Komunikasi Pada Lansia (Lanjut Usia)
Komunikasi Pada Lansia (Lanjut Usia)
(LANJUT USIA)
Anderias Tarawatu Ora, SKM, M.Kes
A. KARAKTERISTIK LANSIA
• Lanjut usia (lansia) adalah suatu kejadian yang pasti
akan dialami oleh semua orang yang dikarunia usia
panjang
• Lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya
• Secara biologis, penduduk lanjut usia adalah penduduk
yang mengalami proses penuaan secara terus-menerus
yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik,
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian
Manula
(>65 Tahun)
Lansia (46 – 65
Dewasa (26 – 35 Tahun)
Tahun)
Remaja (12 – 25
Tahun)
Anak – anak
(6-11 Tahun)
Balita (0-5
Tahun)
Siklus Kehidupan Manusia
Dewasa
Dewasa Akhir
Lansia
Manula
Remaja
Anak – anak
Balita
• Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia
merupakan satu kelompok sosial sendiri yang
berbeda dengan kelompok usia produktif dan
mempunyai karakteristik yang spesifik
• Di Indonesia, penduduk lanjut usia menduduki
kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati
oleh warga muda
Apa yang menjadi masalah ketika
seorang perawat berhadapan
dengan Lansia?
• Permasalahan lansia terkait dengan komunikasi,
pada umumnya terjadi akibat kemunduran fisik,
mental, sosial, kondisi penyakit, produktivitas kerja
menurun, serta hubungan dan komunikasi terbatas
• Contohnya : penglihatan mulai kabur, pendengaran
mulai kurang jelas, bicara mulai terganggu
• Adanya keterbatasan komunikasi pada lansia yang
diakibatkan proses menua (aging process)
mengharuskan perawat memahami kondisi
tersebut
• Asuhan keperawatan yang diberikan perawat
kepada klien lanjut usia diharapkan
mempertimbangkan karakteristik, faktor yang
memengaruhi komunikasi, hambatan dalam
komunikasi yang harus sudah diantisipasi
dengan pendekatan, dan teknik-teknik
komunikasi terapeutik tertentu
Kelompok Lansia (WHO, 2013)
No Kategori Rentang Usia
1. Usia Pertengahan (Middle age) 45 – 54 Tahun
2. Lansia (Elderly ) 55 – 65 Tahun
3. Lansia Muda (Young Old) 66 – 74 tahun
4. Lansia Tua (Old) 75 – 90 tahun
5. Lansia Sangat Tua (very old) > 90 tahun
Masalah dan penyakit yang sering dihadapi
oleh Lansia
• Mudah jatuh • Berat badan menurun
• Mudah lelah • Sukar menahan buang air
• Nyeri dada kecil (sering ngompol)
• Kekacauan mental
• Gangguan sulit tidur
• Sesak napas pada waktu kerja
fisik • Keluhan perasaan dingin
• Berdebar – debar (palpitasi) • Kesemutan pada anggota
• Pembengkakan kaki bagian badan
bawah • Mudah gatal – gatal
• Nyeri pinggang atau punggung • Keluhan pusing – pusing
• Nyeri pada sendi pinggul
• Sakit kepala
B. PERKEMBANGAN KOMUNIKASI PADA
LANSIA
• Meskipun batasan usia sangat beragam untuk
menggolongkan lansia, perubahan-perubahan akibat usia
tersebut telah dapat diidentifikasi
• Perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologis
dan sensorik, perubahan visual, dan pendengaran
• Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat
proses penerimaan dan interpretasi terhadap maksud
komunikasi
• Hal yang menyebabkan kesulitan komunikasi pada lansia
adalah perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat
inteligensia, kemampuan belajar, daya memori dan
motivasi klien
Gejala-gejala penolakan lansia yang menyebabkan
gagalnya komunikasi dengan lansia
1. Pendekatan fisik
– Mencari informasi tentang kesehatan objektif,
kebutuhan, kejadian yang dialami, perubahan
fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit
yang dapat dicegah progresivitasnya
– Pendekatan ini relatif lebih mudah dilaksanakan
dan dicarikan solusinya karena riil dan mudah
diobservasi
2. Pendekatan psikologis
– Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan
mengarah pada perubahan perilaku, umumnya
membutuhkan waktu yang lebih lama
– Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat
berperan sebagai konselor, advokat, suporter,
dan interpreter terhadap segala sesuatu yang
asing atau sebagai penampung masalah-masalah
rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab bagi klien
3. Pendekatan Sosial
– Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan
keterampilan berinteraksi dengan lingkungan
– Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita,
bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan
kelompok merupakan implementasi dari
pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi
dengan sesama lansia ataupun dengan petugas
kesehatan
4. Pendekatan spiritual
– Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin
dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama
yang dianutnya, terutama ketika klien dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian
– Pendekatan spiritual ini cukup efektif, terutama
bagi klien yang mempunyai kesadaran tinggi dan
latar belakang keagamaan yang baik
Teknik Komunikasi Pada Lansia
1. Teknik Asertif
– Asertif adalah menyatakan dengan
sesungguhnya, terima klien apa adanya
– Perawat bersikap menerima yang menunjukkan
sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan klien serta berusaha untuk
mengerti/memahami klien
– Sikap ini membantu perawat untuk menjaga
hubungan yang terapeutik dengan lansia
2. Responsif
– Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang
terjadi pada klien dan segera melakukan klarifikasi
tentang perubahan tersebut
– Teknik ini merupakan bentuk perhatian perawat
kepada klien yang dilakukan secara aktif untuk
memberikan ketenangan klien
– Berespons berarti bersikap aktif atau tidak menunggu
permintaan dari klien
– Contoh: “Apa yang Ibu pikirkan saat ini? Apakah yang
bisa saya bantu untuk ibu?
3. Fokus
– Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia
berbicara panjang lebar dan mengungkapkan
pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak
relevan dengan tujuan terapi
– Sehubungan dengan hal tersebut, perawat harus tetap
fokus pada topik pembicaraan dan mengarahkan
kembali komunikasi lansia pada topik untuk mencapai
tujuan terapi
– Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap
konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan
4. Suportif
– Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah
– Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi
klien lansia dengan cara memberikan dukungan (suportif)
– Contoh: Tersenyum dan mengangguk ketika lansia
mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan
menghargai lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa
menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikian, diharapkan
klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai
kemampuannya. Selama memberi dukungan, jangan mempunyai
kesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat
merendahkan kepercayaan klien kepada perawat
5. Klarifikasi
– Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk
memperjelas informasi yang disampaikan klien. Hal ini
penting dilakukan perawat karena seringnya perubahan
yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan proses
komunikasi lancar dan kurang bisa dipahami.
– Klarifikasi dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan ulang atau meminta klien memberi
penjelasan ulang dengan tujuan menyamakan persepsi.
– Contoh: “Coba Ibu jelaskan kembali bagaimana
perasaan ibu saat ini”
6. Sabar dan Ikhlas
– Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang
merepotkan dan seperti kekanakkanakan.
Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan
ikhlas agar hubungan antara perawat dan klien
lansia dapat efektif.
– Sabar dan ikhlas dilakukan s kejengkelan perawat
yang dapat merusak komunikasi dan hubungan
perawat dan klienupaya tidak muncul
TERIMA KASIH