Mini Project Dokter Internsip Puskesmas Bayung Lencir - Periode Agustus 2022 - Februari 2023
Mini Project Dokter Internsip Puskesmas Bayung Lencir - Periode Agustus 2022 - Februari 2023
Pembimbing :
dr. Intan Indriani
Apa itu
STUNTING ?
1
Pendahuluan
2
Identifikasi Masalah
Tujuan Kegiatan
Untuk Masyarakat :
Menjadi acuan pentingnya meninjau status gizi anak
Lebih memahami bahaya stunting
Untuk Puskesmas :
Memberikan informasi, wawasan dan menjadi acuan pencegahan stunting
Menambah informasi tentang masalah kesehatan (stunting) di masyarakat
Meningkatkan kerjasama antar program yaitu program gizi dan anak di pkm
Menambah inovasi Puskesmas Bayung Lencir
4
Profil Stunting Puskesmas
Stunting Tertinggi
Desa Bayat Ilir
11 anak
Desa Mendis
9 anak
5
Manfaat Temulawak
6
Temulawak
7
Rancangan Kegiatan
8
Nama Kegiatan
“Temu Penting”
Temulawak Pencegah Stunting
Deskripsi Kegiatan
Penjaringan responden sesuai kriteria inklusi
Melakukan informed consent
Dilakukan pengukuran status gizi sebelum intervensi
Pemberian Intervensi ekstrak temulawak
Follow up tiap 2 minggu
Dilakukan pengukuran status gizi setelah intervensi
Pencatatan Hasil
9
Waktu Kegiatan
Kegiatan “Temu Penting” dilakukan pada
11 Januari 2023 sampai dengan 07 Februari 2023
Tempat Kegiatan
Kegiatan “Temu Penting” dilakukan di
Tempat Posyandu Desa Mendis dan di rumah responden
Sasaran Kegiatan
Balita Stunting di Desa Mendis, wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir
10
12
Sasaran Kegiatan
Balita Stunting di Desa Mendis, wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir
Kriteria Inklusi
1. Balita yang berusia ≥ 1 tahun pada bulan Januari 2023
2. Balita yang berusia ≤ 5 tahun pada bulan Januari 2023
3. Orangtua balita bersedia mengikuti kegiatan
Kriteria Eksklusi
1. Peserta yang tidak bersedia diambil datanya
2. Peserta yang tidak mengikuti penyuluhan secara penuh
11
Rincian Kegiatan
1. Pembuatan proposal kegiatan.
2. Mendapatkan ekstrak temulawak yang diperoleh dari industri rumahan yang ada di Bayung
Lencir.
3. Penjaringan anak stunting dalam kelompok usia 1 hingga 5 tahun di Posyandu Wilayah Desa
Mendis menggunakan data kasus stunting di Puskesmas Bayung Lencir.
4. Pengukuran berat badan dan tinggi badan anak sebelum diberikan temulawak.
5. Pemberian edukasi kepada orangtua atau keluarga anak dengan stunting berupa informasi
mengenai manfaat dan cara konsumsi ekstrak temulawak, serta waktu untuk melakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan.
6. Pembagian ekstrak temulawak.
7. Pemberian temulawak dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 1 bulan (pagi dan malam).
8. Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan berat badan dan tinggi badan setiap 2 minggu
sekali di Posyandu.
9. Dilakukan pencatatan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan di buku KIA dan pada
kurva pertumbuhan WHO.
10. Evaluasi akhir pengukuran berat badan dan tinggi badan setelah 1 bulan pemberian ekstrak
temulawak.
11. Pembuatan laporan akhir kegiatan.
12
Analisis Data
• Penelitian ini menggunakan analisis data secara bivariat untuk melihat hubungan
antara variabel dependen dan variabel independen.
• Uji yang dilakukan pada penelitian ini untuk melihat ada perbedaan signifikan
antara kenaikan berat badan dan tinggi badan anak sebelum dan setelah
pemberian ekstrak temulawak dengan menggunakan Uji t.
• Uji t yang digunakan dalam analisis bivariat pada penelitian ini adalah uji beda
mean dependen (Dependen t test).
• Uji beda mean dependen (Dependen t test) digunakan untuk menguji perbedaan
mean antara dua kelompok data yang dependen.
• Dari uji tersebut diperoleh nilai probabilitas (P value), lalu dibandingkan dengan
nilai α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%). 13
Cara Penyeduhan Ekstrak
Temulawak
Bahan:
Bubuk temulawak 1 sendok teh
Madu 1 sendok teh
Air putih hangat
Alat:
Sendok
Gelas
Langkah-langkah:
• Ambilkan 1 sendok teh bubuk temulawak
• Larutkan dengan 125 cc air putih hangat
• Tambahkan 1 sendok teh madu
• Aduk hingga rata
• Berikan kepada anak
14
16
15
Data Dasar Balita Stunting di Desa Mendis
pada Bulan Desember 2022
BB/U
No. Nama JK Tgl Lahir Usia BB TB
TB/U
16
Status Gizi Balita Stunting di Desa Mendis
pada 11 Januari 2023 (sebelum intervensi)
11 Januari 2023
No. Nama JK Usia
BB/U
BB TB TB/U
17
Status Gizi Balita Stunting di Desa Mendis
pada Februari 2023 (setelah intervensi)
19
Diagram Kenaikan Tinggi Badan Balita di Desa Mendis
20
Pengolahan Data
21
Pengolahan Data
Tabel Uji Normalitas data perbedaan rata-rata kenaikan berat badan balita antara sebelum pemberian
ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak
Shapiro-Wilk
Intervensi
Statistic df Sig.
Hasil Uji Normalitas pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai sig. data sebelum intervensi
adalah sebesar 0,055 sedangkan nilai sig. data setelah intervensi adalah sebesar 0,885. Dapat
disimpulkan bahwa data perbedaan rata-rata kenaikan berat badan balita antara sebelum
pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak adalah terdistribusi
normal (p > 0,05).
22
Pengolahan Data
Mean t df Sig.
Sebelum
Intervensi –
-2,22222 -3,730 8 0,006
Setelah
Intervensi
Keterangan:
sig < 0,05 terdapat perbedaan signifikan
sig > 0,05 tidak terdapat perbedaan signifikan
Nilai p value ditunjukkan oleh nilai Sig. pada tabel diatas adalah < 0,05 maka keputusan
hipotesis adalah menerima H1 dan menolak H0 atau yang berarti terdapat perbedaan signifikan
kenaikan berat badan sebelum dan setelah pemberian ekstrak temulawak.
23
Pengolahan Data
Tabel Uji Normalitas data perbedaan rata-rata kenaikan tinggi badan balita antara sebelum pemberian
ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak
Shapiro-Wilk
Intervensi
Statistic df Sig.
Hasil Uji Normalitas pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai sig. data sebelum intervensi
adalah sebesar 0,000 sedangkan nilai sig. data setelah intervensi adalah sebesar 0,000. Dapat
disimpulkan bahwa data perbedaan rata-rata kenaikan tinggi badan balita antara sebelum
pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak adalah tidak
terdistribusi normal (p > 0,05).
24
Pengolahan Data
Oleh karena data tidak terdistribusi normal, maka untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan bermakna rata-rata kenaikan tinggi badan balita antara sebelum pemberian ekstrak
temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak secara uji statistik dilakukan uji alternatif
lain, yaitu Uji Wilcoxon dengan hasil sebagai berikut :
Tabel Hasil Uji Wilcoxon perbedaan rata-rata kenaikan tinggi badan balita antara
sebelum pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak
Nilai p value ditunjukkan oleh nilai Sig. pada tabel 4.9 Nilai p value > 0,05 maka keputusan
hipotesis adalah menerima H0 dan menolak H1 atau yang berarti tidak terdapat perbedaan
signifikan kenaikan tinggi badan sebelum dan setelah pemberian ekstrak temulawak.
25
Pembahasan
• Seluruh balita stunting yang terjaring rutin datang ke Posyandu untuk mengikuti kegiatan rutin
yang diadakan oleh petugas di desa tiap bulannya.
• Peneliti melakukan pencatatan pengukuran 1 bulan sebelum intervensi yaitu pengukuran bulan
Desember 2022.
• Kemudian peneliti mengikuti Posyandu bulan Januari 2023 yang diadakan pada tanggal 11
Januari 2023, lalu melakukan briefing singkat kepada orang tua maksud dan tujuan
dilakukannya intervensi ini serta membagikan ekstrak temulawak kepada masing-masing orang
tua yang anaknya terjaring kedalam balita stunting.
• Ekstrak temulawak memiliki rasa agak pahit sehingga kurang disukai oleh anak-anak.
• Namun, petugas menganjurkan agar orang tua para balita berinovasi dengan mencampurkan
ekstrak pada makanan atau minuman lain untuk menyamarkan rasa.
• Beberapa orang tua balita memberikan feedback positif yaitu nafsu makan anak yang
meningkat dan setelah kegiatan berakhir di bulan Februari masih ada orang tua balita yang
meminta diberikan ekstrak temulawak lagi.
26
Pembahasan
• Berat badan menjadi ukuran antropometri yang terpenting pada balita, sebagai indikator
terbaik untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembangnya.
• Temulawak mengandung zat kurkumin dan kurkuminoid yang memiliki efek farmakologi,
memulihkan kesehatan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan dapat meningkatkan nafsu
makan.
• Sehingga, pemberian temulawak secara tidak langsung dapat meningkatkan berat badan anak
karena anak jadi lebih mudah untuk makan.
• Kasus stunting disebabkan oleh multifaktorial yang terjadi saat prenatal dan postnatal.
• Penyakit ini membutuhkan terapi karena dapat memiliki dampak jangka pendek berupa
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas, penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan
bahasa, serta dapat meningkatkan pengeluaran untuk pengobatan anak yang sakit.
27
Pembahasan
• Penurunan nafsu makan pada anak sering disebabkan oleh bentuk makanan yang kurang
menarik, rasa makanan yang kurang cocok, dan anak sudah kenyang dengan makanan ringan
lain yang kurang bergizi.
• Selain itu, anak terutama usia 1 - 3 tahun mulai aktif dan lebih banyak menghabiskan waktu
untuk bermain dan beraktivitas.
• Terutama apabila orang tua balita kurang berinovasi terhadap makanan dan minuman anaknya,
serta kurang telaten dan tidak mau meluangkan waktu untuk menemani makan anaknya.
• Hal ini dapat menyebabkan balita mengalami kekurangan gizi.
28
Kesimpulan
29
Dokumentasi
30
Dokumentasi
31
33