Anda di halaman 1dari 15

PERTEMUAN ke 12

Dra Ratih Dyah Pertiwi, M.Farm,Apt


Prodi Farmasi-FIKES
krem

Dra Ratih Dyah Pertiwi,M. Farm, Apt


Pengertian
Pengertian Krim :
 Menurut Farmakope Indonesia III, definisi Cream adalah
sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
 Menurut Farmakope Indonesia IV, Cream adalah bentuk
sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
 Menurut Formularium Nasional, Cream adalah sediaan
setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak
kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Batasan

• produk yang terdiri emulsi minyak dalam air


atau dispersi mikro kristal asam asam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air yang
dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan
untuk penggunaan kosmetika dan estetika.
• krem dapat digunakan untuk pemberian obat
melalui vagina
Beda krim dengan emulsi

• krim pada umumnya mempunyai konsistensi


yang lebih padat dibandingkan emulsi yang
berbentuk cair
• Mampu melekat pada permukaan tempat
pemakaian dalam waktu yang cukup lama
selama sdiaan ini dicuci atau dihilangkan
Efek pelekatan disebabkan oleh sifat rheologis
sediaan
Konsistensi krim

• bervariasi disesuaikan dengan


penggunaannya (kosmetika atau pengobatan)
dapat memberikan efek mengkilap,
berminyak, melembabkan mudah tersebar
merata, mudah berpenetrasi padakulit, mudah
diusap, mudah/susah dicuci dengan air
Kelebihan sediaan krim
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang
diabsorpsi tidak cukup beracun.
Kekurangan sediaan krim

1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan


krim harus dalam keadaan panas.
2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan
formula tidak pas.
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe
a/m karena terganggu sistem campuran terutama
disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi disebabkan penambahan salah satu
fase secara berlebihan
Komposisi formula krim

Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan


emulgit, lemak bulu domba, setaseum,
setilalkohol, steril alcohol, terietanolaminil
stearat, dan golongan sorbitan, polisorbat,
polietilenglikol, sabun.
 Fase minyak
1. hidrokarbon (parafin cair, petrolatum,
microcristalin wax dll)
2. Minyak dan lemak (minyak zaitun, almond oil,
trigliserida sintetik)
3. Wax (beeswax, lanolin dll)
4. asam lemak (as stearat, asam palmitat dll)
5. alkohol (staryl alkohol dll)
6. ester sintetik (iso propil miristat dll)
 Fase air
1. Humektan (gliserin, propilen glikol, PEG dll)
2. Agen penebal (pektin, derivat selulosa,
xanthan dll)
3. Alkohol (etanol, isopopanol)
4. air
Kualitas dasar krim :

• Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim


harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu
kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
• Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan
seluruh produk menjadi lunak dan homogen.
• Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang
paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
• Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata
melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan
• Basis
Krim itu adalah salep dengan basis emulsi. Emulsi sendiri ada 2 tipe, tipe
minyak dalam air (m/a) yaitu mengandung banyak air dan minyak terbagi rata
di dalam air, dan tipe air dalam minyak (a/m) yaitu mengandung banyak
minyak dan butir-butir air terbagi di dalam minyak.
1. Tipe M/A
Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai
pengemulsi campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur
konsistensi.

Sifat Emulsi M/A:


Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas. Untuk
mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang mudah
bercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol). Formulasi yang
baik adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan senyawa pelembab lain
sehingga membantu hidrasi kulit.
Contohnya : sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.
• 2. Tipe A/M
Mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lanae,
wool alcohol, atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam
lemak dengan logam bervalensi dua.
Sifat Emulsi A/M:
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan
minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya
mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung
sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau
bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit
bercampur/dicuci dengan air.
Contohnya : Sabun monovalen (TEA, Na stearat, K stearat, Amonium
stearat), Tween, Na lauril sulfat, kuning telur, Gelatin, Caseinum,
CMC, Pektin, Emulgid.
Pembuatan krim

Pembuatan krim dapat dilakukan dengan dua metode berbeda


1. Metode pertama yaitu bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase
minyak) dilebur bersama di atas penangas air pada suhu 70 0C sampai
semua bahan lebur, dan bahan-bahan yang larut dalam air (fase air)
dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas juga pada suhu 70 0C sampai
semua bahan larut, kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai
terbentuk massa krim.
2. Metode kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun fase air
dicampurkan untuk dilebur di atas penangas air sampai lebur, baru
kemudian langsung digerus sampai terbentuk massa krim.
Baik metode pertama maupun metode kedua, sama-sama menghasilkan
sediaan krim yang stabil, bila proses penggerusan dilakukan dengan cepat
dan kuat dalam mortar yang panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi
dengan metode kedua, kita dapat menggunakan peralatan yang lebih
sedikit daripada metode pertama.

Anda mungkin juga menyukai