Analisis Laporan Pendidikan Oecd

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS LAPORAN PENDIDIKAN OECD

(ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


RENDAHNYA KEMAMPUAN LITERASI
SAINS PESERTA DIDIK)

Dosen Pengampu:
Dr.Riswanti Rini, M.Si

Disusun oleh:
Adi Widiatmoko (2323012011)
Ikhman Alhakki (2323012012)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi manusia dan menjadi penentu keberhasilan ekonomi
suatu bangsa. Kebutuhan terhadap pendidikan merupakan salah hal mendasar bagi setiap manusia.
Keterampilan pada abad 21 menjadi fokus utama pendidikan saat ini, salah satu keterampilan yang sangat
penting untuk diperhatikan agar peserta didik mampu mengaplikasikan sains dengan tepat adalah literasi
sains Literasi sains merupakan kemampuan seseorang menerapkan pengetahuannya untuk mengidentifikasi
pertanyaan, mengkonstruksi pengetahuan baru, memberikan penjelasan secara ilmiah, mengambil
kesimpulan berdasarkan buktibukti ilmiah, dan kemampuan mengembangkan pola pikir reflektif sehingga
mampu berpartisipasi dalam mengatasi isu-isu dan gagasan-gagasan terkait sains (OECD, 2019).
Selama hampir 20 tahun terakhir sejak PISA merilis hasil kemampuan literasi sains peserta didik di
seluruh dunia, Negara Indonesia selalu berada pada urutan bawah. Hal ini menunjukan bahwa kualitas
pembelajaran sains di Indonesia jauh di bawah negara-negara anggota OECD Oleh karena itu perlu
diidentifikasi apa saja faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik di Indonesia
sehingga dapat memunculkan ide atau gagasan untuk bisa membenahinya
Rumusan Masalah
1.Apakah yang dimaksud dengan OECD?
2.Bagaimana literasi sains di Indonesia berdasarakan OECD?
3.Apakah faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi sains
berdasarakan OECD?
4. Bagaimana kurikulum di Indonesia berdasarkan hasil PISA?
Tujuan Manfaat

1.Untuk mengetahui yang dimaksud dengan OECD.


1.Bagi Penulis, sebagai sarana pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang analisis OECD dalam mempengaruhi
2.Untuk mengetahui literasi sains di Indonesia berdasarakan pendidikan di Indonesia.
OECD.
2.Bagi Pembaca, sebagai media informasi tentang analisis OECD
3.Untuk mengetahui faktor penyebab rendahnya dalam mempengaruhi pendidikan di Indonesia .
kemampuan literasi sains berdasarakan OECD.

4.Untuk mengetahui bagaimana kurikulum di Indonesia


berdasarkan hasil PISA.
BAB II
PEMBAHASA
N
Pengertian OECD
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi ( Organisation for Economic Co-
operation and Development, OECD) merupakan sebuah organisasi internasional dengan tiga
puluh negara yang menerima prinsip demokrasi perwakilan dan ekonomi pasar bebas.
Berawal tahun 1948 dengan nama Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi Eropa (OEEC -
Organisation for European Economic Co-operation), dipimpin oleh Robert Marjolin dari
Prancis, untuk membantu menjalankan Marshall Plan, untuk rekonstruksi Eropa setelah
Perang Dunia II. Kemudian, keanggotaannya merambah negara-negara non-Eropa, dan tahun
1961, dibentuk kembali menjadi OECD oleh Konvensi tentang Organisasi untuk Kerja Sama
dan Pembangunan Ekonomi.
Literasi Sains di Indonesia
Literasi sains merupakan keterampilan yang diaplikasikan untuk mendefinisikan femonena secara
sains atau ilmiah. OECD dalam PISA tahun 2000 menunjukkan bahwa “kemampuan literasi sains untuk
peserta didik SMP Indonesia mencapai skor 393”berada pada urutan “ke-38 dari 41 negara”dan tes
PISA tahun 2003 mencapai “skor 395” urutan ke-38 dari 41 negara (Dadi Setiadi, 2014). Hasil tes yang
sama pada tahun 2006 peserta didik Indonesia mencapai skor 393 berada pada urutan 50 dari 57 negara
peserta dan termasuk berada pada tingkat 1” (OECD, 2007) dan skor sains pada tes PISA tahun 2009
adalah “383 ranking 57 dari 65 negara peserta. Serta pada tahun 2012 tes science yang sama peserta
didik Indonesia meraih skor 382 urutan ke 64 dari 65 peserta (OECD, 2013). Pada PISA 2015 skor
literasi sains peserta didik mengalami sedikit peningkatan dari 382 tahun 2012 menjadi 403 tahun 2015
sekaligus menempatkan Indonesia pada urutan 62 dari 72 negara peserta (kemendikbud, 2016).
Sedangkan pada PISA tahun 2018 kembali skor literasi sains peserta didik menurun menjadi 396 urutan
ke 70 dari 78 negara peserta (kompas.com, 2019). Berikut daftar lierasi sains Indonesia mulai tahun
2000 sampai 2018
Teori Dasar tentang Faktor rendahnya Literasi Sains

Menurut Hayat & Yusuf (2006) lingkungan dan iklim belajar disekolah
mempengaruhi variasi skor literasi siswa. Demikian juga keadaan infrastruktur
sekolah, sumber daya manusia sekolah dan tipe organisasi serta manajemen
sekolah, sangat signifikan pengaruhnya terhadap prestasi literasi siswa. Kurnia
et al. (2014) juga mengungkapkan rendahnya literasi sains siswa Indonesia
berkaitan erat dengan adamya kesenjangan antara pembelajaran IPA yang
diterapkan di sekolah dan tuntutan PISA.
Faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi sains
Peserta didik

1) Pemilihan Buku Ajar 4) Rendahnya Kemampuan Membaca

5) Lingkungan Iklim Belajar


2) Misskonsepsi

3) Pembelajaran Tidak Kontekstual


Kurikulum dan Hasil PISA

Gambar 5. Trend Capaian PISA Anak Indonesia dari Tahun 2000 Hingga 2018
pada Bidang Literasi Baca dan Matematika (Sumber: (OECD, 2019a)
Pada bidang literasi baca, terjadi peningkatan kemampuan pada hasil PISA 2003,
2006 dan 2009 jika dibandingkan dengan hasil PISA sebelumnya. Akan tetapi, trend
ini kemudian berbalik menjadi lebih buruk pada siklus PISA berikutnya, terutama
pada PISA 2018 yang capaiannya turun tajam dan sama seperti PISA 2000, yaitu
dengan skor rata-rata 371. Sedangkan pada bidang matematika, meskipun secara
umum menunjukkan trend yang meningkat, peningkatan ini diikuti dengan
penurunan yang signifikan terutama pada siklus PISA 2009 dan PISA 2018. Dalam
kurun waktu 15 tahun sejak tahun 2003, peningkatannya hanya 19 point jika
dibandingkan dengan capaian PISA 2018.
Gambar 6. Trend Capaian PISA Anak Indonesia dari Tahun 2000 Hingga 2018 pada Bidang Literasi Baca dan Matematika
dan Penerapan KBK, KTSP dan K13 (Sumber: (OECD, 2019a)
Jika ditinjau dari penerapan KTSP yang mulai diterapkan sejak tahun 2006,
terdapat trend yang menurun pada bidang Literasi Baca antara PISA 2009 (skor
402) dengan PISA 2012 (skor 396). Akan tetapi, terdapat hubungan yang positif
pada bidang matematika, dimana terjadi kenaikan antara hasil PISA 2009 (skor
371) dengan PISA 2012 (375). Pada penerapan K13 yang mulai diterapkan sejak
tahun 2013, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara penerapan
K13 dengan trend hasil PISA 2015 dan 2018 baik di bidang Literasi Baca
maupun di bidang matematika. Pada bidang Literasi Baca, terjadi penurunan
yang signifikan antara hasil PISA 2015 dengan 2018 dimana pada PISA 2015
skor rata-rata mencapai 397 kemudian terjun menjadi 371 pada PISA 2018.
Trend yang sama juga terjadi pada bidang matematika dimana skor rata-rata
pada PISA 2015 adalah 386 turun menjadi 379 pada PISA 2018.
BAB III
PENUTUP
Selama hampir 20 tahun terakhir sejak dirilis oleh PISA, literasi sains Indonesia tidak mengalami peningkatan
yang signifikan. Skor literasi sains peserta didik berkisar antara 393 tahun 2000 sampai 396 tahun 2018. Angka ini
masih jauh di bawah skor rata-rata Negara anggota OECD yakni 489. Ada beberapa faktor penyebab rendahnya
kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia yang dikemukakan oleh para peneliti berkaitan dengan hasil
PISA Indonesia. Diantaranya a). Pemilihan buku ajar, b). Miskonsepsi, c). Pembelajaran tidak kontekstual, d).
Rendahnya kemampuan membaca, dan e). Lingkungan dan iklim belajar yang tidak kondusif.
Perubahan kurikulum selama ini tidak mampu berbuat banyak untuk mendongkrak kemampuan literasi baca dan
metematika siswa Indonesia. Bahkan perubahan kurikulum tersebut berdampak negatif terhadap hasil PISA,
dimana trend hasil PISA siswa Indonesia pada aspek baca dan matematika sejak tahun 2000 hingga 2018
menunjukkan trend yang menurun meskipun telah tiga kali perubahan kurikulum. Oleh karena itu, pemerintah
perlu kembali mengkaji dan melakukan perubahan kurikulum secara radikal yang menitikberatkan pada penguatan
aspek literasi baca dan literasi matematika (numerasi) siswa.
Terimakasih!

Anda mungkin juga menyukai