Terapi antidot adalah suatu cara yang khusus ditujukan untuk
membatasi intensitas efek toksik zat kimia atau untuk menyembuhkan efek toksik yang ditimbulkannya, sehingga bermanfaat mencegah bahaya selanjutnya. Dapat dilihat bahwa sasaran terapi antidot adalah penurunan atau penghilangan efek toksik. Ketoksikan racun sebagian besar ditentukan oleh keberadaannya (lama dan kadar) racun (bentuk senyawa utuh atau metabolitnya) ditempat aksi tertentu didalam tubuh. Keberadaan racun tersebut ditentukan oleh keefektifan absorpsi, distribusi, dan eliminasi. Jadi pada umumnya intensitas efek toksik pada efektor berhubungan erat dengan keberadaan racun ditempat aksi dan takaran pemejaannya (Donatus, 2001) Strategi terapi antidot dapat menggunakan simulasi dari proses-proses tersebut yang disebut dengan metode yang tidak khas. Metode tersebut dapat digunakan untuk menawarkan efek toksik semua obat namun keefektifannya tidak sama antara senyawa obat yang satu dengan yang lain, tergantung toksikannya. Contoh metode yang tidak khas antara lain : penghambatan absorbsi dan distribusi, peningkatan ambang ketoksikan (KTM) dan peningkatan eliminasi racun (metabolisme dan ekskresi). Selain terdapat metode yang tidak khas, masih ada metode terapi antidot yang khas, yaitu digunakan zat tertentu untuk menawarkan racun tertentu pula, sehingga penawar racun ini hanya dapat digunakan oleh satu atau dua senyawa racun saja, sementara tidak dapat menawar racunkan senyawa toksik lain. Contoh metode yang khas adalah natrium nitrit atau natrium tiosulfat untuk terapi keracunan sianida.