Osteoporosis (Kelompok II)
Osteoporosis (Kelompok II)
OSTEOPOROSIS PADA
LANSIA
PRODI SARJANA
KEPERAWATAN 4A
KELOMPOK 2
1. NABILA DWIHARTI HARYONO
2. KURNIA ASIH
3. SALSABILA FIRDAUSI AGNISA
4. INDAH AYU NOVITA SARI
5. RISKA WINABAH
6. TAZQIROTUL ULA
7. INTAN DINI ADIYANTI
8. NUR SETIANINGSIH
9. FRISCA AUDRY DEVIANI
10. WINA SRI MEGA
DAFTAR ISI
BAB I BAB III
01 Latar belakang, tujuan penulisan, 03 Asuhan keperawatan Gerontik
pada pasien dengan
manfaat penulisan. osteoporosis
BAB II
02 Konsep dasar, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi
manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang,
diagnose banding, terapi,
komplikasi
BAB I
A. Latar Belakang
Lansia merupakan kelompok usia yang rentan
terhadap kesakitan akibat penurunan fungsi dalam
tubuh. Zahroh & Faiza, (2018) Salah satu penyakit
yang rentan terjadi pada lansia adalah osteoporosis
karena kepadatan tulang yang rendah merupakan
faktor risiko utama terjadinya osteoporosis. Dieny &
Fitranti, (2018) menjelaskan bahwa prevalensi
kepadatan tulang rendah pada kelompok usia 40-50
tahun sebesar 67,7% pada usia 51-60 tahun; 84,9%
pada usia 61-70 tahun; dan 86,7% pada kelompok
usia 71-80 tahun.
Lanjutan
Penanganan osteoporosis harus dilakukan secara menyeluruh terutama masalah
nyeri. Zahroh & Faiza, (2018) menyatakan bahwa keluhan terkait gangguan
musculoskeletal (nyeri) menjadi keluhan utama lansia. Hermawati, (2010)
menambahkan bahwa risiko yang merugikan bagi seseorang yang mengalami
osteoporosis adalah terjadinya patah tulang, terutamSa di pinggul, pergelangan
tangan, dan tulang punggung. Apabila penanganan tidak dilakukan secara
menyeluruh sampai dengan rehabilitasi medik maka orang tersebut akan
mengalami nyeri pinggang, sakit lutut, boyok sakit, pegal-pegal, sendi-sendi
sakit seluruh badan, nyeri pada paha, punggung sakit, nyeri di kaki, gangguan
fungsi aktifitas (tidak dapat berjalan), hilangnya kemandirian (melakukan
kegiatan harus dengan bantuan orang lain) dan kesulitan dalam bersosialisasi
(kegiatan bermasyarakat).
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum Tujuan Khusus
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah:
adalah untuk mengetahui asuhan Mendiskripsikan data hasil pengkajian pada pasien
keperawatan pada pasien osteoporosis osteoporosis
Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien
osteoporosis
Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien
osteoporosis
Manfaat penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan informasi kepada institusi pendidikan terutama
mahasiswa keperawatan untuk membekali mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien osteoporosis.
2. Bagi Penelitian
Makalah ini diharapkan dapat membawa wawasan ilmu penelitian keperawatan dasar khususnya tentang asuhan
keperawatan pada pasien osteoporosis.
3.Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan menambah informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang asuhan keperawatan pada
pasien osteoporosis meliputi tanda gejala dan penanganannya.
2. Tipe 2, terjadi pada orang lanjut usia, baik pria maupun wanita
Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif (misalnya mieloma mutipel: hiper
tiroidisme dan hiperparatiroidisma) dan akbat obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya glukokortikoid).
Osteoporosis Idiopetik.
Osteoporasis idiopatik adalan osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada:
a. Hal ini menggantikan tulang yang tua dengan yang baru sehingga proses biomekanikal pada pertulangan tidak
dikompromikan oleh penggunaan yang berkelanjutan.
b. Hal ini berperan pada homeostasis mineral dengan memindahkan kalsium dan ion lain ke dalam dan ke luar dari
penyimpanan tulang.
Proses berurutan pembaruan ini dimulai dengan aktivasi osteoklas, yang meresorbsi kembali sejumlah kecil pada waktu
singkat terteatu (sesingkat 7 hingaa 10 hari). Penbentukan tulang kemudian terjadi ketika osteoblas membentuk matriks
organik yang kemudian termineralisasi.
Manifestasi Klinis
Nurarif, (2015) Menyebutkan manifestasi klinis osteoporosis terdiri dari:
a. Manifestasi umum : penurunan tinggi badan, lordosis, nyeri pada tulang, atau fraktur, biasanya pada vertebra, pinggul atau
lengan bagian bawah.
b. Nyeri tulang: terutama pada tulang belakang yang intensitas serangannya meningkat pada malam hari. (Lukman)
Menambahkan kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan
dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh,
daerah tersebut akan terasa sakit.
c. Deformitas tulang: dapat terjadi fraktur traumatik pada vertebra dan menyebabkan kifosis anguler yang dapat menyebabkan
medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.
d. Nyeri fraktur akut dapat diatasi dalam 2 hingga 3 bulan. Nyeri fraktur kronis dimanifestasikan sebagai rasa nyeri yang dalam
dan dekat dengan tenpat patahan. Sedangkan menurut (Joyce) nyeri akut biasanya akan berkurang dalam 2 hingga 6 minggu
e. (Tanda Mc Conkey) didapatkan protuberansia abdomen, spas paravertebral dan kulit yang tipis.
Pemeriksaan Penunjang
Nurarif, (2015) menjelaskan bahwa pemeriksaan penunjang pada klien dengan osteoporosis adalah:
b. CT-Scan: dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan
terapi follow up
c. Pemeriksaan DEXA (Dual-Energy X-ray absorptiometry): digunakan untuk mengukur densitas tulang dan
menghitung derajat osteopenia (kehilangan tulang ringan-sedang) atau osteoporosis (kehilangan tulang berat)
d. Pemeriksaan Laboratorium
2. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
a. Hyperparathyroidism
b. Mutiple Myeloma
d. Paget disease
Terapi
1. Nurarif, (2015) menjelaskan bahwa beberapa hal yang disorot dalam The National Osteoporosis Guideline Group (NOGG)
2013 adalah:
a. Terapi farmakologi yang dapat menurunkan risiko terjadinya fraktur vertebrata (dan beberapa kasus fraktur tulang
panggul) seperti bisphospo denosumab, rekombinan hormon parathyroid, raloxifene, dan strort ranelate. Pada NOGG
2009, terapi yang diakui untuk kasus fraktur vertebra, non vertebra dan fraktur tulang panggul hanya alendronate,
risedonate, zoledronate, dan terapi sulih hormon.
b. Alendronate generik direkomendasikan sebagai terapi lini pertama karena kerja spektrum luasnya sebagai agen
antifraktur dengan harga terjangkau.
c. Ibandronate, risedronate, zoledronic acid, denosumab, raloxifene atau strontium ranelate digunakan sebagai terapi
pilihan jika alendronate dikontraindikasikan atau tidak dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien.
Komplikasi