Anda di halaman 1dari 28

PRODUKSI SEMEN &

SIKLUS ESTRUS
Drh. Kuntum Khoirani, M.Si
PRODUKSI SEMEN

Cairan/Sekresi kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan ke dalam


saluran betina (kopulasi), atau dapat pula ditampung untuk keperluan IB
Terdiri dari : Spermatozoa dan seminal plasma (Plasma semen).

 Spermatozoa hanya dihasilkan di tubuli seminiferi yg berada di Testes.


 Seminal plasma dihasilkan Kel.Assesori ; Vesica seminalis, Bulbo uretralis
dan Cowper

Semen sapi biasanya berwarna keputih-putihan meskipun ada


beberapa sapi jantan yang semennya berwarna kuning
 Kemampuan hewan jantan untuk bereproduksi tergantung
pada kemampuan untuk memproduksi semen dalam arti dapat
menghasilkan semen yang banyak dengan kualitas dan
kuantitas yang baik.

 Produksi semen yang tinggi dinyatakan dengan volume tiap


pancaran semen yang tinggi dengan konsentrasi semen yang
tingi pula.

 Kualitas semen yang baik dinyatakan dengan persentase sel


yang hidup dan bergerak progresif yang tinggi, sel yang
abnormal tidak melebihi dari 5% serta sel spermatozoa yang
mati tidak boleh lebih dari 15%.
Data produksi semen yang normal dari berbagai hewan
Faktor-faktor yg mempengaruhi produksi semen

1.Suhu
Tempat Panas Libido Turun
Kualitas semen jelek.
2. Umur
Produksi semen harian per gram testis
13-19 juta.
Pubertas Banyak yg masih abnormal
Kualitas meningkat hingga 7 tahun
setelah itu menurun
3. Aktivitas sexual
Frekuensi ejakulasi menurun  Penimbunan spermatozoaBanyak yg
abnormal.

Frekuensi ejakulasi meningkatvol ejakulasi menurun


Ideal 2-3 kali dalam seminggu

4. Pengaruh genotipe.
Ukuran testis berkorelasi dengan produksi semen.
Sapi exotic lebih besar libido dan produksi semennya
dibandingkan sapi tropis.
Lbido dan faktor-faktor
yg berpengaruh pd
libido
1. Libido atau daya keinginan untuk kawin dimanifestasikan dalam bentuk
tingkah laku seksual (sexual behavior), yang terjadi sebagai respon dari
ternak jantan karena adanya stimulans.

2. Tingkah laku seksual muncul dan dapat diamati pada saat pra kopulasi,
kopulasi dan pasca kopulasi.

3. Pola kopulasi pada ternak sapi meliputi courtship (sexual display) atau
percumbuan, ereksi, menaiki (mounting) yang belangsung pada saat pre
kopulasi dan ejakulasi pada saat kopulasi.
Kemampuan reproduksi ditinjau dari libido pejantan dibagi menjadi :
a. Libido tinggi
b. Libido baik
c. Libido yang rendah
Libido seekor pejantan dapat diukur dengan menggunakan waktu reaksi yaitu waktu
yang diperhitungkan sejak pejantan didekatkan pada teaser/hewan betina pemancing
sampai saatnya kopulasi terjadi.
 Sangat baik adalah pejantan yang mempunyai waktu reaksi kurang dari 1 menit.

 Baik adalah yang mempunyai waktu reaksi antara 1-5 menit

 Sedang adalah yang mempunyai waktu reaaksi 5-10 menit.

 Rendah mempunyai waktu reaksi lebih dari 10-30 menit. Kalau waktu reaksi lebih
dari 30 menit, pejantan dianggap tidak mempunyai libido.
Faktor-faktor yg berpengaruh pd libido
a. Penyakit umum maupun penyakit kelamin
b. Gangguan keseimbangan hormon reproduksi
c. Gangguan pada syaraf lumbal dan sakral
d. Pemakaian pejantan yang berlebihan
e. Kaki belakang yang menderita sakit
g. Keracunan
h. Pakan yang kurang atau berlebih
i. Faktor genetis
j. Keadaan lingkungan yang kurang serasi
k. Umur yang terlalu tua atau terlalu muda

TUGAS ; TULIS TANGAN KUMPUL MINGGU DEPAN


SIKLUS ESTRUS
• Siklus birahi ialah ritme fungsi faal tertentu dari sistem kelamin,
yang terdapat pada hewan ternak setelah masa pubertas dicapai.
Pada hewan ternak, perkawinan terbatas hanya pada waktu birahi
yang kemudian diikuti dengan terjadinya ovulasi.
SIKLUS
ESTRUS • Pada manusia dan primata, perkawinan tidak terbatas selama
siklus menstruasi, sedangkan ovulasi terjadi pada pertengahan
siklu
 Estrus/ berahi = Fase dimana seekor betina mau menerima
pejantan untuk mengawini.
 Siklus estrus = Jarak antara satu estrus dengan estrus yang
berikutnya
 Siklus estrus pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode
yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.
 Menurut Prihatno (2006) pengamatan estrus merupakan salah
satu faktor penting dalam manajemen reproduksi sapi.
 Deteksi estrus paling sedikit dilaksanakan dua kali dalam satu hari,
SIKLUS pagi hari dan sore/malam hari.
ESTRUS  Estrus pada ternak di sore hari hingga pagi hari mencapai 60%,
sedangkan pada pagi hari sampai sore hari mencapai 40%
(Laming, 2004).
 Satu siklus estrus terdiri dari fase folikuler dan luteal. Fase
folikuler ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan
folikel yang berlangsung selama 3-4 hari.
 Fase luteal berlangsung kurang lebih 13 hari dan ditandai dengan
pematangan korpus luteum (CL) yang menghasilkan progesteron
dengan konsentrasi yang mencapai puncak pada hari ke 6
setelah ovulasi.
Tanda-tanda estrus/birahi

Tanda-tanda estrus/birahi :
1. Sapi tampak gelisah
2.Mengibas-ngibaskan ekor dan jika dipegang
akan diangkat ke atas
3. Lebih sering berdiri daripada berbaring
4.Nafsu makan berkurang, sapi gembala ;
sebentar-sebentar akan berhenti menurun
5.Sering menaiki temannya/ membiarkan
dinaiki kawannya (standing heat)
6.Vulva keluar cairan putih, merah, dan
bengkak
7. Sering urinasi
8.Sering bersuara, terutama ketika berpisah
dgn hewan lain
9.Menggosok-gosokkan badannya
Follicular Phase
Proestrus
CL CL
• follicle enlarges
• FSH and estrogen
Ovulation Atresia
increases
Progesterone • vascularity of the
CA female reproductive
tract increases
• endometrial glands
Estradiol
PGF2 begin to grow
• estrogen levels peak

FSH

LH

-7 - 6 - 5 - 4 - 3 - 2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Days Relative to the Gonadotropin Surge
Diestrus Proestrus Estrus Metestrus Diestrus
PROESTRUS
• Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan
pertumbuhan folikel oleh FSH.
• Folikel yang sedang bertumbuh menghasilkan cairan folikel yang mengandung
hormon estrogen yg lebih banyak.
• Hormon estrogen inilah yang akan mempengaruhi suplai darah ke saluran alat
kelamin dan meningkatkan pertumbuhannya.
• Vulva agak membengkak dan vestibulum menjadi berwarna kemerahan karena
adanya kongesti pembuluh darah. Bagian vagina dan serviks membesar karena
pembengkakan sel-sel mukosa dan dimulailah sekresi lendir dari saluran serviks.
• Proestrus pada sapi berlangsung selama 2–3 hari. Pada periode ini biasanya sapi akan
menolak bila dinaiki pejantan maupun sesama betinanya, tetapi akan berusaha
menaiki betina yang lainnya (Jumping heat)
Follicular Phase
CL CL Estrus
• allows male to mount
Ovulation Atresia • Dominasi FSH, LH,
estrogen, dan
Progesterone rendahnya
CA progenteron
• LH surge occurs
Estradiol • ovulation 24-48 hr after
PGF2 surge of LH
• uterine motility high
with contractions
moving toward oviduct
• sperm transport is
FSH optimal
LH
• cervical mucus volume
increases
-7 - 6 - 5 - 4 - 3 - 2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Days Relative to the Gonadotropin Surge
Diestrus Proestrus Estrus Metestrus Diestrus
ESTRUS

• Periode estrus merupakan masa keinginan kawin, periode ini ditandai dengan
manifestasi birahi secara fisik.
• Sapi akan sering menguak dan biasanya tidak tenang, nafsu makan dan memamah biak
menurun, Vulva makin membengkak dan mukosa vulva berwarna merah tua, terlihat
jelas pengeluaran lendir yang terang tembus. Selama periode ini folikel terus
berkembang dengan cepat.
• Gejala fisik yang jelas tampak dari luar dan sudah diketahui oleh peternak adalah 3A
(Abang, Abuh dan Anget).
• Sapi berahi yang terikat dikandang akan mengangkat tinggi kepalanya dan
memperlihatkan kelakuan tidak tenang. Sapi yang birahi terlihat sering kencing.
• Lendir birahi yang cukup banyak 50 –100 ml yang terdapat di dalam vagina berasal dari
sel-sel selaput lendir serviks di bawah pengaruh estrogen
Luteal Phase Luteal Phase
CL CL
Metestrus
• estrogen low
Ovulation Atresia
• ovulation in cow
Progesterone • corpus hemorrhagicum
CA present
• uterus
Estradiol contractions subside
PGF2
endometrial glands
continue to grow and
become coiled
in cattle bleeding
occurs
FSH
• Progesteron
LH

-7 - 6 - 5 - 4 - 3 - 2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Days Relative to the Gonadotropin Surge
Diestrus Proestrus Estrus Metestrus Diestrus
METESTRUS

 Metestrus ditandai dengan berhentinya birahi yang tiba-tiba. Pada


periode ini terjadi ovulasi dengan pecahnya folikel dan rongga folikel
secara berangsur-angsur akan mengecil, pengeluaran lendir dari serviks
juga telah berhenti.
 Pada periode ini biasanya terdapat sapi-sapi yang mempunyai
kebiasaan mengeluarkan darah segar dari saluran kelaminnya.
Darah tersebut tidaklah banyak kurang lebih sebanyak dua sendok
makan hal ini yang disebut sebagai Metestrus Bleeding/Metrorrhagia.
Luteal Phase Luteal Phase
CL CL Diestrus
• progesterone high
Ovulation Atresia • FSH
 Increases at some
Progesterone
CA point to cause
growth of ovulatory
follicle
Estradiol • Uterus
PGF2
 secrets fluid but
volume gradually
decreases
 contraction stop
FSH  CL regresses at the
end of this period if
LH female is not
pregnant due to
-7 - 6 - 5 - 4 - 3 - 2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Days Relative to the Gonadotropin Surge PGF release
Diestrus Proestrus Estrus Metestrus Diestrus
DIESTRUS

 Periode diestrus merupakan periode akhir dari siklus birahi, dimana


ditandai dengan berkembangnya korpus luteum dan menghasilkan
hormon progesteron.
 Oleh pengaruh hormon progesteron inilah endometrium menebal,
kelenjar dan urat daging uterus berkembang, sebagai persiapan uterus
untuk menampung dan memberi makan embrio serta pembentukan
plasenta bila terjadi kebuntingan. Bila sel telur tidak terbuahi (tidak
terjadi kebuntingan), korpus luteum akan tetap berfungsi selama kurang
lebih 19 hari. Selama diestrus vagina terlihat pucat dan kering, mukus
sedikit serta agak liat. Pada periode ini spekulum sulit dimasukkan ke
dalam vagina
Characteristics of Estrous Cycles

Cow Ewe Sow Mare

Estrous cycle (days) 21 17 21 21


Proestrus (days) 3-4 2-3 3-4 2-3
Estrus 12-18 hr 24-36 hr 48-72 hr 4-8
days
Metestrus (days) 3-4 2-3 2-3 2-3
Diestrus (days) 10-14 10-12 11-13 10-12
TIME TO
BREED
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai