2. Abdila Perdana Yamani (2015210001) 3. Alya Fariha (2015210013) 4. Amirah (2015210015) 5. Anisa Cahya Wardhani (2015210023) 6. Bilqis Inayah (2015210044) Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban Dasar/Asasi Manusia Dalam A. ISTILAH DAN PENGERTIAN HAK-HAK ASASI MANUSIA
Istilah hak asasi manusia dalam beberapa
Bahasa asing, sebagai berikut: a) Droit de I’homme (Perancis), artinya: “hak manusia” b) Human right (Inggris) / mensen rechten (Belanda), artinya: “hak-hak kemanusiaan” atau “hak-hak asasi manusia”. 1. Darji Darmodiharjo “Hak-hak asasi manusia adalah hak- hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai Menurut beberapa anugerah Tuhan Yang Maha Esa”. pakar hukum Indonesia, pengertian 2. Padmo Wahjono daripada hak-hak asasi “Hak-hak asasi adalah hak yang manusia adalah: memungkinkan orang hidup berdasarkan suatu harkat dan martabat tertentu (beradab)”. 1. Ketetapan MPR RI No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia pada Angka I huruf D butir I menyebutkan:
“Hak asasi manusia adalah hal sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa, yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan harkat dan martabat manusia”. Pengertian dan 2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang “Hak Asasi Manusia” yang rumusan tentang Hak didalam Pasal 1 angka 1 menyebutkan : Asasi Manusia juga “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat tercantum dalam: pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”. B. Pembedaan Atas Macam Dan Jenis Hak-Hak Asasi
I. Dari segi subyek:
a) Hak-hak asasi individu b) Hak- hak asasi kolektif/sosial
II. Sri Soemantri, dalam tulisannya tentang
“ konstitusi serta artinya untuk negara “: a) Hak-hak asasi manusia klasik ialah hak-hak asasi manusia yang timbul dari eksistensi manusia. b) Hak-hak asasi manusia social ialah hak-hak yang berhubungan dengan kebutuhan manusia, baik yang bersifat lahiriah maupun rohaniah. a) hak-hak asasi pribadi (personal rights) b) Hak-hak asasi ekonomi (property rights) c) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights of legal Hak-hak asasi equality) berdasarkan obyek dan d) Hak-hak asasi politik (political rights) kepentingannya/ e) Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan (social and penggolongan hak-hak culture rights) asasi menurut jenisnya f) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata menjadi: cara peradilan dan perlindungan (procedural rights) g) Hak-hak asasi untum membangun (rights to development) C. Sejarah Dan Perkembangan Hak-Hak Asasi Manusia
Setiap negara yang berdaulat pada dasarnya
mempunyai latar belakang sejarah sendiri-sendiri dalam perjalanan hidup bangsanya, sehingga hal yang bersangkut paut dengan perkembangan hak- hak asasi manusianya pun tidak akan sama, meskipun segi pengertian hak-hak asasi manusia itu di mana-mana pada dasarnya sama, namun asas- asas dan penerapannya dalam kehidupan suatu negara dapat berbeda. 1) Sejarah dan perkembangan hak-hak asasi manusia di Inggris dan Pengaruhnya
Sejarahnya dimulai dengan ketika Inggris berada dibawah
pemerintahan raja John Lackland (119-1216), yang dikenal sebagai raja yang memerintah secara sewenang-sewenang, sehingga menimbulkan protes dikalangan kaum bangsawan, dan dari sebab pertentangan tersebut maka lahirlah Piagam Magna Charta (1215). Adanya piagam ini mencerminkan bukti kemenangan kaum bangsawan atas raja. Perkembangan yang ada di inggris membawa pengaruh pada jajahannya, yaitu Amerika Serikat, dengan lahirnya revolusi tanggal 4 Juli 1776 yang dikenal dengan sebutan Declaration of Independence, berkat pengaruh ahli pikir kenegaraan terkemuka Inggris, John Locke mengenai hak untuk hidup, hak kemerdekaan, dan hak milik ( life, liberty, dan property ). Sedangkan untuk Perancis, dengan revolusinya tanggal 17 Juli 1789, melahirkan Assemble nationale, Dewan Nasional sebagai perwakilan rakyat Perancis yang mengubah struktur Perancis dari feodalistis menjadi demokratis, kemudian disusul dengan lahirnya Declaration des droits del’Homme et du Citoyen (Pernyataan hak-hak manusia dan warga negara), diumumkan tanggal 27 Agustus 1789, sebagai pengaruh terutama dari pemikiran Rousseau, yang menjadi dasar dari aliran liberalisme pada abad ke-19 di Eropa. Tujuan dari revolusi Perancis ini disimpulkan dalam semboyannya, yaitu kemerdekaan, kesamarataan, dan persaudaraan, ( Liberte, Egalite, Fraternite ) . 2) Sejarah Dan Perkembangan Hak-Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perjuangan hak-hak asasi manusia Indonesia yang
mencerminkan bentuk pertentangan kepentingan yang besar, dikatakan terjadi setelah masuk dan bercokolnya bangsa asing di Indonesia, sehingga timbul perlawanan dari rakyat untuk mengusir penjajah. Pada masa kerajaan Majapahit kehidupan rakyatnya dipandang telah mencapai taraf kecukupan. Hal tersebut mencerminkan bahwa hak-hak asasi manusia sudah terpelihara dengan baik. Namun, setelah Majapahit mulai mengalami kemunduran dan keruntuhan. Kemudian masuknya bangsa-bangsa asing untuk mencari rempah-rempah ke Indonesia hingga menjajah. Perlawanan terhadap penjajah semakin berjalan silih berganti, namun senantiasa gagal, karena kurangnya koordinasi dan kurangnya persenjataan. Hingga memasuki babakan baru, yaitu pergantian penjajah dari Belanda ke tangan Jepang, perlawanan bangsa Indonesia semakin matang dimana mereka sudah tidak lagi mengandalkan fisik. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, sehari setelahnya adalah pengesahan UUD Negara RI dimana Terwujudlah jaminan HAM Indonesia serta kewajiban-kewajiban yang bersifat dasar/asasi pula. Pada masa orde baru mulai diwujudkan rancangan UU tentang HAM, dan perkembangan selanjutnya mulai dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berdasarkan Kepres RI No. 50 tahun 1993 tanggal 7 Juni dan bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat antar bangsa yang menghormati Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Lalu pada masa Orde Reformasi lahirnya Ketetapan No. XVII/MPR/1998 tentang HAM, yang kemudian menjadi dasar lahirnya UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM dan dimuat dalam LNRI tahun 1999 No. 165. Dalam negara yang berdasarkan Pancasila, pemahaman atas hak-hak asasi manusia dipandang penting, yaitu dengan menempatkan manusia dengan kodrat, harkat dan martabatnya. Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau bakat-bakat alami, kekuasaan, bekal, disposisi yang melekat pada keberadaan/eksistensi manusia baik sebagai makhluk pribadu maupun makhluk sosial merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pemahaman Hak Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Asasi Manusia Tuhan, yang memiliki kemampuan-kemampuan cipta, rasa dan karsa, kebebasan, hak-hak serta kewajiban-kewajiban asasi. dalam Negara Pancasila Martabat manusia adalah kedudukan luhur manusia sebagai makhluk Tuhan lainnya di dunia, karena manusia adalah makhluk yang berakal budi dan memiliki harkat berupa kemampuan-kemampuan tadi, dan dengan harkatnya yang tinggi memberi manusia martabat yang luhur. Derajat manusia adalah kodrat tingkat kedudukan atau martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang memiliki bakat, kodrat, kebebasan, hak-hak manapun kewajiban-kewajiban asasi. Untuk memahami hak – hak asasi manusia dalam negara Pancasila, menurut hemat penulis peran dari adanya Ketetapan MPR-RI No. XVII/MPR/1998, sangat penting dan strategis, kerena didalamnya mengandung amanat berupa penugasan kepada : a) Lembaga-lembaga Tinggi Negara dan seluruh Aparatur Pemerintah, untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat. b) Presiden RI dan DPR-RI untuk meratifikasi berbagai instrumen PBB tentang HAM, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. c) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ditetapkan dengan UU untuk melaksanakan penyuluhan, pengkajian, pemantauan, penelitian dan mediasi tentang hak asasi manusia. Lebih lanjut Ketetapan tersebut memuat suasana sistematika naskah HAM yang terdiri dari : 1.Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap Hak Asasi Manusia, yang meliputi : a. Pendahuluan b. Landasan c. Sejarah, Pendekatan, dan Substansi d. Pemahaman HAM bagi Bangsa Indonesia.
2.Piagam Hak Asasi Manusia, yang meliputi :
a. Pembukaan, terdiri atas 7 Alinea. b. Batang tubuh, terdiri atas 10 Bab, 44 Pasal, yang Kemudian diimplementasikan ke dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 11 bab, terperinci dalam 106 pasal. Perkembangan perjuangan bagi tegaknya Hak Asasi Manusia di Indonesia makin memperoleh wujud yang nyata dalam peraturan perundang-undangan Indonesia setalah sidang tahunan MPR-RI yang digelar dari tanggal 7 s/d 18 Agustus 2000 berhasil mengadakan Perubahan Kedua UUD-RI tahun 1945, yang di tetapkan di Jakarta, pada tanggal 18 Agustus 2000, dengan mencantumkannya dalam BAB XA dibawah judul Hak Asasi Manusia, yang meliputi Pasal 28A s/d 28J. PAHAM INTEGRALISTIK/ KEKELUARGAAN INDONESIA Paham integralistik merupakan salah satu aliran pikiran di dalam bernegara. Hal ini berawal dari pandangan yang dikemukakan PENGERTIA oleh Soepomo di muka sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 dalam masa persidangan I, yang N kemudian berkembang lebih lanjut dalam sidang BPUPKI masa persidangan II, yaitu berkaitan dengan pembicaraan mengenai Dasar Negara Indonesia Merdeka, termasuk pembahasan hak-hak asasi manusia yang hendak dikemukakan. Pencerminan atas asas integralistik ini dalam pembukaan UUD 1945 tampak dalam penjelasan atas pokok – pokok pikiran sebagai berikut :
1. Pokok Pikiran Pertama I
Dengan Rumusan : Negara melindungi segenap bangsa Pokok-pokok Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan pikiran asas sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini integralistik dalam mengungkapkan fungsi negara yang didasarkan pada cita pembukaan UUD negara (staatside) integralistik, seperti tercermin pada kata – 1945 kata dalam huruf yang diberi tanda garis diatas dan berikut.
2. Pokok Pikiran Kedua II
Dengan Rumusan : Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini mengungkapkan tujuan negara, yaitu terwujudnya keadilan integralistik. 3. Pokok Pikiran Ketiga III Dengan Rumusan : Negara yang bekedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Pokok pikiran ini mengungkapkan subjek dari kehidupan kenyataan, yakni seluruh rakyat yang berdaulat, sehingga sifat daripada kedaulatan, kehendak, dan cara mengidentifikasi kehendak rakyat juga integralistik.
4. Pokok Pikiran Keempat IV
Dengan Rumusan : Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok pikiran ini mengungkapkan tipe negara integralistik, yakni negara yang tidak sekuler, melainkan negara yang secara seimbang dan serasi memadukan pertimbangan-pertimbangan moral, ketuhanan, dalam menetapkan semua kebijaksanaan pemerintahan. a) Bagian atau golongan yang terlibat berhubungan erat dan merupakan kesatuan organis. b) Eksistensi setiap unsur hanya berarti dalam hubungannya dengan keseluruhan. c) Tidak terjadi situasi yang memihak pada golongan yang kuat atau yang penting. d) Tidak terjadi dominasi mayoritas dan tirani minoritas. e) Tidak memberi tempat bagi paham individualisme, liberalisme dan totaliterisme. Dari pemikiran Soepomo, f) Yang diutamakan keselamatan maupun kesejahteraan, maka tercermin adanya kebahagiaan keseluruhan (bangsa dan negara). tata nilai integralistik yang g) Mengutamakan penunaian kewajiban daripada mengandung ciri-ciri penuntutan daripada hak-hak pribadi/golongan. sebagai berikut : h) Mengutamakan memadu pendapat daripada mencari menangnya sendiri. i) Disemangati kerukunan, keutuhan, persatuan, kebersamaan setia kawan, gotong royong. j) Saling tolong menolong, bantu membantu, dan kerja sama. k) Berdasarkan kasih sayang, pengorbanan, kerelaan. l) Menuju keseimbangan lahir dan batin, pria dan wanita, individu dan masyarakat serta lingkungan. Salah satu faktor penting bagi bangsa Indonesia dalam memahami paham integralistik bukanlah terletak pada perbedaan pandangan sebagaimana sering diperdebatkan oleh para pakar, karena adanya perbedaan itu sendiri dipandang sebagai sesuatu hal yang wajar, yang justru mengakui kebhinnekaan dan kebaradaan bangsa Indonesia yang serba majemuk, sebagai khasanah kekayaan dalam mengembangkan potensi yang ada bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang pada intinya diharapkan dapat digunakan sebagai perekat bagi terciptanya rasa kekeluargaan, kegotong-royongan sebagai bangsa yang padu, bersat, berdaulat dan mandiri, tidak mudah diadu domba oleh unsur – unsur yang bersifat destruktif/merusak, baik dari kalangan bangsa sendiri atau bangsa lain, serta menghindaru terjadinya bahaya disintegrasi bangsa seperti yang akhir – akhir ini sedang marak dan terjadi di berbagai kawasan dan wilayah tanah air, diantaranya Aceh, Irian Jaya dan Ambon/Maluku. Hak-hak asasi manusia adalah “hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa”. Hak-hak ini menjadi dasar daripada hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lain. Dasar hukum yang digunakan adalah Ketetapan MPR-RI No. XVII/MPR/1998 dan Undang-undang (UU) No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Paham integralistik merupakan salah satu aliran KESIMPULAN pikiran di dalam bernegara. faktor penting bagi bangsa Indonesia dalam memahami paham integralistik bukanlah terletak pada perbedaan pandangan melainkan karena adanya perbedaan itu sendiri dipandang sebagai sesuatu hal yang wajar, yang justru mengakui kebhinnekaan dan kebaradaan bangsa Indonesia yang serba majemuk, sebagai khasanah kekayaan dalam mengembangkan potensi yang ada bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,