Anda di halaman 1dari 40

HUKUM TEKNIK PENYUSUNAN

KONTRAK

Pendidikan Penyusunan Kontrak Dinas Tenaga Kerja


Kab. Bekasi

DISUSUN OLEH:
KASPO S.H., M.H

Tanggal 21-23 September 2016


PERJANJIAN/VERBINTENIS

Perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau


lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Seorang atau lebih berjanji kepada seorang lain atau lebih atau
saling berjanji untuk melakukan suatu hal. ( KUHPerdata Pasal 1313).

 Menurut Sudikno Mertokusumo:


Perjanjian adalah hubungan Hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.
 Menurut R. Subekti:
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal.
 Menurut M. Yahya Harap:
Perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang
atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh
prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk memunaikan prestasi.
PENGERTIAN PERIKATAN

 Pasal 1233 KUH Perdata


Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik secara persetujuan, baik secara undang-undang.

 Pengertian Perikatan
Perikatan adalah hubungan Hukum antara dua atau lebih orang (pihak) dalam bidang/lapangan
harta kekayaan yang melahirkan kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan Hukum
tersebut.

 Unsur-unsur perikatan
1. Perikatan itu adalah suatu hubungan hukum.
2. Hubungan hukum tersebut melibatkan 2 (dua) atau lebih orang (pihak).
3. Hubungan hukum tersebut adalah hubungan hukum dalam lapangan hukum harta
kekayaan.
4. Hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban dalam satu pihak perikatan.

 Pasal 1234 KUHPerdata


Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau tidak untuk
berbuat sesuatu.
• Suatu Perikatan (verbintenis) terkandung:
a. Adanya hubungan hukum
b. Biasanya mengenai kekayaan atau harta benda
c. Antara dua orang/pihak atau lebih
d. Memberikan hak kepada pihak yang satu, yaitu kreditur
e. Meletakkan kewajiban kepada pihak yang lain, yaitu debitur
f. Adanya prestasi
KERANGKA PERJANJIAN

Subjek Perjanjian

1. Natural Person (Manusia Pribadi)


2. Legal Entity (Badan Hukum)
Debitur Kreditur

dan

Objek Perjanjian

Prestasi

• Memberikan/menyerahkan
• Melakukan
• Tidak melakukan
PERBEDAAN PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI PERJANJIAN
DAN PERIKATAN YANG BERASAL DARI UNDANG-UNDANG

• Perikatan yang lahir dari perjanjian menimbulkan hubungan


hukum yang memberikan hak dan meletakkan kewajiban
kepada para pihak yang membuat perjanjian berdasarkan atas
kemauan dan kehendak sendiri dari pihak yang bersangkutan
yang mengikatkan diri tersebut. (diingkari wanprestasi)
• Perikatan yang lahir dari Undang-Undang adalah perikatan
yang terjadi karena adanya suatu peristiwa tertentu sehingga
melahirkan hubungan hukum yang menimbulkan hak dan
kewajiban diantara para pihak yang bersangkutan, bukan
berasal atau merupakan kehendak para pihak yang
bersangkutan, melainkan telah diatur dan ditentukan oleh
Undang-Undang. (perbuatan melawan Hukum)
PERBEDAAN PERJANJIAN ATAS DASAR KEKUATAN
MEMAKSA

• Atas dasar kekuatan memaksa, perjanjian atas dasar memaksa


dibedakan:

1. Perjanjian dan kekuatan hukum yang sempurna; misalnya


dengan sanksi melalui eksekusi riel (reele executie)
2. Perjanjian dan kekuatan hukum tidak sempurna; misalnya
perjanjian alami atau natuurlijke verbintenis (Pasal 1359
BW)
3. Perjanjian tanpa kekuatan hukum atau perjanjian yang
tidak mempunyai akibat hukum, misalnya seperti perjanjian
keagamaan, perjanjian moral, kesopanan, dan sosial
DALAM UNDANG-UNDANG, PERJANJIAN DIBEDAKAN SEBAGAI
BERIKUT:

1. Perikatan untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan


tidak berbuat sesuatu
2. Perikatan bersyarat
3. Perikatan dengan ketetapan waktu
4. Perikatan mana suka/pilihan (alternatif)
5. Perikatan tanggung-menanggung (hoofdelijk, solider)
6. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi
7. Perikatan dengan ancaman hukuman
KARAKTERISTIK PERJANJIAN

 Menganut Sistem Terbuka:


Setiap orang boleh mengadakan perjanjian mengenai apa
saja asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertiban
umum dan kesusilaan.
 Merupakan Hukum Pelengkap:
Pasal-pasal dalam buku III KUH Perdata boleh disimpangi
manakala para pihak telah membuat ketentuan sendiri.
 Bersifat Konsensuil:
Perjanjian itu terjadi sejak saat terjadinya kata sepakat
diantara para pihak mengenai pokok perjanjian.
SAHNYA SUATU PERJANJIAN

1. Sahnya suatu perjanjian menurut KUHPerdata (civil


law) diperlukan empat syarat:
a. Kesepakatan dari mereka yang mengikatkan diri
(subyek Hukum Perjanjian)
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
(subyek Hukum Perjanjian)
c. Suatu hal tertentu
(Obyek Hukum Perjanjian)
d. Suatu sebab yang halal/legal
(Obyek Hukum Perjanjian)

(diatur dalam Pasal 1320)


KATA SEPAKAT
• Sepakat merupakan pertemuan antara dua kehendak.
• Untuk Perjanjian Lisan, saat diucapkan secara lisan
atau dengan garakan fisik.
• Untuk Perjanjian Tertulis, saat ditandatangani
naskah perjanjian.

• Sepakat tidak boleh ada cacat kehendak:


- Kekhilafan
- Paksaan
- Penipuan
- Penyalahgunaan Keadaan.
KECAKAPAN
• Pada asasnya setiap orang adalah cakap untuk
membuat suatu perjanjian, kecuali oleh
undang-undang dinyatakan tidak cakap.
• Mereka yang dinyatakan tidak cakap:
 orang yang belum dewasa
- belum 18 tahun
- belum pernah menikah
 mereka yang di bawah pengampuan
SUATU HAL TERTENTU
• Adalah obyek perjanjian atau pokok
perjanjian.
• Obyek harus tertentu atau setidak-tidaknya
dapat ditentukan.
• Barang yang baru akan ada dikemudian hari
dapat menjadi obyek perjanjian.
• Obyek perjanjian harus benda dalam
perdagangan.
SEBAB YANG HALAL
• Isi dari perjanjian itu tidak boleh bertentangan
dengan UU ketertiban umum dan kesusilaan.
• Sebab dikatakan palsu apabila diadakan untuk
menutupi sebab yang sebenarnya.
• Sebab dikatakan terlarang apabila
bertentangan dengan UU, kesusilaan, dan
ketertiban umum.
• Suatu perjanjian tanpa sebab, apabila tujuan
yang dimaksudkan oleh para pihak pada saat
dibuatnya perjanjian tidak akan tercapai.
2. Sahnya suatu perjanjian menurut common law

 Sebagai perbandingan, dalam “common law legal system” dipersyaratkan


bahwa untuk sahnya suatu perjanjian/kontrak harus memenuhi enam
elemen, yaitu:

a. Pihak pertama, selaku orang yang mempunyai prakarsa dan disebut


sebagai pihak yang menawarkan (the offeror) menyampaikan usul
(proposal) yang menunjukkan keinginan (willingness) untuk membuat
kontrak kepada pihak lain.
b. Pihak kedua, sebagai pihak yang ditawari (the offeree) yang menerima
(acceptance) dan setuju (agrees) diikat dengan persyaratan yang termuat
dalam penawaran.
c. Penawaran dan penerimaan ini mewujudkan kesepakatan timbal balik
(mutual assent).
d. Para Pihak yang membuat perjanjian, menurut hukum
dianggap bahwa masing-masing pihak mempunyai kecakapan
(has the legal capacity) untuk berbuat demikian.

e. Sesuatu yang bernilai diperjanjikan terhadap pihak lain sebagai


pertukaranuntuk sesuatu yang bernilai lainnya yang diperjanjikan dalam
kontrak, mengikat para pihak bersama disebut consideration.

f. Para Pihak dilarang untuk melangsungkan kontrak yang melibatkan


sesuatu tindakan yang tidak legal/ilegal (elemen legality).
3. Sahnya suatu perjanjian berdasarkan formal and
informal contract

 A Formal Contract menurut Common Law Principle harus:

1. Tertulis;
2. Ditanda tangani (signed), disaksikan (witnessed), dan
ditempatkan dibawah seal (sealed)
3. Delivered

Sebaliknya yang tanpa memerlukan bentuk dan cara khusus


dalam pembuatannya (atau semua kontrak yang tidak memenuhi
syarat sebagai formal contracts), termasuk dalam informal
contracts atau disebut simple contracts.
Saat dan tempat lahirnya perjanjian
• Suatu telah lahir pada saat dan tempat
terjadinya kesapakatan antara kedua belah
pihak jika suatu pihak berada pada suatu saat
dan tempat yang sama.
• Jika para pihak tidak berada tempat yang sama
sulit memastikan waktu terjadinya
kesepakatan antara kedua belah pihak.
Dalam hukum perdata terdapat beberapa
teori Perjanjian:
1. Teori ucapan (uitings theorie)
Perjanjian telah terjadi apabila penawaran telah
melahirkan kemauan menerimanya dari pihak lain.
(sulit menentukkan saat terjadinya persetujuan)
2. Teori pengiriman (verzendingtheorie)
Saat terjadinya persetujuan adalah saat dikirimkannya
surat jawaban kepada penawar.
(bahwa dengan dikirimkannya surat tersebut, pengirim telah
kehilangan kekuasaan atas surat tersebut dan saat pengiriman
dapat ditentukan secara tepat)
3. Teori penerimaan (ontvangsttheorie)
Saat persetujuan itu terjadi saat diterimanya
surat jawaban penerimaan penawaran oleh orang
yang menawarkan.
(sehingga perjanjian terjadi pada saat penerimaan sampai ke
alamat penawar)
4. Teori pengetahuan (vernemingstheorie)
Saat terjadinya persetujuan adalah setelah orang
yang menawarkan mengetahui bahwa
penawarannya telah disetujui. (kelemahan teori ini
adalah sulit untuk menetukan saat diketahuinya isi surat tersebut)
5. Teori mengobjektivitas pengetahuan
(geobjectiveerde bernemings theorie)
Saat terjadinya persetujuan adalah saat
pengirim surat secara wajar menganggap bahwa
orang yang dituju telah mengetahui isi surat.
• ASAS-ASAS PERJANJIAN

1. Asas Konsensualisme (Pasal 1320 ayat 1)


2. Asas kebebasan berkontrak (Pasal 1338 ayat 1)
3. Asas pacta sunt servanda (Pasal 1338 ayat 1)
4. Asas itikad baik (Pasal 1338 ayat 3)
5. Asas kepribadian (Pasal 1315 dan 1340)
ASAS KONSENSUALISME
• Berhubungan dengan saat lahirnya suatu
perjanjian.
• Perjanjian lahir sejak saat tercapainya kata
sepakat antara para pihak yang mengadakan
perjanjian.
• Kata sepakat mengenai hal – hal pokok yang
menjadi obyek perjanjian.
Pengecualian:
• Perjanjian formal;
• Perjanjian riil.
ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK
• Bebas mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian;
• Bebas mengadakan perjanjian dengan siapapun;
• Bebas menentukan bentuk perjanjian yang dibuatnya;
• Bebas menentukan isi & syarat perj. Yang dibuatnya;
• Bebas mengadakan pilihan hukum.

YANG MEMBATASI:
• UU, ketertiban umum dan kesusilaan.
• Perjanjian standar.
ASAS PACTA SUNT SERVANDA
• Asas ini berhubungan dengan akibat suatu
perjanjian;
• Para pihak harus mentaati perjanjian seperti
halnya mentaati undang – undang;
• Perjanjian tidak dapat ditarik tanpa persetujuan
pihak lain;
• Pihak ketiga (termasuk hakim) harus
menghormati perjanjian yang telah dibuat oleh
para pihak.
ASAS ITIKAD BAIK
• Berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian.
• Itikad Baik Subyektif, yaitu kejujuran
seseorang dalam melakukan suatu perbuatan
hukum, yaitu sikap batin seseorang pada
waktu diadakan perbuatan hukum.
• Itikad Baik Obyektif yaitu suatu perjanjian
harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Pelaksanaan suatu perjanjian harus didasarkan
pada norma kepatutan dalam masyarakat.
ASAS KEPRIBADIAN
• Asas ini berhubungan dengan subyek yang
terikat dalam suatu perjanjian;
• Pasal 1340 ayat (1) KUH Perdata;
• Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-
pihak yang membuatnya.
Pengecualiannya:
• Adanya janji untuk kepentingan pihak ketiga,
yang dinyatakan dengan tegas di dalam
perjanjian (Pasal 1317 KUH Perdata).
WANPRESTASI
• Tidak terpenuhinya prestasi karena adanya
kesalahan
wujudnya:
• tidak memenuhi prestasi sama sekali;
• memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya;
• memenuhi prestasi tidak sesuai dengan isi
perjanjian.
akibatnya:
• pemenuhan perjanjian dengan atau tanpa ganti rugi;
• pembatalan perjanjian dengan atau tanpa ganti rugi.
Hapusnya perikatan/perjanjian
Perikatan bisa hapus jika memenuhi kriteria-kriteria sesuai
dengan Pasal 1381 KUHPerdata.
Ada 10 cara penghapusan suatu perikatan, yaitu sebagai berikut:

1. Pembayaran merupakan setiap pemenuhan perjanjian secara sukarela.


2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan.
3. Pembaharuan utang.
4. Perjumpaan utang atau kompensasi.
5. Percampuran utang.
6. Pembebasan utang.
7. Musnahnya barang yang terutang.
8. batal/pembatalan.
9. Berlakunya suatu syarat batal.
10. Lewat waktu.
KONTRAK STANDAR
• Pengertian:
1. Kontrak yang dibuat berdasarkan pada
berlakunya peraturan standar;
2. Kontrak yang isinya dibakukan dan
dituangkan dalam bentuk formulir;
3. Kontrak yang bentuk dan isinya dipersiapkan
terlebih dahulu yang mengandung syarat-
syarat standar, yang oleh salah satu pihak
kemudian disodorkan kepada pihak lain
untuk disetujui;
SYARAT STANDAR

• Setiap ketentuan atau syarat yang telah


dipersiapkan terlebih dahulu secara sepihak
oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam
suatu dokumen atau perjanjian yang mengikat
dan wajib dipenuhi oleh konsumen.
KOMPARISI
 Penyebutan para pihak yang menandatangani akta
 Kontrol terhadap syarat subjektif
 Penyebutan kewenangan bertindak
Contoh : 1
Perjanjian ini ditandatangani antara:
N a m a : Tuan Koichiro
U m u r : 52 Tahun
Pekerjaan : direktur PT. CAHAYA
Alamat : Jalan Merdeka No. 22 Jababeka, Bekasi.
Selanjutnya disebut............................................................... Pihak Pertama
Dan

N a m a : Tuan Sadikun
Pekerjaan : Direktur PT. GEMILANG
Alamat : Jalan Sudirman No. 20 Kawasan MM2100, Bekasi.
Selanjutnya disebut……………………………………….…Pihak Kedua
Contoh : 2
Perjanjian ini ditandatangani antara:
N a m a : Tuan Koichiro
U m u r : 52 Tahun
Pekerjaan : Direktur PT. CAHAYA
Alamat : Jalan Merdeka No. 22 Jababeka, Bekasi.
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT. CAHAYA dan didirikan
berdasarkan Hukum Republik Indonesia yang berkedudukan dan beralamat Jalan
Merdeka No. 22 Jababeka, Bekasi.

Atau
Dalam hal ini bertindak berdasarkan surat kuasa di bawah tangan bermeterai
cukup, oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama PT. CAHAYA dan didirikan
berdasarkan Hukum Republik Indonesia yang berkedudukan dan beralamat Jalan
Merdeka No. 22 Jababeka, Bekasi, Selanjutnya disebut Pihak Pertama

Dan
Nama : Tuan Sadikun
Jabatan : Direktur PT. GEMILANG
Alamat : Jalan Sudirman No. 20 Kawasan
MM2100, Bekasi.

Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut berdasarkan


Pasal 10 Anggaran Dasar PT. GEMILANG yang telah
diumumkan dalam Berita Negara RI tanggal 1 April 1999 No.
333, oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili
PT. GEMILANG yang berkedudukan di Jalan Sudirman No. 20
Kawasan MM2100, Bekasi.
Selanjutnya disebut Pihak Kedua
PREMISSE AKTA
 Latar belakang/alasan dibuatnya kontrak
 Kesepakatan untuk membuat kontrak
Contoh : 1
Para pihak terlebih dahulu menerangkan:
1. Bahwa Pihak Pertama perlu ……
2. Bahwa Pihak Kedua bermaksud….
3. Bahwa …………..
4. Bahwa …………..
Berdasar hal-hal tersebut di atas, para pihak sepakat untuk
mengadakan perjanjian jual beli, perjanjian kerja sama,
perjanjian kerja borongan, dll dengan ketentuan sebagai
berikut:
Contoh: 2
Pihak Pertama dan Pihak Kedua masing-masing dalam
kedudukannya tersebut di atas, berdasarkan :
1. Pasal …. UU No. ………
2. Keppres No. ………..
3. Instruksi Presiden No. …………
4. Keputusan Menteri No. ..………
Sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu
perjanjian dengan syarat-syarat sebagai berikut:
ISI AKTA
Esensialia
Hal pokok yang menjadi esensi perjanjian
• Dalam Perjanjian Jual Beli Esensialianya adalah Barang dan
Harga.
Naturalia
Hal yang dianggap selalu ada dalam setiap perjanjian
• Hak dan kewajiban para pihak;
• Wanprestasi dan akibat-akibatnya;
• Overmacht dan risiko-risikonya.
Aksidentalia
Hal yang harus dinyatakan dengan tegas dalam perjanjian
• Sewa menyewa rumah artinya dalam keadaan kosong, jika ingin
yang lain harus dengan tegas dinyatakan dalam perjanjian.
AKHIR AKTA
 Menyebutkan tujuan dibuatnya akta
 Memenuhi ketentuan UU Bea Meterai
Contoh :
“Demikianlah sebagai bukti yang sah akta/
kontrak ini dibuat dan ditandatangani pada hari,
tanggal, bulan dan tahun yang telah disebutkan
pada awal akta, oleh para pihak dan saksi-saksi”.
Ditandatangani:
Pihak Pertama Pihak Kedua

MATERAI
Ttd ttd 6000

Tuan Koichiro Tuan Sadikun

Saksi-saksi:
• Tuan Hidayat ttd
• Nyonya Antari ttd
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai