Anda di halaman 1dari 33

Mini Project

Intervensi Kasus Stunting Melalui


Program TEMU PENTING
“ Temulawak Pencegah Stunting”
Di Puskesmas Bayung Lencir
Oleh :
dr. Syerin Fitria Sari
dr. Arrinalhaq Andre Sondakh
dr. Laras Zoesfa Rahmalia

Pembimbing :
dr. Intan Indriani

Puskesmas Bayung Lencir


Program Internship Dokter Indonesia
2023

Puskesmas Bayung Lencir


Program Internsip Dokter Indonesia
Pendahuluan

Apa itu
STUNTING ?

1
Pendahuluan

Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) sudah dikenal secara luas dapat


meningkatkan nafsu makan dengan kandungan minyak astiri di dalamnya.

Penggunaan obat tradisional yang berkembang di masyarakat sejauh ini hanya


didasarkan pada pengalaman empiris yang biasanya diturunkan turun-
temurun dan belum teruji secara ilmiah sehingga perlu dilakukan pengujian
sehingga nantinya obat tradisional ini dapat digunakan dengan aman dan
efektif.

2
Identifikasi Masalah

Apakah ekstrak temulawak berpengaruh dalam meningkatkan nafsu makan dan


berpengaruh terhadap perubahan status gizi anak ?

Tujuan Kegiatan

 Tujuan Umum :  Tujuan Khusus :

Dapat meminimalisir kasus  Meningkatkan pengetahuan tentang


stunting di wilayah kerja stunting
Puskesmas Bayung Lencir dan  Meningkatkan kesadaran pentingnya
mengetahui upaya tepat pada asupan gizi yg lengkap
anak stunting untuk  Mengidentifkasi upaya masyarakat
meningkatkan nafsu makan serta dalam meningkatkan nafsu makan
berat badan anak anak
3
Manfaat Kegiatan

Untuk Masyarakat :
 Menjadi acuan pentingnya meninjau status gizi anak
 Lebih memahami bahaya stunting

Untuk Dokter Internship :


 Kesempatan menambah pengalaman dan menerapkan ilmu kedokteran
 Meningkatkan keterampilan komunikasi dengan masyarakat serta kemampuan
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat.

Untuk Puskesmas :
 Memberikan informasi, wawasan dan menjadi acuan pencegahan stunting
 Menambah informasi tentang masalah kesehatan (stunting) di masyarakat
 Meningkatkan kerjasama antar program yaitu program gizi dan anak di pkm
 Menambah inovasi Puskesmas Bayung Lencir
4
Profil Stunting Puskesmas

Wilayah Kerja Pkm


Bayung Lencir
 17 Desa
 2 kelurahan

Stunting Tertinggi
 Desa Bayat Ilir
11 anak
 Desa Mendis
9 anak

5
Manfaat Temulawak

 Memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia


coli
 Antioksidan dan anti-inflamasi
 Merangsang nafsu makan (kandungan Curcuminoid dan minyak astiri)
 Minyak astiri menyebabkan peningkatan nafsu makan karena memiliki sifat
koleretik yang mampu mempercepat sekresi empedu sehingga dapat
mempercepat pengosongan lambung, mempercepat pencernaan dan absorpsi
lemak di usus yang kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang mampu
meregulasi peningkatan nafsu makan.
 Kurkuminoid juga dapat memperbaiki kelainan pada kantung empedu dengan
memperlancar pengeluaran cairan empedu dan pankreas, sehingga terjadi
peningkatan aktivitas pencernaan. Penggunaan ekstrak rimpang temulawak
akan mempercepat pengosongan lambung sehingga akan menambah nafsu
makan.

6
Temulawak

Batang dan Daun Tanaman Temulawak Rimpang Tanaman Temulawak

7
Rancangan Kegiatan

8
Nama Kegiatan
“Temu Penting”
Temulawak Pencegah Stunting

Deskripsi Kegiatan
 Penjaringan responden sesuai kriteria inklusi
 Melakukan informed consent
 Dilakukan pengukuran status gizi sebelum intervensi
 Pemberian Intervensi ekstrak temulawak
 Follow up tiap 2 minggu
 Dilakukan pengukuran status gizi setelah intervensi
 Pencatatan Hasil

9
Waktu Kegiatan
Kegiatan “Temu Penting” dilakukan pada
11 Januari 2023 sampai dengan 07 Februari 2023

Tempat Kegiatan
Kegiatan “Temu Penting” dilakukan di
Tempat Posyandu Desa Mendis dan di rumah responden

Sasaran Kegiatan
Balita Stunting di Desa Mendis, wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir

10
12

Sasaran Kegiatan
Balita Stunting di Desa Mendis, wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir

Kriteria Inklusi
1. Balita yang berusia ≥ 1 tahun pada bulan Januari 2023
2. Balita yang berusia ≤ 5 tahun pada bulan Januari 2023
3. Orangtua balita bersedia mengikuti kegiatan

Kriteria Eksklusi
1. Peserta yang tidak bersedia diambil datanya
2. Peserta yang tidak mengikuti penyuluhan secara penuh

11
Rincian Kegiatan
1. Pembuatan proposal kegiatan.
2. Mendapatkan ekstrak temulawak yang diperoleh dari industri rumahan yang ada di Bayung
Lencir.
3. Penjaringan anak stunting dalam kelompok usia 1 hingga 5 tahun di Posyandu Wilayah Desa
Mendis menggunakan data kasus stunting di Puskesmas Bayung Lencir.
4. Pengukuran berat badan dan tinggi badan anak sebelum diberikan temulawak.
5. Pemberian edukasi kepada orangtua atau keluarga anak dengan stunting berupa informasi
mengenai manfaat dan cara konsumsi ekstrak temulawak, serta waktu untuk melakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan.
6. Pembagian ekstrak temulawak.
7. Pemberian temulawak dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 1 bulan (pagi dan malam).
8. Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan berat badan dan tinggi badan setiap 2 minggu
sekali di Posyandu.
9. Dilakukan pencatatan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan di buku KIA dan pada
kurva pertumbuhan WHO.
10. Evaluasi akhir pengukuran berat badan dan tinggi badan setelah 1 bulan pemberian ekstrak
temulawak.
11. Pembuatan laporan akhir kegiatan.
12
Analisis Data

• Penelitian ini menggunakan analisis data secara bivariat untuk melihat hubungan
antara variabel dependen dan variabel independen.
• Uji yang dilakukan pada penelitian ini untuk melihat ada perbedaan signifikan
antara kenaikan berat badan dan tinggi badan anak sebelum dan setelah
pemberian ekstrak temulawak dengan menggunakan Uji t.
• Uji t yang digunakan dalam analisis bivariat pada penelitian ini adalah uji beda
mean dependen (Dependen t test).
• Uji beda mean dependen (Dependen t test) digunakan untuk menguji perbedaan
mean antara dua kelompok data yang dependen.
• Dari uji tersebut diperoleh nilai probabilitas (P value), lalu dibandingkan dengan
nilai α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%). 13
Cara Penyeduhan Ekstrak
Temulawak

 Bahan:
Bubuk temulawak 1 sendok teh
Madu 1 sendok teh
Air putih hangat
 Alat:
Sendok
Gelas
 Langkah-langkah:
• Ambilkan 1 sendok teh bubuk temulawak
• Larutkan dengan 125 cc air putih hangat
• Tambahkan 1 sendok teh madu
• Aduk hingga rata
• Berikan kepada anak
14
16

Hasil dan Pembahasan

15
Data Dasar Balita Stunting di Desa Mendis
pada Bulan Desember 2022

BB/U
No. Nama JK Tgl Lahir Usia BB TB
TB/U

1. An. Ha L 06/01/2021 1 tahun 11 bulan 8,9 73 (-2) – (-3) SD


< -3 SD

2. An. Mb L 08/11/2020 2 tahun 1 bulan 8,7 79 < -3 SD


(-2) – (-3) SD
< -3 SD
3. An. Vm P 29/10/2019 3 tahun 2 bulan 6,8 75
< -3 SD

4. An. Ab L 08/01/2021 1 tahun 11 bulan 8,8 80 (-2) – (-3) SD


(-2) – (-3) SD
(-2) – (-3) SD
5. An. Ar L 23/04/2021 1 tahun 8 bulan 8,8 76
-3 SD
6. An. Ma L 10/06/2021 1 tahun 6 bulan 8,5 76 (-2) – (-3) SD
(-2) – (-3) SD

7. An. Ke P 17/06/2020 2 tahun 6 bulan 9,5 82 (-2) – (-3) SD


(-2) – (-3) SD
< -3 SD
8. An. Wi L 29/08/2019 3 tahun 4 bulan 8,7 85 < -3 SD

9. An. Sr P 27/07/2020 2 tahun 5 bulan 9,9 81 -2 SD


(-2) – (-3) SD

16
Status Gizi Balita Stunting di Desa Mendis
pada 11 Januari 2023 (sebelum intervensi)
11 Januari 2023
No. Nama JK Usia
BB/U
BB TB TB/U

1. An. Ha L 1 tahun 12 bulan 9 74 (-2) – (-3) SD


< -3 SD

2. An. Mb L 2 tahun 2 bulan 8,9 79 -3 SD


-3 SD
3. An. Vm P 3 tahun 3 bulan 7 75 < -3 SD
< -3 SD
(-2) – (-3) SD
4. An. Ab L 1 tahun 12 bulan 9 80 (-2) – (-3) SD

5. An. Ar L 1 tahun 9 bulan 9 77 (-2) – (-3) SD


(-2) – (-3) SD
6. An. Ma L 1 tahun 7 bulan 8,8 76 (-0) – (-2) SD
(-2) – (-3) SD
7. An. Ke P 2 tahun 7 bulan 9,6 83 (-2) – (-3) SD
(-2) – (-3) SD
8. An. Wi L 3 tahun 5 bulan 9,1 86 < -3 SD
< -3 SD
9. An. Sr P 2 tahun 6 bulan 10 81 -2 SD
(-2) – (-3) SD

17
Status Gizi Balita Stunting di Desa Mendis
pada Februari 2023 (setelah intervensi)

26 Januari 2023 7 Februari 2023


No. Nama JK
BB TB BB/U BB TB BB/U
TB/U TB/U
(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD
1. An. Ha L 9,6 74 < -3 SD 9,4 75 < -3 SD
(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD
2. An. Mb L 9,6 79 9,2 80
-3 SD -3 SD

3. An. Vm P 7,4 75 < -3 SD 7,6 75 < -3 SD


< -3 SD < -3 SD
4. An. Ab L 9,2 80 (-2) – (-3) SD 9,5 81 (-2) – (-3) SD
(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD
(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD
5. An. Ar L 9,4 77 9,2 77
-3 SD -3 SD

6. An. Ma L 9,6 76 (-0) – (-2) SD 9,6 77 (-0) – (-2) SD


(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD

7. An. Ke P 10,2 83 (-2) – (-3) SD 10 83 (-2) – (-3) SD


(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD
< -3 SD < -3 SD
8. An. Wi L 9,2 86 < -3 SD 9,5 86 < -3 SD
-2 SD -2 SD
9. An. Sr P 10,5 81 (-2) – (-3) SD 10,1 82 (-2) – (-3) SD 18
Diagram Kenaikan Berat Badan Balita di Desa Mendis

19
Diagram Kenaikan Tinggi Badan Balita di Desa Mendis

20
Pengolahan Data

Sebelum dilakukan Uji Dependent t test untuk melihat secara statistik


apakah terdapat perbedaan bermakna antara kenaikan berat badan dan
tinggi badan sebelum intervensi dan setelah intervensi, data tersebut
terlebih dahulu dilakukan Uji Normalitas untuk melihat apakah data
terdistribusi normal atau tidak karena syarat mutlak dilakukan Uji Dependent
t test adalah data harus terdistribusi normal.

21
Pengolahan Data

Tabel Uji Normalitas data perbedaan rata-rata kenaikan berat badan balita antara sebelum pemberian
ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak

Shapiro-Wilk
Intervensi
Statistic df Sig.

Sebelum 0,838 9 0,055

Setelah 0,969 9 0,885


Keterangan:
sig < 0,05  data penelitian tidak terdistribusi normal
sig > 0,05  data penelitian terdistribusi normal

Hasil Uji Normalitas pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai sig. data sebelum intervensi
adalah sebesar 0,055 sedangkan nilai sig. data setelah intervensi adalah sebesar 0,885. Dapat
disimpulkan bahwa data perbedaan rata-rata kenaikan berat badan balita antara sebelum
pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak adalah terdistribusi
normal (p > 0,05).
22
Pengolahan Data

Selanjutnya untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan bermakna rata-rata kenaikan


berat badan balita antara sebelum pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak
temulawak secara uji statistik dilakukan Uji Dependent t test dengan hasil sebagai berikut :
Tabel Hasil Uji Dependent t test perbedaan rata-rata kenaikan berat badan balita antara
sebelum pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak

  Mean t df Sig.
Sebelum
Intervensi –
-2,22222 -3,730 8 0,006
Setelah
Intervensi
Keterangan:
sig < 0,05  terdapat perbedaan signifikan
sig > 0,05  tidak terdapat perbedaan signifikan

Nilai p value ditunjukkan oleh nilai Sig. pada tabel diatas adalah < 0,05 maka keputusan
hipotesis adalah menerima H1 dan menolak H0 atau yang berarti terdapat perbedaan signifikan
kenaikan berat badan sebelum dan setelah pemberian ekstrak temulawak.
23
Pengolahan Data

Tabel Uji Normalitas data perbedaan rata-rata kenaikan tinggi badan balita antara sebelum pemberian
ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak

Shapiro-Wilk
Intervensi
Statistic df Sig.

Sebelum 0,655 9 0,000

Setelah 0,655 9 0,000


Keterangan:
sig < 0,05  data penelitian tidak terdistribusi normal
sig > 0,05  data penelitian terdistribusi normal

Hasil Uji Normalitas pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai sig. data sebelum intervensi
adalah sebesar 0,000 sedangkan nilai sig. data setelah intervensi adalah sebesar 0,000. Dapat
disimpulkan bahwa data perbedaan rata-rata kenaikan tinggi badan balita antara sebelum
pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak adalah tidak
terdistribusi normal (p > 0,05).
24
Pengolahan Data

Oleh karena data tidak terdistribusi normal, maka untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan bermakna rata-rata kenaikan tinggi badan balita antara sebelum pemberian ekstrak
temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak secara uji statistik dilakukan uji alternatif
lain, yaitu Uji Wilcoxon dengan hasil sebagai berikut :

Tabel Hasil Uji Wilcoxon perbedaan rata-rata kenaikan tinggi badan balita antara
sebelum pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak

Sebelum Intervensi dan


 
Setelah Intervensi
Z -3,78b
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,705
Keterangan:
sig < 0,05  terdapat perbedaan signifikan
sig > 0,05  tidak terdapat perbedaan signifikan

Nilai p value ditunjukkan oleh nilai Sig. pada tabel 4.9 Nilai p value > 0,05 maka keputusan
hipotesis adalah menerima H0 dan menolak H1 atau yang berarti tidak terdapat perbedaan
signifikan kenaikan tinggi badan sebelum dan setelah pemberian ekstrak temulawak.
25
Pembahasan

• Seluruh balita stunting yang terjaring rutin datang ke Posyandu untuk mengikuti kegiatan rutin
yang diadakan oleh petugas di desa tiap bulannya.
• Peneliti melakukan pencatatan pengukuran 1 bulan sebelum intervensi yaitu pengukuran bulan
Desember 2022.
• Kemudian peneliti mengikuti Posyandu bulan Januari 2023 yang diadakan pada tanggal 11
Januari 2023, lalu melakukan briefing singkat kepada orang tua maksud dan tujuan
dilakukannya intervensi ini serta membagikan ekstrak temulawak kepada masing-masing orang
tua yang anaknya terjaring kedalam balita stunting.
• Ekstrak temulawak memiliki rasa agak pahit sehingga kurang disukai oleh anak-anak.
• Namun, petugas menganjurkan agar orang tua para balita berinovasi dengan mencampurkan
ekstrak pada makanan atau minuman lain untuk menyamarkan rasa.
• Beberapa orang tua balita memberikan feedback positif yaitu nafsu makan anak yang
meningkat dan setelah kegiatan berakhir di bulan Februari masih ada orang tua balita yang
meminta diberikan ekstrak temulawak lagi.

26
Pembahasan

• Berat badan menjadi ukuran antropometri yang terpenting pada balita, sebagai indikator
terbaik untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembangnya.
• Temulawak mengandung zat kurkumin dan kurkuminoid yang memiliki efek farmakologi,
memulihkan kesehatan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan dapat meningkatkan nafsu
makan.
• Sehingga, pemberian temulawak secara tidak langsung dapat meningkatkan berat badan anak
karena anak jadi lebih mudah untuk makan.
• Kasus stunting disebabkan oleh multifaktorial yang terjadi saat prenatal dan postnatal.
• Penyakit ini membutuhkan terapi karena dapat memiliki dampak jangka pendek berupa
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas, penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan
bahasa, serta dapat meningkatkan pengeluaran untuk pengobatan anak yang sakit.

27
Pembahasan

• Penurunan nafsu makan pada anak sering disebabkan oleh bentuk makanan yang kurang
menarik, rasa makanan yang kurang cocok, dan anak sudah kenyang dengan makanan ringan
lain yang kurang bergizi.
• Selain itu, anak terutama usia 1 - 3 tahun mulai aktif dan lebih banyak menghabiskan waktu
untuk bermain dan beraktivitas.
• Terutama apabila orang tua balita kurang berinovasi terhadap makanan dan minuman anaknya,
serta kurang telaten dan tidak mau meluangkan waktu untuk menemani makan anaknya.
• Hal ini dapat menyebabkan balita mengalami kekurangan gizi.

28
Kesimpulan

 Dari 9 balita stunting yang diberikan ekstrak temulawak,


terdapat 9 balita yang mengalami peningkatan pertumbuhan
berat badan yang signifikan dalam 1 bulan pengukuran.

 Ekstrak temulawak dapat membantu meningkatkan


pertumbuhan berat badan pada balita.

29
Dokumentasi

30
Dokumentasi

31
33

Anda mungkin juga menyukai