For
Grade English IX
presented by
Nerfin djini
s.pd
Adverbial phrase
Do you know what is adverbial phrase?
Adverb
Adverb are sometimes said to describe manner or time. This is often true,
but it doesn’t help to distinguish adverbs from other word classes that can
be used as adverbials. Such as preposition phrases, noun phrases and
subordinate clauses
.
Adverbial
An adverbial is a word or phrase that is used, like an adverb, to modify a
verb or clause. Adverbs can be used as adverbials, but many other types of
words and phrases can be used this way, including preposition phrases and
subordinate clauses.
More example of adverbial
Adverbs Of Manner Arti Adverbs Of Time Arti
Angrily Dengan marah
Anxiously Dengan cemas Now Sekarang
Awkwardly Dengan canggung Recently Baru-baru ini
Beautifully Dengan cantiknya
Happily Dengan gembira Since Sejak
Wearily Dengan lelah
Lately Akhir-akhir ini
Violently Dengan keras/secara keras
Truthfully Sesungguhnya Finally Akhirnya
Warmly Dengan hangat
Honestly Secara jujur
Eventually Pada akhirnya
Gladly Dengan senang hati Then Kemudian
Bravely Dengan berani
Cheerfully Dengan riang Ago Yang lalu
Carefully Dengan hati-hati Already Sudah
Calmly Dengan tenang
Clearly Dengan jelas Later Kemudian
Correctly Dengan benar Yet Belum
Fast Dengan cepat/cepat
Fluently Dengan fasih Last Terakhir
Blindly Dengan membabi buta
Still Masih
Irritably Dengan jengkel
Mysteriously Secara misterius Today Hari ini
Perfectly Dengan sempurna
Quickly Segera/cepat/dengan segera
Yesterday Kemarin
Kindly Dengan ramah Tomorrow Besok
Unexpectedly Tiba-tiba/secara mendadak/tak terduga
Tonight Malam ini
Adverbs Of Place Arti Adverbs Of Degree Arti
Totally Benar-benar
Here Di sini Completely Sepenuhnya
There Di sana Very Sangat
Above Di atas
Too Terlalu
Below Di bawah
Strongly Sangat
Under Di bawah
Behind Di belakang
Really Benar-benar/sangat
In Di Extremely Sangat
Away Jauh Hardly Hampir tidak/ dengan
sukar
Far Jauh
Near Dekat Highly Sangat/amat sangat
Nearby Dekat
Overmuch Terlalu/terampau/
Inside Di dalam terlalu
banyak/terlampau
Outside Di luar byk
Somewhere Di suatu tempat
Anywhere Di manapun
Adverbs Of Arti Adverbs Of Arti Contoh
Quantity Penggunaan
Frequency
A couple of Beberapa A couple of
apples
Bawang Putih was not a greedy girl. So she took the small one. After thanking the old
woman, Bawang Putih then went home. When she arrived home, her step mother and
Bawang Merah were angry. They had been waiting for her all day long. Bawang Putih
then told about the clothes, the old woman, and the pumpkin. Her mother was really
angry so she grabbed the pumpkin and smashed it to the floor.
Suddenly they all were surprised. Inside the pumpkin they found jewelries.
Bawang Putih was not a greedy girl. So she took the small one. After thanking the old
woman, Bawang Putih then went home. When she arrived home, her step mother and
Bawang Merah were angry. They had been waiting for her all day long. Bawang Putih then
told about the clothes, the old woman, and the pumpkin. Her mother was really angry so she
grabbed the pumpkin and smashed it to the floor.
Suddenly they all were surprised. Inside the pumpkin they found jewelries.
“Bawang Merah, hurry up. Go to the river and throw my clothes into the water. After that,
find the old woman. Remember, you have to take the big pumpkin,” the step mother asked
Bawang Merah to do exactly the same as Bawang Putih’s experience. Bawang Merah
immediately went to the river. She threw the clothes and pretended to search them. Not long
after that, she met the old woman. Again she asked Bawang Merah to do household chores.
She refused and asked the old woman to give her a big pumpkin. The old woman then gave
her the big one. Bawang Merah was so happy. She ran very fast. When she arrived home, her
mother was impatient. She directly smashed the pumpkin to the floor. They were screaming.
There were a lot of snakes inside the pumpkin! They were really scared. They were afraid
the snakes would bite them. “Mom, I think God just punished us. We had done bad things to
Bawang Putih. And God didn’t like that. We have to apologize to Bawang Putih,” said
Bawang Merah.
Finally both of them realized their mistakes. They apologized and Bawang Putih forgave
them. Now the family is not poor anymore. BawangPutih decided to sell all the jewelries
and used the money for their daily lives.
Work in pair and fill the blank the adverbial phrase in sentences
Based on the story above
Adverb Adverbial phrase in sentences
Batara Guru sahala was so surprised and set the fish free. As soon as it was
free, the fish changed into a very beautiful woman. Batara Guru sahala fell in
love with that fish-woman and wanted to marry her. Batara guru Sahala also
promised to keep the secret that she had been a fish and would never tell
anybody about it.
They were happily married. They had two daughters. One day Batara Guru
Sahala got very angry with his daughters. He could not control his temper. He
shouted angrily and the word fish reached his daughters. The daughters were
crying. They found their mother and told her about it.
The mother was very angry. Batara Guru Sahala broke his promise. The mother
started shouting angrily, then the earth began to shake and volcanoes started to
erupt. The earth formed a very big hole. People believed that the big hole
became a lake. Today the lake is known as Lake Toba
Please answer the following questions Based
on the story above
Work in group
1. determine the social fuction,text
structure,language feature based on evailable
text
2. Which one is the adverbial phrase in the
story above?
individually compile random paragraphs
into the right story and identify adverbial
phrase in the sentences
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak.
Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri
itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.
uami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman
yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah
mentimun berwarna keemasan.
Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima
kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian
serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa
berpikir panjang mereka setuju.
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka
memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam
buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia.
Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat
hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun .
Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan
memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil
menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat
mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat
bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17,
sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan
Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu.
Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali
mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah
raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak
kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil
segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut
yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis.
Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya.
Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang.
Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke
dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar.
Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun
mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun
mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun
yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu
Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan.
Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.
Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia
tanpa ketakutan lagi.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali
mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke
arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa
berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.