Kelompok 2 - Rasio Return Dan Profitabilitas
Kelompok 2 - Rasio Return Dan Profitabilitas
Laporan Kelompok 2
Keuangan
Anggota:
Anna Santha Theresia Karo (200502060)
David Simanjuntak (200502075)
Fairuz Yumna Pane (200502084)
Frysdha Lambon Gaol (200502087)
Yasinta Rulivia (200502045)
Profil Singkat
Berdiri pada tahun 1957, BCA adalah bank swasta (non pemerintah) terbesar di
Indonesia saat ini dengan nilai aset sebesar 750,32 triliun rupiah dan modal inti
sebesar 122,73 triliun rupiah per Desember 2017 .BCA masuk kedalam kategori
BUKU 4 dengan modal inti diatas 30 triliun rupiah. Bank BCA didirikan oleh
Sudono Salim.
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program
restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada
bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -- yaitu Bank Bumi Daya, Bank
Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan
Indonesia -- dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank
tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan
tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia
perbankan dan perekonomian Indonesia.
RETURN ON EQUITY (ROE)
Dalam bisnis dan ekonomi, pengertian ROE adalah metriks guna
membandingkan jumlah pendapatan bersih (net income) perusahaan dan
jumlah total modal investor/pemilik di dalamnya. Sementara itu di dunia
saham, pengertian ROE adalah jumlah pendapatan bisnis bersih per dana
investor yang masuk.
RETURN ON EQUITY
Laba Laba Laba
bersih 28.569.974 bersih 27.147.109 bersih 31.440.159
BCA
ROE 2019 0,13612867 13,61% ROE 2020 0,09105253 9,10% ROE 2021 0,13754861 13,75%
Bank Mandiri
Bank BCA
17.00% 17.00%
16.50% 16.50%
16.00% 16.00%
15.50% 15.50%
15.00%
15.00%
14.50%
14.50%
14.00%
14.00%
13.50%
ROE 2019 ROE 2020 ROE 2021 13.50%
ROE 2019 ROE 2020 ROE 2021
Rata-rata ROE BCA selama 3 tahun= 15,52% Rata-Rata ROE Mandiri selama 3 tahun= 12,15%
1
Bank BCA yang memiliki Return of
Equity lebih baik dari bank Mandiri. Bank
BCA dapat menghasilkan Return of
Equity yang lebih besar selama tiga tahun
berturut-turut.
2
Hal ini menandakan bahwa kinerja
Perbandingan kedua perusahaan BCA lebih dari bank Mandiri
dalam menghasilkan laba.
perusahaan 3
Hal ini tentunya menyebabkan investor
menunjukkan bahwa: akan lebih memilih bank BCA daripada
bank Mandiri untuk menginvestasikan
dana mereka karena lebih
menguntungkan. Apalagi banyak sumber
yang menyatakan bahwa jika ingin
berinvestasi di sektor perbankan
sebaiknya ROE di atas 15%. Hal ini
menyebabkan harga saham BBCA lebih
tinggi dari BMRI di Bursa Efek
Indonesia.
Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin adalah rasio yang membandingkan keuntungan
perusahaan dengan jumlah total uang yang dihasilkannya. Ini mengukur
seberapa efektif perusahaan beroperasi. Rasio ini digunakan untuk
memberi analis gambaran tentang stabilitas keuangan perusahaan.
Perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih besar per nilai dari
penjualan berarti lebih efisien. Efisiensi itu membuat perusahaan lebih
mungkin bertahan ketika lini produk tidak memenuhi harapan, atau ketika
periode kontraksi ekonomi menghantam perekonomian yang lebih luas.
NET PROFIT MARGIN
2019
2019 BCA MANDIRI 2019
Laba bersih 28.569.974 Laba bersih 28.455.592
Revenue 63.837.795 Revenue 91.525.090
NPM 2019 0,44754011 44,75% 0,3109048
NPM 2019 2 31,09%
2020 2020
Laba bersih 27.147.109 Laba bersih 17.645.624
Revenue 65.403.161 Revenue 87.321.117
NPM 2020
0,4150733
5 41,50% NPM NPM 2020 0,2020774 20,20%
2021 2021
Laba bersih 31.440.159 Laba bersih 30.551.097
Revenue 65.626.976 Revenue 97.749.086
0,4790737 NPM 2021 0,31254611 31,25%
NPM 2021 1 47,90%
NPM Bank BCA NPM Bank Mandiri
50.00% 35.00%
30.00%
48.00%
25.00%
46.00%
20.00%
44.00%
15.00%
42.00% 10.00%
40.00% 5.00%
0.00%
38.00% NPM 2019 NPM 2020 NPM 2021
NPM 2019 NPM 2020 NPM 2021
Rata-rata NPM bank BCA = 44,71% Rata-rata NPM bank Mandiri = 27,5%
Analisis:
Bank BCA memiliki laba bersih yang lebih besar
1 daripada bank Mandiri.
REVENUE
EBIT 33,568,507
EBIT 23,298,041
Revenue 65,403,161
Revenue 87,321,117
Ebit Margin 2020 0.513255116 51.3%
Ebit Margin 2020 0.26680878 26.7%
EBIT 38,841,174
EBIT 38,358,421
Revenue 65,626,976
Revenue 97,749,086
Ebit Margin 2021 0.591847688 59.2%
Ebit Margin 2021 0.39241718 39.2%
Analisis:
● Berdasarkan data terlihat bahwa Bank BCA menghasilkan EBIT yang cukup besar yang
menandakan bahwa perusahaan ini dapat menghasilkan laba dari operasionalnya. Laba yang
dihasilkan juga meningkat konsisten seiring tahun berjalan yang menandakan penjualan dan
pendapatan meningkat secara konsisten dan hal tersebut merupakan indikator perusahaan
yang baik. EBIT Margin yang sudah berada di atas 50% menandakan bahwa Bank BCA
sudah mampu mengelola pengeluaraan selama operasional dengan efektif
● Berdasarkan data terlihat bahwa Bank Mandiri menghasilkan EBIT yang tidak lebih besar
dari Bank BCA. Bahkan pada tahun 2020 sempat mengalami penurunan hampir 10%, hal ini
menandakan bahwa Bank Mandiri kurang konsisten dalam penjualan mereka. Dengan
keadaan yang seperti ini, keuangan perusahaan dapat dikatakan tidak dalam kondisi yang
baik dan investor akan sulit berinvestasi di perusahaan ini.
EBITDA MARGIN
EBITDA Margin 2019 0.600030123 60% EBITDA Margin 2019 0.42076877 42.07%
EBITDA Margin 2020 0.552167502 55.21% EBITDA Margin 2020 0.29805276 29.80%
EBITDA Margin 2021 0.629137628 62.90% EBITDA Margin 2021 0.42965312 42.96%
Analisis:
● Berdasarkan data, Bank BCA mengalami kenaikan pada EBITDA Margin pada tahun 2021,
tetapi mengalami penurunan pada tahun 2020. namun, perlu diperhatikan bahwa penurunan
tersebut tidak terlalu signifikan. Ini menandakan adanya peningkatan pada efektivitas
perusahaan, yaitu dalam upaya pemotongan biaya. Semakin tinggi EBITDA ini
menunjukkan bahwa perusahaan ini semakin menghemat biaya operasionalnya dari biaya
pendapatan total EBIT dari tahun 2019
● Berdasarkan data, Bank Mandiri mengalami penurunan pada Margin EBITDA dari 42,07%
di tahun 2019 menjadi 29,805 di tahun 2020. tetapi naik kembali diangka 42,96%. Pola ini
sam dengan Bank BCA, faktor penyebabnya adalah pandemi Covid-19, tetapi Bank Mandiri
mengalami penurunan yang signifikan yaitu kurang lebih 12%. Hal ini menandakan bahwa
Bank Mandiri tidak lebih baik dar Bank BCA untuk menghadapi tantangan yang datang
secara tiba-tiba, akhirnya membuat terjadinya ketidakefektifan pada operasional perusahaan.
Asset Turnover
1 2 3
2.50%
2.00%
1.50%
1.00%
0.50%
0.00%
ROI Mandiri 2019 ROI Mandiri 2020 ROI Mandiri 2021
Analisis:
BCA MANDIRI
Laba Laba
sebelum sebelum
pajak 36.288.998 2019 2019 pajak 36.441.440
Total Aset 918.989.312 Total Aset 1.318.246.335
ROA 2019 0,039487943 3,95% ROA 2019 0,027643877 2,76%
Laba Laba
sebelum sebelum
pajak 33.568.507 2020 2020 pajak 23.298.041
Total Aset 1.075.570.256 Total Aset 1.429.334.484
ROA 2020 0,031209962 3,12% ROA 2020 0,016299922 1,63%
Laba Laba
sebelum sebelum
pajak 38.841.174 2021 2021 pajak 38.358.421
Total Aset 1.228.344.680 Total Aset 1.725.611.128
ROA 2021 0,031620745 3,16% ROA 2021 0,022228891 2,22%
ROA Bank BCA
0.045
0.04
0.035
0.03
0.025
0.02 Rata-rata Return of Asset BCA selama 3 tahun =
0.015 3,41%
0.01
0.005
0
ROA 2019 ROA 2020 ROA 2021
0.025
0.02
Rata-rata Return of Asset Mandiri selama 3 tahun = 2,20%
0.015
0.01
0.005
0
ROA 2019 ROA 2020 ROA 2021
Kesimpulan:
1. Bank BCA lebih efisien daripada bank Mandiri padahal aset bank Mandiri
lebih besar dari bank BCA.
2. Bank Mandiri yang memiliki aset lebih besar dari bank Mandiri tidak
mampu mencetak laba yang nilainya lebih besar daripada bank BCA.
3. ROA bank BCA cenderung stabil karena tidak pernah kurang dari 3%.
4. ROA bank Mandiri pada tahun 2020 mengalami penurunan yang
signifikan.
5. Hal ini menandakan bahwa bank BCA memiliki keunggulan karena
mampu menggunakan aset yang lebih sedikit dari bank Mandiri, tetapi
memiliki laba yang nilainya lebih tinggi daripada bank Mandiri dan
memiliki perbedaan sebanyak 1,20%
6. ROA bank BCA dan bank Mandiri tergolong sangat sehat karena lebih dari
1,5%
Return on Capital Employed (ROCE)
ROCE adalah rasio keuangan yang mengukur profitabilitas dan efisiensi dari
modal yang digunakan. Dengan kata lain, ROCE mengukur kinerja dalam
menghasilkan profit berdasarkan modal. Rasio ini digunakan untuk menganalisa
investasi modal kerja.
RETURN ON CAPITAL
EMPLOYED (ROCE) Return on capital employed = laba sebelum pajak
Total aset - total kewajiban lancar
0.19 0.08
0.185
0.06
0.18
0.175 0.04
0.17 0.02
0.165
0
0.16 ROCE 2019 ROCE 2020 ROCE 2021
ROCE 2019 ROCE 2020 ROCE 2021
Rata-rata ROCE Bank BCA selama 3 tahun = 18,86% Rata-rata ROCE Bank Mandiri selama 3 tahun = 10,16%
Analisis:
Berdasarkan data di atas kemampuan profitabilitas bank BCA lebih baik daripada
Bank Mandiri sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja bank BCA lebih
efisien daripada bank Mandiri selama tiga tahun belakangan ini. Namun, ROCE kedua
perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2020 yaitu bank BCA dari 20,3% ke
17,7% dan Bank Mandiri dari 12,5 ke 8,4% dan kembali mengalami peningkatan,
tetapi tidak terlalu signifikan pada tahun 2021
CASH FLOW TO SALES RATIO
(CFTSR)
Rasio ini membandingkan arus kas operasi perusahaan dengan pendapatan
penjualannya. Rasio ini memberikan indikasi kepada analis dan investor tentang
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan uang tunai dari penjualannya. Dengan kata
lain, ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengubah penjualannya menjadi
uang tunai. Ini dinyatakan sebagai persentase.Idealnya harus ada peningkatan paralel
dalam arus kas operasi dengan peningkatan penjualan.Oleh karena itu, uang tunai sama
pentingnya dengan penjualan dan keuntungan. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menerjemahkan penjualannya menjadi uang tunai.
CASH FLOW TO SALES RATIO (CFTSR)
Cash Ratio
Tahun BCA Mandiri
2019 0,4659936 0,1177178
2020 0,474388 0,1684395
2021 0,4727173 0,1459617
Quick Ratio
Quick Ratio
Tahun BCA Mandiri
2019 0,255521283 0,115986089
2020 0,259845562 0,052454227
2021 0,248324317 0,069143136
Membantu menganalisis kemampuan likuidas perusahaan terhadap
liabilitas jangka pendek. Berdasarkan perhitungan di atas, Bank BCA
memiliki Quick Ratio yang cenderung stabil karena tetap berada di angka
0,24 atau 0,25. Sempat mengalami kenaikan pada tahun 2020, tetapi tidak
terlalu signifikan. Pada Bank Mandiri, terjadi penurunan signifikan pada
tahun 2020 sebesar 0,63, tetapi naik lagi pada tahun 2020 sebesar 0,047.
Oleh karena itu, kedua bank tersebut memiliki kemampuan yang buruk
dalam menyelesaikan kewajiban mereka karena nilainya kurang dari 1
atau 100%
Current Ratio
Current Ratio
Tahun BCA Mandiri
2019 28,19% 26,63%
2020 46,17% 39,70%
2021 45,78% 30,80%
Berdasarkan perhitungan diatas, pada tahun 2019 current ratio yang dimiliki oleh BCA adalah
sebesar 28,19%. Artinya, bahwa setiap hutang lancar senilai satu rupiah hanya akan dijamin
dengan aktiva lancar sebesar 0,28. Ditahun 2020 nilai current ratio mengalami peningkatan
sebesar 17,98% dari tahun sebelumnya, nilai current ratio pada tahun 2020 adalah sebesar
46,17%. Artinya setiap hutang lancar senilai satu rupiah hanya akan dijamin oleh aktiva lancar
sebesar 0,46. Ditahun 2021 nilai current ratio BCA mengalami penurunan 0,39% dari tahun
sebelumnya. Nilai current ratio pada tahun 2021 adalah sebesar 45,78%. Artinya, utang lancar
senilai satu rupiah akan dijamin oleh aktiva sebesar 0,45. Berdasarkan perhitungan current
ratio pada BCA menunjukkan kondisi keuangan yang tidak likuid dari tahun 2019-2021
dikarenakan besarnya aktiva lancar sebagai jaminan atas kewajiban lancarnya selalu lebih kecil
dibandingkan dengan kewajiban lancet dalam periode tiga tahun tersebut.
Begitu pula dengan Bank Mandiri, berdasarkan perhitungan diatas
pada tahun 2019 current ratio yang dimiliki oleh Mandiri adalah
sebesar 26,63%. Artinya, bahwa setiap hutang lancar senilai satu
rupiah hanya akan dijamin dengan aktiva lancar sebesar 0,26. Ditahun
2020 nilai current ratio mengalami peningkatan sebesar 13,07% dari
tahun sebelumnya, nilai current ratio pada tahun 2020 adalah sebesar
39,70%. Artinya setiap hutang lancar senilai satu rupiah hanya akan
dijamin oleh aktiva lancar sebesar 0,46. Ditahun 2021 nilai current
ratio BCA mengalami penurunan 8,9% dari tahun sebelumnya. Nilai
current ratio pada tahun 2021 adalah sebesar 30,80%. Artinya, utang
lancar senilai satu rupiah akan dijamin oleh aktiva sebesar 0,30.
Berdasarkan perhitungan current ratio pada BCA menunjukkan kondisi
keuangan yang tidak likuid dari tahun 2019-2021 dikarenakan
besarnya aktiva lancar sebagai jaminan atas kewajiban lancarnya
selalu lebih kecil dibandingkan dengan kewajiban lancet dalam
periode tiga tahun tersebut.
Struktur Modal Bank BCA
1. Modal inti utama (Tier 1) mencapai 96,3% dari total modal atau sebesar Rp196,1 triliun, naik 9,0% dibandingkan tahun
sebelumnya
2. Sedangkan 3,7% dari total modal BCA atau sebesar Rp7,5 triliun merupakan modal pelengkap (Tier 2). Modal
pelengkap sebagian besar merupakan cadangan umum Penyisihan Penilaian Kualitas Aset (PPKA).
Kebijakan Manajemen atas Struktur Modal BCA
Memastikan posisi permodalan pada tingkat yang memadai guna mendukung pengembangan usaha
Bank dan entitas anak. Kecukupan modal BCA dihitung dengan menggunakan indikator Capital
Adequacy Ratio (CAR). BCA memiliki tingkat permodalan yang memadai dengan rasio CAR sebesar
25,7%, berada di atas ketentuan minimum sesuai profil risiko, dan termasuk tambahan penyangga
(buffer) sebesar 5,0%. BCA telah membentuk buffer sesuai dengan pemenuhan ketentuan PBI tentang
kewajiban pemenuhan Conservation Buffer, Countercyclical Buffer, dan Capital Surcharge sebagai
bank sistemik. Bank serta seluruh entitas anak secara terintegrasi telah melakukan stress testing
menggunakan berbagai skenario yang menghasilkan perubahan tingkat NPL dan pengaruhnya pada
laba, posisi likuiditas, dan permodalan. Secara umum, hasil stress testing menunjukkan bahwa posisi
likuiditas dan permodalan BCA dan entitas anak sangat memadai dalam mengantisipasi kerugian dari
potensi risiko-risiko yang dihadapi, berdasarkan skenario-skenario yang disusun. Kebutuhan
permodalan BCA sepenuhnya dapat terpenuhi dari pertumbuhan kinerja keuangan Bank yang sehat.
Sebagian besar dari laba bersih ditahan untuk peningkatan permodalan BCA setiap tahunnya.
Dasar Penetapan Kebijakan Manajemen atas
Struktur Modal
Kebijakan permodalan BCA senantiasa disesuaikan dengan memperhatikan
potensi bisnis namun tetap menerapkan prinsip kehati-hatian. Dengan mengacu
pada ketentuan OJK, Direksi menyusun rencana permodalan sebagai bagian dari
Rencana Bisnis Bank dan mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris.
Kebijakan atas struktur modal mengacu pada POJK No.11/POJK.03/2016
tanggal 2 Februari 2016 dan POJK No. 34/ POJK.03/2016 tanggal 26 September
2016 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.
KEBIJAKAN DIVIDEN BANK BCA
Pembayaran dividen ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPS
Tahunan). Secara berkala BCA mengkaji pembayaran dividen untuk menjaga posisi
permodalan yang solid dalam mendukung pertumbuhan bisnis. Berdasarkan hasil RUPS
Tahunan tanggal 9 April 2021, penetapan penggunaan sebagian laba bersih tahun 2020
untuk pemberian dividen tunai sebesar Rp13,1 triliun atau Rp106 per lembar saham
(dibayarkan melalui dividen interim sebesar Rp19,6 per lembar saham yang telah
dibayarkan pada tanggal 22 Desember 2020) dan dividen final sebesar Rp86,4 per lembar
saham yang dibayarkan pada tanggal 28 april 2021). Pembagian dividen ini setara dengan
dividend payout ratio sebesar 48,2% yang dibayarkan dari laba bersih tahun 2020. Grafik
berikut adalah catatan dividend payout ratio BCA dalam beberapa tahun terakhir.
Kebijakan Dividen Bank Mandiri
Kebijakan Dividen Pembagian dividen oleh Bank Mandiri dilakukan sekali dalam setahun melalui
proses penentuan dan persetujuan dari Pemegang Saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham
Tahunan (RUPST). Bank Mandiri memiliki kebijakan untuk membagikan dividen kepada pemegang
saham dengan tetap mempertahankan rasio pembayaran dividen sekitar 50% dari laba bersih setiap
tahunnya, kecuali RUPST menyatakan lain tergantung pada berbagai pertimbangan terkait kinerja
tahun yang bersangkutan. Beberapa faktor pertimbangan tersebut di antaranya adalah tingkat kesehatan
keuangan Bank Mandiri, tingkat kecukupan modal, kebutuhan dana Bank Mandiri untuk ekspansi
usaha lebih lanjut, tanpa mengurangi hak dari RUPST Bank Mandiri untuk menentukan sesuai dengan
ketentuan Anggaran Dasar Perusahaan. Bank Mandiri hanya akan membayar dividen dari laba bersih
berdasarkan hukum di Indonesia dan akan membayarkan dividen (jika ada) secara tunai dalam mata
uang Rupiah dan senantiasa menaati ketentuan yang berlaku di bursa efek dengan melakukan
pembayaran secara tepat waktu. Bank Mandiri tidak memiliki pembatasan (negative covenants)
sehubungan dengan pembatasan pihak ketiga dalam rangka pembagian dividen yang dapat merugikan
hak-hak pemegang saham publik.
Likuiditas Bank BCA
BCA memastikan kecukupan dana pada penempatan dana jangka pendek yang
likuid dan berisiko rendah, terutama pada penempatan surat berharga yang
diterbitkan Bank Indonesia yang bebas risiko. Sebagian besar likuiditas BCA
berasal dari penghimpunan dana giro dan tabungan (CASA) yang solid dengan
biaya bunga rendah. Selama tahun 2021, CASA tumbuh 19,1% menjadi Rp764,6
triliun dan memberikan kontribusi sebesar 78,9% dari total dana pihak ketiga.
Rasio CASA yang tinggi merupakan salah satu kekuatan BCA dalam
menghadapi tantangan ke depan, terutama terkait dengan potensi kenaikan suku
bunga yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Posisi Permodalan Kerja
Sebagai upaya untuk mendukung pertumbuhan bisnis Bank dan Anak
Perusahaan yang berkelanjutan, BCA selalu menjaga kondisi permodalan yang
memadai. Pada Desember 2021, Capital Adequacy Ratio (CAR) BCA secara
konsolidasi sebesar 26,9%. Kebutuhan permodalan Bank dipenuhi dari
pertumbuhan modal secara organik yang didukung oleh profitabilitas yang sehat.
Sesuai dengan POJK No.14/POJK.03/2017 tentang Rencana Aksi (Recovery
Plan) bagi Bank Sistemik, BCA telah menerbitkan obligasi subordinasi sebesar
Rp500 miliar pada tahun 2018 untuk memenuhi kewajiban penerbitan surat
utang yang memiliki karakteristik modal.