Anda di halaman 1dari 10

IJMA’ SEBAGAI DALIL HUKUM FIQH

KELOMPOK 5
MUHAMMAD AZMI MUCHTAR 11200340000058
MUHAMMAD SYAUQI 11200340000110
SAIFUL AMIN 11200340000119
Pengertian ijma’
Kata ijma’ secara bahasa berarti “ kebulatan tekad terhadap suatu persoalan atau kesepakatan
tentang suatu masalah. Menurut istilah ushul Fiqh, seperti yang dikemukan Abdul Karim
Zaidan, adalah “kesepakatan para mujtahid dari kalangan umat Islam tentang hukum syara’
pada suatu masa setelah Rasulullah wafat”. Menurut Mazhab Maliki, kesepakatan sudah
dianggap ijma’ meskipun hanya merupakan kesepakatan penduduk Madinah yang dikenal
dengan ijma’ ahl al madinah. Menurut ulama Syi’ah, ijma’ adalah kesepakatan para Imam di
kalangan mereka, sedangkan menurut Jumhur ulama, ijma’, sudah dianggap sah dengan
adanya kesepakatan dari mayoritas ulama mujtahid, dan menurut Abdul Karim Zaidan, ijma’
baru dianggap terjadi bilamana kesepakatan seluruh ulama mujtahid
Pengertian Ijma’ menurut para ahli
• IMAM SYAFI’I MEMANDANG IJMA’ SEBAGAI HUKUM ISLAM SETELAH AL-QUR'AN DAN
SUNNAH/HADIS. DI SAMPING ITU, KEBERADAAN DALIL-DALIL INI TIDAK BOLEH BERTANTANGAN
DENGAN KETENTUAN YANG ADA DALAM AL-QUR’AN DAN SNNAH. OLEH SEBAB ITU PARA ULAMA
USHUL FIGH JUGA SERING MENYEBUT ADILLAH AL AHKAM INI SEBAGAI METODE DALAM MENG-
ISTINBATH-KAN HUKUM
• SEDANGKAN MENURUT AL-KAMAL BIN AL-HUMMAM BAHWA IJMA’ ADALAH
“KESEPAKATAN SEMUA MUJTAHID PADA SUATU MASA DARI KALANGAN UMAT MUHAMMAD
TERHADAP PERKARA SYARA”
Kemungkinan Terjadi Ijma’
Menurut Abdul Wahab Khallaf, Ijma’ akan mungkin terjadi apabila masalahnya diserahkan kepada
pemerintah, karena pemerintah sebagai ulil Amri dapat mengetahui mujtahid-mujtahidnya, dan setiap
pemerintah dapat mengetahui dan menentukan mujtahid suatu bangsa dan disepakati juga oleh mujtahid
seluruh dunia Islam. Sedangkan Hasbi Ash-Shiddieqy berpendapat, bahwa ijma’ sama dengan
mengumpulkan para ahli permusyawaratan untuk bemusyawarah sebagai wakil rakyat atas perintah/
undangan kepala Negara itulah yang mungkin terjadi sepanjang masa. Inilah ijma’ yang terjadi di masa Abu
bakar dan Umar
Pendapat Ulama Tentang Persyaratan Ijma’
• Menurut Wahbah az-Zuhaili, syarat ijma’ adalah:
1. yang melakukan ijma’tersebut adalah orang-orang yang memenuhi persyaratan ijtihad,
2. kesepakatan itu muncul dari mujtahid yang bersifat adil (berpendirian kuat terhadap agamanya),
3. Mujtahid yang terlibat adalah yang berusaha menghindarkan diri dari ucapan atau dari
perbuatan bid’ah.

• Menurut ulama ushul fiqh rukun ijma’ itu ada empat yaitu:
1. Yang terlibat dalam pembahasan hukum syara’ melalui ijma’adalah seluruh mujtahid.
2. Mujtahid yang terlibat dalam pembahasan hukum adalah seluruh mujtahid yang ada pada masa
tersebut dari berbagai belahan dunia Islam.
3. kesepakatan itu diawali dari masing-masing mujtahid setelah mereka mengemukan
pandangannya.
4. hukum yang disepakati itu adalah hukum syara’yang bersifat aktual dan tidak ada hukumnya
dalam al-qur’an ataupun dalam hadis Rasulullah SAW.
Kedudukan Ijma’ Sebagai Dalil Hukum Islam
1. Kedudukan Ijma dari Dalil Al-Qur’an
Allah Ta’ala berfirman:

‫ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مسيرا‬
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa pada kesesatan yang telah
dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali.” (QS. An-Nisa: 115).

Ayat di atas menjelaskan bahwa kesesatan ada di luar ajaran Rasul dan jalan orang-orang
beriman. Maka jika ajaran Rasul (wahyu) atau kesepakatan kaum mukmin diikuti mestilah
akan terhindar dari kesesatan.
2. Kedudukan Ijma’ dari Dalil Hadis/Sunnah
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫ فاقتلوه كائنا‬،‫ وأمرهم جميع‬،‫فمن رأيتموه فارق الجماعة أو يريد أن يفرق بين أمة محمد صلى هللا عليه وسلم‬
‫ فإن يد هللا مع الجماعة‬،‫من كان‬

“Siapa saja yang kalian pandang meninggalkan jama’ah atau ingin memecah belah umat
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan dalam perkara tersebut mereka
sepakat, maka bunuhlah ia siapapun gerangannya, karena sesungguhnya tangan Allah
bersama jama’ah” (HR. Ibnu Hibban dan lainnya, derajatnya sahih menurut Syeikh Albani).

Dalil di atas meskipun berbicara mengenai pemberontak pemerintahan yang sah, namun ia
menjadi bukti betapa kuatnya pengaruh ijma’ dalam islam.
Macam-macam Ijma’
• Ijma’ Sharih, kesepakatan para mujtahid, baik melalui pendapat maupun
perbuatan terhadap suatu masalah hukum yang dikemukakan dalam sidang ijma’ setelah
masing-masing mujtahid mengemukakan pendapatnya terhadap masalah yang dibahas.
Ijma’ jenis ini bisa dijadikan hujjah dan statusnya bersifat qath’iy (pasti). (Semua ulama
mujtahid mengemukakan pendapatnya).

• Ijma’ Sukuti, Pendapat sebagian mujtahid pada satu masa tentang hukum suatu
masalah dan tersebar luas, sedangkan sebagian mujtahid lainnya diam saja setelah meneliti
pendapat. (Ada sebagian ulama mujtahid bersikap diam atas pendapat mujtahid lain).
Orang yang berhak menentukan Ijma’
Pembentukan ijma’ adalah para mujtahid yang menguasai masalah - masalah fiqih berserta
dalil-dalilnya (Qur’an dan sunnah) dan memahami metode penggalian hukum Islam. Menurut
Jumhur ulama yang ahli bid’ah tidak termasuk kategori sebagai mujtahid, maka mereka tidak
termasuk dalam kelompok ulama mujtahid. Pendapat Imam asy-Syaukani yang dikutip oleh
Abu Zahrah dalam kitab Irsyadul Fuhul, Ijma’ yang diakui dalam hukum Islam adalah
pendapat semua fuqaha, jika ada salah satu dari mereka menentang pendapat tersebut, berarti
pendapat para fuqaha itu belum diakui sebagai ijma’.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai