Anda di halaman 1dari 10

Nasionalisme

Kelompok 9
1. Adjeng riesta ayuningtyas ( 1905015233)
2. Nadira zaida pratiwi ( 1905015242)
3. Vannania regita cahyadiani ( 1905015251)
 Definisi nasionalisme

 kata “nation” dari bahasa latin ini seperti prancis yang


menerjemahkan sebagai “nation” yang artinya bangsa
atau tanah air. Dan juga bahasa itali memiliki kata
“nescere” yang artinya tanah kelahiran.
 Secara etimologis, istilah nasionalisme merupakan
paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran
dan semangat cinta tanah air, memiliki kebanggaan
sebagai bangsa, atau mmelihara kehormatan bangsa,
memiliki rasa solidaritas sebangsa dan setanah air dan
persatuan dan kesatuan (Depdikbud,1991:54)
 Faktor eksternal yang mempengaruhi
melemahnya nasionalisme :
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat indonesia
bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan
kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan
berubah arah dari ideologi pancasila ke ideologi
liberalisme. Jika hal tersebut terjadi akibatnya rasa
nasionalisme bangsa akan hilang
2. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa
akan identitas diri sebagai bangsa indonesia, karena gaya
hidupnya cenderung meniru budaya barat
3. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan
ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Dengan
adanya individualisme maka orang tidak akan peduli
dengan kehidupan bangsa
4. Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negri
karena banyak produk luar negri seperti Mc Donals,
pizza hut,dll.
5. Ide-ide barat yang masuk melalui pendidikan barat
yang modern ide-ide inilah yang menggantikan
pendidikan tradisional (pondok psantren) dan
membuka wawasan lebih luas lagi bagi masyarakat
indonesia tentang kemerdekaan.
6. Munculnya paham-paham baru dari eropa, seperti
demokrasi,liberalisme,sosialisme,komunisme dan
sebagainya. Kemudian paham tersebut berdampak bagi
negara-negara di asia khususnya indonesia
 Faktor internal yang mempengaruhi
melemahnya nasionalisme:
1. Sikap keluarga dan lingkungan sekitar yang tidak mencerminkan
rasa nasionalisme,sehingga para generasi muda meniru sikap tersebut.
2. Semakin populernya bahasa indonesia yang menjadi tali pengikat
kesatuan bangsa yang ampuh. Hal ini dikarenakan adanya pembatasan
penggunaan atau penyebaran bahasa belanda dikalangan pribumi
sehingga membuat penggunaan bahasa melayu semakin dipopulerkan
dan bahasa yang digunakan pun memunculkan bahasa indonesia yang
cukup mampu untuk mengikat rasa nasionalisme.
3. Pemerintahan pada zaman reformasi yang jauh dari harapan para
pemuda, sehingga membuat mereka kecewa pada pemerintah saat ini .
Terkuak kasus-kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan oleh para
pejabat negara membuat para pemuda enggan untuk memerhatikan lagi
pemerintahan
4. Tertinggalnya Indonesia dengan negara-negara lain dalam segala aspek
kehidupan, membuat para generasi muda tidak bangga lagi menjadi bangsa
Indonesia
5. Provinsialisme, kedaerahan, primodialisme. Ketiga kata tersebut sebenarnya
mempunyai arti yang kurang lebih sama. Ketiganya sama- sama mempunyai arti
paham yang menjunjung tinggi daerahnya atau bersifat kedaerahan,provinsialisme
paham yang menjunjung tinggi provinsi sendiri,primodialisme paham yang
menjunjung tinggi daerah asalnya atau daerah kelahirannya. Sebenarnya
menjunjung tinggi daerahnya bukanlah hal yang salah, karena setiap orang
tidak akan mungkin terlepas dari daerah asalnya, orang jawa bangga dengan
kejawaanya, batak bangga dengan kebatakannya. Tapi yang menjadi masalah
adalah primodialisme fanatic atau berlebihan . Terlalu mengagungkan daerahnya
hingga merendahkan daerah atau suku lain . primodialisme yang seperti inilah yang
bisa memecahkan persatuan nasionalisme bangsa kita. Apabila setiap suku atau
daerah di indonesia menganut paham primodialisme yang berlebihan bisa
dibayangkan nasionalisme indonesia akan kacau.
 Nasionalisme indonesia saat ini agar semakin
kuat :
Upaya-upaya yang dapat membentengi generasi muda untuk
mencintai dan memiliki rasa naionalisme
1. Peran keluarga
Dalam keluarga tanamkan rasa cinta kepada bangsa dengan
memberikan teladan kepada anak-anak dan anggota keluarga
lainnya sejak dini, memberikan pengawasan yang menyeluruh
kepada anak terhadap lingkungan sekitar
2. Peran pendidikan
Dilingkungan sekolah,pelajar kita dibekali materi pendidikan
kewarganegaraan,pendidikan pancasila,pendidikan moral dan etika
hingga mereka bisa memfilter nilai-nilai negatif, menanamkan sikap
cinta tanah air dan menghormati jasa pahlawan dengan mengadakan
upacara setiap hari senin dan upacara hari besar nasional.
3. Peran pemerintah
Pemerintah menyelenggarakan berbagai kegiatan yang
dapat menumbuhkan pemahaman dan kecintaan terhadap
bangsa dan negaranya seperti seminar kebangsaan,
pameran kebudayaan atau pergelaran seni atau pemerintah
mewajibkan pemakaian batik sebagai warian budaya dan
yang terpenting pemerintah mendengarkan aspirasi
generasi muda untuk indonesia lebih baik
 Contoh kasus

1. Masyarakat lebih tertarik terhadap produk impor dibandingkan


dengan produk buatan dalam negri.
2. Pada saat upacara bendera, masih banyak rakyat yang tidak
memaknai arti dari upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk
menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang
keras untuk mengambil kemerdekaan dari tangan para penjajah . Para
pemuda sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa mengikuti upacara
dengan sungguh-sungguh
3. Pada peringatan hari-hari besar Nasional seperti Sumpah Pemuda,
hanya dimaknai sebagai hiburan saja tanpa menumbuhkan rasa
nasionalisme dalam diri sendiri.

Solusi : Menanamkan cinta produk maupun kebudayaan bangsa


Indonesia, Menambahkan wawasan kebangsaan kepada generasi muda
melalui pendidikan kewarganegaraan ataupun pancasila.
REFERENSI
• Kartodirdjo,sartono.1999.Dinamika Nasionalisme Indonesia. Salatiga :
Yayasan Bina Darma Memahami Nasionalisme
• https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/jurnal%20Historia%20Vitae/
vol23no2oktober2009/NASIONALISME%20sutarjo%20adisusilo.pdf
• Sumantri mertodipuro, Nasionalisme arti dan sejarahnya
(Jakarta: PT PEMBANGUNAN DAN PENERBIT ERLANGGA, 1984)
• Anthony D.Smith, Nasionalisme (Teori,Ideologi, Sejarah)
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003)

Anda mungkin juga menyukai