Anda di halaman 1dari 36

Referat :

Gangguan Psikotik

Pembimbing :
dr. Rosalina Asrawaty, SpKJ

Presentan :
Sandelina Pedai, 20`570016

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RSUD SELE BE SOLU KOTA SORONG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PAPUA
2021
outline
Psikosis

Psikosis ditandai oleh:


• Terganggunya realitas atau kemampuan menilai kenyataan 
Distorsi pikiran dan persepsi:
• Halusinasi
• Waham/delusi

• Emosi yang tidak patut atau rentangnya sempit


• Pembicaraan yang inkoheren atau irelevan
• Kecurigaan berlebihan dan tak berdasar
Psikosis

• Dapat terlihat abnormalitas perilaku yang berat,


seperti perilaku disorganisasi, agitasi, eksitasi, dan
inaktivitas/overaktivitas.

• Dapat juga terlihat gangguan emosi, seperti apatis


atau diskoneksitas antara emosi yang utarakan dengan
afek yang diobservasi (seperti ekspresi wajah dan
bahasa tubuh)
Kondisi yang Menimbulkan Psikosis

• Gangguan psikiatri:
• Skizofrenia dan gangguan terkait,

• Gangguan medik
• Trauma fisik, epilepsi lobus temporalis, demensia, penyakit
neurologik dan endokrin, kelainan metabolik

• Gangguan penyalahgunaan zat


• Terutama amfetamin dan halusinogen
• Prevalensi – Riskesdas 2013
• Nasional = 1,7‰ (1,7 per seribu)

• Berdampak pada individu, keluarga, dan masyarakat


• Pelanggaran HAM

• Sering diabaikan
• Dapat dilakukan tatalaksana yang efektif di layanan primer
Penyebab Psikosis

Faktor Biologik Faktor Psikologik

Faktor Sosial
Awitan (Onset)

• Dapat mendadak atau perlahan-lahan


• Sering awitan antara usia 15 - 25 tahun (normalnya
beberapa tahun lebih dulu pada laki-laki)
• Sering kali awitannya mempunyai fase pre-psikotik
dengan meningkatnya gejala negatif yang diikuti oleh
fase psikotik yang jelas dengan gejala positif
Perjalanan Penyakit
• Sebagian individu memiliki perjalanan penyakit yang
relatif stabil, sementara sebagian yang lain
memperlihatkan perburukan progresif yang berhubungan
dengan disabilitas yang cukup berat.

• Luaran klinis:
• Orang tersebut pulih sepenuhnya atau pulih sebagian
dengan beberapa gejala tertinggal;
• Orang tersebut pulih tetapi terdapat beberapa episode
berikutnya (relaps/kambuh); dan
• Gejala berlanjut sampai 3 bulan atau lebih (psikosis
kronik)  dapat terjadi perburukan fungsi
(deteriorasi)
Gejala Negatif

• Emosi yang mendatar


• Tidak adanya motivasi dan energi
• Kehilangan minat dan kesenangan dalam aktivitas
• Interaksi sosial berkurang

Sering kali gejala negatif menjadi lebih menonjol


pada fase yang lebih lanjut (kronis)
Gejala Positif

Distorsi persepsi Halusinasi

Distorsi pikiran Waham

Kesulitan dalam
Pembicaraan mempertahankan percakapan
dan/atau tetap fokus pada
terdisorganisasi suatu topik

Perilaku yang tidak biasa dan


Perilaku aneh serta kesulitan dalam
terdisorganisasi merencanakan dan
menyelesaikan aktivitas
Respons terhadap obat

• Gejala positif biasanya berespon terhadap


pengobatan dengan antipsikotik.
• Gejala negatif kurang responsif terhadap obat
antipsikotik
Identifikasi Gangguan Psikotik

• Perilaku abnormal atau disorganisasi


• contoh: pembicaraan inkoheren atau tidak relevan, penampilan
yang tidak lazim, tidak rapi, perawatan diri buruk
• Delusi/waham
• kecurigaan atau keyakinan yang jelas keliru dan dipertahankan
• Halusinasi
• Mendengar suara atau melihat sesuatu yang tidak nyata
• Mengabaikan tanggung jawab yang biasa dikerjakan
terkait dengan pekerjaan, sekolah, rumah tangga, dan
aktivitas sosial
• Gejala manik
• Beberapa hari merasakan kebahagiaan yang abnormal, terlalu
bersemangat, banyak bicara, sangat mudah tersinggung, tidak
tidur, perilaku tidak bertanggung jawab
Penatalaksanaan Gangguan Psikotik
Rencana Penatalaksanaan

• Terdiri dari 2 komponen utama:


1. Intervensi psikososial
2. Intervensi farmakologik
Intervensi Farmakologik

1. Memulai medikasi antipsikotik


2. Monitoring seseorang dalam terapi antipsikotik
3. Menghentikan medikasi antipsikotik
1. Memulai medikasi antipsikotik

• Untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut secara tepat,


sebaiknya memulai terapi antipsikotik secepatnya sesudah
penilaian.

• Pertimbangkan terapi intramuskular akut jika terapi oral


tidak mungkin dilaksanakan. Jangan meresepkan injeksi
depo/jangka panjang untuk mengontrol gejala-gejala
psikotik akut secara tepat.

• Resepkan satu antipsikotik dalam 1 waktu (monoterapi).


• “Start low, go slow”: Mulai dengan dosis rendah yang
ada dalam kisaran terapeutik dan naikkan dosis secara
perlahan hingga mencapai dosis efektif terendah, untuk
tujuan menurunkan risiko efek samping.

• Coba melakukan terapi pada dosis optimum sedikitnya


4 – 6 minggu sebelum mempertimbangkan bahwa obat
tersebut tidak efektif.

• Haloperidol atau Klorpromazin oral sebaiknya


ditawarkan secara rutin pada orang dengan gangguan
psikotik.
Obat Antipsikotik di Layanan Primer
Medikasi Haloperidol Klorpromazin Risperidon

Dosis Awal 1,5 – 3 mg 50 – 75 mg 1 – 3 mg


Dosis Efektif Tipikal (mg) 3 – 20 mg/hari 75 – 300 mg/hari* 2 – 8 mg

Cara Pemberian Oral; Intramuskular (HCl untuk Oral Oral, Intramuskular


psikosis akut; dekanoat untuk
rumatan)

Efek samping bermakna

Sedasi + +++ +
Kencing tersendat + ++ +
Hipotensi ortostatik + +++ +
Efek samping +++ + + (bergantung dosis)
ekstrapiramidal**
Sindrom Neuroleptik Jarang Jarang Jarang
Maligna***
Tardive dyskinesia**** + + +
Perubahan EKG + + +
Kontraindikasi Hipersensitivitas, kesadaran Hipersensitivitas, kesadaran Hipersensitivitas terhadap
menurun, penyakit Parkinson menurun, penyakit risperidon
Parkinson
* Dosis lebih hingga mencapai 1 g mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang berat.
** Gejala-gejala Ekstrapiramidal di antaranya reaksi distonia akut, tik, tremor, rigiditas otot dan roda gerigi (cogwheel).
***Sindroma Neuroleptik Maligna merupakan gangguan yang jarang tapi berpotensi mengancam nyawa. Dtandai dengan kekakuan otot,peningkatan suhu tubuh dan tekanan darah.
**** Tardive dyskinesia adalah efek samping jangka panjang dari medikasi antipsikotik yang ditandai oleh gerakan-gerakan otot yang involunter, khususnya wajah, tangan, dan dada.
Obat Antipsikotik Injeksi
Medikasi Haloperidol HCl Haloperidol Dekanoat Flufenazin Dekanoat

Cara Pemberian Injeksi intramuskular, injeksi Injeksi intramuskular Injeksi intramuskular


intravena
Sifat Aksi pendek (short acting) Aksi panjang (Long Aksi panjang (Long
acting)/Depot acting)/Depot
Indikasi Untuk mendapatkan efek Untuk terapi rumatan Untuk terapi rumatan
yang cepat dalam (maintenance) pada kasus (maintenance) pada kasus
mengendalikan gejala yang sulit untuk obat oral yang sulit untuk obat oral
psikotik
Tidak boleh Terapi rumatan Kondisi kedaruratan Kondisi kedaruratan
digunakan untuk
Tempat Injeksi Deltoid, gluteal, vena Gluteal Gluteal

Dosis percobaan -- 25 mg 12,5 mg

Rentang Dosis 2,5 – 10 mg 12,5 – 75 mg 6,25 – 50 mg

Interval Pemberian 1 jam (kedaruratan) 4 minggu 2 – 5 minggu

Sediaan 5 mg/ml 50 mg/ml 25 mg/ml


2. Monitoring seseorang dalam terapi antipsikotik

Jika respons tidak adekuat pada lebih dari satu antipsikotik, menggunakan
satu jenis medikasi pada durasi waktu dan dosis yang adekuat:
• Kaji ulang diagnosis (dan kemungkinan diagnosis komorbid).
• Singkirkan psikotik yang diakibatkan oleh alkohol atau penyalahgunaan zat
psikoaktif (meskipun sudah disingkirkan sejak awal).
• Pastikan kesetiaan pengobatan; pertimbangkan injeksi antipsikotik depo/kerja
panjang untuk memperbaiki kesetiaan.
• Pertimbangkan untuk menaikkan medikasi saat ini atau menggantinya dengan
medikasi lain.
• Pertimbangkan antipsikotik generasi kedua (dengan pengecualian pada
clozapine), jika harga dan ketersediaannya tidak terbatas, sebagai alternatif untuk
haloperidol atau klorpromazin.
• Pertimbangkan clozapine bagi mereka yang tidak berespons pada antipsikotik
lain meskipun dalam durasi waktu dan dosis yang adekuat. Clozapine mungkin
dipertimbangkan oleh penyedia layanan kesehatan non-spesialistik di bawah
supervisi profesional kesehatan jiwa. Hal ini sebaiknya dipertimbangkan bila
monitoring laboratorium rutin tersedia, karena adanya risiko agranulositosis yang
mengancam nyawa
2. Monitoring seseorang dalam terapi
antipsikotik

Jika efek samping ekstrapiramidal (seperti parkinsonism


atau distonia) terjadi:
• Turunkan dosis antipsikotik, dan
• Pertimbangkan untuk mengganti ke antipsikotik lain
(contoh mengganti dari haloperidol ke klorpromazine).
• Pertimbangkan pemberian antikolinergik untuk
penggunaan jangka pendek jika strategi tersebut gagal
atau efek samping ekstrapiramidal akut, hebat, atau
mengakibatkan disabilitas.
2. Monitoring seseorang dalam terapi
antipsikotik

Medikasi Antikolinergik:
• Triheksifenidil (Benzhexol) digunakan dengan dosis 4 –
12 mg per hari. Efek samping meliputi sedasi,
kebingungan/konfusi, dan gangguan memori, terutama
pada usia lanjut. Efek samping yang jarang meliputi
glaucoma sudut tertutup, miasthenia gravis, obstruksi
gastrointestinal.
3. Menghentikan medikasi antipsikotik

• Untuk psikosis akut, lanjutkan terapi antipsikotik


hingga 12 bulan setelah remisi total.
• Untuk orang dengan psikosis kronik,
pertimbangkan penghentian tatalaksana jika orang
tersebut stabil untuk beberapa tahun, titikberatkan
pada risiko kekambuhan setelah penghentian di
samping kemungkinan efek samping medikasi,
pertimbangkan pilihan pasien melalui konsultasi
dengan keluarga.
• Jika memungkinkan, KONSUL KE SPESIALIS terkait
keputusan penghentian medikasi antipsikotik.
Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik
Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik

1. Psikoedukasi
2. Fasilitasi rehabilitasi di komunitas
3. Follow-up
1. Psikoedukasi:
Pesan untuk Orang dengan Psikosis

• Kemampuan orang tersebut dapat dipulihkan;


• Penting: melanjutkan aktivitas sosial yang biasanya,
pendidikan, dan pekerjaan  sejauh memungkinkan;
• Penderitaan dan masalah dapat dikurangi dengan pengobatan;
• Penting: minum obat secara teratur;
• Hak setiap orang: dilibatkan dalam setiap keputusan yang
diambil berkaitan dengan pengobatannya;
• Penting: menjaga kesehatan dengan diet sehat, melakukan
aktivitas fisik secara aktif, mempertahankan perawatan diri.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang dengan gangguan psikotik (1)

• Orang dengan psikosis mungkin mendengar suara-suara atau


menyakini secara jelas sesuatu yang salah.
• Orang dengan psikosis sering tidak menyadari bila dirinya sakit dan
kadang menjadi bersikap kasar..
• Harus ditekankan: Pentingnya pengenalan akan
kambuhnya/memburuknya gejala-gejala dan perlunya penilaian ulang.
• Perlu ditekankan: pentingnya melibatkan orang dengan psikosis dalam
aktivitas keluarga dan sosial lainnya.
• Anggota-anggota keluarga sebaiknya tidak melakukan kritik yang
terus menerus atau keras atau bersikap kasar terhadap anggota
keluarga yang mengalami gangguan psikosis.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang dengan
gangguan psikotik (2)

• Orang dengan psikosis sering didiskriminasi meskipun seharusnya


mereka menikmati hak asasi manusia yang sama dengan semua orang
• Orang dengan psikosis mungkin memiliki kesulitan
• untuk pulih, atau
• untuk berfungsi dalam lingkungan hidup atau lingkungan kerja yang penuh
stres.
• Secara umum, lebih baik seseorang tinggal bersama keluarga atau
anggota masyarakat di lingkungan yang mendukung di luar lingkup
rumah sakit.
• Perawatan di rumah sakit dalam waktu yang lama sebaiknya dihindari.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di Komunitas (1)

• Koordinasikan intervensi dengan:


• staf kesehatan
• sejawat yang bekerja di layanan sosial
• organisasi yang bergerak di bidang disabilitas.
• Fasilitasi hubungan dengan sumber-sumber di
bidang kesehatan dan sosial demi terpenuhinya
kebutuhan keluarga secara fisik, mental dan
kebutuhan di bidang kesehatan jiwa.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di Komunitas (2)

• Dorong secara aktif orang dengan psikosis untuk mencoba


kembali aktivitas sosial, edukasional, dan okupasional yang
sesuai dan disarankan oleh anggota keluarga.
• Fasilitasi keterlibatan kembali dalam aktivitas ekonomi dan sosial,
termasuk dukungan pekerjaan yang sesuai dengan konteks sosial dan
budaya.
• Orang dengan psikosis seringkali didiskriminasi, oleh karenanya
penting untuk mengatasi pandangan negatif baik internal maupun
eksternal dan bekerja untuk mencapai kemungkinan kualitas hidup
terbaik.
• Bekerjasama dengan agen-agen lokal untuk menggali kemungkinan-
kemungkinan kerja dan pendidikan, berdasarkan kebutuhan dan
tingkat keterampilan orang tersebut.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di Komunitas (3)

• Jika diperlukan dan tersedia, pikirkan kemungkinan


adanya dukungan perumahan/bantuan hidup.
• Pertimbangkan secara matang kapasitas fungsional dan
kebutuhan akan dukungan dalam rangka memberikan
petunjuk dan memfasilitasi pengurusan perumahan yang
optimal, pertimbangkan hak asasi orang tersebut.
3. Follow-up (1)

• Orang dengan psikosis diminta untuk datang kontrol


secara teratur.
• Follow-up awal sebaiknya sesering mungkin, bahkan
setiap hari, sampai gejala akutnya mulai berespons
dengan pengobatan.
• Setelah gejala-gejala menunjukkan respons, kontrol satu
kali sebulan atau satu kali dalam 3 bulan dapat
direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan klinis, faktor-
faktor yang mungkin laksana seperti ketersediaan staf,
jarak dari klinik, dll.
3. Follow-up (2)

• Pelihara harapan dan optimisme yang relistis selama


terapi.
• Di setiap follow-up, lakukan penilaian gejala, efek
samping obat dan kesetiaan terhadap pengobatan.
• Ketidaksetiaan terhadap pengobatan umum terjadi dan
pelibatan pelaku rawat adalah penting dalam periode tersebut.
• Nilai dan kelola kondisi medis penyerta.
• Nilai kebutuhan akan intervensi psikososial di setiap
kunjungan follow-up.

Anda mungkin juga menyukai