DASAR TEORI
1.1 Alat dan Kegunaannya
2.1.1 Waterpass (Penyipat Datar)
4
5
c) Membidikkan Alat.
Membidikkan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan
mengarahkan teropong ke sasaran yang akan dibidik, memfokuskan
diafragma agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar
objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang
diafragma tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran yang
diinginkan.
d) Membaca Hasil Pembidikan.
7
Satuan grid.
Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 400 bagian, setiap
bagian dinyatakan dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi
100 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg), dan
setiap centigrid dibagi lagi kedalam 100 bagian dan setiap bagian
8
2.1.4 Meteran
a b
20
d
a c
D B
Jarak AB = (a – c) + (c – d) + …… dst.
A D’ E’ F’ B
D E F C
AD ED AD x BC
= sehingga DE =
AC BC AC
4) Memperpanjang garis DE dengan membuat titik
D’
3. Membuat garis F’ dengan melakukan langkah yang
sama menggunakan sebangun. Yaitu:
AF FG AF x ED
= sehingga FG =
AD ED AD
B. Tak langsung
Gambar 2.13 Pengukuran Jarak Tak Langsung.
Cara pengukuran:
1. Pasang yalon dan patok dititk A dan B.
2. Tempatkan jalon C sedemikian sehingga terletak pada
perpanjangan garis AB.
3. Pasang patok C, kemudian mengukur panjang AC.
4. Buat garis CD CAB dengan bantuan mall siku.
5. Ukur panjang CD.
6. Membuat garis AE’ CAB untuk menentukan titik E.
7. Tempatkan yalon E sedemikian sehingga terletak pada garis
AE’ dan garis BED.
8. Pasang patok E, ukur panjang AE.
AC x AE
9. Jadi jarak AB = .
CD−AE
2.2.2 Menggunakan alat
A. Optis
Pengukuran ini menggunakan prinsip lensa cembung dan
rumus sebangun.
Keterangan: t = tinggi benda.
t’ = tinggi bayangan.
D = jarak benda dari titik focus.
f = jarak focus.
f xt f
D= , dibuat 100 maka D = 100 x t
t' t'
Pada Ilmu Ukur Tanah, t = selisih pembacaan baak pada
benang atas dan benang bawah teropong, dimana jarak benang
atas dan benang bawah teropong adalah t’.
Sehingga rumus jarak pada pengukuran optis adalah
sebagai berikut:
1. Bila teropong datar (α = 90̊)
D = 100 x (ba-bb)
2. Bila teropong miring (α ≠ 90̊)
24
a) Jarak miring
Dm = 100 x (ba-bb) sinα
b) Jarak datar
D = 100 x (ba-bb) sin2 α
Keterangan:
ba = bacaan baak ukur pada benang silang atas teropong.
bb = bacaan baak ukur pada benang silang bawah
teropong.
α = sudut kemiringan teropong.
Peralatan yang digunakan: Patok, baak ukur, alat optic
(waterpass atau theodolite).
Cara pengukuran:
Baak Ukur
Waterpass
b.a
b.t
b.b
A B
B. Sudut Lurus
Sudut lurus adalah dua buah segitiga siku-siku yang dibuat
sedemikian sehingga salah satu sisi siku-siku segitiga yang
pertama berimpit dengan salah satu sisi siku-siku segitiga yang
kedua. Sisi siku-siku yang tidak berimpit membentuk garis lurus.
26
9
0
vo
o
2
7
0 1
o 8
27
Caranya:
1. Arahkan pembidik, sedemikian sehingga segaris dengan
bidang atap.
2. Dengan bantuan unting-unting setel busur derajat sehingga
angka 00 dan 180 terletak satu garis.
3. Maka sudut kemiringan atap = angka pada busur derajat yang
berhimpit dengan pembidik.
B Theodolite
Gambar 2.16 Pengukuran Sudut Dengan Theodolite.
B. Dengan Theodolite.
Bilah
Selang air.
HB
hA hA
∆h
B
A ( + 100,000 )
Gambar 2.19 Pengukuran Elevasi.
Teori:
Elevasi titik B = Elevasi titik A + ∆h.
∆h = hA – hB,
Dimana: hA = keinggian muka air slang di titik A dan
hB = ketinggian muka air slang di titik B.
31
Caranya:
1. Pasang patok dan bilah pada titik A dan titik B.
2. Isi slang air sampai penuh, tutup ujung-ujungnya dengan
ditekuk dan diikat.
3. Ikat ujung-ujung slang pada bilah A dan bilah B yang
ketinggiannya kira-kira sama.
4. Buka ujung-ujung slang air, tunggu sampai muka air di
dalam slang tenang.
5. Setelah air tenang, ukur tinggi muka air slang dari titik A
(misal = hA) dan muka air slang dari titik B (misal = hB).
6. Maka elevasi titik B = + 100,000 + (hA – hB).
Atau bila dirumuskan:
B. Dengan Waterpass:
Cara pengukuran elevasi dengan Waterpass ada 2 (dua)
macam:
1. Jarak AB < 50 M.
2. Jarak 50 M > AB > 100 M.
Misalnya akan mengukur elevasi titik B terhadap Titik
Referensi A
Peralatan:
1. Patok.
2. Waterpass + statis.
3. Baak Ukur.
4. Pita ukur.
Pengukuran:
1. Jarak AB < 50 M:
Waterpass
Baak ukur b.tB
t.aA
32
B ∆h
A ( + 100,000 )
Caranya:
a) Pasang patok di titik A dan titik B.
b) Tempatkan waterpass di titik A dan di stel.
c) Ukur tinggi alat, misalkan = t.aA.
d) Tempatkan Baak Ukur di titik B.
e) Bidik Baak Ukur baca angka Baak yang terpotong
benang tengah teropong, misalkan = b.tB.
Maka Elevasi B = + 100,000 + (t.aA – b.tB)
b.tB
b.tA
B ∆h
A ( + 100,000 )
Teori:
Elevasi B = Elevasi A + ∆h
∆h = b.tA – b.tB , sehingga:
Caranya:
a) Pasang patok di titik A dan titik B.
b) Tempatkan waterpass diantara titik A dan titik B.
c) Tempatkan Baak Ukur di titik A dan titik B.
d) Bidik Baak A, baca angka pada benang tengah,
misalkan = b.tA.
e) Bidik Baak B, baca angka pada benang tengah,
misalkan = b.tB
Maka Elevasi B = + 100,000 + (b.tA – b.tB ).
C. Dengan Theodolite.
Misalkan akan menghitung elevasi titik B dengan titik
Referensi titik A.
Peralatan:
1. Patok.
2. Theodolite + statis.
3. Baak Ukur.
4. Pita Ukur.
Baak Ukur
b.aB
b.tB
DmAB
b.bB
∆t VAB
b.tB
Theodolite.
t.aA
B
∆h
34
A ( + 100,000)
Elevasi B = Elevasi A + t.aA + ( b.aB – b.bB ) x 100 x sin (HAB) x cos (HAB) – b.tB