Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KONFLIK

PERTANAHAN HGU PTPN II


BANDAR KLIPPA DELI
SERDANG
Lutfia Khairani Pane 3211121002
Oktaviana Sihombing 3212421010
Rheinhard Sam Sianturi 3213121022
Rosa Titin Theresia Sihotang 3213321015
Wulandari Nababan 3211121027
A. HUBUNGAN PENGGARAP DENGAN TANAH HGU PTPN II
DESA BANDAR KLIPPA

Berdasarkan Keputusan Menteri


Agraria No 24/HGU/1965 Tanggal
PTPN II (PT Perlebunan Nusantara
10 Juni 1965 tentang pemberian
II) bersama dengan PT. Perkebunan HGU PPN Tembakau Deli Sumatera
IX dahulu adalah Perusahaan Timur diberikanlah HGU kepada
Perkebunan Negara (PPN) PPN tembakau Deli 59.000 Ha
Tembakau Deli Sumatera Timur.

Kemudian ditegaskan menjadi


tanah objek landreform dan akan
berakhir pada tahun 2028
Beberapa tahun belakangan PTPN II merugi karena penggarapan
liar.

Sesuai dengan nomor 42/HGU/BPN/2002 dan Peta 28/1997


luas HGU sekitar 3.545,74 Ha malah digarap dan luasnya
menjadi 234.06 Ha.
B. PENYELESAIAN KONFLIK HGU
PTPN II DESA BANDAR KLIPPA

Persoalan tanah perkebunan terutama eks HGU PT PERKEBUNAN


NUSANTARA II di Sumatera Utara sangat rentan dengan konflik baik
antara masyarakat dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan
Pemerintah (Pemprovsu dan Pemkab setempat). Pertikaian dan konflik
soal tanah perkebunan ini sangat sulit untuk dituntaskan.
Lahan HGU PT PERKEBUNAN
NUSANTARA II yang terletak ditiga Maraknya kegiatan penggarapan liar
kabupaten/kota saat ini masih dikuasai oleh dimulai pada masa krisis monoter
masyarakat penggarap sebagian juga melanda
dikuasai oleh PTPN II.

PTPN II untuk mengatasi meluasnya


penggarapan di areal HGU sering melaporkan
peristiwa tersebut ke pihak berwajib. Namun
laporan-laporan pihak PTPN II tidak
ditindaklanjuti dengan alasan delik denda
pidana penggarapan itu mengacu pada Undang-
Undang PRP tahun 1960
Pasal 2 dan Pasal 6 Undang-
Undang Nomor 51 PRP Tahun
Pelaku penggarapan dapat dijerat 1960 tentang Larangan
dengan pasal 385 KUHP. Pemakaian Tanah Tanpa Izin
Yang Berhak Atau Kuasanya
(UU No 51 PRP 1960)

Pasal 55 Jo Pasal 107 Undang- Pidana penjara paling 4 (empat)


Undang Republik Indonesia Tahun dan Denda
nomor 39 Tahun 2014 tentang Rp.4.000.000.000 (Empat Miliar
perkebunan. Rupiah).
Pada Pasal 2 dan 6 Undang-Undang No.
51/Prp Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak
Atau Kuasanya ditetapkan bahwa Pasal-Pasal yang terdapat di KUHP, antara
pemakaian tanah tanpa izin yang berhak lain: Pasal Pengancaman Jika terdapat
atau kuasanya yang sah adalah perbuatan unsur ancaman dalam menyerobot lahan,
yang dilarangan dan diancam hukuman Pasal Pemalsuan, Pasal Perusakan Jika
pidana. Jelasnya Pasal 6 menyebutkan Pelaku melakukan perusakan tanaman,
bahwa tindak pidana “penguasaan tanpa pagar, patok kepunyaan pemilik yang sah,
hak” adalah tindak pidana pelanggaran. Pasal penyerobotan lahan, Pasal Penipuan
Jika terdapat unsur menipu orang lain
dengan tipu muslihat dan melawan
hukum.
Perusahaan sudah melakukan banyak hal dan strategi untuk
mengatasi problem tersebut dengan mengambil langkah lebih
kepada pendekatan Non Penal, antara lain adalah:
1. Sosialisasi yang dilakukan pihak perusahaan PT
PERKEBUNAN NUSANTARA II memanggil masyarakat dan
para kepala desa yang berada berdampingan diareal HGU
perusahaan bahwa areal tanah yang dikuasai oleh penggarap
merupakan wilayah HGU PT PERKEBUNAN NUSANTARA
II.
2. Perusahaan selalu memberikan tali asih kepada masyarakat
sekitar areal HGU.
3. Manakala langkah kebijakan perusahaan tersebut tidak direspon
dengan baik baru kemudian di berikan surat peringatan kepada
masyarakat 1,2 3.
KESIMPULAN
Kasus pertanahan di Sumatera Utara khususnya di daerah perkebunan
mempunyai sejarah yang cukup panjang. Kebutuhan akan tanah dewasa ini
meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
meningkatnya kebutuhan lain yang berkaitan dengan tanah. Sehingga dengan
meningkatnya kebutuhan akan tanah tersebut memicu nya konflik pertanahan
khususnya bersifat penggarapan liar di areal HGU PTPN 2 Bandar Klippa
yang tidak kunjung usai penyelesaiannya. Pertanggungjawaban pidana
terhadap tindak pidana penggarapan liar di areal HGU ialah hanya dapat
dimintai pertanggungjawaban pidana didalam UU No. 51 PRP Tahun 1960,
sementara Pasal 385 KUHP hanya dapat dimintai pertanggungjawaban
pidana mana kala penggarap sebagai makelar tanah. Kebijakan Hukum
dalam mengatasi penggarapan liar ini ada dua pendekatan penal dan non
penal, Pendekatan penal menyelesaikan masalah dengan penegakan hukum
pidana sementara non penal pendekatan persuasif dan mediasi.
TERIMA KASIH!!

Anda mungkin juga menyukai