Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

Disusun oleh:
Natalie Deskla Pattiasina 112022095

Pembimbing:
dr. Fahamzah Mahsal, Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT


DALAM
RUMAH SAKIT FMC
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Identitas Pasien
Nama : Tn. S

Jenis kelamin : Laki-Laki

Tanggal lahir : Bogor, 09 Oktober 1959

Status perkawinan : Sudah Menikah

Pekerjaan : Wirausahawan

Pendidikan : SMA

Suku bangsa : Sunda

Agama : Islam

Alamat : Babakan Tarikolot

Tanggal Masuk RS : 21 September 2022


KELUHAN PASIEN
Autoanamnesis pada 22 September 2022 jam 19.30

Keluhan Utama: Pasien datang dengan keluhan sesak disertai batuk sejak 1 hari SMRS

Keluhan Tambahan: adanya nyeri punggung (+), lemas (+)


RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
◦ Pasien datang ke IGD dengan keluhan dada terasa sesak sejak 1 hari SMRS, sesak dirasakan
tiba-tiba setelah selesai sholat. Batuk (+) berdahak berwarna putih namun dahak susah untuk
dikeluarkan. Demam (-), batuk pilek (-),nyeri tenggorokan (-) mual (-), muntah (-). Pasien
mengeluhkan adanya nyeri punggung (+). Pasien mengaku lebih nyaman duduk daripada
berbaring. Pasien mengaku mempunyai riwayat merokok dari muda sampai sekarang, dalam
2 hari bisa habis 1 bungkus rokok, dillingkungan sekitar tempat tinggal juga banyak yang
merokok.
Riwayat penyakit dahulu
(-) Cacar (-) Malaria (-) Batu ginjal/saluran kemih

(-) Cacar air (-) Disentri (-) Hernia

(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Penyakit prostate

(-) Batuk rejan (-) Tifus abdominalis (-) Wasir

(-) Campak (-) Skrofula (-) Diabetes

(-) Influenza (-) Sifilis (-) Alergi

(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor

(-) Korea (-) Hipertensi (-) Penyakit pembuluh

(-) Demam rematik akut (-) Ulkus Ventrikuli (-) Perdarahan otak

(-) Pneumonia (-) Ulkus duodeni (-) Psikosis

(-) Pleuritis (-) Gastritis (-) Neurosis

(-) Tuberkulosis (-) Batu empedu (-) Operasi :


Riwayat keluarga
Hubungan Umur Jenis Kelamin Keadaan Kesehatan Penyebab Meninggal

Kakek (ayah) - Laki-laki Meninggal Tidak tahu

Nenek (ayah) - Perempuan Meninggal Tidak tahu

Kakek (ibu) - Laki-laki Meninggal Tidak tahu

Nenek (ibu) - Perempuan Meninggal Tidak tahu

Ayah - Laki-laki Meninggal Lupa

Ibu - Perempuan Meninggal Lupa

Saudara 1 70 tahun Laki-laki Sehat


-
65 tahun Perempuan Sehat
Saudara 2 perempuan sehat -
60 Tahun
Saudara 3 -
Anak 1 30 tahun Laki-laki Sehat -
Anak 2 28 tahun Perempaun Sehat -
Anak 3
25 tahun Laki-laki sehat -
RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA Penyakit Ya Tidak Hubungan

Alergi - + -

Asma - + -

Tuberkulosis - + -

Artritis - + -

Rematisme - + -

Hipertensi - + -

Jantung - + -

Ginjal - + -

Lambung - + -

Diabetes Melitus - + -

Asam urat - + -
ANAMNESIS SISTEM
Kulit Mata Hidung
(-) Bisul (-) Sakit belakang mata (-) Trauma
(-) Kuku (-) Sekret (-) Nyeri
(-) Rambut (-) Kuning ikterus (-) Sekret
(-) Keringat Berlebih (-) Radang (-) Epitaksis
(-) Sianosis (-) Gangguan pengelihatan (-) Gejala penyumbatan
(-) Kering (-) Ketajaman pengelihatan (-) Gangguan penciuman
(-) Ptekie (-) Menonjol (-) Pilek
(-) Ikterus/kuning
Telinga Mulut
Kepala (-) Nyeri (-) Bibir Kering
(-) Trauma (-) Sekret (-) Gusi Berdarah
(-) Sinkop (-) Tinitus (-) Selaput
(-) Sakit kepala (-) Gangguan pendengaran (-) Lidah Kotor
(-) Nyeri pada sinus (-) Kehilangan pendengaran (-) Gangguan pengecapan
(-) Stomatisis
ANAMNESIS SISTEM

Tenggorokan Abdomen (Lambung/Usus) Saluran kemih/ Alat kelamin


(-) Nyeri tenggorokan (-) Rasa Kembung (-) Disuria
(-) Perubahan suara (+) Mual (-) Stanguri
(+) Muntah (-) Poliuria
Leher (-) Mutah darah (-) Polakisuria
(-) Benjolan (-) Sukar menelan (-) Hematuria
(-) Nyeri leher (-) Nyeri perut, kolik (-) Kencing Batu
(-) Perut membesar (-) Ngompol (tidak disadari)
Dada (Jantung/Paru) (-) Wasir (-) Kencing nanah
(-) Nyeri dada (-) Sembelit (-) Kolik
(-) Berdebar (-) Tinja darah (-) Oliguria
(-) Orthopnoe (-) Tinja berwarna dempul (-) Anuria
(+) Sesak napas (-) Tinja berwarna teh (-) Retensi urin
(+) Batuk (-) Benjolan (-) Kencing menetes
( -) Batuk darah (-) Penyakit prostat
ANAMNESIS SISTEM
Saraf dan Otot Berat Badan
Ektremitas

(-) Anestesi Berat badan rata-rata (Kg) : 65 Kg


(-) Bengkak
(-) Parestesi Berat Tertinggi (kg) : 65 Kg
(-) Nyeri (-) Otot Lemah
Berat badan selarang : 65 Kg
(-) Deformitas (-) Kejang
(-) Sianosis (-) Afaksia
(-) Amnesia
(-) Sukar mengingat
(-) Ataksi
(-) Hipo/Hiper – esthesi
(-) Pingsan
(-) Kedutan (“tick”)
(-) Pusing (vertigo)
(-) Gangguan bicara (disarti)
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Kelahiran : Di Rumah, dibantu oleh bidan

Riwayat Imunisasi : Lupa

Riwayat Makan

• Frekuensi : 3x/hari

• Jumlah : 1 porsi/kali makan

• Variasi : Variatif (Karbohidrat, lauk, sayur)

• Nafsu makan : Baik

Pendidikan : SMA

Kesulitan : Tidak ada


(keungan, pekerjaan, keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5)
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 65 kg
IMT : 25,4 (overweight)
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Pernafasan : 34 x/menit
Suhu : 36,3 C
Keadaan gizi : Gizi Normal
Sianosis : Tidak ada
Edema umum : Tidak ada
Habitus : atletikus
Cara berjalan : Normal
Mobilitas : Aktif
Umur menurut tafsiran pemeriksa: Sesuai umur
PEMERIKSAAN FISIK
Aspek Kejiwaan
Tingkah Laku : Wajar
Alam Perasaan : Euthym
Proses Pikir : Wajar
 
Kulit
Warna : Kuning Langsat, skin phototype 3
Effloresensi : Normal
Jaringan Parut : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Merata
Lembab/Kering : Lembab
Suhu raba : Hangat
Pembuluh darah : Tidak tampak pelebaran
Keringat : Dalam batas normal
Turgor : Dalam batas normal
Lapisan Lemak : Merata
ikterus : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Ptekie : Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Kelenjar Getah Bening
Submandibula : Tidak teraba
Kepala Supraclavikula : Tidak teraba
Ekspresi wajah : normal Lipat Paha : Tidak teraba
Simetri muka : simetris Leher dan Ketiak : Tidak teraba
Rambut : hitam
Pembuluh darah temporal : normal Mata
Exopthalmus :-
Telinga Enophtalmus :-
Tuli :- Kelopak : normal
Selaput pendengaran : utuh, intak Lensa : jernih
Lubang : lapang Konjungtiva : tidak anemis
Penyumbatan : - Visus : normal
Serumen : minimal
Sklera : normal
Perdarahan :-
Cairan :- Gerakan mata : normal
Lapangan pengelihatan : normal
Tekanan bola mata : normal
Deviatio konjugae :-
Nystagmus :-
PEMERIKSAAN FISIK
Leher
Mulut
JVP : 5-2 cmH2O
Bibir : lembab
Tosil : T1-T1
Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
Langit langit : normal
Bau pernafasan : -
Kelenjar Limfe : Tidak membesar
Gigi geligi : normal
Trismus :-
Faring : tidak hiperemis
Dada
Selaput lender : normal
Bentuk : Normal
Lidah : normal, simetris
Sariawan :-
Pembuluh darah : Tidak Melebar

Buah dada : Normal


PEMERIKSAAN FISIK PARU
Depan Belakang

Inspeksi Dextra Simetris dalam keadaan statis dan dinamis Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Sinistra Simetris dalam keadaan statis dan dinamis Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi Dextra Vocal fremitus simetris Vocal fremitus simteris


Nyeri tekan (-), krepitas (-), sela iga melebar (-) Nyeri tekan (-), krepitas (-), sela iga melebar (-)

Sinistra Vocal fremitus simetris Vocal fremitus simetris


Nyeri tekan (-), krepitas (-), sela iga melebar (-) Nyeri tekan (-), krepitas (-), sela iga melebar (-)

Perkusi Dextra Sonor di seluruh lapang paru Sonor diseluruh lapang paru

Sinistra Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru

Aukultasi Dextra Vesikuler (+), Wheezing (+) Vesikuler (+). Wheezing (+)
Ronkhi (-) Ronkhi (-)

Sinistra Vesikuler (+), Wheezing (+) Vesikuler (+), Wheezing (+)


Ronkhi (-) Ronkhi (-)
PEMERIKSAAN FISIK
JANTUNG

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak pada ICS V linea midclavikularis kiri

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea Midclavicula kiri

Perkusi : Batas Kanan : ICS IV, linea Sternalis Kanan


Batas Atas : ICS II, linea sternalis kiri
Batas Kiri : ICS V, 1 jari lateral dari linea midclavicula kiri
Pinggang Jantung : ICS III, linea parasternal kiri

Auskultasi : BJ I >II Katup mitral & tricuspid, BJ II> I Katup aorta & pulmonal, gallop
(-), murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi : cembung, tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka operasi
Palpasi : Dinding perut : Nyeri tekan epigastrium (-)
Hati : Teraba pembesaran 1 jari dibawah arcus costae, pinggiran
tajam, permukaan rata
Lien : Tidak teraba pembesaran
Ginjal : Ballotement (-), nyeri ketok CVA (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran, shifting dullness (-),
undulasi (-) Pembuluh Darah
Aukultasi : Bu (+) normoperistaltik
Arteri Temporalis • Teraba pulsasi
Colok dubur : Tidak dilakukan Arteri Karotis • Teraba pulsasi
Alat Kelamin : Tidak dilakukan
Arteri Brakhialis • Teraba pulsasi
Arteri Radialis • Teraba pulsasi
Arteri Femoralis • Teraba pulsasi
Arteri Poplitea • Teraba pulsasi
Arteri Tibialis Posterior • Teraba pulsasi
Arteri Dorsalis Pedis • Teraba pulsasi
PF ANGGOTA GERAK /
EKTREMITAS KANAN KIRI

LENGAN

Tonus otot Normotonus Normotonus

Massa otot Eutrofi Eutrofi

Sendi Tidak nyeri Tidak nyeri

Gerakan Aktif Aktif

Kekuatan +5 +5

TUNGKAI dan KAKI Refleks


Tonus otot Normotonus Normotonus KANAN KIRI
Massa otot Eutrofi Eutrofi
Refleks tendon (+) (+)
Sendi Tidak nyeri Tidak nyeri
Bisep (+) (+)
Gerakan Aktif Aktif

Kekuatan +5 +5 Trisep (+) (+)

Edema Tidak ada Tidak ada Patella (+) (+)

Achilles (+) (+)

Refleks patologis (-) (-)


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 21/09/2022 08:56
PEMERIKSAAN LABORATORIUM 21/09/2022
HEMATOLOGI
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 21/09/2022 08:56 Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI Hitung Jenis
Hasil Nilai Rujukan Basofil 0 0-1
Darah Rutin Eosinofil 2 0-3

Hemoglobin 14,6 g/dL L: 13-16, P: 12-14 Neutrofil 3 2-6


Batang
Leukosit 9.260/mm3 5.000– 10.000 20 - 40 Neutrofil 80 50 - 70
Segmen

Hematokrit 45,4 L: 40-48, P: 36-42


Limfosit 6 20 - 40
Trombosit 323.000 150.000 – 450.000
Monosit 9 2-8
Neutrofil 14 >3.1:Cutoff
Limfosit 6-9: Curiga
Ratio 9: Bahaya
Absolut 556 <1500: Waspada
Limfosit <1100: Curiga
Ratio < 500 : Bahaya
Rontgen Thorax

• Trakea tampak baik


• Jantung: CTR<50%
• Aorta dan mediastiunum tak membesar
• Pulmo: kedua hilus tak melebar
• Corakan bronkovaskular paru normal
dengan disertai infiltrate di basal paru
kanan
• Sinus dan diafragma normal

• Kesan: bronkopneumonia dekstra


FOLLOW UP
21 September 2022 22 September 2022 23 September 2022

Sesak (+) namun sudah berkurang, batuk (+) dahak Sesak (+) sudah berkurang, batuk (+) sudah berkurang,
Sesak (-), batuk (-), demam (-), mual (-), muntah (-).
warna putih namun sulit dikeluarkan, demam (-), mual demam (-),mual (-), muntah (-). Makan habis 1 porsi,
S Makan habis 1 porsi, minum sekitar 600 ml dari malam.
(-), muntah (-). Tidur menggunakan 2 bantal. Tidak minum sekitar 600 ml dari malam hingga pagi ini. BAB
BAB terkahir kemarin pagi normal. BAK normal
ada penurunan nafsu makan, malam ini makan habis 1 terakhir pagi tadi normal, BAK normal.
porsi, minum dari pagi hingga malam ini habis 1,5 L,
BAB dan BAK normal.

KU: TSS, Kes: CM,


KU: TSS, Kes: CM, KU: TSS, Kes: CM,
TD: 130/90 mmHg , RR: 25x/menit, HR: 93x/menit,
TD: 130/80 mmHg , RR: 26x/menit, HR: 89 x/menit, TD: 130/70mmHg , RR: 22x/menit, HR: 97 x/menit,
Suhu: 36,40C, SpO2: 97% on NC 3 LPM.
Suhu: 36.20C, SpO2: 97% on NC 3 LPM. Suhu: 36.60C, SpO2: 97%.
O Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) suara paru
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), suara paru Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), suara paru
vesikuler (+/+), wheezzing (+/+), ronkhi (-/-), BJ I-II
vesikuler (+/+), wheezzing (+/+), ronkhi (-/-), BJ I-II vesikuler (+/+), wheezzing (-/-), ronkhi (-/-), BJ I-II murni
murni reguler. Bising Usus (+) normoperistaltik, akral
murni reguler. Bising Usus (+) normoperistaltik, akral reguler. Bising Usus (+) normoperistaltik, akral hangat.
hangat, pitting edema (-/-).
hangat.

A PPOK Eksaserbasi Akut PPOK Eksaserbasi akut PPOK Eksaserbasi Akut

Infus RL + Aminofilin/24 jam Metilprednisolon 2x62,5 mg


Metilprednisolon 2x62,5 mg
Metilprednisolon 2x62,5 mg Ceftriaxon 1x2gram
Ceftriaxon 1x2gram
Ceftriaxon 1x2gram Capsul sesak 2x1 mg
Capsul sesak 2x1 mg
P Capsul sesak 2x1 mg Nac 3x1 mg
Nac 3x1 mg
Nac 3x1 mg Nebu combivert + pulmicort 3x/hari
Nebu combivert + pulmicort 1x/hari
Nebu combivert + pulmicort 3x/hari
RESUME
Pasien laki-laki berusia 62 tahun datang ke IGD dengan keluhan dada terasa sesak sejak 1 hari SMRS,
sesak dirasakan tiba-tiba setelah selesai sholat. Batuk (+) berdahak berwarna putih namun dahak
susah untuk dikeluarkan. Pasien mengeluhkan adanya nyeri punggung (+). Pasien mengaku lebih
nyaman duduk daripada berbaring. Pasien mempunyai riwayat merokok dari muda sampai sekarang,
dalam 2 hari bisa habis 1 bungkus rokok, dillingkungan sekitar tempat tinggal juga banyak yang
merokok.

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 89 x/menit, napas 34x/menit, suhu 36,3C. Berdasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan adanya wheezing pada kedua lapang paru.

Pada pemeriksaan penunjang didapati neutrofil segmen 80, limfosit 6, monosit 9, Neutrofil limfosit
ratio 14, absolut limfosit count 556, pada pemeriksaan radiologi didapati infiltat pada basal paru
kanan
ANALISIS MASALAH

Penyakit Paru Obstruktif


Kronik Eksaserbasi Akut
(PPOK)
PPOK
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
• Sesak (+) sejak 1 hari • Wheezing kedua lapang • Hitung jenis neutrofil
SMRS paru segmen, limfosit, monosit,
• Batuk (+) • RR: 34x /menit NLR, ALC.
• Riwayat merokok dari
muda, 1 bungkus selama 2 • Radiologi infiltrat pada
hari basal paru.
Rencana Rencana Edukasi
Diagnostik
• Pemeriksaan Darah Rutin
• Menghentikan kebiasaan merokok
• Pemeriksaan sputum dahak
• Spirometri • Menghindari iritan dan polusi
• Analisis Gas Darah
• Menjaga kebersihan lingkungan

• Menerapkan pola hidup sehat

Rencana
Pengobatan
Infus RL + Aminofilin/24 jam
Metilprednisolon 2x62,5 mg
Ceftriaxon 1x2gram
Capsul sesak 2x1 mg
Nac 3x1 mg
Nebu combivert + pulmicort 3x/hari
Prognosis
Ad vitam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Eksaserbasi Akut

Definisi
• Penyakit Paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif non reversibel atau
reversibel parsial.

• Hambatan aliran udara tersebut biasanya bersifat progressif dan


berhubungan dengan respon inflamasi pulmonal terhadap
partikel atau gas berbahaya.

• Eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronik (AECOPD)


menggambarkan fenomena memburuknya fungsi saluran napas
secara tiba-tiba dan gejala pernapasan pada pasien PPOK.
Epidemiologi

• Pada tahun 2013, penyakit pernapasan bawah kronis, yang terutama terdiri dari PPOK,
merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat.

• Prevalensi PPOK di Indonesia menurut Riskesdas 2013 adalah 3,7% (pria 4,2%, perempuan
3,3%)

• Prevalensi PPOK diperkirakan akan meningkat selama 40 tahun ke depan dan pada tahun
2060 mungkin ada lebih dari 5,4 juta kematian setiap tahun akibat PPOK dan kondisi terkait
Etiologi

Infeksi Virus

Infeksi Bakteri

Polusi Udara
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang

• Uji Faal Paru dengan Spirometri dan Bronkodilator (post- bronchodilator)


yaitu dengan mengetahui nilai FEV1 (forced expiration volume in 1 second) dan FVC (forced vital
capacity). Pada PPOK, FEV1/ FVC < 0,7.

• Arterial blood gas (mengukur pH darah, kadar O2, dan CO2 darah)

• Rontgen dada (berguna untuk mengecualikan diagnosis alternatif dan memastikan adanya
komorbiditas yang signifikan)

• Skrining defisiensi antitripsin alfa-1 (AATD) (terutama di daerah dengan prevalensi AATD tinggi)
Faktor Resiko

• Jenis kelamin

• Usia

• Merokok

• Polusi okupasional

• Genetik (defisiensi alpha-1 antitrypsin)

• Asma dan hiperaktifitas jalan napas

• Bronkitis kronik
Patofisiologi PPOK
Manifestasi Klinis

Dyspnea Batuk

Riwayat
Produksi terpapar
sputum faktor
resiko
Eksaserbasi akut

• Sesak semakin bertambah


• Batuk bisa menjadi lebih parah dan berat
• Peningkatan purelensi dan volume sputum (bisa menjadi warna kuning sampai hijau)
• Peningkatan mengi dan ronki ekspirasi
• Penggunaan otot aksesori yang lebih menonjol
• Pernapasan paradoks
• Hipoksemia
Klasifikasi PPOK
Berdasarkan GOLD setelah pemberian bronkodilator pada rasio FEV1/FVC < 0,7 :

Stage I (Ringan) Pemeriksaan spirometri post-bronchodilator


menunjukkan hasil rasio FEV1/FVC <70% dan nilai
FEV1 ≥80% dari nilai prediksi.

Stage II (Sedang) Rasio FEV1/FVC <70% dengan perkiraan nilai FEV1


diantara 50-80% dari nilai prediksi.

Stage III (Berat) Rasio FEV1/FVC <70% dan nilai FEV1 menunjukkan
diantara 30-50% dari nilai prediksi

Stage IV (Sangat Berat) Rasio FEV1/FVC <70% dan nilai FEV1 diperkirakan
kurang dari 30% ataupun kurang dari 50% dengan
kegagalan respiratorik kronik.
 Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
 Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil agd PCO2
< 45 mmHg dan PO2 > 60 mmHg
 Dahak jernih tidak berwarna
 Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK
PPOK stabil  Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
 Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
PPOK
PPOK  Sesak napas bertambah
Eksaserbasi akut  Produksi sputum meningkat
 Perubahan warna sputum

 Tipe I (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atas


 Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2gejala di atas
 Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran napas atas lebih dari 5 hari, demam
tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi pernapasan lebih dari 20%
basal, atau frekuensi nadi lebih dari 20% basal
Indikasi Rawat Inap untuk Eksaserbasi (GOLD, 2020)

 Peningkatan gejala yang memberat, seperti sesak waktu istirahat, peningkatan


usaha napas (RR), penurunan saturasi oksigen, bingung, mengantuk

 Gagal napas akut

 Muncul gejala fisik yang baru (sianosis, edem perifer)

 Eksaserbasi tidak responsive terhadap pengobatan

 Komorbiditas signifikan (gagal jantung, aritmia baru)

 Perawatan di rumah yang tidak memadai


Tatalaksana Short Acting Beta 2
Agonist (SABA)

• Hilang dalam 4-6 jam


• salbutamol, fenoterol
1. Edukasi (smoking cessation) Agonis Beta 2
2. Farmakologi Long Acting Beta 2
Agonist (LABA)
3. Dukungan pernapasan (bila perlu) Meningkatkan cAMP dan menghasilkan
antagonisme fungsional terhadap • Durasi kerja 12 jam atau lebih
bronkokonstriksi • Formoterol, salmeterol, indacaterol,
Bronkodilator oladaterol, vilanterol

Short Acting Muscarinic


Mempengaruhi tonus otot polos jalan napas Antikolinergik/ Antagonist (SAMA)
dan memperbaiki aliran udara ekspirasi Antagonis
Muskarinik • Menghambat reseptor neuron M2
• Ipratropium, oxitropium
Blokade efek bronkokonstriktor
asetilkolin pada reseptor muskarinik Long Acting Muscarinic
M3 yang diekspresikan pada otot Antagonist (LAMA)
polos jalan napas
• ikatan yang lama pada reseptor muskarinik M3
• Tiotropium, aclidinium, umeclidinium
• Fluticasone, Budesonide
• Pada episode eksaserbasi, glukokortikoid
Corticosteroid
sistemik akan memperbaiki fungsi paru (FEV1)
• Prednison 40mg selama 5 hari direkomendasi

Anti inflamasi

• Mengurangi inflamasi dengan menghambat


Phophodiesterase-4
pemecahan C-AMP intraseluler
inhibitor
• Roflumilast (1x/hari per oral)

• Mengurangkan resiko relaps, mengurangkan durasi rawat inap


• Pemilihan antibiotik harus didasarkan pada pola resistensi bakteri lokal
Antibiotik • Biasanya pengobatan empiris awal adalah aminopenicillin dengan asam
klavulanat, makrolida, atau tetrasiklin.
• Azithromycin atau erythromycin
Dukungan ventilasi

1. Noninvasif : pemberian oksigen standar / oksigen high flow


/ NIPPV

2. Invasif : endotrakeatube / trakeostomi


Komplikasi

 Gagal napas: Gagal napas kronik (Hasil analisis gas darah PO2 <60 mmHg dan PCO2 >60 mmHg,
dengan pH darah normal). Dengan gejala: sesak napas dengan atau tanpa sianosis, sputum
bertambah dan purulen, demam dan kesadaran menurun.
 Infeksi berulang: Imunitas rendah disertai produksi sputum berlebihan dapat mempermudah
koloni kuman dan menyebabkan infeksi berulang.
 Kor pulmonal: Ditandai dengan P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50%, dan dapat disertai
gagal jantung kanan .

Prognosis jangka panjang setelah rawat inap untuk eksaserbasi PPOK buruk, dengan angka kematian
lima tahun sekitar 50%
Pencegahan
• Terapi penggantian nikotin (permen
karetnikotin, inhaler, semprotan hidung,
transdermal patch)
• Terapi konseling
Smoking
cessation
• Dapat mengurangi penyakit yang serius
(seperti infeksi saluran pernapasan bagian
bawah yang memerlukan rawat inap) dan
kematian pada pasien COPD. Vaksinasi
• Beberapa penelitian menunjukkan Influenza
penurunan yang signifikan dalam jumlah
eksaserbasi per subjek
• Mengurangi kemungkinan eksaserbasi PPOK
Vaksinasi • Direkomendasikan untuk semua pasien yang
Pneumococcal
berusia ≥ 65 tahun atau kepada pasien dari
segala usia yang diperkirakan FEV1 kurang
dari 40%
Kesimpulan

• Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
• Eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronik menggambarkan fenomena memburuknya fungsi saluran napas
dan gejala pernapasan secara tiba-tiba pada pasien PPOK.
• Eksaserbasi ini dapat berkisar dari penyakit yang sembuh sendiri hingga episode gagal pernapasan yang
membutuhkan ventilasi mekanis.
• Meskipun infeksi bakteri adalah penyebab paling umum dari eksaserbasi akut, infeksi virus dan tekanan
lingkungan juga terlibat.
• Penatalaksanaan farmakologis termasuk bronkodilator, kortikosteroid, dan antibiotik pada kebanyakan pasien.
• Oksigen, terapi fisik, mukolitik mungkin berguna pada pasien tertentu.
Thank
You!

Anda mungkin juga menyukai