Anda di halaman 1dari 12

HUKUM

KEWARISAN
BUKU II
HUKUM PEWARISAN
Rukun waris ada tiga yaitu :

1 • Yang mewariskan

2 • Ahli waris

3 • Yang diwariskan
Pewaris adalah seseorang yang telah meninggal dunia meninggalkan sesuatu untuk
keluarganya yang masih hidup.

Harta warisan adalah segala sesuatu yang ditinggalkan pewaris yang secara hukum dapat
beralih kepada ahli warisnya.

Ahli waris adalah orang yang berhak atas harta warian yang ditinggalkan oleh orang yang
meninggal dunia.
Ahli Waris

Ahli Waris yang beum ditentukan


Ahli Waris yang sudah ditentukan bagiannya secara pasti
bagiannya secara pasti Yaitu ahli waris yang mendapatkan
Yaitu ahli waris yang memiliki bagian bagian yang tidak ditentukan (sisa harta
yang telah ditentukan seperti setengah, sesudah dikeluarkan zul fara’id dengan
seperempat, seperdelapan, sepertiga, pembagian yang bersifat terbuka)
duapertiga dan seperenam
Dalam KHI sudah diatur mengenai hukum kewarisan
BAB I: Ketentuan Umum (Pasal 171 huruf a s/d huruf b)
BAB II : Ahli Waris (Pasal 172 s/d Pasal 175)
BAB III : Besarnya Bagian Warisan Bagi Ahli Waris
BAB IV : Aul dan Rad (Pasal 194 s/d Pasal 193)
BAB V : Wasiat (Pasal 194 s/d 209)
BAB VI : Hibah (Pasal 210 s/d Pasal 214)
HUKUM KEWARISAN?

hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris,
menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing.
(Pasal 171 huruf a)
SEORANG TERHALANG MENJADI AHLI
WARIS
Apabila dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dihukum
karena:
a. dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat para pewaris;
b. dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan
suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara atau hukuman yang lebih berat
(Pasal 173)
KEWAJIBAN AHLI WARIS

Kewajiban ahli waris terhadap pewaris adalah:


a. mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai;
b. menyelesaikan baik hutang-hutang berupa pengobatan, perawatan, termasuk kewajiban
pewaris maupun penagih piutang;
c. menyelesaikan wasiat pewaris;
d. membagi harta warisan di antara wahli waris yang berhak.
BESARNYA BAGIAN?
Bagaimanakah kedudukan anak luar kawin dilihat dari Putusan MK No. 46/PUU-VIII/2010?
Uraikan secara singkat, apakah anak tersebut berhak mewaris!
• Pasal 74
(1) Permohonan pembatalan perkawinan dapat diajukan kepada
Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal suami atau isteri
atau perkawinan dilangsungkan.
(2) Batalnya suatu perkawinan dimulai setelah putusan pengadilan
Agama mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat
berlangsungnya perkawinan.
 
• Pasal 75
Keputusan pembatalan perkawinan tidak berlaku surut terhadap:
a. perkawinan yang batal karena salah satu suami atau isteri murtad;
b. anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut;
c. pihak ketiga sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan ber`itikad
baik, sebelum keputusan pembatalan perkawinan kekutan hukum yang
tetap.
Pasal 76
• Batalnya suatu perkawinan tidak akan memutuskan hubungan hukum antara anak dengan
orang tuanya.

Anda mungkin juga menyukai