Anda di halaman 1dari 35

Referat

Aborsi dalam Sudut Pandang Etika Biomedis

Preseptor :
Dr. dr. Rika Susanti, Sp.F

Kelompok 1:

Wulandari Ridwan Mas 1740312045 Karolina 1840312203


Aulia Rahmi 1740312106 Feby Febriatama 1840312205
Annisa Ramadhianita 1740312107 Nugra Daary Razsky 1840312246
Sri Ayu Rihana 1840312012
Fariz Hidayatullah 1840312247
Mutia Sari Amanda 1840312014
M. Bintang Ilhami 1210313055
Rian Rizki Anada 1840312201
Bab 1
Pendahuluan
Latar Belakang
Abortus dalam arti harfiyah adalah menghentikan kehamilan sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena kasus abortus banyak yang
tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi.
Menurut WHO, setiap tahun di dunia diperkirakan 40 - 50 juta wanita
menghadapi kehamilan yang tidak direncanakan memutuskan untuk melakukan
aborsi.
Abortus telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi selama itu
belum ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan abortus. Peraturan
mengenai hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4 M di mana telah ada
larangan untuk melakukan abortus.
Etika biomedis sendiri pada dasarnya merupakan “the study of the ethical,
social, legal, philosophical and other related issues arising in the biological
sciences and in health care.”
Di lihat dari definisi itu saja sudah jelas bahwa etika biomedis lebih cenderung
mengarah pada ilmu kedokteran itu sendiri.
Bioetika sendiri pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani, “bios” yang artinya
kehidupan dan “ethikos” yang artinya moral.
Dalam pandangan kami, apabila etika biomedis ini diterapkan maka kehidupan
akan menjadi satu hal yang menjadi tujuan dunia kedokteran. Untuk itu penulis
merasa perlu untuk membahas mengenai abortus dalam sudut pandang etika
biomedis.
Metode Penulisan
Penulisan referat ini menggunakan metode penulisan tinjauan pustaka yang
merujuk pada berbagai literature.

Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami serta menambah pengetahuan
tentang abortus dan aspek etika biomedis terhadap abortus.
Bab 2
Tinjauan Pustaka
Definisi
Abortus adalah ancaman atau penegeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
Epidemiologi
Menurut WHO di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta
ibu yang tidak menginginkan kehamilannya dan melakukan aborsi
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ),
diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta jiwa
dari 5 juta kelahiran per tahun.
Data dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Pusat, pelaku
aborsi justru paling banyak adalah perempuan yang sudah menikah karena
program KB-nya gagal
Macam-macam Aborsi

a. Aborsi Provacatus
Abortus ini terjadi karena rekayasa dan upaya manusia untuk menghentikan
kehamilan yang tidak dikehendaki oleh si ibu karena sebab-sebab tertentu.
b. Abortus Provocatus criminal
Abortus yang dilakukan tanpa indikasi yang jelas dan biasanya dilakukan
secara ilegal sehingga banyak menimbulkan kompilasi pasca abortus.
c. Abortus Spontaneous
Abortus ini terjadi tidak disengaja dan tidak direkayasa manusia dan
biasannya terjadi spontan pada masa ibu hamil muda (kurang dari 16 minggu
kehamilan) yaitu sebelum terbentuk placenta.
Faktor Resiko
Beberapa kalangan menyakini faktor penyebab melakukan aborsi adalah
kehamilan yang tidak direncanakan akibat dari
a. Seks Pranikah
b. Perkosaan
c. Kontrasepsi yang gagal
d. Takut dianggap aib keluarga
Metode yang sering Digunakan dalam Aborsi

1. Pada umur kehamilan sampai dengan 4 minggu


Kerja fisik yang berlebihan, misalnya : Olahraga berlebihan, naik kuda, mendaki
gunung, naik turun tangga dan sebagainya agar diharapkan kontraksi dari uterus.
Melakukan kekerasan pada daerah perut misalnya pemijatan daerah perut bagian
bawah.
Pemberian obat pencahar.
Coitus yang berlebihan
Pemberian obat-obatan dan bahan kimia seperti : Purgative/laxantia (Nanas
muda, pecehan gelas halus, castor oil, MgSO4), Caetica, Ecbolic/Oksitosik
(Ergot, Secaleconutum, Kinine, Metilsalisilat), Emmenagogum /Pelancar haid
(Kontaridas, opiol, arsen, striknin, Metalic salt/logam berat (Garam, Pb, As, Hg),
Jamur peluntur, anggur, bubuk beras dicampur dengan merica hitam.
Electric shock untuk merangsang rahim.
2. Pada umur kehamilan sampai dengan 8 minggu
Pemberian obat-obat yang merangsang otot rahim dan pencahar agar terjadi
peningkatan “menstrual flow” dan preparat hormonal guna mengganggu
keseimbangan hormonal.
Penyuntikan cairan ke dalam rahim agar terjadi separasi dari plasenta dan
amnion atau menyuntikkan cairan yang mengandung karbol (carbolic acid).
Menyisipkan benda asing ke dalam mulut rahim, seperti kateter atau pensil
dengan maksud agar terjadi dilatasi mulut rahim yang dapat berakhir
dengan abortus.
3. Pada umur kehamilan antara 12-16 minggu
Menusuk dengan benda runcing seperti sapu lidi, paku, pensil, sonde,
batang jarak, keteter, ruji sepeda.
Melepaskan fetus
Memasukkan pasta atau cairan sabun.
Dengan instrumen; kuretase.
Komplikasi Abortus Provocatus Kriminalis
Kematian segera (Immediate Death)
Vagal reflex
Emboli udara/lemak
Perdarahan
Kematian tidak begitu cepat/ lambat ( Delayed death )
Emboli cairan
Perdarahan
Septikemia
Peritonitis generalisata
Infeksi lokal/ toxemia
Tetanus
Kematian Paling Lambat ( Remote Death)
Sepsis : tercium bau busuk dari vagina (foetor), demam tinggi, gemetar.
Gagal ginjal akut
Jaundice dan renal suppression
Endocarditis bacterial
Pneumoni, empyema, meningitis
Pemeriksaan pada Abortus Provokatus Kriminalis
1. Korban Hidup
Tanda kehamilan
Usaha penghentian kehamilan tanda kekerasan pada genitalia, perut bawah
dan pemeriksaan toksikologi.
Hasil dari usaha penghentian kehamilan
IUFD (Intra Uterine Fetal death)
Sisa jaringan ------> Mikroskopis/ PA:
Sel trofoblast menunjukkan tanda hamil
Jejas menunjukkan tanda usaha penghentian kehamilan
Sel radang menunjukkan tanda intravitalis
2. Korban mati
Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin, sebaiknya ( 12-16 jam),
pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa.
Pemeriksaan post mortem meliputi :
Tentukan apakah hamil/ baru saja hamil
 Tanda baru saja abortus
 Tanda kekerasan
 Tentukan sebab kematian.
Pembuktian Kasus Aborsi
Untuk dapat membuktikan apakah kematian seorang wanita itu merupakan
akibat dari tindakan abortus yang dilakukan atas dirinya, diperlukan
petunjuk-petunjuk adanya kehamilan.
Umur kehamilan bila dipakai pengertian abortus menurut pengertian medis.
Adanya hubungan sebab akibat antara abortus dengan kematian.
Adanya hubungan antara saat dilakukannya tindakan abortus dengan saat
kematian.
Adanya barang bukti yang dipergunakan untuk melakukan abortus sesuai
dengan metode yang dipergunakan.
Pasal-pasal yang Berkaitan dengan Aborsi
 Abortus atas indikasi medik diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 75,76, dan 77.
 Pasal 75
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam
nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
kandungan; atau:
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
4.Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan aborsi provokatus
kriminalis yaitu pasal 299, 346,347,348, 349 KUHP
Pasal 299 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh
supaya diobati dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 346 KUHP
 Seorang wanita dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347 KUHP


 (1) Barang siapa dngan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
 (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348 KUHP


 (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
 (2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 394 KUHP
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan
salah satu kejahatan yang diterapkan dalam Pasal 347 dan 348, maka
pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.
Bagi perempuan yang ingin melakukan aborsi kehamilan akibat perkosaan
akan mendapatkan fasilitas yang bermutu dalam melaksanakan suatu
tindakan aborsi sebagaimana yang udah diatur didalam pasal 35 ayat (2)
Peraturan pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2014 tentang
KesehatanReproduksi yaitu sebagai berikut:
1.Harus dilakukan oleh dokter sesuai dengan standar;
2.Dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh menteri;
3.Atas permintaan atau persetujuan perempuan hamil yang bersangkutan;
4.Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
5.Tidak diskriminatif, dan;
6.Tidak mengutamakan imbalan materi.
Kode Etik kedokteran
Etika adalah seperangkat asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak
seperti dalam Kode Etik. Etik profesi kedokteran merupakan seperangkat
perilaku para dokter dalam hubungannya dengan pasien, keluarga,
masyarakat, teman sejawat dan mitra kerja.
Pelanggaran terhadap LSDI dan KODEKI ada yang merupakan
pelanggaran etik semata-mata dan ada pula yang merupakan pelanggaran
etik dan sekaligus pelanggaran hukum, sebaliknya pelanggaran hukum
tidak selalu merupakan pelanggaran etik kedokteran.
Pelanggaran etik murni
Menarik imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan jasa dari
keluarga sejawat dokter dan dokter gigi.
Mengambil alih pasien tanpa persetujuansejawatnya
Tidak pernah mengikuti pendidikan kedokteran berkesinambungan.
Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri.
Pelanggaran etikolegal
Pelayanan kedokteran dibawah standar.
Menerbitkan keterangan surat palsu.
Membuka rahasia jabatan atau pekerjaan dokter.
Abortus provokatus.
Pelecehan seksual.
Bentuk sanksi pelanggaran etik dapat berupa:
Teguran atau tuntutan secara lisan atau tulisan.
Penundaan kenaikan gaji atau pangkat.
Penurunan gaji atau pangkat setingkat lebih rendah.
Dicabut izin praktik dokter untuk sementara atau selama- lamanya.
Pada kasus pelanggaran etikolegal diberikan hukuman sesuai
peraturan kepegawaiaan yang berlaku dan diproses ke pengadilan.
Etika Biomedis dan Aborsi
Etika kedokteran berbicara tentang bidang medis dan profesi kedokteran
saja, terutama hubungan dokter dengan pasien, keluarga, masyarakat, dan
teman sejawat. Oleh karena itu, sejak tiga dekade terakhir ini telah
dikembangkan bioetika atau yang disebut juga dengan etika biomedis.
Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-
masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran,
tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa
sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang
akan datang.
Aborsi (memutuskan tali kehidupan yang sedang berlangsung) terhadap
janin dilarang kecuali karena alasan medis dimana nyawa ibu terancam.
Ada beberapa pandangan mengenai status janin (misalnya baru ‘ada
kehidupan’ dari janin baru setelah pembuahan atau setelah 3 bulan dst).
Namun pada umumnya disepakati bahwa “penghargaan terhadap kehidupan
manusiawi harus dilakukan sejak permulaan.”
Dasar pertimbangan etis untuk aborsi yang diperbolehkan adalah : keadaan
ibu dan janin yang terancam (orang dihadapkan pada kenyataan yang serba
sulit), tindakan yang diambil haruslah baik atau tindakan normal, intensi
haruslah sampai pada efek yang baik (motivasi dan motif tindakan haruslah
positif).
Bab 3
Kesimpulan
Abortus adalah ancaman atau penegeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. ingkat aborsi di Indonesia sekitar 2 sampai
2,6 juta kasus pertahun, yang 30% dari aborsi tersebut dilakukan oleh
mereka di usia 15-24 tahun.
Etika biomedis sendiri pada dasarnya merupakan “the study of the ethical,
social, legal, philosophical and other related issues arising in the
biological sciences and in health care.”
Abortus dibedakan menjadi abortus provkatus dan abortus spontaneous.
Beberapa kalangan menyakini faktor penyebab melakukan aborsi adalah
kehamilan yang tidak direncanakan akibat dari seks pranikah, perkosaan,
konsepsi yang gagal dan takut dianggap aib keluarga.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam abortus berdasarkan umur
kandungan yang menyebabkan beberapa komplikasi bahkan sampai
kematian.
Tanda-tanda abortus yang baru terjadi adalah : bercak darah pada vagina,
ditemukan cairan, vagina yang longgar, laserasi dan luka yang terdapat
pada vagina. Serviks membuka, bisa terdapat dan bisa juga tidak terdapat
robekan. Uterus membesar dan payudara juga membesar.
Abortus atas indikasi medik diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 75,76, dan 77.
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
disahkan pada tanggal 21 Juli 2014. Beberapa pasal yang menjadi polemik
adalah Pasal 31 dan Pasal 34, yang menyatakan adanya legalisasi terhadap
tindakan aborsi. Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan
aborsi provokatus kriminalis yaitu pasal 299, 346,347,348, 349 KUHP.
Dasar pertimbangan etis untuk aborsi yang diperbolehkan adalah : keadaan
ibu dan janin yang terancam (orang dihadapkan pada kenyataan yang serba
sulit), tindakan yang diambil haruslah baik atau tindakan normal, intensi
haruslah sampai pada efek yang baik (motivasi dan motif tindakan haruslah
positif).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai