Proses Perumusan Kebijakan Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

PROSES PERUMUSAN

KEBIJAKAN PENDIDIKAN

MATA KULIAH: PENGAMBILAN KEPUTUSAN


DAN ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN
KELOMPOK 9
Meily Rosmayanti (2323012002)
Rafika Indah (2323012010)
Hermawan (2323012014)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sowiyah, M.Pd.
Dr. Riswandi, M.Pd
LEGITIMASI PENDIDIKAN
Legitimasi adalah kualitas hukum yang
berbasis pada penerimaan putusan dalam
peradilan, dapat pula diartikan seberapa jauh
masyarakat mau menerima dan mengakui
kewenangan, keputusan atau kebijakan yang
diambil oleh seorang pemimpin.
Setelah kebijakan berhasil diformulasikan,
sebelum diterapkan pada masyarakat,
kebijakan tersebut haruslah memperoleh
legitimasi (pengesahan) atau kekuatan hukum
yang mengatur penerapan (implementasi)
kebijakan pada masyarakat.
Menurut Andrain berdasarkan prinsip pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap
pemerintah, maka legitimasi dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu:
1.Legitimasi tradisional : masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada
pemimpin pemerintahan karena pemimpin tersebut merupakan keturunan pemimpin
"berdarah biru" yang dipercaya harus memimpin masyarakat.
2.Legitimasi ideologi : masyarakat memberikan dukungan kepada pemimpin
pemerintahan karena pemimpin tersebut dianggap sebagai penafsir dan pelaksana
ideologi.
3.Legitimasi kualitas pribadi : masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan
kepada pemerintah karena pemimpin tersebut memiliki kualitas pribadi berupa
kharismatik maupun penampilan pribadi dan prestasi cemerlang dalam bidang
tertentu.
4. Legitimasi prosedural: masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada
pemerintah karena pemimpin tersebut mendapat kewenangan menurut prosedur yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

5. Legitimasi instrumental: masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada


pemerintah karena pemimpin tersebut menjanjikan atau menjamin kesejahteraan
materiil kepada masyarakat.
Kebijakan yang telah diformulasikan dan dısahkan secara formal tersebut,
ternyata bukanlah sesuatu yang sudah final. Masih memungkinkan adanya
revisi, perbaikan, dan penyempurnaan, dan legitimasi tersebut dilakukan
antara lain juga dalam rangka menyempurnakan, agar ketika dilaksanakan
nantinya tidak mengalamı hambatan. Sebab, dengan legitimasi ini, rakyat akan
menyatakan dukungan oleh karena sesuai dengan aspirası dan harapannya.
Kegiatan legitimasi adalah mencari dukungan sekaligus menyempurnakan
kebijakan, sedangkan hasil akhir legitimasi adalah rumusan kebijakan yang
sudah sah dan dianggap final.
Komunikasi dan Sosialisasi
Kebijakan Pendidikan

Komunikasi kebijakan pendidikan


Carter Vadalah
Good 1959sosialisasi atas rumusan kebijakan
pendidikan yang sudah di legitimasi. Komunikasi dan sosialisasi merupakan suatu
proses berbagi informası, ide, atau sikap dalam penyampaian informasi secara
terbuka berupa peraturan, program, maupun keputusan dari satu pihak (pemilik
program) ke pihak lain (masyarakat luas) dan proses pemberdayaan, dimana
diharapkan dapat menumbuhkan perubahan sikap, perilaku masyarakat dan
menumbuhkan kesadaran kritis terhadap informasi yang dibagikan.
Komunikasi dan Sosialisasi
Kebijakan Pendidikan
Tujuan komunikasi dan sosialisasi kebijakan pendidikan pada umumnya adalah
mengupayakan masyarakat luas memahami dan mampu menginternalisasikan makna
Carter V Good 1959
dari tujuan dan konsep dari keputusan pemerintah terkait kebijakan Pendidikan.

Sedangkan secara khusus adalah agar terdapatnya kerjasama dan komitmen antara
pemerintah dengan masyarakat, atau antara masyarakat dengan masyarakat untuk
membuat rencana, menjalankan rencana dan memonitor-mensupervisi secara
bersama, dapat membangkitkan motivasi kelompok strategis dan kelompok peduli
untuk melakukan tindakan baik dalam kerjasama maupun membangun pengawasan
terhadap tujuan kebijakan pendidikan, dan menyebarluaskan hasil-hasil
perkembangan program kebijakan pendidikan kepada masyarakat luas.
Implementasi Kebijakan Pendidikan

Dalam hal tercapainya efektivitas implementasi kebijakan didasari


pada tiga prinsip yang perlu dipenuhi (Yuliah, 2020) yakni:

1. Ketepatan kebijakan

2. Kesesuaian kebijakan yang telah dirumuskan


dengan bentuk masalah yang akan diselesaikan

3. Kesesuaian kewenangan lembaga yang menciptakan


kebijakan dengan karakter kebijakan yang dibuat.
Strategi dan Langkah Implementasi
Kebijakan Pendidikan

1. Mengindentifikasi isu-isu yang harus dilaksanakan

2. Menentukan tujuan yang ingin dicapai

3. Merancang struktur proses implementasi


Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah keterlibatan aktif dari


seseorang, atau sekelompok orang
(masyarakat) secara sadar untuk
berkontribusi secara sukarela dalam
program pendidikan dan terlibat aktif
mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
monitoring sampai pada tahap evaluasi.
Partisipasi Masyarakat

Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 Bab III Pasal 4 peran serta/par-
tisipasi masyarakat dapat berbentuk:
Carter V Good 1959

1. Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah


atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali
pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan
sekolah;

2. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan


atau membantu melaksanakan pengajaran, pembimbingan dan/atau pelatihan
peserta didik;
Partisipasi Masyarakat

3. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu


Carter V Good 1959
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dan/atau penelitian dan
pengembangan;

4. Pengadaan dan/atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum


diadakan dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menunjang
pendidikan nasional;

5. Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf,


hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis;
Partisipasi Masyarakat

6. Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja;


Carter V Good 1959

7. Pemberian bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan


pendidikan dan pengembangan pendidikan nasional;

8. Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan


kebijakan dan/atau penyelenggaraan pengembangan pendidikan;

9. Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan


pengembangan;
Evaluasi
Kebijakan Pendidikan
Evaluasi kebijakan pendidikan adalah
upaya yang bertujuan untuk
memastikan apakah kebijakan
pendidikan sudah mematuhi kriteria
yang ditetapkan dan memiliki dampak
yang diinginkan pada target yang
dituju.
Tujuan Evaluasi Kebijakan Pendidikan

Subarsono (2013) memaparkan bahwa evaluasi


kebijakan bertujuan untuk:

1. Memastikan tingkat kinerja suatu


kebijakan, dengan demikian mengungkap
sejauh mana tujuannya tercapai.
2. Mengukur tingkat efisiensi dalam suatu
kebijakan.
Manfaat Evaluasi Kebijakan Pendidikan

Manfaat yang diperoleh dari evaluasi kebijakan pendidikan, meliputi:

1. Memastikan pemahaman yang komprehensif tentang keberhasilan kebijakan, sehingga memperoleh


panduan melalui evaluasi yang menentukan apakah tujuan telah tercapai atau tidak.
2. Menilai kemanjuran suatu kebijakan dengan mengukur kemampuannya untuk mencapai keberhasilan
atau gagal.
3. Mencegah pengulangan kesalahan dalam informasi yang berkaitan dengan evaluasi kebijakan yang
memadai, menawarkan indikasi untuk menghindari terulangnya kesalahan kebijakan yang sama atau
lainnya dari waktu ke waktu. (Lukitasari dkk., 2017)
Manfaat Evaluasi Kebijakan Pendidikan

Menurut Subarsono (2013) evaluasi kinerja kebijakan pendidikan dapat dilakukan dengan
melakukan penilaian komprehensif terhadap:
1. Pencapaian target (output),
2. Pencapaian tujuan kebijakan (outcome),
3. Kesenjangan (gap) antar target dan tujuan dengan pencapaian,
4. Perbandingan (benchmarking) dengan kebijakan yang sama di tempat lain yang berhasil,
5. Indentifikasi faktor pendukung keberhasilan dan kegagalan sehingga menyebabkan
kesenjangan, dan
6. Memberikan rekomendasi untuk menanggulangi kesenjangan.
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai