Anda di halaman 1dari 49

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

(SPM)
DALAM PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 100 TAHUN 2018 TENTANG PENERAPAN SPM

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
YAHUN 2019

1
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH

LATAR BELAKANG SPM


UUD 1945 UU No. 23/2014

• Pasal 27 ayat 2: Tiap – tiap


• Pasal 18 ayat (1) : Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
warga negara berhak atas
memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib
penghidupan yang layak
yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Pelaksanaan Urusan
bagi kemanusiaan
• Pasal 31 ayat 1 : Setiap Pemerintahan Wajib yang terkait Pelayanan Dasar ditetapkan
dengan SPM.
warga negara berhak
• Pasal 18 ayat (2) : Pelaksanaan pelayanan dasar berpedoman
mendapatkan pendidikan
pada SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
• Pasal 18 ayat (3) : Ketentuan lebih lanjut tentang SPM diatur
dengan PP
• Pasal 1 ayat (17) : SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan pemerintahan
wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara
minimal.
• Pasal 298 ayat 1 : Belanja Daerah diprioritaskan untuk
mendanai Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait Pelayanan
Dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal
PERUBAHAN KONSEP
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
UU 32 Tahun 2004 UU 23 Tahun 2014
 Standar Pelayanan Minimal adalah  Standar Pelayanan Minimal adalah
standar suatu pelayanan yang ketentuan mengenai jenis dan mutu
memenuhi persyaratan minimal Pelayanan Dasar yang merupakan
kelayakan. Urusan Pemerintahan Wajib yang
 15 Urusan Pemerintahan Wajib berhak diperoleh setiap warga
terkait Pelayanan Dasar. negara secara minimal.
 Ditetapkan dengan Peraturan  6 Urusan Pemerintahan Wajib
Menteri oleh masing-masing terkait Pelayanan Dasar.
Menteri/Pimpinan LPND dengan  Ditetapkan dalam Peraturan
konsultasi yang dikoordinasikan Pemerintah.
oleh Menteri Dalam Negeri.  Pengaturan terkait pemenuhan
 Dominasi pengaturan terkait kebutuhan dasar konsumen
Produsen Pelayanan pelayanan

3
4
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
Latarbelakang, Pengertian Dan Jenis
Jenis SPM
(Pasal 4 Ayat 1 PP 2 Tahun 2018 )

Pengertian SPM (PP 2 Th 2018)


 Pasal 1 PP Nomor 2 Tahun
2018, Standar Pelayanan Perumahan
Pekerjaan
Latarbelakang SPM Minimal, yang selanjutnya Umum Rakyat
disingkat SPM adalah
 Amanat Pasal 18 UU
Ketentuan mengenai jenis
3 4
Nomor 23 Tahun 2014, dan mutu pelayanan dasar
penyelenggara yang merupakan urusan
pemerintahan daerah 2 5 Tramtibum
pemerintahan wajib yang Kesehatan Linmas
memprioritaskan berhak diperoleh setiap
pelaksanaan urusan warga negara secara
pemerintahan wajib
yang berkaitan dengan
minimal. 1 6
 Pasal 3 PP Nomor 2 Tahun
pelayanan dasar.
2018, urusan pemerintahan
 Pasal 298 UU Nomor 23 wajib yang berkaitan dengan
Sosial
Tahun 2014, belanja 6 pelayanan dasar: pendidikan,
kesehatan, PUPR, perumahan
Pendidikan
daerah diprioritaskan
rakyat dan kawasan
untuk mendanai urusan pemukiman tramtibumlinmas,
pemerintahan wajib dan sosial, sebagian
yang terkait pelayanan substansinya ditetapkan
dasar yang ditetapkan sebagai SPM.
dengan standar
pelayanan minimal.
SISTEMATIKA ISI PERMENDAGRI NO 100 TAHUN 2018
BAB I KETENTUAN UMUM

6
BAB I KETENTUAN UMUM (Pasal 1)
1. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
2. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang
wajib diselenggarakan oleh semua Daerah.
3. Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi
kebutuhan dasar warga negara.
4. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah
ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan Dasar yang
merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh
setiap warga negara secara minimal.
5. Penerapan SPM adalah pelaksanaan SPM yang dimulai dari
tahapan pengumpulan data, penghitungan kebutuhan pemenuhan
Pelayanan Dasar, penyusunan rencana pemenuhan Pelayanan
Dasar dan pelaksanaan pemenuhan Pelayanan Dasar 7
BAB I KETENTUAN UMUM (Pasal 1)
6. Kebutuhan Dasar Warga Negara adalah barang dan/atau jasa
dengan kualitas dan jumlah tertentu yang berhak diperoleh oleh
setiap individu agar dapat hidup secara layak.

7. Jenis Pelayanan Dasar adalah jenis pelayanan dalam rangka


penyediaan barang dan/atau jasa kebutuhan dasar yang berhak
diperoleh oleh setiap warga negara secara minimal.

8. Mutu Pelayanan Dasar adalah ukuran kuantitas dan kualitas


barang dan/atau jasa kebutuhan dasar serta pemenuhannya
secara minimal dalam Pelayanan Dasar sesuai dengan standar
teknis agar hidup secara layak.

9. Warga Negara adalah orang bangsa Indonesia asli dan orang


bangsa lain yang disahkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan. 8
TAHAPAN PENERAPAN SPM
Bab II Pasal 2 Ayat (1), dan (2).

Pemerintah daerah menerapkan SPM untuk pemenuhan


jenis pelayanan dasar dan mutu pelayanan dasar yang
berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal

Penerapan SPM diprioritaskan bagi Warga Negara yang


berhak memperoleh Pelayanan Dasar Secara Minimal sesuai
dengan Jenis Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan Dasar
JENIS PELAYANAN DASAR UNTUK DAERAH PROVINSI
Pasal 3 Ayat (1)

NO BIDANG JENIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL


URUSAN
1. PENDIDIKAN 1. Pendidikan Menengah
2. Pendidikan Khusus
2. KESEHATAN 1. pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis
kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi
bencana daerah provinsi;
2. pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi
kejadian luar biasa daerah provinsi;
3. PEKERJAAN 1. pemenuhan kebutuhan air minum curah lintas daerah
UMUM kabupaten/kota;
2. penyediaan pelayanan pengolahan air limbah
domestik regional lintas daerah kabupaten/kota;
4. PERUMAHAN 1. penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak huni
RAKYAT bagi korban bencana daerah provinsi;
2. fasilitasi penyediaan rumah yang layak huni bagi
masyarakat yang terkena relokasi program
Pemerintah Daerah provinsi;

10
JENIS PELAYANAN DASAR UNTUK DAERAH PROVINSI
Pasal 3 Ayat (1)

LANJUTAN :

NO BIDANG JENIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL


URUSAN

5.. TRANTIBUN Pelayanan Ketentraman dan Ketertiban Umum


DAN LINMAS Provinsi

6. SOSIAL 1. rehabilitasi sosial dasar penyandang disabilitas


terlantar di dalam panti;
2. rehabilitasi sosial dasar anak terlantar di dalam panti;
3. rehabilitasi sosial dasar lanjut usia terlantar di dalam
panti;
4. rehabilitasi sosial dasar tuna sosial khususnya
gelandangan dan pengemis di dalam panti; dan
5. perlindungan dan jaminan sosial pada saat dan
setelah tanggap darurat bencana bagi korban
Bencana daerah provinsi.

11
JENIS PELAYANAN DASAR UNTUK DAERAH KAB./KOTA
Pasal 3 Ayat (2)
NO BIDANG JENIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL
URUSAN
1. PENDIDIKAN 1. Pendidikan Anak Usia Dini
2. Pendidikan Dasar; dan
3. Pendidikan Kesetaraan
2. KESEHATAN 1. pelayanan kesehatan ibu hamil;
2. pelayanan kesehatan ibu bersalin;
3. pelayanan kesehatan bayi baru lahir;
4. pelayanan kesehatan balita;
5. pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;
6. pelayanan kesehatan pada usia produktif;
7. pelayanan kesehatan pada usia lanjut;
8. pelayanan kesehatan penderita hipertensi;
9. pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus;
10. pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat;
11. pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis;
12. pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi
virus yang melemahkan daya tahan tubuh manusia
(Human Immunodeficiency Virus);

12
JENIS PELAYANAN DASAR UNTUK DAERAH KAB./KOTA
Pasal 3 Ayat (2)

NO BIDANG JENIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL


URUSAN
3.. PEKERJAAN 1. pemenuhan kebutuhan pokok air minum sehari-
UMUM hari;
2. penyediaan pelayanan pengolahan air limbah
domestik;
4. PERUMAHAN 1. penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak huni bagi
RAKYAT korban bencana daerah kabupaten/kota;
2. fasilitasi penyediaan rumah yang layak huni bagi
masyarakat yang terkena relokasi program Pemerintah
Daerah kabupaten/kota;

5. TRANTIBUN 1. pelayanan ketenteraman dan ketertiban umum;


DAN LINMAS 2. pelayanan informasi rawan bencana;
3. pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap
bencana;
4. pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana;
5. pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban kebakaran;
JENIS PELAYANAN DASAR UNTUK DAERAH KAB./KOTA
Pasal 3 Ayat (2)
NO BIDANG JENIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL
URUSAN
6. SOSIAL 1. rehabilitasi sosial dasar penyandang disabilitas
terlantar di luar panti;
2. rehabilitasi sosial dasar anak terlantar di luar
panti;
3. rehabilitasi sosial dasar lanjut usia terlantar di
luar panti;
4. rehabilitasi sosial dasar tuna sosial khususnya
gelandangan dan pengemis di luar panti; dan
5. perlindungan dan jaminan sosial pada saat dan
setelah tanggap darurat bencana bagi korban
bencana daerah kabupaten/kota.

Ketentuan mengenai Mutu Pelayanan Dasar sesuai dengan Standar Teknis yang diatur
oleh menteri teknis yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Wajib yang
berkaitan dengan PelayananDasar setelah berkoordinasi dengan Menteri melalui
Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah. (Pasal 3 Ayat (3).
TAHAPAN PENERAPAN SPM (Pasal 4)

1. Pengumpulan Data

2. Penghitungan Kebutuhan
Pemenuhan Pelayanan Dasar

3. Penyusunan Rencana
Pemenuhan Pelayanan Dasar

4. Pelaksanaan Pemenuhan
Pelayanan Dasar
NO PENGUMPULAN DATA
(Pasal 5 Ayat (1), (2), (3), & (4)
1. Pengumpulanb Data Mencakup :
a. jumlah dan identitas lengkap Warga Negara yang berhak memperoleh
barang dan/atau jasa kebutuhan dasar secara minimal sesuai dengan
Jenis Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan Dasarnya serta khusus
pengumpulan data untuk penerapan SPM pendidikan Daerah
kabupaten/kota mencakup jumlah dan identitas lengkap seluruh Warga
Negara yang berhak emperoleh barang dan/atau jasa kebutuhan dasar
secara minimal;
b. jumlah barang dan/atau jasa yang tersedia, termasuk jumlah sarana
dan prasarana yang tersedia.
2. Pengumpulan dan pendataan sesuai dengan Standar Teknis SPM ditujukan
untuk pencapaian target 100% (seratus persen) dari Target dan Indikator
penerima layanan setiap tahun
3. Target dan Indikator penerima layanan setiap tahun dari masing-masing
urusan SPM tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
4. Hasil pendataan yang dilakukan oleh Perangkat Daerah diintegrasikan
dengan Sistem Informasi Pembangunan Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PENGHITUNGAN KEBUTUHAN PEMENUHAN PELAYANAN DASAR
Pasal 6
Perangkat Daerah Menghitung :
1. Selisih Ketersediaan Barang dengan Warga Negara Penerima Layanan Dasar
2. Selisih Ketersediaan Jasa dengan Warga Negara Penerima Layanan Dasar
3. Selisih Ketersediaan Sarana dengan Warga Negara Penerima Layanan Dasar
4. Selisih Ketersediaan Prasarana dengan Warga Negara Penerima Layanan Dasar
Mutu Pelayanan Dasar Sesuai dengan Standar Teknis SPM

Ketersediaan Barang atau Jasa atau Sarana atau Prasarana diperoleh


dari pihak :
1. Badan Usaha Milik Negara
2. Badan Usaha Milik Daerah,
3. lembaga non pemerintah,
4. masyarakat, dan/atau
5. Pemerintah Daerah.
Hasil penghitungan digunakan untuk menyusun kebutuhan
pemenuhan Pelayanan Dasar berpedoman pada Standar Biaya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PENGHITUNGAN WARGA NEGARA PENERIMA PELAYANAN DASAR
Pasal 7 Ayat (1), dan (2).
Perangkat Daerah Menghitung :
1. Warga Negara penerima Pelayanan Dasar yang tidak mampu memperoleh
barang dan/atau jasa yang telah tersedia.
2. Jumlah Warga Negara penerima layanan dasar yang telah terlayani dan
yang
belum terlayani dengan barang dan / atau jasa dalam pemenuhan
pelayanan dasarnya
Mutu Pelayanan Dasar Sesuai dengan Standar Teknis SPM
Ketentuan Penerima Layanan Dasar adalah Warga Negara yang TIDAK
MAMPU dikarenakan berbagai faktor penyebabnya, antara lain : :
1. miskin atau tidak mampu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. sifat barang dan/atau jasa yang tidak dapat diakses atau dijangkau
sendiri;
3. kondisi bencana; dan/atau
4. kondisi lain yang tidak memungkinkan untuk dapat dipenuhi
sendiri.
PENYUSUNAN RENCANA PEMENUHAN PELAYANAN DASAR
Pasal 8 Ayat (1), (2). & (3); Pasal 9 Ayat (1), (2),(3), dan (4).

1. Pemerintah Daerah Menyusunrencana pemenuhan


Pelayanan Dasar sesuai dengan penghitungan
kebutuhan yang dimuat dalam dokumen RPJMD dan
RKPD.
2. Perangkat Daerah Memprioritaskan penyusunan
rencana pemenuhan Pelayanan Dasar berdasarkan
penghitungan ke dalam Renstra PD dan Renja PD sesuai
dengan tugas dan fungsi.;
3. Rencana pemenuhan Pelayanan Dasar merupakan salah
satu tolok ukur kinerja penyelenggaraan Pemerintahan
Penyusunan Rencana Pemenuhan Pelayanan Dasar
(Pasal 8 Pernendagri No 100 Tahun 2018 Tentang Penerapan SPM)
• Pemerintah Daerah menyusun rencana

RPJMD
pemenuhan pelayanan dasar sesuai
dengan penghitungan kebutuhan

PEMDA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(3) dan Pasal 7 ayat (1) yang dimuat dalam
dokumen Perencanaan Daerah
RKPD

• Perangkat Daerah memprioritaskan


penyusunan rencana pemenuhan RENSTRA
pelayanan dasar sesuai dengan

PD
penghitungan kebutuhan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ke dalam
Renstra PD dan Renja PD sesuai dengan RENJA
tugas dan fungsi

Rencana pemenuhan pelayanan dasar merupakan salah satu


tolok ukur kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
INTEGRASI SPM
DALAM DOKRENDA
DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :
PENGANGGARAN, RPJMD, RKPD, RENSTRA, DAN RENJA
Pasal 9 Permendagri Nomor 100 Tahun 2018
INTEGRASI RENCANA PENERAPAN SPM DALAM DOKUMEN RPJMD
Penyusunan Program Dalam RPJMD Terkait Pemenuhan
SPM:
1. Program, Kegiatan, Alokasi Dana Indikatif, dan Sumber
Pendanaan disusun berdasarkan urusan wajib pelayanan
dasar yang berpedoman dengan SPM sesuai dengan kondisi
nyata daerah dan kebutuhan masyarakat
2. Program Terkait Pemenuhan Layanan Dasar dengan SPM
antaralain :
a. Pemenuhan Layanan Dasar Bidang Pendidikan
b. Pemenuhan Layanan Dasar Bidang Kesehatan
c. Pemenuhan Layanan Dasar Bidang Pekerjaan Umum
d. Pemenuhan Layanan Dasar Bidang Perumahan Rakyat
e. Pemenuhan Layanan Dasar Bidang Trantibun dan Linmas
f. Pemenuhan Layanan Dasar Bidang Sosial
INTEGRASI RENCANA PENERAPAN SPM DALAM DOKUMEN RKPD
INTEGRASI RENCANA PENERAPAN SPM DALAM DOKUMEN RENSTRA
PD
INTEGRASI RENCANA PENERAPAN SPM DALAM DOKUMEN RENSTRA
PD
INTEGRASI RENCANA PENERAPAN SPM DALAM DOKUMEN RENJA PD
MANFAAT SPM BAGI KINERJA PEMERINTAH DAERAH
31
PELAKSANAAN PEMENUHAN PELAYANAN DASAR
• Perangkat Daerah melaksanakan
Pelaksanaan program dan kegiatan
pemenuhan SPM Sesuai Rencana
Pemenuhan • Perangkat Daerah Menetapkan
Pelayanan Target Pencapaian Program dan
Kegiatan Pelaksanaan SPM
Dasar (Pasal 11)

Pelaksanaan • Pemerintah Daerah Menyediakan


Pemenuhan Barang / Jasa yang Dibutuhkan
• Melakukan Kerjasama dengan lain
Pelayanan untuk melaksanakan SPM
Dasar (Pasal 12) kewenangannya
PELAKSANAAN PEMENUHAN PELAYANAN DASAR

Pelaksanaan • Pemerintah Daerah Dapat


membebaskan Biaya
Pemenuhan Pemenuhan SPM
• Memberikan Bantuan

Pelayanan berupa : Bantuan tunai,


bantuan barang/jasa, Subsidi,
kupon, atau bantuan lainnya.
Dasar Bagi • Penyediaan barang / Jasa
sesuai Standar Teknis
Warga Pelaksanaan SPM
• Kerjasama dengan daerah lain
Miskin dalam pelaksanaan
pemenuhan SPM bagi warga
(Pasal 12) negara
ASI
DIN
R • Menteri Dalam Negeri Melalui Dirjen Bina BANGDA
O
KO TING Mengkoordinasikan Pelaksanaan SPM Secara Nasional
KAT • Dibentuk Sekretariat Bersama Pelaksanaan Penerapan SPM
PUSA
T

• Gubernur berwenang mengoordinasikan pelaksanaan


penerapan SPM di daerah provinsi.
• Dibentuk Tim Penerapan SPM tingkat Provinsi dengan Peraturan
PRO
VINSI Gubernur

• Bupati/Wali Kota berwenang mengoordinasikan pelaksanaan


penerapan SPM di daerah kabupaten/kota.
KAB • Dibentuk Tim Penerapan SPM Tingkat Kab./Kota Dengan
/ Peraturan Bupati / Peraturan Walikota (Pasal 13 dan 14)
KOTA
KOORDINASI (Pasal 14) Meliputi :
1. penerapan, pemantauan dan evaluasi SPM;
2. penanganan isu dan permasalahan penerapan SPM.
TIM PENERAPAN SPM DI PROVINSI
Tim Penerapan SPM daerah provinsi ditetapkan dengan
peraturan gubernur. Pasal 15 ayat (1).
Susunan keanggotaan Tim Penerapan SPM daerah provinsi (Pasal 15
Ayat (2) terdiri atas:
a. penanggung jawab : gubernur;
b. ketua : sekretaris daerah provinsi;
c. wakil Ketua : kepala badan perencanaan pembangunan
daerah provinsi;
d. sekretaris : kepala biro tata pemerintahan provinsi atau
sebutan lain;
e. anggota : kepala perangkat daerah provinsi yang
Membidangi Urusan Pemerintahan Wajib terkait
Pelayanan Dasar, pengelolaan keuangan daerah,
inspektorat, dan/atau sesuai dengan kebutuhan
daerah.
TUGAS TIM PENERAPAN SPM DI PROVINSI (Pasal 16)
Tugas Tim Penerapan SPM Tingkat Provinsi Antara Lain :
a. menyusun rencana aksi penerapan SPM;
b. melakukan koordinasi dengan K/L pemerintah nonkementerian dalam sosialisasi
Standar Teknis dan penerapan SPM di daerah provinsi dan kab./kota;
c. mengoordinasikan pendataan, pemutakhiran dan sinkronisasi terhadap data terkait
kondisi penerapan SPM secara periodik;
d. mengoordinasikan integrasi SPM ke dalam dokumen perencanaan Daerah;
e. mengoordinasikan integrasi SPM ke dalam dokumen penganggaran serta mengawal
dan memastikan penerapan SPM terintegrasi ke dalam APBD provinsi;
f. mengoordinasikan dan mengkonsolidasikan sumber pendanaan dalam pemenuhan
penganggaran untuk penerapan SPM daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota;
g. mengoordinasikan perumusan strategi pembinaan teknis penerapan SPM di provinsi
dan daerah kabupaten/kota;
h. Mengoordinasikan pemantauan dan evaluasi SPM di daerah provinsi dan kab/kota;
i. elakukan sosialisasi penerapan SPM kepada perwakilan masyarakat sebagai penerima
manfaat;
j. menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait penerapan SPM dan
mengkonsolidasikan laporan penerapan dan pencapaian SPM di daerah
k. mengoordinasikan pencapaian berdasarkan laporan penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah provinsi dan kabupaten/kota dan melakukan analisis sebagai rekomendasi
untuk perencanaan tahun berikutnya.
TIM PENERAPAN SPM DI KABUPATEN/KOTA
Tim Penerapan SPM daerah Kabupaten / Kota ditetapkan
dengan peraturan Bupati / Walikota, Pasal 17 ayat (1). Dan (2)
Susunan keanggotaan Tim Penerapan SPM daerah Kabupaten/Kota
(Pasal 17 Ayat (2) terdiri atas:
a. penanggung jawab : Bupati / Walikota;
b. ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;
c. wakil Ketua : kepala badan perencanaan pembangunan
daerah Kabupaten / KOta;
d. sekretaris : kepala biro tata pemerintahan Kabupaten/Kota
atau sebutan lain;
e. anggota : kepala perangkat daerah Kab./Kota yang
Membidangi Urusan Pemerintahan Wajib terkait
Pelayanan Dasar, pengelolaan keuangan daerah,
inspektorat, dan/atau sesuai dengan kebutuhan
daerah.
TUGAS TIM PENERAPAN SPM DI KAB./KOTA (Pasal 18)
Tugas Tim Penerapan SPM Tingkat Kabupaten/Kota Antara Lain :
a. menyusun rencana aksi penerapan SPM;
b. melakukan koordinasi penerapan SPM dengan Perangkat Daerah pengampu SPM;
c. mengoordinasikan pendataan, pemutakhiran dan sinkronisasi terhadap data terkait
kondisi penerapan SPM secara periodik;
d. mengoordinasikan integrasi SPM ke dalam dokumen perencanaan daerah;
e. mengoordinasikan integrasi SPM ke dalam dokumen penganggaran daerah;
f. mengoordinasikan dan mengkonsolidasikan sumber pendanaan dalam pemenuhan
penganggaran untuk penerapan SPM daerah kabupaten/kota;
g. mengoordinasikan perumusan strategi pembinaan teknis penerapan SPM daerah;
h. mengoordinasikan pemantauan dan evaluasi SPM daerah kabupaten/kota;
i. melakukan sosialisasi penerapan SPM kepada perwakilan masyarakat sebagai
penerima manfaat;
j. menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait penerapan SPM;
mengoordinasikan pencapaian berdasarkan laporan penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kabupaten/kota dan melakukan analisis sebagai rekomendasi untuk
perencanaan tahun berikutnya.
PEMBIAYAAN PELAKSANAAN SPM DI DAERAH
WEWENANG PEMDA WEWENANG PEMDA
PROVINSI KAB / KOTA

PELAKSANAAN SPM YANG PELAKSANAAN SPM YANG


MENJADI WEWENANG MENJADI WEWENANG
PEMERINTAH PROVINSI PEMERINTAH KAB. / KOTA

APBD PEMDA APBD PEMDA KAB /


PROVINSI & sumber KOTA & Sumber Lain
lain yang syah yang Syah
LAPORAN Pelaksanaan Penerapan SPM Pendidikan di daerah
Pada Pasal 20 :

Ayat (1) Ayat (3)


Ayat (2)

Laporan penerapan SPM Materi muatan laporan Gubernurmenyampaikan


penerapan SPM laporan SPM daerah
dimuat dalam laporan provinsi dan rekapitulasi
penyelenggaraan sekurang-kurangnya
terdiri atas: penerapan SPM daerah
pemerintahan daerah dan kabupaten/kota kepada
disampaikan sesuai dengan a. Hasil penerapan
Menteri melalui Direktur
peraturan perundang- SPM; Jenderal Bina
undangan mengenai b. Kendala Penerapan Pembangunan Daerah dan
laporan penyelenggaraan SPM menteri teknis yang
pemerintahan daerah c. Ketersediaan menyelenggarakan Urusan
Anggaran dalam Pemerintahan Wajib yang
Penerapan SPM berkaitan dengan
pelayanan dasar.
LAPORAN Pelaksanaan Penerapan SPM Pendidikan di daerah
Pada Pasal 20 :

Ayat (4) Ayat (5)

Bupati/walikota Format laporan


menyampaikan laporan penerapan SPM daerah
SPM daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota kepada kabupaten/kota
gubernur dengan sebagaimana tercantum
tembusan kepada dalam lampiran sebagai
Menteri melalui bagian yang tidak
Direktur Jenderal Bina terpisahkan dalam
Pembangunan Daerah. Peraturan Menteri ini.
LAPORAN Penyampaian
Pasal 21 :
Laporan Penerapan SPM

1. Pemerintah daerah menyampaikan laporan


penerapan SPM paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
tahun anggaran berakhir.

2. Laporan pemerintah daerah merupakan dasar bagi


penetapan insentif dan disinsentif daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 22 Ayat (1), (2), (3), dan (4).

1. Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah


melakukan pembinaan secara umum dan menteri teknis yang
membidangi Urusan Pemerintahan Wajib Pelayanan Dasar
melakukan pembinaan secara teknis terhadap Penerapan SPM
daerah provinsi.

2. Menteri melalui Inspektorat Jenderal melakukan pengawasan


terhadap Penerapan SPM daerah provinsi.
3. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan Penerapan
SPM daerah kabupaten/kota.
4. Bupati/Wali Kota melakukan pembinaan dan pengawasan
penerapan SPM daerah kabupaten/kota.

Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan Penerapan SPM dilaksanakan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. (Pasal 23)
SANKSI
(Pasal 20)

Kepala Daerah dan/atau wakil kepala Daerah


yang tidak melaksanakan SPM dijatuhi sanksi
administratif.

Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi


administratif dengan Peraturan Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam negeri yang ditetapkan setelah
dikoordinasikan dengan kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian terkait.
SANKSI ADMINISTRATIF BERDASARKAN PP NO 12 TAHUN 2017.
PASAL 36, DAN 37

Pasal 36 (1)
.
Kepala daerah, wakil kepala daerah, anggota DPRD, dan daerah yang melakukan
pelanggaran administratif dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
dijatuhi sanksi administratif

Pasal 36 (2)
Pelanggaran administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
.
a. kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah tidak melaksanakan program
strategis nasional;
b. kepala daerah tidak menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dan ringkasan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
dalam waktu 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah tahun anggaran berakhir kepada : 1. Presiden melalui Menteri
untuk daerah Provinsi, 2. Menteri melalui Gubernur untuk daerah
Kabupaten/Kota.
SANKSI ADMINISTRATIF BERDASARKAN PP NO 12 TAHUN 2017.
PASAL 36, DAN 37
Pasal 36 (2)

LANJUTAN
Pelanggaran
.
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
p. kepala daerah tidak mengumumkan informasi tentang pelayanan
publik kepada masyarakat melalui media dan tempat yang dapat diakses
oleh masyarakat luas;
q. kepala daerah tidak memberikan pelayanan perizinan sesuai engan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
r. kepala daerah tidak melaksanakan rekomendasi Ombudsman sebagai
tindak lanjut pengaduan masyarakat atas:
1. penyelenggara Pemerintahan Daerah yang tidak melaksanakan kewajiban
dan/atau melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pelayanan
publik; dan
2. pelaksana yang memberi pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pelayanan publik;
SANKSI ADMINISTRATIF BERDASARKAN PP NO 12 TAHUN 2017.
PASAL 36, DAN 37

Pasal 37 (1)

.
Kepala daerah, wakil kepala daerah, anggota DPRD, dan daerah yang
melakukan pelanggaran administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 ayat (2) ijatuhi sanksi administratif oleh Presiden, Menteri, dan
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat sesuai dengan
kewenangannya setelah dilakukan verifikasi dan/atau pemeriksaan
secara teliti, objektif, dan didukung dengan data, informasi, dan/atau
dokumen lainnya yang berkaitan dengan dugaan pelanggaran
dimaksud
SANKSI ADMINISTRATIF BERDASARKAN PP NO 12 TAHUN 2017.
PASAL 36, DAN 37

Pasal 37 (4)

Sanksi
. administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. tidak dibayarkan hak keuangan selama 3 (tiga) bulan;
c. tidak dibayarkan hak keuangan selama 6 (enam) bulan;
d. penundaan evaluasi rancangan peraturan daerah;
e. pengambilalihan kewenangan perizinan;
f. penundaan atau pemotongan dana alokasi umum dan/atau dana
bagi hasil;
g. mengikuti program pembinaan khusus pendalaman bidang
pemerintahan;
h. Pemberhentian sementara selama 3 (tiga) bulan
i. Pemberhentian
SU M AT ER A KA LIM A N TAN

IR IAN JAYA

JAVA

TERIMA KASIH

49

Anda mungkin juga menyukai