Anda di halaman 1dari 6

KASUS ETIKA KEBIDANAN

PADA BAYI BARU LAHIR


KELOMPOK 1

1. Rizki Amelia ,STr.Keb 6.Depiana, STr.Keb


2. Sri Sumarni, STr.Keb 7. Hesti Presti Widyawati, SST
3. Noverawati , STr.Keb 8. Jelly Anggraini, STr.Keb
4. Nini Yunita, STr.Keb 9. Cica Martina, STr.Keb
5. Yulia Etikariana, STr.Keb 10. Sefti Herlena, STr.Keb
1. IDENTIFIKASI MASALAH

Kasus :
Ny. D dan Tn. A adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama 13
tahun dan sudah sangat menantikan kehadiran buah hati. Namun setelah
banyak usaha dan waktu belum mendapatkan juga buah hati, hingga pada
tahun ke-13 pernikahan ny.D hamil anak pertama. Setelah pemeriksaan Usg
diketahui bahwa ny.D hamil anak kembar, namun karena factor usia dan
kehamilannya yang kembar maka pada usia kehamilan 32 minggu ny.D
mengalami PPI dan preeklamsi dalam kehamilan sehingga harus melahirkan
bayi kembarnya dgn kondisi asfiksia dan premature sehingga bayi ny.D harus
dirawat diruang NICU.
Dokter anak yang merawat bayi kembar ny. D meminta pemberian ASI namun
asi ny.D justru tidak keluar, alternative lainnya yaitu dgn pemberian sufor
namun karena bayi ny.D premature sangat beresiko untuk pemberian sufor.
2. ANALISIS DAN PERUMUSAN MASALAH

pada kasus ny.D factor persalinan premature dan preeklamsi yang dialami ibu
menyebabkan produksi asi terhambat, sementara asi sangat dibutuhkan oleh bayi kembar
ny.D yang lahir premature dan dirawat di NICU. Sedangkan alternative pemberian sufor
pastinya beresiko terhadap kondisi kesehatan bayi.ny D.
Dari pandangan etika dan moral pemberian sufor tidak seharusnya hal ini sejalan dengan
undang-undang kesehatan yang berlaku.
ANTISIPASI PENANGANAN SEGERAH

 Informed choice
Meminta ny. D dan Tn. A mencari pendonor asi untuk pemberian
kepada bayi kembarnya yang dirawat di NICU
 Informed concent
meminta persetujuan pemberian sufor apabila keluarga tidak
mendapatkan pendonor asi serta menjelaskan bahwa ada resiko
dari pemberian sufor pada bayi premature, secara lisan dan tertulis

Anda mungkin juga menyukai