Anda di halaman 1dari 10

KETUHANAN YANG

BERKEBUDAYAAN
Kelompok V :
Lidya Luziana (2015210128)
Maya Idayah (2015210139)
Miftahulzanah (2015210144)
Mudianto (2015210148)
Muthia Farina (2015210155)
Nada Dwi Mentari (2015210158)
Widi Azela (2015210256)
 
Kelas : C
Negosiasi antara Sekularisasi dan Religiosasi
Negara
• Berawal dari otoritas VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
yang tidak memiliki kepentingan untuk mencampuri persoalan
keagamaan dan institusi tradisional kaum pribumi.

• Dalam pengembangannya terjadi ketegangan antara pandangan


pemerintah kolonial untuk melumpuhkan potensi-potensi perlawanan
yang berbasis kagamaan. Upaya melucuti peran menimbulkan
gangguan pada sistem religio – politik traditional. Upaya pemutusan
peran politik keagamaan ini merupakan awal dari proses sekularisasi
politik (Smith, 1970:10)

• Disisi lain, respon terhadap penjajahan dan intervensi pemerintah


kolonial terhadap kehidupan keagamaan juga mengarah pada politisi
agama yang membangkitkan usaha-usaha “religiosasi” ruang politik.
Sekularisasi Religiosasi Politik
Politik Indonesia
• Tonggak terpenting sekularisasi ini • Ketika kemerdekaan dicapai,
adalah berkuasanya pemerintahan liberal intelegensia sekuler memang
pada paruh abad ke-19. mendomnasi kepemimpinan negara,
namun bobot pengaruh organisasi social
• Dari sini, muncullah wacana kemajuan dan politik keagamaan terlalu kuat
yang berorientasi eropa yang untuk diabaikan.
diartikulasikan oleh kaum inteligensia,
sebagai elite baru bumiputera keluaran • Usaha-usaha kompromi dilakukan untuk
pendidikan modern, yang menjadi menjaga harmoni antara pendukung ide-
pesaing kaum ulama tradisional. ide agama dan “sekuler” kenegaraan.

• Terekspos secara intens kedalam dunia • Hasil dialektika dari dua arus sejarah itu
kehidupan modern, kaum inteligensia menjadikan Indonesia sebagai negara
mulai meniru subjek-subjek kolonial yang khas, sebagai “sekularisme
dengan jalan mendirikan lembaga- religius", dimana proses sekularisasi
lembaga pendidikan, penerbitan, harus bernegosiasi dengan proses
asosiasi, dan partai politik, yang mulai religiosasi.
semarak pada awal abad ke-20.
KETUHANAN DALAM
PERUMUSAN PANCASILA DAN
KONSTITUSI

Setelah itu Soekarno dalam pertemuannya sebagai Ketua


Panitia Kecil. Dari pertemuan tersebut untuk membagi tugas
pada ke 9 anggota panitiabertuga untuk menyusun rancangan
Sejak decade 1920-an, Pembukaan Undang-Undang Dasar, yang didalamnya termuat
ketika Indonesia mulai Dasar Negara.
dibayangkan sebagai 1. Terjadi perubahan dalam tata urut Pancasila dari susunan
komunitas politik yang dikemukakan Soekarno pada 1 juni. Prinsip
bersama, mengatasi “Ketuhan” dipindah dari dari sila terakhir kesila pertama,
ditambah dengan penambahan kalimat ( kemudian dikenal
komunitas kultural dari
dengan istilah “tujuh kata”).
ragam etnis dan agama, 2. Menurut Mohammad Hatta, dengan perubahan posisi
ide kebangsaan tidak prinsip ketuhan dari posisi pengunci keposisi pembuka.
terlepas dari ketuhanan. 3. Banyak persoalan dan kekecewaan tentang dasar Ketuhan
sebagai gagasan dalam Pancasila dan UUD 1945yang
akan dibuat yang dikemukakan ole beberapa tokoh.
4. Dengan demikian, negara kembali kepada gagasan negara
persatuan yang mengatasi paham perseorangan dan
golongan
PRESPEKTIF TEORITIS-
KOMPARATIF
Titik kompromi dalam hubungan agama dan negara di
Indonesia itu dicapai melalui konfrontasi pemikiran yang
sengit dan pengorbanan yang sulit diterima,tetapi dalam
perkembangan waktu,hal itu membawa berkah tersembunyi
berupa “titik-tengah keemasan” yang meberi Indonesia
prasyarat untuk menjadi negara modern demokratis.Proses
moderenisasi dan demokratisasi memerlukan prakondisi
berupa adanya kompromi antara otoritas sekuler dan
keagamaan.Pada kenyataannya hubungan agama dan negara
dalam masyarakat Barat ditandai oleh dinamika proses
negosiasi dengan hasil yang berlainan.
Koreksi terhadap Tesis “Separasi” Agama dan Negara
• Dengan memerhatikan trayek demokratisasi masyarakat Eropa,
Stepan menyimpulkan bahwa kunci demokratisasi politik
tersebut terletak pada “tabil pemisah” antara agma dan negara.

• Akan tetapi, apapun bentuk penataannya, kunci menuju


demokratisasi terletak pada kontruksi dan rekontruksi politik
yang secara konstan mengembangkan apa yang disebutnya
sebagai “twin tolerantions” (toleransi kembar).

• “Toleransi kembar” yang dimaksud adalah situasi ketika institusi


agama dan negara menyadari batas otoritasnya untuk kemudian
mengembangkan tolenrasi terhadap fungsinya masing-masing.
Koreksi terhadap Tesis Dari Separasi dan
“Privatisasi” Agama Privatisasi ke Diferensiasi
• Proses privatisasi agama, Mengenai keterlibatan institusi agama dalam ranah
publik, Casanova mengajukan beberapa persyaratan
bangkitnya gerakan-gerakan yang harus dipenuhi :
• Dengan memasuki ranah publik, suatu agama tidak
tradisional keagamaan pada hanya dituntut untuk membela kebebasannya
era 1980-an dan 1990-an, sendiri melaikan juga kebebasan penganut agama
lain, dengan demikian, agama akan mencegah
mulai dari politik islam hingga lahirnya absolutisme negara atas nama satu agama.
teologi pembebasan Katolik, • Dengan memasuki ranah publik, agama-agama
secara aktif mempersoalkan absolutisme dunia
yang membawa agama keluar sekuler, namu tidak dnegan keinginan untuk
dari ruang privat ke ruang menggantikan atau menentukan jalannya negara,
tetapi menganut realitas sekuler itu secara etis.
publik, mengindikasikan • Dalam memasuki ranah publik, agama membela pola
bahwa yang sedang dan tata nilai kehidupan tradisional dari penetrasi
ataupun kolonisasi dunia teknis dan administrasi
berlangsung justru terjadinya negara modern yang anomi, akan tetapi, agama
tidak perlu berfantasi untuk kembali ke panguyuban
proses deprivatisasi agama. keagamaan purba yang di idealisasikan, tetapi
menjadikan dunia “kehidupan tradisinya” yang khas
itu sebagai wacana publik yang terbuka seraya
mengubah cara kerjanya sesuai dengan tantangan
zaman (Intan, 2006 : 16-17 ; Sinaga, 2007 : 13-14).
MEMBUMIKAN KETUHANAN
DALAM KERANGKA PANCASILA

Ketuhanan dalam kerangka


pancasila mencerminkan
komitmen etis bangsa
Sila ketuhanan mengajak bangsa Indonesia :
Indonesia untuk
menyelenggarakan 1. untuk mengembangkan etika sosial dalam
kehidupan publik-politik yang kehidupan publik-politik dengan menumpuk
berlandaskan nilai-nilai rasa kemanusiaan dan persatuan.
moralitas dan budi pekerti 2. mengembangkan hikmah permusyawaratan
yang luhur. Menurut dan keadilan sosial. Dengan berpegang teguh
penjelasan tentang Undang- pada nilai-nilai ketuhanan, diharapkam bisa
Undang Dasar 1945, memperkuat pembentukan karakter,
disebutkan bahwa salah satu
melahirkan bangsa dengan etos kerja yang
dari empat pokok pikiran
yang terkandung dalam positif.
“Pembukaan UUD” ialah 3. Memiliki ketahanan serta kepercayaan diri
“negara berdasar atas untuk mengembangkan potensi yang diberikan
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam rangka mewujudkan kehidupan yang
menurut dasar kemanusiaan merdeka,bersatu,berdaulat, adil dan makmur.
yang adil dan beradab”.
KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi diatas dapat disimpulkan
bahwa :
1. Sejarah jatuh-bangunnya bangsa-bangsa dan
peradaban memberi pelajaran bahwa
perkembangan suatu bangsa sangat ditentukan
oleh karakter, etos, dan etika sosial bangsa yang
bersangkutan.
2. Sila Ketuhanan menekankan prinsip bahwa
moralitas dan spiritualitas keagamaan berperan
penting sebagai bantalan vital bagi keutuhan dan
keberlangsungan suatu bangsa-negara. Komunitas
agama-agama dituntut untuk lebih mampu
menempatkan diri dan menampilkan ajaran agama
mereka sebagai pembawa kebaikan untuk semua.
3. Demi kemaslahatan peran publik agama, harus
dihindari politisasi agama yang mengarah pada
kecenderungan triumphalisme, pengucilan yang
lain, dan hubungan eksternal yang berbahaya.
Agama-agama bisa memberi kontribusi besar bagi
penciptaan budaya demokrasi dan kemajuan
bangsa. Namun, agama-agama juga bisa bersifat
meghancurkan warisan sejarah luhur dan
kreativitas bangsa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai