Anda di halaman 1dari 21

BADAN USAHA DAN

PERPAJAKAN
KELOMPOK 3

Maryam M. Difa Aditio Puri Setya Sigit Tursilo


Puspita Sari D Ningrum
NIM : NIM : NIM : NIM :
62201021002163 62201021002143 62201021002148 62201021002175

2
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN
Beberapa pengertian dan fungsi yang di pahami dalam membahas ketentuan umum dan Tata cara
perpajakan ini dengan mengacu pada Pasal 1 UU No. 28 Th, 2007 diubah dengan UU No. 16 Th. 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan antara lain sebagai berikut :

1. Pengertian dan Fungsi NPWP

Pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha kena pajak diatur dalam keputusan Direktur
Jendral Pajak Nomor Kep. 161/Pj./2002 Tanggal 21 Februari 2002

Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib Pajak sebagai
sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajid Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajaannya.
Kepada setiap wajib pajak hanya diberikan satu NPWP yang berfungsi :

1. Sebgai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.


2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

Dokumen perpajakan sebagai contoh :


Surat Setoran Pajak (SPP)
Surat Pemberitahuan Pajak (SPT)
Faktur Pajak

Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan undang-undang perpajakan.
Oleh karena itu, Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaatan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang perpajakan berdasarkan self assessment, wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak untuk mendapatkan NPWP
Cara memperoleh NPWP

Setiap wajib pajak yang memiliki usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan, wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktoral Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
untuk dicatat sebagai Wajib Pajak.

Daftar online melalui e-registration Direktorat Jenderal Pajak pada https://ereg.pajak.go.id/.

2. Pengertian NPPKP

NPPKP atau Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah Nomor identitas yang dimiliki oleh Wajib
Pajak (WP) yang telah di kukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Alasan kenapa WP dikukuhkan sebagai PKP adalah berkaitan denga kewajiban perpajakan yang
dikenakan.
Perbedaan NPWP dan NPPKP
- Orang yang sudah memiliki kewajiban pajak wajib memiliki NPWP sebagai tanda identitas.
- Sedangkan NPPKP merupakan Nomor Identitas Bagi WP Orang pribadi atau Badan yang dikukuhkan
sebagai PKP.
Fungsi NPPKP

Adapun fungsi Nomor Pengukuhan PKP adalah sebagai berikut :

1. Sebagai identitas WP yang telah dikukuhkan sebagai PKP.


2. Sebagai penanda dan pengawasan kewajiban administrasi perpajakan dalam hal memenuhi kewajiban
Pajak pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
3. Sebagai bukti legalitas dan kredibilitas PKP sehingga mampu mengikuti transaksi usaha yang berkaitan
dengan pemerintah.

Syarat mendapatkan NPPKP

WAJIB PAJAK PRIBADI


- Fotokopi atau pindaian KTP bagi WNI
- Fotokopi paspor, Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) bagi WNA
- Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
- Surat Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari pejabat Pemerintahan Daerah
WAJIB PAJAK BADAN
- Fotokopi akta pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri
- Fotokopi kartu NPWP salah satu pengurus 
- Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
-Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah setingkat Lurah atau Kepala
Desa.

3.Pengertian SPT, SKP, STP

• SPT Sesuai dengan Pasal 1 Angka 11 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata cara perpajakan SPT adalah Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta
dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

• SKP Adalah Surat Ketetapan yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak meliputi Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat
Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), dan Surat Ketetaapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Kepada Wajib Pajak
(Pasal 1 angka 15 Undang-undang KUP).
• STP adalah Surat untuk melakukan tagihan pajak dan/ sanksi administrasi berupa bunga dan/atau
denda dan Surat Tagihan Pajak ini berfungsi sebagai koreksi pajak terutang, sarana mengenakan
sanksi kepada wajib pajak, serta sarana menagih pajak.

Perbedaan SKP dan STP yaitu Surat yang diterbitkan atas hasil pemeriksaan untuk penetapan wajib pajak
yang memiliki lebih bayar, kurang bayar atau Nihil, sebagai akibat dari ketidakbenaran dalam pengisian
SPT.Sedangkan STP yaitu Surat yang dikeluarkan untuk melakukan penagihan atas tagihan pajak atau
sanksi administrasi.
Fungsi SPT
1. SPT bagi pengusaha yaitu berfungsi sebagai sarana melaporkan dan
mempertanggungjawabkanperhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang :
• Pembayaran atau pelunasan yang telah dilaksanakan sendiri
• Penghasilan yang merupakan objek pajak
• Harta dan kewajiban dan pembayaran dan penyetoran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotong
2. SPT Bagi Pengusaha kena Pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang
Mewah.
3. STP Bagi Pemotong atau Pemungut pajak adalah sebagai sarana melaporkan dan
pempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.
Fungsi SKP dan STP

1.SKP fungsi secara garis besar adalah :


- Menagih Kekurangan pajak
- Mengembalikan kalua ada kelebihan bayar pajak
- Menginformasikan pada WP ketika ada jumlah pajak terutang

2. STP berfungsi sebagai koreksi pajak terutang, sarana mengenakan sanksi kepada wajib pajak, serta
sarana menagih pajak.
Fungsi Kewajiban Pembukuan

Kewajiban Pembukuan menurut ketentuan Perundang – undangan perpajakan telah diatur dalam Pasal 28
Tentang Undang – undang Ketentuan Umum dab Tata cara Perpajakan. Pada prinsifnya Wajib Pajak Orang
Pribadi yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia,
wajib menyelenggarakan pembukuan. Namun wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakkan
diperbolehkan
Menghitung penghasilan neto dengan menggunakan kegiatan usaha bebas, dikecualikan dari kewajiban
Menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan.
Pembukuan atau pencatatan harus :

1. Diselenggarakan dengan memperhtikan iktikad baik dan memcerminkan keadaan atau kegiatan usaha
yang sebenarnya
2. Diselenggarakan diIndonesia
3. Menggunakan huruf latin dan angka Arab :
4. Menggunakan satuan mata uang rupiah dan mata uang asing yang diizinkan oleh Menteri keuangan
5. Disusun, dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan
6. Diselenggarankan dengan prinsip taat asas dan dengan dasar akrual ( accrual basis ) atau dasar kas
( cash basis ), Perubahan atas metode pembukuan atau pencatatan harus mendapat persetujuan dari
Direktur Jenderal pajak.
Adapun bagi wajib pajak yang melakukan pencatatan, harus memenuhi Syarat – syarat, yaitu :

1. pencatatan harus menggambarkan antara lain :


 peredaran atau penerimaan bruto dan atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan atau diperoleh
 Penghasilan yang bukan objek pajak dan atau penghasilan pajak bersifat final
2. Bagi wajib pajak yang mempunyai lebih dari satu usaha dan arau tempet usaha, pencatatan harus
menggambarkan secara jelas untuk masing – masing jenis usaha dan atau tempat usaha yang bersangkutan
3. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan wajib pajak orang pribadi harus menyelenggarakan
pencatatan atas harta dan kewajiban
Adapun bagi wajib pajak yang melakukan pencatatan, harus memenuhi Syarat – syarat, yaitu :

1. pencatatan harus menggambarkan antara lain :


 peredaran atau penerimaan bruto dan atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan atau diperoleh
 Penghasilan yang bukan objek pajak dan atau penghasilan pajak bersifat final
2. Bagi wajib pajak yang mempunyai lebih dari satu usaha dan arau tempet usaha, pencatatan harus
menggambarkan secara jelas untuk masing – masing jenis usaha dan atau tempat usaha yang bersangkutan
3. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan wajib pajak orang pribadi harus menyelenggarakan
pencatatan atas harta dan kewajiban
Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupian

Wajib pajak diperkenakan menyellenggarakan pembukuan dengan menggunakan Bahasa asing dan mata
uang selain rupiah yaitu Bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat ( AS ). Dalam
peraturan Menteri keungan ( PMK ) No. 196/PMK.03/2007 yang telah diubah terakhir dengan PMK No.
1/PMK.03/2015, wajib pajak yang diperkenankan menggunakan Bahasa Inggris dan mata uang dolar AS
adalag :
1. Wajib pajak dalam rangaka penanaman Modal Asing ( PMA ) yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan PMA
2. Wajib pajak dalam rangka kontrak karya, yaitu wajib pajak yang beroperasi berdasarkan kontrak
dengan pemerintah RI sebagaumana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundangan – Undangan
pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi
3. Wajib pjak dalam rangka kontrak kerja sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang – undangan pertambnagn minyak dan gas bumi
4. Bentuk usaha tetep, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) UU Pajak
Penghasilan ( PPh ) atau menurut perjanjian penghindari pajak berganda ( P3B ) yang terkait
Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupian

Wajib pajak diperkenakan menyellenggarakan pembukuan dengan menggunakan Bahasa asing dan mata
uang selain rupiah yaitu Bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat ( AS ). Dalam
peraturan Menteri keungan ( PMK ) No. 196/PMK.03/2007 yang telah diubah terakhir dengan PMK No.
1/PMK.03/2015, wajib pajak yang diperkenankan menggunakan Bahasa Inggris dan mata uang dolar AS
adalag :
1. Wajib pajak dalam rangaka penanaman Modal Asing ( PMA ) yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan PMA
2. Wajib pajak dalam rangka kontrak karya, yaitu wajib pajak yang beroperasi berdasarkan kontrak
dengan pemerintah RI sebagaumana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundangan – Undangan
pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi
3. Wajib pjak dalam rangka kontrak kerja sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang – undangan pertambnagn minyak dan gas bumi
4. Bentuk usaha tetep, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) UU Pajak
Penghasilan ( PPh ) atau menurut perjanjian penghindari pajak berganda ( P3B ) yang terkait
PENYIDIKAN & PEMERIKSAAN PAJAK

 Pengertian.
Pasal 1 angka 31 UU ( Ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan)
Penyidikian Pajak di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik
untuk mencari dan mengumpulkan bukti.

 Tujuan
Membuat suatu tindak pidana perpajakan menjadi terang/jelas serta dapat ditemukan
tersangkanya dan dilaksanakan sesuai ketentuan yang di atur dalam undang-undang.

 Penindak
Berdasarkan Pasal 44 ayat (1) UU KUP, Penyidik tindak pidana di bidang perpajakan hanya dapat di
lakukan oleh PPNS. Tertentu pada lingkungan DJP yang di beri wewenang khusus.
Pada Pasal 44 Ayat (2) UU KUP, terdapat 11 wewenang penyidik pajak untuk melakukan tugas,
diantaranya :

1. menerima,mencari,mengumpulkan,dan meneliti keterangan tindak pidana perpajakan.


2. Meneliti,mencari,dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi / badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan , terkait dengan tindak pidana perpajakan.
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan.
4. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.
5. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen
lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut. Penyitaan tersebut dapat dilakukan,
baik terhadap barang bergerak maupun tidak bergerak, termasuk rekening bak, piutang, dan surat
berharga milik wajib pajak, penanggung pajak, dan/atau pihak lain yang telah ditetapkan sebagai
tersangka.
6. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan. 
7. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang
dibawa.
8. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan. 
9. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
10.  menghentikan penyidikan.
11. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Tahap Pelaksanaan Penyidikan


1. Pengusulan penyidikan, sesuai dengan Bab II SE-06/2014, setelah tahap pemeriksaan bukti
permulaan dilakukan oleh kantor wilayah DJP, dilakukan penindaklanjutan dengan usulan
penyidikan.
2. Penerbitan surat perintah penyidikan. Untuk menjadi dasar dalam menerbitkan surat perintah
penyidikan DJP menggunakan laporan kejadian yang disusun tim pemeriksaan bukti permulaan.
Pada surat perintah penyidikan itu, tercantum identitas pihak penyidik yang memiliki tanggung
jawab terhadap kasus tertentu.
3. Rencana penyidikan, yaitu kerangka kerja yang dibuat oleh penyidik sebelum pelaksanaan penyidikan.
Pihak penyidik akan mempelajari laporan kejadian dan laporan hasil pemeriksaan bukti permulaan
terlebih dahulu, sebelum membuat rencana penyidikan.
4.  Setelah diterbitkannya surat perintah penyidikan, penyidik langsung membuat surat pemberitahuan
dimulainya penyidikan (SPDP) yang ditujukan kepada penuntut umum lewat penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia.

Saat proses penyidikan, pihak penyidik yang ditunjuk bisa meminta bantuan asistensi atau berkoordinasi
dengan pihak Direktorat Intelijen dan Penyidikan DJP dan kantor wilayah DJP pada satu wilayah kerja
penyidik. Lebih jelasnya proses permohonan bantuan asistensi ataupun koordinasi teratur pada lampiran
SE-06-/2014.
 Pemberhentian Penyidikan
Pada pasal 44A UU KUP , penyidikan akan dihentikan apabila :
1. Tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa yang disidik bukan merupakan tindak pidana
perpajakan.
2. Penyidikan juga dapat dihentikan apabila peristiwa tersebut telah daluwarsa atau tersangkanya
telah meninggal dunia.
3. Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan paling lama 6 bulan sejak tanggal surat permintaan penghentian penyidikan.

Surat permintaan penghentian penyidikan disusun oleh Menteri Keuangan jika menyetujui
permohonan penghentian penyidikan yang diajukan wajib pajak.
Namun, Jaksa Agung hanya bisa menghentikan penyidikan sepanjang perkara pidana itu belum
dilimpahkan ke pengadilan. Selain itu, penghentian penyidikan hanya dilakukan setelah wajib pajak
melunasi utang pajak yang tidak/kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan.
Wajib pajak juga harus membayar sanksi administrasi berupa denda 4 kali lipat dari jumlah pajak yang
tidak/kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan. 
Thank You
~ Orang bijak taat pajak! ~

Anda mungkin juga menyukai