Anda di halaman 1dari 31

BAB II

DASAR TEORI
1.1 Alat dan Kegunaannya
2.1.1 Waterpass (Penyipat Datar)

Gambar 2.1 Alat Waterpass.


Waterpass adalah alat ukur menyipat datar dengan teropong
dengan dilengkapi nivo dan sumbu mekanis tegak sehingga
teropong dapat berputar ka arah horizontal. Alat ini tergolong alat
penyipat datar kaki tiga atau tripod level, karena alat ini bila
digunakan harus dipasang diatas kaki tiga atau statif.
A. Prinsip kerja alat.
Yaitu garis bidik kesemua arah harus mendatar, sehingga
membentuk bidang datar atau horizontal dimana titik-titik pada
bidang tersebut akan menunjukkan ketinggian yang sama.
B. Bagian – bagian alat ukur waterpass beserta fungsinya.
Alat ukur waterpass yang sederhana hanya terdiri dari
empat komponen atau bagian alat yaitu:
1. Teropong yang didalamnya terdapat lensa obyektif, lensa
okuler dan diafragma.
2. Nivo kotak dan nivo tabung.
3. Sumbu satu.
4. Tiga skrup pendatar.

4
5

Namun, bagian-bagian utama dari alat ukur waterpass fungsinya sebagai


berikut:
1. Teropong, berfungsi sebagai alat pembidik.
2. Visir, berfungsi sebagai alat pengarah bidikan secara kasar sebelum
dibidik dilakukan melalui teropong atau lubang tempat membidik.
3. Lubang tempat membidik.
4. Nivo kotak, digunakan sebagai penunjuk Sumbu Satu dalam keadaan
tegak atau tidak. Bila nivo berada ditengah berarti Sumbu Satu
dalam keadaan tegak.
5. Nivo tabung adalah penunjuk apakah garis bidik sejajar garis nivo
atau tidak. Bila gelembung nivo berada di tengah atau nivo U
membentuk huruf U, berarti garis bidik sudah sejajar garis nivo.
6. Pemfokus diafragma, berfungsi untuk memperjelas keadaan benang
diafragma.
7. Skrup pemfokus bidikan, berfungsi untuk mengatur agar sasaran
yang dibidik dari teropong terlihat dengan jelas.
8. Tiga skrup pendatar, berfungsi untuk mengatur gelembung nivo
kotak.
9. Skrup pengatur nivo U, berfungsi untuk mengatur nivo U
membentuk huruf.
10. Skrup pengatur gerakan halus horizontal, berfungsi untuk:
a) Menepatkan bidikan benang difragma tegak tepat disasaran yang
dibidik.
b) Sumbu tegak atau sumbu satu (tidak nampak), berfungsi agar
teropong dapat diputar ke arah horizontal.
c) Lingkaran horizontal berskala yang berada di badan alat berfungsi
sebagai alat bacaan sudut horizontal.
d) Lubang tempat membaca sudut horizontal.
e) Pemfokus bacaan sudut, berfungsi untuk memperjelas skala bacaan
sudut.
11. Cara mengoperasikan Waterpass.
6

Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai dalam mengoperasikan


alat ini, yaitu:
a) Memasang alat di atas kaki tiga.
Pemasangan ini harus diperhatikan juga antara lain:
1) Kedudukan dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga harus
pas, sehingga waterpass terpasang di tengah kepala kaki tiga.
2) Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segitiga, oleh
karena itu sebaikny tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di
bentuk segi tiga tersebut.
3) Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat
agar tidak mudah bergeser apalagi sampai lepas skrup penghubung
kaki tiga dan alat terlepas.
b) Mendirikan Alat (set up).
Mendirikan alat adalah memasang alat ukur yang sudah
terpasang pada kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk
dibidikan, yaitu sudah memenuhi persyaratan berikut:

1) Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh


kedudukan gelembung nivo kotak ada di tengah.
2) Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan
gelembung nivo tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf
U.

c) Membidikkan Alat.
Membidikkan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan
mengarahkan teropong ke sasaran yang akan dibidik, memfokuskan
diafragma agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar
objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang
diafragma tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran yang
diinginkan.
d) Membaca Hasil Pembidikan.
7

Ada 2 hasil pembidikan yang dapat dibaca, yaitu:


a) Pembacaan benang atau pembacaan rambu.
Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka
pada rambu ukur yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma
mendatar dan benang stadia atas dan bawah. Bacaan yang tepat
dengan benang diafragma mendatar biasa disebut dengan Bacaan
Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas
disebut Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan benang stadia
bawah disebut Bacaan Bawah (BB). Karena jarak antara benang
diafragma mendatar ke benang stadia atas dan bawah sama, maka:
BA – BT = BT – BB atau BT = ½ (BA – BB)
Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya
pembacaan.
b) Pembacaan Sudut.
Waterpass seringkali juga dilengkapi dengan lingkaran
mendatar berskala, sehingga dapat digunakan untuk mengukur sudut
mendatar atau sudut horizontal.
Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa digunakan, yaitu:
 Satuan derajat.
Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 360 bagian,
setiap bagian dinyatakan dengan 1 derajat (1°). Setiap derajat
dibagi lagi menjadi 60 bagian, setiap bagian dinyatakan
dengan 1 menit (1’). Dan setiap menit dibagi lagi kedalam 60
bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 detik (1”).

 Satuan grid.
Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 400 bagian, setiap
bagian dinyatakan dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi
100 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg), dan
setiap centigrid dibagi lagi kedalam 100 bagian dan setiap bagian
8

dinyatakan dengan 1 centi-centigrid (1ccg). Salah satu contoh


pembacaan sudut horizontal dari alat ukur waterpass NK2 dari Wild.
2.1.2 THEODOLITE (Alat Ukur Sudut)

Gambar 2.2 Alat Theodolite.


Theodolite adalah alat ukur sudut baik horizontal maupun
vertikal sehingga pada alat ini teropong harus dapat berputar pada
dua lingkaran berskala, yaitu lingkaran berskala tegak dan
mendatar. Alat ini juga tergolong alat berkaki tiga yaitu pada
operasionalnya harus terpasang berkaki tiga atau statif.
A. Prinsip kerja alat.
Teropong atau lebih tegasnya benag diafragma mendatar
pada jarak tertentu, bila diputar mendatar harus membentuk
bidang horizontal dan benang diafragma tegak bila diputar ke
arah tegak harus membentuk atau mengikuti bidang vertikal.
B. Kegunaan alat.
Theodolite dinyatakan sebagai alat ukur sudut, karena alat
ini disiapkan atau dirancang untuk mengukur sudut baik sudut
vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu kegunaan alat ukur
ini adalah untuk mengukur sudut. Kegunaan lain alat ukur ini
yaitu dengan bantuan rambu ukur dapat digunakan sebagai
pengukur jarak baik jarak horizontal maupun miring dan
mengukur beda tinggi dengan menggunakan metode.
Theodolite dipasang di tripod. Sumbu kesatu sudah dalam
keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan gelembung
nivo kotak ada di tengah. Sumbu kedua sudah dalam keadaan
9

mendatar, yang diperlihatkan oleh gelembung nivo tabung ada


di tengah. Pada pembidikan alat yang diatur adalah benangnya
karena teropong theodolite penggunaannya tidak harus
mendatar.
C. Bagian alat-alat ukur beserta fungsinya:
1. Teropong, berfungsi sebagai pembidik.
2. Visir, selain berfungsi sebagai alat pengarah secara kasar,
juga berfungsi sebagai penunjuk bacaan sudut, yaitu
apabila posisinya berada di atas maka pembacaan alat
disebut sebagai bacaan biasa, sedangkan bila posisi visir
ada di bawah maka disebut sebagai bacaan luar biasa.
Bacaan biasa dan luar biasa berselisih 1800 atau 200g.
3. Nivo tabung, sebagai petunjuk pengaturan sumbu kedua
atau sumbu mendatar gelembung nivo berada di tegah
berarti sumbu kedua dalam keadaan mendatar.
4. Kunci gerakan vertikal, berfungsi untuk mengunci agar
teropong tidak bergerak ke arah vertikal dan bila terkunci
gerakan halus vertikal akan berfungsi.
5. Sumbu kedua, berfungsi agar teropong dapat bergerak atau
berputar ke arah vertikal.
6. Pemfokus bidikan, berfungsi memperjelas sasaran yang di
bidik.
7. Pemfokus diafragma, berfungsi memperjelas keberadaan
benang diafragma.
8. Teropong alat pembacaan sudut vertikal.
9. Lingkaran vertikal, lingkaran berskala yang menunjukkan
bacaan sudut vertikal.
10. Pemfokus bacaaan sudut vertikal, berfungsi memperjelas
skala bacaan sudut vertikal.
10

11. Skrup pengatur gerakan halus vertikal, berfungsi untuk


menepatkan bidikan atau benang diafragma mendatar pada
tinggi bidikan yang dikehendaki.
12. Skrup pengatur nivo tabung, berfungsi mengatur
gelembung nivo tabung.
13. Teropong alat baca sudut horizontal, berfungsi melihat
bacaan sudut horizontal.
14. Pemfokus bacaan sudut horizontal, untuk memperjelas
skala bacaan sudut horizontal.
15. Kunci gerakaan horizontal, untuk mengunci agar teropong
tidak berputar atau bergerak kearah horizontal dan
memfungsikan gerakan halus horizontal.
16. Skrup pengatur gerakan halus horizontal, untuk
menggerakkan bidikan atau benang diafragma tegak ke
arah horizontal sehingga tepat ke sasaran.
17. Vernier, untuk menghimpitkan skala atas dan bawah pada
bacaan sudut horizontal dan sebagai tambahan bacaan
sudut horizontal dalam satuan menit atau centigridnya.
18. Sumbu tegak atau sumbu ke satu, berfungsi agar teropong
dapat berputar ke arah horizontal.
19. Nivo kotak, berfungsi sebagai vertikalnya sumbu kesatu.
20. Tiga skrup pendatar, untuk sebagai pengatur nivo kotak.
21. Kunci Bousol, untuk mengunci atau melepaskan kuncian
dari lingkaran horizontal berskala sebagai penunjuk
bacaan sudut horizontal yang dapat bergerak seperti
kompas. Bila kunci Bousul di buka bacaan sudut
horizontal menunjukkan bacaan azimuth dari arah
tersebut.
22. Bousol, berfungsi sebagai kompas bidikan atau bacaan
sudut azimuth dari arah bidikan.
D. Cara Mengoperasikan Alat Ukur Theodolite.
11

Sama dengan alat ukur waterpass, ada 4 tahap kegiatan


dalam mengoperasikan alat ini, yaitu:
1. Memasang alat di atas kaki tiga
Caranya sama dengan pada alat ukur waterpass.
2. Mendirikan Alat
Pengertian mendirikan alat juga sama dengan pada
waterpass, namun syaratnya agak berbeda. Untuk
theodolite, syaratnya yang harus dipenuhi adalah:
a) Sumbu kesatu sudah dalam keadaan tegak, yang
diperlihatkan oleh kedudukan gelembung nivo kotak
ada di tengah (sama dengan pada waterpass).
b) Sumbu kedua sudah dalam keadaan mendatar, yang
diperlihatkan oleh gelembung nivo tabung ada di
tengah.
3. Membidikan Alat
Maksud dan caranya sama dengan pada alat ukur
waterpass, sedikit perbedaannya adalah pada theodolite
karena teropong tidak selalu harus dalam keadaan
mendatar, maka benang mendatar dapat diatur kedudukan
bacaannya sesuai keinginan pemakai, misalnya disamakan
dengan tinggi alat.
4. Membaca Hasil Pembidikan
Pembacaan hasil pembidikan juga sama dengan pada
alat ukur waterpass, yaitu bacaan rambu ukur dan bacaan
sudut. Perbedaan hanya ada pada penampilan bacaan sudut
dan sudut yang dibaca bukan hanya sudut horizontal saja
tetapi juga sudut vertikal.
12

2.1.3 Total Station

Gambar 2.3 Perangkat alat Total Station.


Total Station merupakan teknologi alat yang menggabungkan
secara elektornik antara teknologi theodolite dengan teknologi
EDM (electronic distance measurement). EDM merupakan alat
ukur jarak elektronik yang menggunakan gelombang
elektromagnetik sinar infra merah sebagai gelombang pembawa
sinyal pengukuran dan dibantu dengan sebuah reflektor berupa
prisma sebagai target (alat pemantul sinar infra merah agar kembali
ke EDM).
Untuk mengenal alat total station secara mendalam dapat
dilakukan dengan cara membandingkannya dengan alat ukur
theodolite T0. Theodolite T0 yang banyak digunakan di
Departemen Kehutanan adalah theodolite T0 kompas. Meskipun
banyak pabrikan dan variasi alat, namun dapat dibandingkan secara
umum antara Total Station dengan theodolite T0 kompas, sebagai
berikut:
A. Ketelitian bacaan ukuran sudut T0 yaitu: 1’ sedangkan Total
Station jauh lebih teliti yaitu: 1”.
13

B. Ketelitian bacaan ukuran jarak T0 yaitu berkisar ± 1 Cm


sedangkan Total Station jauh lebih teliti yaitu berkisar antara
0,1 Cm – 0,01Cm.
C. Kemampuan jarak yang diukur oleh Total Station dengan
prisma tunggal rata-rata 3.000 meter, sedangkan jarak optimal
T0 yaitu 200meter dan sangat subyektif dengan pembacaan
masing-masing surveyor dalam membaca rambu ukur.
D. Sumber kesalahan yang bisa dieliminasi atau dihindari dalam
pengukuran dengan Total Station diantaranya yaitu kesalahan
kasar (blunder). Kesalahan blunder yaitu kesalahan yang
diakibatkankarena kelalaian manusia, contoh diantaranya
yaitu: salah baca, salah tulis dan salah dengar.
E. Pengolahan data ukuran total station dilengkapi dengan
software yang telah disediakan oleh pabrikan, sehingga
pengolahan data lebih cepat. Data ukuran jarak, sudut, azimuth
dan koordinat tersimpan di memory alat. Pada beberapa jenis
total station, sketsa titik-titik yang diukur dapat ditampilkan
posisinya pada layar monitor alat. Data ukuran dari T0 harus
dicatat dan digambar pada buku ukur, sehingga menambah
waktu pekerjaan dibandingkan dengan Total Station. Akan
tetapi untuk tujuan backup data, dapat pula dilakukan
pencatatan pada buku ukur untuk data ukuran total station.
F. Format data hasil ukuran total station sudah bisa diaplikasikan
langsung dengan program GIS dan digabungkan dengan data
GPS, sedangkan data hasil ukuran T0 merupakan data mentah
dan harus dilakukan pengolahan data terlebih dahulu.
G. Kesalahan Kolimasi (garis bidik tidak sejajar dengan sumbu
II), kesalahan index vertikal sudah diset Nol sehingga tidak
perlu pengaturan lagi. Pada alat T0 harus dilakukan
pengecekan kolimasi dan index vertikal sebelum alat
digunakan, sehingga apabila terjadi kesalahan
14

secepatnya dilakukan koreksi sebelum alat tersebut dipakai


dalam pengukuran di lapangan.
H. Pada proses pengukuran stake out atau pencarian titik atau
rekonstruksi, Total Station lebih memudahkan pelaksana
dalam mencari titik-titik tersebut.
I. Pada kondisi cahaya redup ataupun gelap, pengukuran masih
bisa dilaksanakan karena Total Station menggunakan
teknologi infra merah, sedangkan dengan theodolite sangat
sulit dilakukan khususnya dalam membaca rambu, serta
membaca sudut horisontal dan sudut vertikal.
J. Atraksi lokal yang disebabkan oleh benda-benda logam di
sekitarnya berpengaruh terhadapkondisi bacaan yang
ditunjukan oleh kompas, Total Station tidak dipengaruhi oleh
atraksi lokal tersebut.

2.1.4 Meteran

Gambar 2.4 Alat Ukur Meter.


Meteran, sering disebut pita ukur atau tape karena umumnya
tersaji dalam bentuk pita dengan panjang tertentu. Sering juga
disebut rol meter karena umumnya pita ukur ini pada keadaan tidak
dipakai atau disimpan dalam bentuk gulungan atau rol.
A. Kegunaan
Kegunaan utama atau yang umum dari meteran ini adalah
untuk mengukur jarak atau panjang. Kegunaan lain yang juga
pada dasarnya adalah melakukan pengukuran jarak, antara lain
(1) mengukur sudut baik sudut horizontal maupun sudut
15

vertikal atau lereng, (2) membuat sudut siku-siku, dan (3)


membuat lingkaran.
B. Spesifikasi Alat
Meteran mempunyai spesifikasi antara lain:
1. Satuan ukuran yang digunakan ada 2 satuan ukuran yang
biasa digunakan, yaitu satuan Inggris (inch, feet, yard) dan
satuan metrik (mm, cm, m).
2. Satuan terkecil yang digunakan mm atau cm, inch atau
feet.
3. Daya muai, yaitu tingkat pemuaian akibat perubahan suhu
udara.
4. Daya regang, yaitu perubahan panjang akibat tegangan
atau tarikan.
5. Penyajian angka nol. Angka atau bacaan nol pada meteran
ada yang dinyatakan tepat di ujung awal meteran dan ada
pula yang dinyatakan pada jarak tertentu dari ujung awal
meteran.
6. Cara Menggunakan
Cara menggunakan alat ini relatif sederhana, cukup
dengan merentangkan meteran ini dari ujung satu ke ujung
lain dari objek yang diukur. Namun demikian untuk hasil
yang lebih akurat cara menggunkan alat ini sebaiknya
dilakukan sebagai berikut:
a) Lakukan oleh 2 orang.
b) Seorang memegang ujung awal dan meletakan angka
nol meteran di titik yang pertama.
c) Seorang lagi memegang rol meter menuju ke titik
pengukuran lainnya, tarik meteran selurus mungkin
dan letakan meteran di titik yang dituju dan baca
angka meteran yang tepat di titik tersebut.
2.1.5 Kompas
16

Gambar 2.5 Kompas


Kompas adalah sebuah alat dengan komponen utamanya jarum
dan lingkaran berskala. Salah satu ujung jarumnya dibuat dari besi
berani atau magnet yang ditengahnya terpasang pada suatu sumbu,
sehinngga dalam keadaan mendatar jarum magnit dapat bergerak
bebas ke arah horizontal atau mendatar menuju arah utara atau
selatan. Kompas yang lebih baik dilengkapi dengan nivo, cairan
untuk menstabilkan gerakan jarum dan alat pembidik atau visir.
A. Kegunaan
Kegunaan utama atau yang umum dari kompas adalah
untuk menentukan arah mata angin terutama arah utara atau
selatan sesuai dengan magnit yang digunakan. Kegunaan lain
yang juga didasarkan pada penunjukkan arah utara atau selatan
adalah:
1. Penentuan arah dari satu titik/tempat lain, yang
ditunjukkan oleh besarnya sudut azimut, yaitu besarnya
sudut yang dimulai dari arah utara atau selatan, bergerak
searah jarum jam sampai di arah yang dimaksud.
2. Mengukur sudut horizontal.
3. Membuat sudut siku-siku.
B. Spesifikasi Alat
Alat ini mempunyai spesifikasi, antara lain:
1. Jarum magnit yang digunakan sebagai patokan mengarah
ke utara atau selatan.
2. Satuan skala ukuran sudut yang digunakan derajat atau
grid.
C. Cara Menggunakan
Cara menggunakan kompas untuk menentukan arah ke suatu
tujuan dibedakan sesuai dengan jenis kompas yang dipakai,
yaitu:
17

1. Untuk kompas tangan


a) Alat cukup dengan dipegang tangan di atas titik
pengamatan.
b) Atur agar alat dalam keadaan mendatar agar jarum
dapat bergerak dengan bebas. Kalau alat
ini dilengkapi dengan nivo atur gelembung nivo ada
di tengah.
c) Baca angka skala lingkaran yang menuju arah/titik
yang dimaksud.
2. Untuk kompas statif
a) Kompas yang sudah dipasang di atas statif didirikan
diatas titik awal/pengamatan.
b) Atur agar kompas dalam keadaan mendatar agar
jarum dapat bergerak dengan bebas. Kalau
alat ini dilengkapi dengan nivo atur gelembung nivo
ada di tengah.
3. Arahkan alat bidik/visir ke arah yang dituju. Baca angka
skala lingkaran yang menuju arah tersebut.

2.1.6 Statif (Kaki Tiga)


Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass
dengan ketiga kakinya dapat menyangga penempatan alat yang
pada masing-masing ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah.
Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan
keadaan tanah tempat alat itu berdiri. Seperti tampak pada gambar
dibawah ini:
18

Gambar 2.6 Statif (Kaki Tiga).

2.1.7 Baak Ukur

Gambar 2.7 Baak Ukur.


Baak ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang
yang berukuran ± 3–4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm,
bahkan ada yang panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas dan
bawahnya diberi sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur dilengkapi
dengan ukuran milimeter dan diberi tanda pada bagian-bagiannya
dengan cat yang mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan merah
dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi
silau. Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi
tiap patok utama secara detail.

2.1.8 Cat Semprot.


Cat semprot ini digunakan untuk memberikan tanda pada
setiap titik yang akan diletakkan theodolite.
19

Gambar 2.8 Cat Semprot.


2.1.9 Alat Penunjang Lainnya
Alat penunjang seperti alat tulis, kalkulator, dan lainnya sangat
dibutuhkan dalam pencatatan hasil pengukuran yang dilakukan.

Gambar 2.9 Alat Penunjang Lainnya.

1.2 Pengukuran Jarak


Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda
berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu. Dalam fisika atau dalam
pengertian sehari-hari, jarak dapat berupa estimasi jarak fisik dari dua
buah posisi berdasarkan kriteria tertentu. Jarak antara dua buah titik adalah
panjang garis lurus yang menghubungkan kedua titik tersebut. Dalam ukur
tanah ada jarak miring dan jarak datar, jarak miring digunakan untuk
perhitungan volume dan jarak datar digunakan untuk pengambaran
peta/situasi. Panjang jarak untuk keperluan perhitungan elevasi maksimum
60 m (karena bumi bulat).
Macam-macam cara pengukuran jarak:
2.2.1 Cara sederhana
A. Langsung
Peralatan yang digunakan: Patok, pita ukur, dan jalon
Cara Pengukuran jika dalam situasi
1. Jarak AB < Panjang pita ukur.

a b
20

Gambar 2.10 Pengukuran Jarak Menggunakan Pita Ukur.


a) Letakkan ujung pita di titik A
b) Baca ukuran pita di ujung A, misalnya A menunjukan
0,08m
c) Ulur pita sampai ke titik B dengan syarat A masih
berada di posisi awal
d) Baca ukuran pita di tiitk B, misalnya B menunjukan
26,75m
e) Jadi, panjang AB = Bacaan di B – Bacaan di A
= 26,75 – 0,08
= 26,67m
Jarak AB = (a – b) M

2. Jarak AB > Panjang pita ukur.

d
a c

D B

Gambar 2.11 Pengukuran Jarak Melebihi Pita Ukur.


a) Membuat garis lurus AB
b) Memasang patok bantuan yang terletak disepanjang
garis AB, dengan syarat jarak antar patok bantuan <
panjang pita ukur. Caranya:
1) Pasang yalon di titik AB
2) Pasang yalon C sedemikian sehingga C terletak
pada garis AB dan jaak C ke titik A < panjang
pita ukur
3) Pasang yalon D sedemikian sehingga D terletak
pada garis AB dan jarak D ke titik C < panjang
pita ukur
21

4) Lakukan ke titik E, F, dst hingga mendekati titik


B
5) Jadi, jarak AB = Jarak AC + Jarak CD + ….. +
Jarak nB
Ulangi langkah 4 dan 5 sampai selesai.

Jarak AB = (a – c) + (c – d) + …… dst.

3. Jarak AB > panjang pita ukur dan antara A dan B terdapat


halangan.

A D’ E’ F’ B

D E F C

Gambar 2.12 Pengukuran Jarak Terhalang Objek


1. Pasang titik bantu C dengan syarat;
1) Dapat dilihat dari titik A dan B
2) Diantara keduanya atau dekat dengan kedua titik
3) AC  CB
2. Menggunakan rumus segitiga sebangun
1) Mengukur jarak AC dan BC
2) Memasang patok D digaris AC
3) Mengukur panjang AD, kemudian mencari
panjang DE menggunakan rumus  sebangun
yaitu:
22

AD ED AD x BC
= sehingga DE =
AC BC AC
4) Memperpanjang garis DE dengan membuat titik
D’
3. Membuat garis F’ dengan melakukan langkah yang
sama menggunakan  sebangun. Yaitu:
AF FG AF x ED
= sehingga FG =
AD ED AD

4. Mengukur panjang F’D’


Panjang AB adalah panjang AG + F’D’ + EB

B. Tak langsung
Gambar 2.13 Pengukuran Jarak Tak Langsung.

Apabila akan diukur jarak dari titik A dan B tetapi diantara


keduanya terdapat jurang atau sungai yang lebarnya lebih dari
pita ukur.
BC BA
Dengan  siku-siku BCD dan BAE, yaitu =
CD AE
BC x AE
sehingga BA =
CD
Tetapi BC belum bisa dihitung maka harus membuat garis EF
sehingga terbentuk EFD
BA EF EF x AE
= sehingga BA =
AE FD FD
AC x AE
BA =
CD−AE
Peralatan yang digunakan: Patok, pita ukur, yalon, dan mall siku
23

Cara pengukuran:
1. Pasang yalon dan patok dititk A dan B.
2. Tempatkan jalon C sedemikian sehingga terletak pada
perpanjangan garis AB.
3. Pasang patok C, kemudian mengukur panjang AC.
4. Buat garis CD  CAB dengan bantuan mall siku.
5. Ukur panjang CD.
6. Membuat garis AE’  CAB untuk menentukan titik E.
7. Tempatkan yalon E sedemikian sehingga terletak pada garis
AE’ dan garis BED.
8. Pasang patok E, ukur panjang AE.
AC x AE
9. Jadi jarak AB = .
CD−AE
2.2.2 Menggunakan alat
A. Optis
Pengukuran ini menggunakan prinsip lensa cembung dan
rumus  sebangun.
Keterangan: t = tinggi benda.
t’ = tinggi bayangan.
D = jarak benda dari titik focus.
f = jarak focus.
f xt f
D= , dibuat 100 maka D = 100 x t
t' t'
Pada Ilmu Ukur Tanah, t = selisih pembacaan baak pada
benang atas dan benang bawah teropong, dimana jarak benang
atas dan benang bawah teropong adalah t’.
Sehingga rumus jarak pada pengukuran optis adalah
sebagai berikut:
1. Bila teropong datar (α = 90̊)
D = 100 x (ba-bb)
2. Bila teropong miring (α ≠ 90̊)
24

a) Jarak miring
Dm = 100 x (ba-bb) sinα
b) Jarak datar
D = 100 x (ba-bb) sin2 α
Keterangan:
ba = bacaan baak ukur pada benang silang atas teropong.
bb = bacaan baak ukur pada benang silang bawah
teropong.
α = sudut kemiringan teropong.
Peralatan yang digunakan: Patok, baak ukur, alat optic
(waterpass atau theodolite).

Cara pengukuran:
Baak Ukur
Waterpass
b.a
b.t
b.b

A B

Gambar 2.14 Pembacaan Baak Ukur.


1. Pasang patok disetiap titik.
2. Tempatkan alat optic di A.
3. Tempatkan baak ukur di B.
4. Bidik baak ukur, baca angka yang terletak pada
benang ukur atas teropong, misalnya ba dan angka
25

yang terletak pada benang ukur bawah teropong


misalnya bb.
5. Maka jarak AB = 100 x (ba-bb).
AB = 100 x (ba-bb) sin α.
AB = 100 x (ba-bb) sin2 α.
B. Otomatis
Peralatan: ADM (Automatic Distance Messurer), target, patok
Cara mengukur:
a) Pasang patok pada titik yang akan diukur (misal A dan B).
b) Pasang ADM dititik A.
c) Pasang target pada titik B.
d) Jarak AB dapat langsung dibaca pada ADM.

1.3 Pengukuran Sudut


Sudut adalah suatu daerah yang dibentuk oleh dua buah ruas garis
yang titik pangkalnya sama.
1. Macam-macam sudut
A. Sudut Siku-Siku
Penggunaan sudut siku-siku sangatlah penting dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya pada pintu rumah, pintu lemari,
atau buku pelajaran kalian yang masing-masing pojoknya
membentuk sudut, yaitu sudut siku-siku.

B. Sudut Lurus
Sudut lurus adalah dua buah segitiga siku-siku yang dibuat
sedemikian sehingga salah satu sisi siku-siku segitiga yang
pertama berimpit dengan salah satu sisi siku-siku segitiga yang
kedua. Sisi siku-siku yang tidak berimpit membentuk garis lurus.
26

Dua buah sudut siku-siku, jika dijumlahkan menghasilkan satu


sudut lurus.

C. Sudut lancip, yaitu sudut yang besarnya antara 0 o dan


90o atau 0o < a <90o, a adalah sudut lancip.
D. Sudut tumpul, yaitu sudut yang besarnya di antara 90 o dan
180o atau 90o < a < 180o, a adalah sudut tumpul.
E. Sudut refleks, sudut yang besarnya antara 180o dan 360o,
180o< a < 360o.
2. Sudut yang perlu diukur dalam Ilmu Ukur Tanah:
A. Sudut vertikal (V).
B. Sudut horizontal (H).
C. Sudut dalam (β).
D. Sudut arah (α).
3. Besaran atau ukuran sudut.
A. Besaran sudut pada alat ukur adalah derajat ( ̊ ), menit (“), dan
detik (‘).
B. Besaran sudut pada program excel adalah radial.
C. Untuk sudut vertikal, ukuran 0̊ adalah arah atas, dan 90̊ adalah
arah datar.
D. Untuk sudut horizontal, ukuran bertambah besar bila berputar
searah jarum jam.
4. Sudut Vertikal.
A Alat Busur Derajat.
Misalnya akan mengukur sudut Vertikal sebuah atap rumah.
Peralatan :
Busur Derajat, yang telah dilengkapi alat pengatur ketegakan
angka 0o dengan angka 180o dan alat pembidik yang terletak di
pusat lengkung busur derajat.

9
0
vo
o
2
7
0 1
o 8
27

Gambar 2.15 Pengukuran Sudut

Caranya:
1. Arahkan pembidik, sedemikian sehingga segaris dengan
bidang atap.
2. Dengan bantuan unting-unting setel busur derajat sehingga
angka 00 dan 180 terletak satu garis.
3. Maka sudut kemiringan atap = angka pada busur derajat yang
berhimpit dengan pembidik.
B Theodolite
Gambar 2.16 Pengukuran Sudut Dengan Theodolite.

Peralatan yang digunakan: theodolite dan pita ukur.


Cara pengukuran:
1. Tempatkan theodolite didepan benda yang akan diukur.
2. Lakukan kalibrasi pada theodolite sampai menemukan
setelan yang sesuai.
3. Mengukur jarak theodolite dengan benda.
4. Melihat sudut yang terukur dalam theodolite.
5. Mengukur tinggi theodolite dari tanah.
28

Elevasi B = Elevasi A + [(x + t) – (x + bt – x)]


= Elevasi A + [(x + t) – bt]
5. Sudut Horizontal.
A. Dengan alat sederhana.
Peralatan yang digunakan: kompas atau busur, patok dan jalon.
Cara pengukuran:
1. Pasang patok dan jalon di titik A dan C.
2. Tempatkan alat di titik B.
3. Bidik titik A, baca angka yang terukur di titik A misalnya Ha.
4. Bidik titik C, baca angka ya.
5. Terukur di titik C, misalnya Hc.
6. Maka, < ABC = Hc – Ha.

B. Dengan Theodolite.

Gambar 2.17 Pengukuran Sudut Horizontal.


Peralatan yang digunakan adalah Theodolite.
Cara pengukuran:
1. Tempat theodolite di A, distel.
2. Arahkan theodolite ke utara, baca sudut horizontal utara
(misal 30o).
3. Arahkan theodolite ke titik B, baca sudut horizontal titik B
(misal 102o).
29

4. Maka, α AB = 102o – 30o = 72o


5. Pengukuran arah titik selanjutnya rumus:
o
6. α BC =α AB +180 −sudut dalam ABC

Gambar 2.18 Pengukuran Sudut Horizontal Titik Lanjutan.

Berdasarkan rumus diatas, untuk mengukur α BC , cukup mengukur


sudut dalam ABC yang besarnya:
Sudut ABCdalam = sudut horizontal A – sudut horizontal C
1.4 Pengukuran Elevasi
Elevasi adalah ukuran ketinggian suatu titik terhadap bidang “datar”
yang letaknya tertentu. Dalam Ilmu Ukur Tanah bidang tersebut disebut
Bidang Referensi yang biasanya adalah permukaan air laut rata-rata,
sedangkan untuk mengukur elevasi sebuah titik harus ada titik yang sudah
diketahui elevasinya yang disebut sebagai titik referensi atau titik ikat.
Bila karena sesuatu hal sehingga sulit untuk mendapatlan titik referensi
maka juru ukur boleh menetukan sendiri elevasi dari titik yang diukur,
kemudian hari bila telah mendapatkan data titik referensi hasil perhitungan
direvisi menggunakan data tersebut. Besaran elevasi yang ditetapkan oleh
juru ukur dinamakan titik referensi lokal.
2.4.1 Alat Pengukur Elevasi.
Alat pengukur elevasi adapat berupa:
A. Alat Ukur Elevasi sederhana, yang berupa slang air dan pita
ukur.
B. Alat Optis, yaitu Waterpass dan Theodolite.
C. Alat Ukur elevasi Otomatis, yaitu Altimeter dan GPS
30

2.4.2 Mengukur Elevasi.


A. Dengan Alat Sederhana:
Misalnya akan mengukur elevasi titik B, yang menggunakan
Titik A sebagai Titik Referensi sehingga Titik A telah
diketahui elevasinya, misalnya + 100,000.
Peralatan:
1. Patok + bilah.
2. Slang air.
3. Pita Ukur.

Bilah

Selang air.
HB
hA hA

∆h
B

A ( + 100,000 )
Gambar 2.19 Pengukuran Elevasi.
Teori:
Elevasi titik B = Elevasi titik A + ∆h.
∆h = hA – hB,
Dimana: hA = keinggian muka air slang di titik A dan
hB = ketinggian muka air slang di titik B.
31

Caranya:
1. Pasang patok dan bilah pada titik A dan titik B.
2. Isi slang air sampai penuh, tutup ujung-ujungnya dengan
ditekuk dan diikat.
3. Ikat ujung-ujung slang pada bilah A dan bilah B yang
ketinggiannya kira-kira sama.
4. Buka ujung-ujung slang air, tunggu sampai muka air di
dalam slang tenang.
5. Setelah air tenang, ukur tinggi muka air slang dari titik A
(misal = hA) dan muka air slang dari titik B (misal = hB).
6. Maka elevasi titik B = + 100,000 + (hA – hB).
Atau bila dirumuskan:

Elevasi B = Elevasi A + (hA- hB)

B. Dengan Waterpass:
Cara pengukuran elevasi dengan Waterpass ada 2 (dua)
macam:
1. Jarak AB < 50 M.
2. Jarak 50 M > AB > 100 M.
Misalnya akan mengukur elevasi titik B terhadap Titik
Referensi A
Peralatan:
1. Patok.
2. Waterpass + statis.
3. Baak Ukur.
4. Pita ukur.
Pengukuran:
1. Jarak AB < 50 M:

Waterpass
Baak ukur b.tB

t.aA
32

B ∆h

A ( + 100,000 )

Gambar 2.20 Pengukuran Elevasi Dengan Waterpass.


Teori:
Elevasi B = Elevasi A + ∆h.
∆h = (t.aA – b.tB ), maka :

Elevasi B = Elevasi A + (t.aA – b.tB)

Caranya:
a) Pasang patok di titik A dan titik B.
b) Tempatkan waterpass di titik A dan di stel.
c) Ukur tinggi alat, misalkan = t.aA.
d) Tempatkan Baak Ukur di titik B.
e) Bidik Baak Ukur baca angka Baak yang terpotong
benang tengah teropong, misalkan = b.tB.
Maka Elevasi B = + 100,000 + (t.aA – b.tB)

2. Jarak 50 m < AB <100 M.

b.tB
b.tA

B ∆h

A ( + 100,000 )

Gambar 2.21 Pengukuran Elevasi Dengan Waterpass.

Teori:
Elevasi B = Elevasi A + ∆h
∆h = b.tA – b.tB , sehingga:

Elevasi B = Elevasi A + (b.tA – b.tB)


33

Caranya:
a) Pasang patok di titik A dan titik B.
b) Tempatkan waterpass diantara titik A dan titik B.
c) Tempatkan Baak Ukur di titik A dan titik B.
d) Bidik Baak A, baca angka pada benang tengah,
misalkan = b.tA.
e) Bidik Baak B, baca angka pada benang tengah,
misalkan = b.tB
Maka Elevasi B = + 100,000 + (b.tA – b.tB ).

C. Dengan Theodolite.
Misalkan akan menghitung elevasi titik B dengan titik
Referensi titik A.
Peralatan:
1. Patok.
2. Theodolite + statis.
3. Baak Ukur.
4. Pita Ukur.

Baak Ukur

b.aB
b.tB
DmAB
b.bB
∆t VAB
b.tB
Theodolite.

t.aA
B
∆h
34

A ( + 100,000)

Gambar 2.22 Pengukuran Elevasi Dengan Theodolite.


Teori:
Elevasi B = Elevasi A + ∆h
∆h = (t.aA + ∆t ) – b.tB
∆t = cos (HAB) x DmAB
DmAB = (b.ab – b.bB ) x 100 x sin (HAB)
Sehingga,

Elevasi B = Elevasi A + t.aA + ( b.aB – b.bB ) x 100 x sin (HAB) x cos (HAB) – b.tB

D. Dengan alat ukur Otomatis (Altimeter).


Kebanyakan Altimeter hanya menyajikan data elevasi
dalam bentuk angka bulat. Misalnya data yang seharusnya +
123,25 atau + 123,68 Altimeter akan menampilkan data + 124.
Cara menggunakannya, letakkan Altimeter pada titik yang akan
diukur elevasinya, dan data elevasi titik tersebut akan muncul
pada layar Altimeter (untuk Altimeter digital), sedang untuk
Altimeter mekanik data elevasi akan ditunjukkan oleh jarum
penunjuk.

Anda mungkin juga menyukai