruh refraksi cahaya, akibatnya pembacaan tidak teliti.
• Kesalahan instrumen
― Adanya kesalahan indeks pita ukur
― Gelembung tidak datar (pada waterpass tangan)
• Kesalahan juru pengukur
― Kesalahan pembacaan ataupun pencatatan.
― Pengaturan instrumen yang tidak sempurna
― Penempatan mistar jalon yang tidak sempurna
Sipat Datar (Spirit Levelling)
Sipat datar adalah proses penentuan keting-gian dari
sejumlah titik atau pengukuran perbedaan elevasi
Salah satu syarat yang penting adalah jarak antara
dua titik yang diukur tidak boleh lebih dari 120 meter
dan paling dekat adalah 3 meter
Bila H1-2 adalah positif, maka jarak 1 ke 2 adalah naik,
atau titik 2 lebih tinggi dari 1.
▪ Stasion : titik dimana rambu ukur
ditegakkan; bukan tempat alat sipat datar
ditempatkan. Tetapi pada pengukuran
horizontal, stasion adalah titik tempat
berdiri alat.
▪ Tinggi alat : tinggi garis bidik di atas tanah
dimana alat sipat datar didirikan.
▪ Tinggi garis bidik : tinggi garis bidik di
atas bidang referensi ketinggian
(permukaan air laut rata-rata)
▪ Pengukuran ke belakang : pengukuran ke
rambu yang ditegakan di stasion yang
diketahui ketinggiannya, maksudnya untuk
mengetahui tingginya garis bidik.
Rambunya disebut rambu belakang.
▪ Pengukuran ke muka : pengukuran ke
rambu yang ditegakan di stasion yang
diketahui ketinggiannya, maksudnya untuk
mengetahui tingginya garis bidik.
Rambunya disebut rambu muka.
▪ Titik putar (turning point) : stasion
dimana pengukuran ke belakang dan
kemuka dilakukan pada rambu yang
ditegakan di stasion tersebut.
▪ Stasion antara (intermediate stasion) :
titik antara dua titik putar, dimana hanya
dilakukan pengukuran ke muka untuk
menentukan ketinggian stasion tersebut.
▪ Seksi : jarak antara dua stasion yang
berdekatan, yang sering pula disebut slag.
Keterangan Dari pengukuran 1 dan 2, tinggi stasion B
A, B, dan C = stasion: X = stasion diketahui, maka:
antara c.Disebut pengukuran ke belakang.
Andaikan stasion A diketahui d.Disebut pengukuran ke muka, stasion B
tingginya,maka: disebut titik putar.
a. Disebut pengukuran ke belakang, b =
rambu belakang; Jarak AB, BC dst masing-masing disebut
b. Disebut pengukuran ke muka, m = rambu seksi atau slag.
muka. Ti = tinggi alat; Tgb= tinggi garis bidik.
Persyaratan Alat secara Umum
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh semua alat penyipat datar adalah :
Syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo
Syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu ke satu
Syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus sumbu ke satu.
Alat ukur penyipat datar hanya dapat diputar pada sumbu I (sumbu vertikal
saja
I. Tanpa sekrup pengungkit (Dumpy Level)
Merupakan tipe alat sipat datar yang paling
sederhana. Kelebihan dari alat sipat datar ini
yaitu teleskopnya hanya bergerak pada suatu
bidang yang menyudut 90 terhadap sumbu
rotasinya.
Ket.gambar :
1. Teropong
Syarat alat : 2. Nivo tabung
3. Skrup koreksi pengatur nivo
1) Garis bidik tegak lurus pada sumbu 4. Skrup koreksi/pengatur diafragma
ke satu. 5. Skrup pengunci gerakan vertikal
6. Skrup kiap (3 bh)
2) Garis arah nivo sejajar garis bidik. 7. Tribrach, penyangga sumbu 1 dan teropng.
3) Garis arah nivo tegak lurus dengan 8. Trivet, dikunci pada statip/tripod
9.Kiap (levellinghead)
sumbu ke satu 10.Sumbu ke I
11.Tombol fokus
II. Tipe Reversi
― Kelebihan dari sipat datar ini yaitu pada
teropong terdapat nivo reversi dan
teropong mempunyai sumbu mekanis.
― Pada type ini teropong dapat diputar
sepanjang sumbu mekanis sehingga
nivo tabung terletak dibawah teropong.
III. Dengan Sekrup pengungkit (Tilting level)
― Perbedaan dengan tipe dumpy level
adalah pada tipe tilting level teropongnya
dapat diungkit naik turun terhadap
sendinya dan memiliki dua nivo, yaitu
nivo kotak dan nivo tabung.
― Penyetelan pesawat ungkit ini lebih
mudah dibandingkan dengan dumpy level
― Berbeda dengan tipe reversi, pada tipe ini
teropong dapat diungkit dengan skrup
pengungkit.
IV. Tipe otomatis
― Pada alat ini sistem pengaturan garis bidik
tidak lagi tergantung pada nivo yang
terletak di atas teropong.
― Alat ini hanya mendatarkan bidang nivo
kotak melalui tiga sekrup penyetel dan
secara otomatis sebuh bandul
menggantikan fungsi nivo tabung dalam
mendatarkan garis nivo ke target yang
dikehendaki
― Keistimewaan utama dari penyipat datar
otomatis adalah garis bidiknya yang
melalui perpotongan benang silang
tengah selalu horizontal meskipun sumbu
optik alat tersebut tidak horizontal.
V. Tipe laser
VI. Tipe elektronik
Setting alat Rambu ukur didirikan tegak lurus
• Dirikan tripod/statip (lebar masing-
masing kaki minimal 60⁰)
• Tancapkan ujung statip dengan kaki ke
dalam tanah sehingga kedudukan kuat
dan kokoh. (usahakan piringan kepala
tripod dalam keadaan datar)
• Letakkan pesawat diatas piringan
kepala tripod dan kunci dengan sekrup
pengunci tripod
• Sejajarkan teropong pesawat dengan
nivo kotak sebagai referensi
• Fokuskan sumbu bidik teropong
dengan memutar cincin pengatur
bidikan.
• Tentukan suatu target menggunakan
kilimator pembidik (optical sight).
Letakkan target tepat di pusat area
bidik menggunakan skrup penggerak
halus horisontal. Pastikan tidak
terdapat paralaks.
• Cek nivo kotak, jika gelembung udara
berada di dalam lingkaran coklat, maka
garis bidik pada posisi garis horisontal
yang benar. Putar teropong 180⁰ dan
periksa apakah gelembung udara
bergerak menjauh dari lingkaran coklat.
Jika ya, maka perlu di set ulang.
Pengukuran Sipat Datar
Route Pengukuran
▪ Bertujuan agar hasil pengukuran dapat mencapai yang diharapkan
▪ Selalu dilakukan pengukuran pulang pergi: dapat dibandingkan hasil
akhir pengukuran tersebut yaitu sama besar dan berlawanan tanda.
▪ Terkadang route perjalan kedua pengukuran tidak pada satu jalur
khususnya di daerah dengan profil berbeda sehingga medan
potensial juga berbeda dan mempengaruhi hasil pengukuran
▪ Sehingga harus selalu diusahakan pengukuran pulang pergi di satu
jalur saja
Buku Ukur
▪ Untuk mempermudah ketika mengevaluasi hasil pengukuran
▪ Hasil pengukuran per seksi harus segera dievaluasi agar kesalahan
pengukuran pada seksi bersangkutan dapat diketahui

Kalibrasi Alat
▪ Setiap alat ukur mengalami penurunan ketelitian sejalan dengan usia
dan jumlah pemakaian alat tersebut
Persiapan pengukuran
Kalibrasi alat ukur sipat datar
Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran maka perhatikan:
1. Kesalahan benang diafragma
Sumbu pertama harus tegak sempurna demikian juga rambu ukurnya
2. Kesalahan garis bidik
Garis bidik harus sejajar dengan garis jurusan nivo
3. Kesalahan garis nivo
Garis jurusan nivo harus sejajar dengan sumbu lensa yang terdapat
pada teropong
Pemasangan pilar
Masalahan yang perlu diperhatikan dalam pemasangan pilar:
1. Kesalahan pemilihan lokasi
Pemilihan tempat pilra khususnya pilar yang memiliki beberapa arah
harus diusahakan memiliki sebaran dan tingkat kestabilan yang tinggi
2. Kesalahan pengaturan jarak pilar
Pilar-pilar di daerah pengukuran umumnya diatur agar selalu sama
panjang. Karena berkaitan dengan perhitungan yang dilakukan
apabila disertakan hitungan statistik yang mengharapkan ketelitian
yang tinggi
Jenis-jenis Pengukuran Sipat Datar
Sipat datar memanjang
▪ Digunakan apabila jarak antara dua stasion yang akan ditentukan beda
tingginya sangat berjauhan (di luar jangkauan jarak pandang).
▪ Jarak antara kedua stasion tersebut dibagi dalam jarak - jarak pendek
yang disebut seksi atau slag. Jumlah aljabar beda tinggi tiap slag akan
menghasilkan beda tinggi antara kedua stasion tersebut.
▪ Tujuan pengukuran ini umumnya
untuk mengetahui ketinggian dari titik -
titik yang dilewatinya dan bia-sanya
diperlukan sebagai kerangka vertikal
bagi suatu daerah pemetaan.
▪ Jenis-jenis sipat datar memanjang:
memanjang terbuka, memanjang
keliling (tertutup), memanjang ter-buka
terikat sempurna, memanjang pergi
pulang, memanjang double stand.
Sipat datar profil
▪ untuk mengetahui profil dari suatu trace baik jalan ataupun saluran,
sehingga selanjutnya dapat diperhitungkan banyaknya galian dan
timbunan yang perlu dilakukan pada pekerjaan konstruksi.
▪ Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan dalam dua bagian yang disebut
sebagai sipat datar profil memanjang dan melintang. Hasil akhir dari
pengukuran ini adalah gambaran (profil) dari pada kedua jenis
pengukuran tersebut dalam arah potongan tegaknya.
▪ Pengukuran profil memanjang diperlukan untuk menentukan ketinggian
titik-titik sepanjang suatu garis rencana proyek sehingga dapat
digambarkan irisan tegak keadaan lapangan sepanjang garis rencana
proyek tersebut.
▪ Profil melintang diperlukan untuk mengetahui profil lapangan pada arah
tegak lurus garis rencana atau untuk mengetahui profil lapangan ke arah
yang membagi sudut sama besar antara dua garis rencana yang
berpotongan.
Sipat datar luas
▪ Pengukuran sipat datar luas dengan mengukur sebanyak mungkin titik
detail. Kerapatan dan letak titik detail diatur sesuai dengan
kebutuhannya.
▪ Apabila makin rapat titik detail pengukurannya maka akan
mendaptkan gambaran permukaan tanah yang lebih baik. Bentuk
permukaan tanah akan dilukiskan oleh garis-garis yang
menghubungkan titik - titik yang mempunyai ketinggian sama. Garis
ini dinamakan kontur.
▪ penggambaran profil dari suatu daerah pemetaan yang dilakukan
dengan mengambil ketinggian dari titik - titik detail di daerah tersebut
dan dinyatakan sebagai wakil daripada ketinggiannya, sehingga
dengan melakukan interpolasi diantara ketinggian yang ada, maka
dapat ditarik garis - garis konturnya diatas peta daerah pengukuran
tersebut.
Sipat datar resiprokal
Pemanfaatan konstruksi serta tugas nivo yang dilengkapi dengan skala
pembaca bagi pengungkitan yang dilakukan terhadap nivo tersebut.
Sehingga dapat dilakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik yang
tidak dapat dilewati pengukur. Seperti halnya sipat datar memanjang,
maka hasil akhirnya adalah data ketinggian dari kedua titik tersebut.
Pengukuran sebaiknya dilakukan pada keadaan cuaca yang berbeda,
Untuk memperkecil pengaruh kesalahan refraksi udara dan
kelengkungan bumi, pengukuran sebaiknya dilakukan bolak balik.
Rambu Ukur dan Cara Pembacaannya

• Alat bantu utama yaitu rambu ukur, yang diperlukan untuk mengukur beda
tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah
• Alat ini terbuat dari kayu atau campuran logam aluminium dengan ketebalan
3-4 cm lebar  10 cm dan panjang 2 m, 3 m, 4 m atau 5 m
• Skala yang ditunjukkan dalam desimeter, yang dibagi lagi ke dalam cm
dengan huruf E sebagai pembagi.

Berdasarkan bentuk hurufnya, rambu dikelompokkan menjadi dua macam,


yaitu
➢ Rambu positif (+), rambu yang letak angkanya tegak dan diperuntukkan
untuk pesawat yang sudah dilengkapi lensa pembalik.
➢ Rambu negatif (-), rambu yang letak angkanya terbalik, letak huruf sama
hanya angkanya terb`alik. Rambu ini digunakan untuk pesawat yang belum
dilengkapi lensa pembalik.
Cara untuk menggunakan rambu ukur
• Atur ketinggian rambu ukur sesuai dengan Kemudian kunci.
• Setelah itu meletakan dasar rambu ukur dengan tepat pada posisi tengah
titik yang akan dibidik dan diukur.
• Usahakan rambu ukur yang akan kita gunakan tersebut tidak condong,
kedepan, belakang, kanan ataupun kiri. Karena hasilnya akan berbeda.
• Cara untuk menggunakan rambu ukur saat menentukan sebuah sipat datar
rambu ukur yang memiliki jumlah 2 buah, maka masing-masing rambu
ukur akan diletakan diatas 2 buah patok pada jalur pengukuran. Setelah itu
alat sipat datar optis diposisikan di tengah antara rambu belakang dan
bagian mua. Usahakan alat sipat datar benar-benar diposisikan sejajar
dengan nivo dengan cara mengetengakan posisi gelembung nivo. Jika
sudah baru bisa membaca rambu belakang dan rambu muka dengan
membaca benang atas, bawah dan tengah
Rambu ukur berfungsi sebagai alat bantu dalam menentukan beda tinggi
dengan menggunakan pesawat sipat datar , rambu ukur biasanya terdiri
dari beberapa jenis, antara lain seperti gambar 24 di bawah ini.
Rambu Interval 5 mm Rambu Interval 10 mm
Teropong terdiri dari 4 macam benang, yaitu benang atas, benang tengah, benang
bawah dan benang tegak

• Pembacaan benang atas dikurangi pembacaan benang tengah = pembacaan


benang tengah dikurangi pembacaan benang bawah.

𝐵𝐴 − 𝐵𝑇 = 𝐵𝑇 − 𝐵𝐵
• Pembacaan benang atas ditambah pembacan benang bawah = dua kali
pembacaan benang tengah.

𝐵𝐴 + 𝐵𝐵 = 2𝐵𝑇
• Pembacaan benang atas ditambah pembacaan benang bawah dibagi dua =
benang tengah.
𝐵𝐴 + 𝐵𝐵
= 𝐵𝑇
2
Hasil pembacaan rambu juga dapat digunakan
untuk menentukan jarak yang diukur antara
pesawat dengan rambu, jarak yang diperoleh dari
hasil hitungan bacaan rambu disebut jarak optis.
Rumus-rumus untuk menentukan jarak dari hasil
pembacaan rambu adalah :
(BA – BB) x 100 = jarak optis

[(BA – BT) + (BT – BB)] x 100 = jarak optis


Contoh :
Bacaan benang atas : 1,325
Bacaan benang tengah : 1,255
Bacaan benang bawah : 1,185
Koreksi pembacaan
Rumus BA – BT = BT – BB
→ 1,325 – 1,255 = 1,255 – 1,185
→ 0,07 = 0,07..............(ok)
Rumus BA + BT = 2 BT
→ 1,325 + 1,185 = 2 (1,255) x

1 0 mm
2,51 = 2,51...............(ok) Y
Rumus (BA + BB)/2 =BT 5 0 mm = 5 cm

→ (1,325 + 1,185)/2 = 1,255 1 0 mm

→ 1,255 = 1,255 ......(ok)


Ditanya:
a. Berapa t (beda tinggi)
b. Berapa d (jarak optik)
Tentukan jarak optis jika
diperoleh pengukuran di
samping
Kesalahan Pengukuran Sipat Datar

▪ Kesalahan: kelasalahan ukur, kesalahan sistematis, dan kesalahan


manusia serta lingkungan
▪ Kesalahan dalam pengukuran sipat datar
▪ Kesalahan besar
▪ Kesalahan tetap
▪ Kesalahan acak
Kesalahan besar
▪ Kesalahan membaca rambu ukur
▪ Menggunakan benang silang yang salah
▪ Salah mencatat
▪ Tidak tercatat atau salah input data
▪ Nivo tidak tengah
Kesalahan Tetap Kesalahan Acak
▪ Tidak tegaknya rambu ukur ▪ Pengaruh angin dan suhu
▪ Salah kolimasi dari alat ▪ Tanah lembek dan keras
▪ Salah pembagian bacaan pada rambu ▪ Perpindahan titik
ukur
▪ Ketidak telitian pengamat

Anda mungkin juga menyukai