Anda di halaman 1dari 46

PANGGILAN HIDUP MANUSIA

Oleh : Uriyani Eka Putri,S.Pd,S.Ag


ADA BEBERAPA POKOK HAL UNTUK MEMAHAMI
MATERI PANGGILAN HIDUP MANUSIA

Makna Panggilan Alasan Panggilan Tujuan Panggilan Macam-macam


Hidup Hidup Hidup Panggilan Hidup
MAKNA PANGGILAN HIDUP MANUSIA
• Arti kata panggilan hidup dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pang.gil.an
hidup kecenderungan hati untuk melakukan suatu pekerjaan dsb.
• Panggilan hidup adalah suatu dorongan dari dalam diri manusia untuk berkarya sesuai
agenda Tuhan dengan menggunakan karunia yang ada dalam dirinya.
• Panggilan berarti seruan yang membuat orang mengarahkan pandangan kepada si penyeru.
Dengan demikian panggilan hidup adalah seruan yang membuat seseorang mengarahkan
hidupnya kepada suatu titik. Bila dihubungkan dengan panggilan Tuhan, maka panggilan
hidup itu sendiri berarti seruan Tuhan kepada setiap orang percaya supaya mengarahkan
hidup mereka kepada apa yang menjadi kehendak Tuhan. Pernyataan Allah ini bisa bersifat
umum bagi seluruh manusia, tapi juga bersifat khusus untuk setiap individu secara unik.
ALASAN PANGGILAN HIDUP

Manusia dipanggil untuk


Manusia dipanggil menjadi rekan
memuliakan,memuji,menghormati,dan
kerja Allah
mengabdi kepada Allah
MANUSIA DIPANGGIL UNTUK MEMULIAKAN,
MEMUJI,MENGHORMATI DAN MENGABDI KEPADA ALLAH

• Memuliakan Allah adalah mengakui kebesaran-Nya dan menghormati-Nya melalui pujian


dan penyembahan, karena Ia, dan Ia saja, layak dipuji, dihormati dan disembah. Kemuliaan
adalah bagian pokok dari khodrat-Nya, dan kita memuliakan Dia dengan mengakui bagian
pokok-Nya itu.

• Pertanyaan yang timbul ialah jika Allah memang empunya segala kemuliaan, bagaimana kita
dapat "memberi-Nya" kemuliaan? Bagaimana caranya memberi Allah sesuatu yang adalah
bagian dari DiriNya?
• Kuncinya ditemukan dalam 1 Tawarikh 16:28-29, "Berilah kepada Tuhan, hai segala bangsa
manusia, berilah kepada Tuhan hormat dan puji. Berilah kepada Tuhan hormat namanya,
bawalah akan persembahan dan datanglah kamu menghadap hadirat-Nya; sembah sujudlah
kepada Tuhan serta berpakaikan pakaian hari raya yang suci" (versi Terjemahan Lama). Di
dalam ayat ini, kita mengamati ada dua tindakan kita yang dapat memuliakan Allah.
Pertama, kita "memberi...hormat dan puji" karena ialah hak-Nya. Tidak ada pihak lain yang
layak dipuji dan disembah selayaknya Allah. Yesaya 42:8 mengulangi hal ini: "Aku ini
TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau
kemasyhuran-Ku kepada patung." Yang kedua, kita "bawalah persembahan...dan
menghadap" kepada Allah sebagai bagian dari penyembahan yang memuliakan-Nya.
Persembahan apakah yang perlu kita bawa, yang memuliakan Dia?
• Persembahan yang kita berikan kepada Allah dalam megahnya kekudusan-Nya adalah
persetujuan, ketaatan, ketundukan, dan pengulangan atribut-Nya. Memuliakan Allah dimulai
dengan menyetujui segala sesuatu yang telah Ia firmankan, terutama yang berhubungan
dengan DiriNya. Di dalam Yesaya 42:5, tertulis, "Beginilah firman Allah, TUHAN, yang
menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala
yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya
dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya." Oleh karena jati diri-Nya, kudus dan
sempurna dan benar, pernyataan dan peraturan-Nya jugalah kudus dan sempurna dan benar
(Mazmur 19:7), dan kita memuliakan Dia dengan mendengarkan dan menyetujui ucapan-
Nya. Alkitab, Firman Allah, adalah Firman-Nya kepada kita, semua yang kita butuhkan
untuk hidup di dalam-Nya. Akan tetapi, mendengarkan dan bersetuju dengan-Nya tidak akan
memuliakan-Nya jika kita tidak tunduk kepada-Nya dan menaati perintah-Nya yang
terkandung di dalam Firman-Nya.
• "Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang
yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang
pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya" (Mazmur 103:17-18).
Yesus mengulangi ide bahwa memuliakan dan mengasihi Allah adalah satu paket di dalam
Yohanes 14:15: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku."
• Kita juga memuliakan Allah dengan mengulangi atribut dan perbuatan dahsyat-Nya.
Stefanus, dalam khotbahnya yang terakhir sebelum dibunuh, mengulangi kisah hubungan
Allah dengan Israel sejak jaman ketika Abraham meninggalkan negaranya dalam ketaatan
terhadap perintah Allah, sampai pada waktu kedatangan Kristus, "Orang Benar" (Kisah
7:52), yang dikhianati dan dibunuh mereka. Ketika kita menceritakan karya Allah di dalam
kehidupan kita, bagaimana Ia telah menyelamatkan kita dari dosa, dan karya-Nya yang luar
biasa di dalam hati dan pikiran kita tiap harinya, kita memuliakan Dia di hadapan orang lain.
Pemirsa yang mendengarkan Stefanus membenci perkataan-Nya, menutup telinga mereka
dan merajamnya. "Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu
melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah" (Kisah 7:55).
• Memuliakan Allah adalah memuji atribut-Nya - kekudusan, kesetiaan, kemurahan, belas
kasih, kasih, kemegahan, kedaulatan, kuasa, dan ke-MahaTahu-anNya - mengulangi dan
merenungkannya dalam pikiran kita dan memberi tahu sesama kita tentang satu-satunya
jalan keselamatan yang telah Ia sediakan.
MEMULIAKAN ALAH DALAM KIS : 7: 52 -55
• Kita juga memuliakan Allah dengan mengulangi atribut dan perbuatan dahsyat-Nya.
Stefanus, dalam khotbahnya yang terakhir sebelum dibunuh, mengulangi kisah hubungan
Allah dengan Israel sejak jaman ketika Abraham meninggalkan negaranya dalam ketaatan
terhadap perintah Allah, sampai pada waktu kedatangan Kristus, "Orang Benar" (Kisah
7:52), yang dikhianati dan dibunuh mereka. Ketika kita menceritakan karya Allah di dalam
kehidupan kita, bagaimana Ia telah menyelamatkan kita dari dosa, dan karya-Nya yang luar
biasa di dalam hati dan pikiran kita tiap harinya, kita memuliakan Dia di hadapan orang lain.
Pemirsa yang mendengarkan Stefanus membenci perkataan-Nya, menutup telinga mereka
dan merajamnya. "Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu
melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah" (Kisah 7:55).
MANUSIA DIPANGGIL MENJADI
REKAN KERJA ALLAH
• Allah menciptakan mulai dari yang tidak ada menjadikannya ada. Segala tumbuh-tumbuhan,
mahluk dan segala isi alam semester ini Allah jadikan begitu baik adanya, termasuk
manusia.
• Kita lihat dalam Kej 1: 27 “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
mereka ”
• Dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri. Maksud dari
Firman ini adalah bertujuan agar manusia berpartisipasi dalam karya-Nya. Salah satu
partisipasi manusia dalam karya Allah menurut Paus Yohanes Paulus II dalam Laborem
Exercens diungkapkan dengan bekerja.
• Dalam arti ini, manusia merupakan co-creator atau rekan kerja Allah. Jikalau kita lihat dari
Kejadian 1:28-30,( 28Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
“Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang
yang merayap di bumi.” 29Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu
segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang
buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. 30Tetapi kepada segala binatang di bumi
dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan
segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demikian).
• Allah menyerahkan segala sesuatu yang telah Ia ciptakan kepada manusia supaya manusia
bertanggungjawab atas semuanya itu. Bertanggungjawab di sini berarti bahwa manusia
menggunakan dan memelihara semua yang telah diciptakan Allah dengan baik dan benar.
MANUSIA DIPANGGIL UNTUK
BEKERJA/BERKARYA
• Manusia yang diciptakan menurut citra Allah, melalui kerjanya berperan serta dalam kegiatan
Sang Pencipta, dan dalam batas-batas daya-kemampuan manusiawinya sendiri ia dalam arti
tertentu tetap mengembangkan kegiatan itu, serta menyempurnakannya sementara ia makin
maju dalam menggali sumber-sumber daya serta nilai-nilai yang terdapat dalam seluruh alam
ciptaan. Pernyataan di atas mengandung arti bahwa selain sebagai partisipasi dalam kerja
Allah, kerja manusia juga bertujuan untuk mengembangkan potensi dirinya dan untuk
menggunakan alam semesta dengan baik dan benar. Dengan kata lain, manusia dipanggil
untuk menggunakan kemampuan dan potensi dirinya dalam rangka menggali sumber daya
alam yang terkandung di dalamnya demi tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.
Secara umum maksud dari penciptaan ini mengandung makna bahwa kerja manusia
merupakan bentuk partisipasi dalam kerja Allah. Allah memanggil manusia untuk bekerja
bersama-Nya dan melanjutkan karya-Nya. Artinya manusia dipanggil menjadi co-cretaor
Allah (rekan kerja Allah) dalam mencipta dan menata dunia ini.
MANUSIA SEBAGAI CO-CREATOR ALLAH
• Allah kita imani dan kita sembah sebagai Pencipta (Sang Creator) segala sesuatu. Kisah
Penciptaan dalam Kej 1:1-2:3 memperlihatkan kepada kita bagaimana Allah bekerja dalam
menciptakan alam semesta dan segala isinya. Allah menciptakan manusia menurut gambar
dan rupa-Nya sendiri dengan tujuan untuk berpartisipasi dalam karya-Nya. Hal ini
didasarkan pada Kej 1:27-28, yang mana Allah memanggil manusia untuk menjadi rekan
kerja dalam karya-Nya selanjutnya. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-
Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah
dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di
laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
• Kedua ayat di atas mau mengatakan bahwa manusia adalah wakil Allah di dunia ini. Ia
menjadi pengurus dan pekerja yang menyelenggarakan ciptaan Tuhan. Bahkan ia dipanggil
untuk menjadi penguasa bagi ciptaan-ciptaan yang lain. Allah mempercayakan alam semesta
dan segala isinya kepada manusia agar manusia menguasai dan menaklukkannya (bdk. Kej
1:28-30). Namun, kekuasaan yang dilaksanakan manusia atas alam semesta dan segalanya
bukanlah sesuatu yang lalim atau sewenang-wenang, tetapi ia harus “mengusahakannya dan
memeliharanya” dengan baik dan bertanggungjawab (Kej 2:15).
ALLAH YANG TERUS-MENERUS BERKARYA BERSAMA MANUSIA

• Alkitab menyaksikan bahwa Allah tidak pernah berhenti bekerja, dari masa dunia dijadikan
dan hingga sekarang Allah terus berkarya/bekerja. Allah yang terus bekerja dan berkarya
dalam sejarah kehidupan manusia. Allah yang mengenal betul pergumulan dan penderitaan
manusia dan Allah yang mau memberikan jalan pembebasan bagi manusia. Jelaslah sampai
kini Allah terus berkarya.
• Jelaslah bagi kita bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang menurut gambarNya sendiri dan
mendapatkan kuasa atau mandat dari Allah untuk menjadi cocreator Allah atas dunia dan segala
isinya. Allah senantiasa melibatkan manusia dalam karya-karyaNya bagi dunia ini. Allah yang
terus bekerja dan berkarya dalam sejarah kehidupan manusia adalah Allah yang mengenal betul
pergumulan dan penderitaan manusia dan Allah yang mau memberikan jalan pembebasan bagi
manusia serta melalui manusia. Jelaslah sampai kini Allah terus berkarya.
Dalam kitab Nehemia juga kita dapat melihat bagaimana Allah memakai Nehemia menjadi rekan
sekerja Allah dalam melakukan karya Allah bagi manusia saat itu. Nehemia yang “bukan siapa-
siapa” dipakai Allah secara luar biasa untuk melakukan karya pembebasan dan pembaharuan
Allah. Siapa yang menyangka Nehemia yang adalah seorang juru minum raja dipakai oleh Allah
menjadi seorang pemimpin dalam membangun kembali kota Yerusalem? Tidak ada yang dapat
menyangka. Apalagi dilihat jenis mandat yang harus ia emban, sungguh mustahil. Nehemia
mengemban tugas tersebut dengan begitu setia dan penuh tanggung jawab. Nehemia dengan
imannya meyakini bahwa Allah yang memakainya akan membuat ia berhasil. (bdk. Neh. 2:20)
• Allah yang terus berkarya itu tidak dapat kita batasi kuasaNya. Ia dapat melakukan apapun
dan dapat memakai siapapun. Ada beberapa contoh Nabi-nabi di Perjanjian Lama yang
dipakai oleh Allah sebagai rekanNya dalam melakukan karya penebusan dan pembaharuan
dunia ini. Contohnya, Musa, Amos, Daud, dll. Orang-orang ini adalah orang yang “biasa-
biasa” saja namun dipakai oleh Allah secara luar biasa. Dan itulah juga yang telah terjadi
dalam diri Nehemia. Setiap manusia dapat menjadi co-creator Allah dalam menjalankan
karya-Nya ditengah-tengah dunia ini. Allah dapat memakai siapapun yang Ia kehendaki
untuk menjadi alatNya. Alkitab kita menyaksikan hal tersebut, mulai dari peristiwa
penciptaan manusia hingga jaman gereja mula-mula, Allah memakai manusia dalam
melaksanakan karya-karya IlahiNya.
KESIMPULAN
• Allah telah menciptakan manusia sebagai ciptaan yang mulia yang segambar dengan Allah.
Allah juga memberikan Mandat Ilahi bagi manusia atas segala ciptaanNya di dunia ini. Dan
sungguh sangat luar biasa, Allah menjadikan manusia sebagai rekanNya, partnerNya
ditengah-tengah dunia ini. Manusia adalah Co-creator Allah didunia ini. Menjadi rekan kerja
Allah bukanlah pekerjaan serampangan tanpa jerih lelah. Kita harus memberikan hidup kita
untuk dipakai oleh Allah, sama seperti Nehemia.
Saat ini bangsa kita, Indonesia membutuh orang-orang seperti Nehemia, yang mau dipakai
oleh Allah untuk membangun kembali bangsa dan negaranya. Saat ini bangsa kita miskin
dengan figur atau teladan. Miskin dengan orang-orang yang berhati mulia dan mengasihi
bangsanya. Bangsa Indonesia membutuh saudara-saudari sekalian. Dan yang lebih penting
adalah Allah membutuhkan kita sebagai rekanNya yang akan Ia kirim menjadi alat
pembaharuan bagi bangsa Indonesia. Allah menginginkan karyaNya berlangsung terus
dalam hidup Anda. Kita adalah co-creator Allah.
TUJUAN PANGGILAN HIDUP
• Orang yang telah menerima visi dari Tuhan tentu akan punya tujuan hidup yang jelas yaitu
memenuhi visi yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Tanpa visi, manusia akan membuat
tujuan-tujuannya sendiri menurut apa yang mereka pandang baik. Padahal apa yang kita
pandang belum tentu baik di pemandangan Tuhan. visi itu penting banget buat menentukan
tujuan hidupmu. Trus gimana supaya bisa tau visi Tuhan dalam hidup kita? Milikilah
hubungan yang intim dengan Tuhan supaya kita mengetahui isi hati-Nya dan kehendakNya
dalam hidup kita.
• Tujuan utama dari hidup manusia adalah untuk mengikuti Tuhan demi kehidupan kekal.
Kita dipanggil untuk mengikuti Tuhan berarti siap meninggalkan segala sesuatu dan
mengikuti Tuhan.
• Tuhan memanggil kita dengan tujuan, supaya kita dapat melayani. Yesus mengatakan bahwa
anak manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Dan Tuhan juga telah
memberikan talenta atau kemampuan yang dapat kita gunakan untuk melayani Dia, jadi kita
tidak boleh untuk berdiam diri. Ketika kita melayani Tuhan maka Dia akan memperlengkapi
kita, sehingga akan mampu untuk melayaniNya, Jadi kita harus melayani Tuhan., baik di
gereja atau dimanapun Tuhan menempatkan kita, untuk dapat melayani Tuhan.
• Apabila melihat kembali kisah tentang panggilan Hidup maka cerita Alkitab pun sudah
memperlihatkan bagaimana para rasul yang dipanggil Tuhan dalam kehidupannya seperti
kisah Adam, kisah Nuh, Kisah Yakub dan Kisah Nehemia.
• Tujuan Panggilan Tuhan disetiap manusia berbeda-beda akan tetapi memiliki kesamaan yang
hakiki.
MACAM –MACAM PANGGILAN HIDUP
MANUSIA

PANGGILAN
HIDUP PANGGILAN
SELIBAT HIDUP
BERKELUARGA
PANGGILAN HIDUP SELIBAT
• Selibat adalah sebuah bentuk panggilan hidup. Dalam konteks ini selibat memiliki makna
penyerahan hidup, pembaktian hidup yang murni dan total kepada Tuhan demi Kerajaan
Allah. Pembaktian hidup yang murni dan total terwujud dalam hidup tidak menikah demi
Kerajaan Allah. Hal tersebut menegaskan pada makna Kanon Hukum Katolik (KHK) 599 :
Nasihat injili kemurnian yang diterima demi kerajaan Allah, yang menjadi tanda dunia yang
akan datang dan merupakan sumber kesuburan melimpah dalam hati yang tak terbagi,
membawa- serta kewajiban bertarak sempuma dalam selibat.
• Inti pokok adalah penyerahan total kepada Kristus, yang dinyatakan dengan meninggalkan
segala-galanya demi Kristus dan juga dengan terus-menerus semakin mengarahkan diri
kepada Kristus, khususnya dalam hidup doa.
• Rasul Paulus sendiri hidup selibat. Ia menginginkan orang lainpun seperti dia, sehingga
dapat mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah. Namun ia juga mengakui bahwa hidup
selibat merupakan karunia istimewa dari Allah, seperti yang diajarkan Kristus (lih. Mat
19:11-12). Ini adalah tanggapan terhadap kasih yang telah dinyatakan oleh Yesus secara tak
terbatas. Rahmat dengan kekuatan ilahi meningkatkan kerinduan bagi orang-orang tertentu
untuk mengasihi Allah dengan total, eksklusif, tetap dan selama-lamanya. Maka keinginan
bebas untuk mengabdi sepenuhnya kepada Allah dengan hidup selibat selalu dianggap
Gereja sebagai sesuatu yang menandai dan mendorong kasih.
• “perkara duniawi” (ay 33, 34): menunjukkan bahwa mereka yang menikah tidak dapat
mengabaikan kebutuhan- kebutuhan material dalam keluarga. Bahkan suami (kepala
keluarga) tidak dapat menyenangkan Tuhan jika ia tidak memenuhi kebutuhan keluarganya.
Maka tidak benarlah jika seseorang terlalu aktif mengikuti kegiatan kerasulan awam, sampai
menelantarkan keluarga dan kebutuhan keluarganya sendiri.
• Rasul Paulus menjelaskan keistimewaan kehidupan selibat dibandingkan dengan
perkawinan. Kehidupan selibat ini akan menuju kepada kehidupan yang penuh dan produktif
sebab akan membuat seseorang dapat mengasihi sesama dengan lebih penuh dan
mengabdikan diri kepada mereka dengan lebih total. Juga kehidupan selibat mengacu pada
dimensi kehidupan di akhir jaman: tanda kebahagiaan surgawi (lih. Vatikan II, Perfectae
caritatis, 12) dan mengacu pada kehidupan para kudus di surga.
• Mat 22:30 : Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan
melainkan hidup seperti malaikat di sorga.
• Rasul Paulus mengajarkan bahwa Perkawinan adalah sesuatu yang baik. Dan di ayat 25-35,
Raul Paulus ingin mengatakan bahwa bukan hanya kehidupan selibat yang dapat dilakukan
oleh umat Kristiani. Maka ia menyatakan dua hal yang mendasar yaitu memang kehidupan
selibat berada di tingkat yang lebih tinggi dari perkawinan, tetapi perkawinan adalah sesuatu
yang baik dan kudus bagi mereka yang terpanggil untuk itu.
• Panggilan hidup selibat sebagai imam dalam Gereja Katolik dimeteraikan dalam Sakramen
Imamat
PANGGILAN HIDUP
MEMILIKI FOKUS
HIDUP UNTUK TUHAN

SELIBAT
Memiliki keyakinan yang
teguh dalam hatinya.

Menguasai dorongan
keduniawian dalam
dirinya
MEMILIKI HIDUP FOKUS UNTUK
TUHAN
• Setiap orang Kristen memang harus mengasihi Allah dengan seluruh hati, jiwa, akal budi,
dan kekuatan (Markus 12:30), namun ada sebagian orang yang dikhususkan oleh Tuhan
untuk lebih terfokus bagi pekerjaan-Nya. Merekalah yang diberi karunia selibasi. Di antara
berbagai alasan untuk hidup selibat, Tuhan Yesus menyebutkan hal ini: “Ada orang yang
membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga” (Matius
19:12). Pada saat menasihati jemaat untuk mempertimbangkan keputusan menikah maupun
selibat, Paulus menerangkan bahwa orang yang tidak menikah “memusatkan perhatiannya
pada perkara Tuhan” (1 Korintus 7:32-35).
• Beberapa orang tidak mau menikah lantaran tidak ingin repot mengurusi pasangan atau
anak-anak. Mereka ingin menikmati hidup dan menghindari masalah. Motivasi semacam ini
jelas tidak alkitabiah. Selibasi bukan untuk berpusat pada diri sendiri, melainkan pada
Tuhan. Orang yang terpanggil untuk selibat harus siap dengan satu resiko: kekurangan
waktu untuk diri sendiri. Allah sengaja memanggil mereka untuk tidak menikah supaya
mereka benar-benar mampu mencurahkan segala perhatian, waktu, dan tenaga untuk
pekerjaan Tuhan. Mungkin untuk mengasihi orang-orang yang kurang beruntung menurut
ukuran dunia. Mungkin untuk memberitakan injil di tempat-tempat yang begitu sulit. Dalam
hal waktu, Allah mungkin lebih menuntut (more demanding) daripada suami atau isteri.
MEMILIKI KEYAKINAN YANG TEGUH
DALAM HATINYA
• Ketetapan hati memainkan peranan penting dalam keputusan untuk menjalani selibasi.
Keputusan penting ini tidak boleh sekadar emosional, melainkan melibatkan pertimbangan
yang matang.
• Dalam banyak kasus, keyakinan terhadap panggilan selibat muncul melalui proses yang
sangat panjang dan beragam. Ada yang secara spektakuler dan eksplisit diberi tuntunan oleh
Tuhan. Ada pula yang harus menghadapi kebingungan dan kegelisahan untuk menuju
kepastian. Terlepas dari perbedaan suasana perjalanan menuju keyakinan, langkah awal yang
ditempuh tetap sama: secara terbuka berani menggumulkan keputusan ini di hadapan Tuhan.
MENGUASAI DORONGAN KEDUNIAWIAN
DALAM DIRINYA
• Orang yang terpanggil untuk hidup selibat mempunyai dorongan hawa nafsu tetapi sangat
mampu mengontrolnya (“memiliki otoritas atas kehendaknya”). Intinya, Keduniawian
bukanlah hambatan bagi orang-orang yang diberi karunia selibasi.
PANGGILAN HIDUP BERKELUARGA
• Keluarga adalah sel kehidupan masyarakat atau masyarakat kecil. Hidup berkeluarga ini
merupakan panggilan Allah juga karena ikut melaksanakan perintah untuk beranak cucu dan
memenuhi bumi ini (Kej 1:26 -28). Keluarga harus menjadi cerminan dalam hidup dan
perutusan Gereja untuk selalu bersatu dengan Kristus , sehingga keluarga sering disebut
sebagai Gereja Kecil.
• Keluarga adalah Sekolah Kemanusiaan yang kaya. Akan tetapi supaya kehidupan dan
perutusan keluarga dapat mencapai kepenuhan,dituntut komunikasi batin yang baik, yang
ikhlas dalam pendidikan anak. Kehadiran ayah yang aktif sangat menguntungkan pembinaan
anak-anak, perawatan ibu di rumah juga dibutuhkan anak-anak dan seterusnya. (GS.52)
• Didalam keluarga atau istilahnya kehidupan baru memiliki banyak peran yang harus
diperankan oleh anggota anggota keluarga (ayah, ibu dan anak) yang disebut keluarga inti
dan didalamya terlibat juga keluarga besar yang menjadi sstem kekeluargaan.
ADA APA DI DALAM KELUARGA ?

Persekutuan Hidup &Cinta Komunikasi Peran&tanggungjawab


PERSEKUTUAN HIDUP DAN CINTA
• Persekutuan hidup dan cinta pasangan harus mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dilandasi cinta, yaitu penyerahan :
• Jiwa : membangun komitmen cinta yang harus saling menerima, melengkapi dan saling
berkarya.
• Raga : Penyerahan raga dalam pesertubuhan sebagai lambing cinta
• Spiritual : Pasrah kepada Tuhan dalam semangat iman yang sama sebagai dasar hidupnya.
KOMUNIKASI
• Komunikasi berasal dari kata communicare (latin) yang artinya membagi sesuatu untuk
orang, memberikan sebagian kepada seseorang,bertukaran/tukar menukar.
• Ada 3 hal dalam komunikasi keluarga yaitu :
1. Diskusi : jenis komunikasi yang didalamya antar anggota keluarga saling bertukar
pikiran atau pendapat,misalnya dalam penyelesaian masalah atau mengagendakan liburan
bersama,dsb.
2. Dialog : jenis komunikasi ini saling bertukar pendapat,baik antara orang tua (ayah dan
ibu), saudara, orang tua dengan anak, begitu sebaliknya.
3. Kerjasama : didalam sebuah keluarga diperlukan kerjasama demi keberlangsungan
keluarga. Kesadaran akan peran dlm keluarga membuat sebuah pemikiran untuk saling
membantu satu sama lain terhadap anggota keluarga.
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
• Berbicara mengenai peran keluarga tentu tak lepas dari fungsi sosial, ekonomi, dan
pendidikan. Masing-masing anggota keluarga perlu menjalankan perannya dengan baik agar
setiap hal yang membentuk fungsi keluarga tersebut dapat berjalan dengan baik pula.
• Untuk membentuk sebuah keluarga yang harmonis, setiap anggota keluarga wajib
menjalankan perannya sesuai tugas dan porsinya masing-masing. Peran sebagai Ayah, Ibu
dan Anak
AYAH

Peran seorang ayah dalam keluarga tak lepas dari tanggung jawabnya untuk
memberikan rasa aman dan perlindungan untuk setiap anggota keluarganya.
Selain itu, ayah juga harus mengayomi setiap anggota keluarganya dan menjadi
pengambil keputusan ketika terjadi sebuah konflik atau permasalahan dalam
keluarga. Di samping itu, sebagai kepala keluarga, sudah seharusnya ayah
bertugas untuk menafkahi setiap anggota keluarganya selama masih berada
dalam usia produktif. Meskipun seorang ayah sudah pensiun dan tidak bekerja
lagi, perannya sebagai kepala keluarga tetap harus dijalankan .
IBU

Peran seorang ibu dalam keluarga sangatlah penting,


didalam keluarga Ibu tempatnya mencurahkan kasih
sayang,mendidik&merawat. Peran seorang ibu juga
meliputi menyediakan makanan untuk semua anggota
keluarga dan memberikan suasana tempat tinggal yang
layak bagi seluruh anggota keluarga. Ibu juga menjadi
penengah jika terjadi permasalahan antara anggota
keluarga.
ANAK

Anak juga memiliki peran dalam


keluarga, anak sebagai pengikat kedua
orangtua, anak juga membantu orangtua
dalam menjaga harta benda ketika
orangtua tidak ada dirumah. Anak juga
harus taat kepada orang tua.Berbakti dan
Menyayangi orangtua.
KESIMPULAN

KELUARG
A

SELIBAT

KEMULIAAN TUHAN
“Karena kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang
dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia
mau, supaya kita hidup
didalamnya.” (Efesus 2 :10)
TERIMAKASIH DAN BERKAH
DALEM

“MARILAH
KITA PERGI,
KITA
DIUTUS”

Anda mungkin juga menyukai