Anda di halaman 1dari 40

HUKUM DAN KEBIJAKAN

KESEHATAN NASIONAL
PERTEMUAN 1
OLEH :
I PUTU HARRY SUANDANA PUTRA, SH., MH.
NIDN : 0831128026
PRODI HUKUM
FAKULTAS SOCIAL BISNIS TEKNOLOGI HUMANIORA
UNIVERSITAS BALI INTERNATIONAL
2023
HUKUM KESEHATAN :

Menurut Van Der Mijn, hukum kesehatan diartikan sebagai


hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan
kesehatan; meliputi penerapan perangkat hukum perdata,
pidana dan tata usaha negara.

Leenan, guru besar pada mata kuliah hukum kesehatan


sebagai keseluruhan aktifitas juridis dan peraturan hukum di
bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
Ringkasnya, hukum kesehatan adalah seperangkat kaidah yang
mengatur seluruh aspek yang berkaitan dengan upaya dan
pemeliharaan di bidang kesehatan.
Perbedaan antara hukum kesehatan (Health Law) dan hukum
kedokteran (Medical Law) hanyalah terletak pada ruang lingkupnya
saja. Ruang lingkup hukum kesehatan meliputi semua aspek yang
berkaitan dengan kesehatan (yaitu badaniah, rohaniah dan sosial
secara keseluruhan), sedangkan ruang lingkup hukum kedokteran
hanya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi
kedokteran. Karena masalah kedokteran juga termasuk di dalam
ruang lingkup kesehatan maka sebenarnya hukum kedokteran adalah
bagian dari hukum kesehatan.
FUNGSI HUKUM KESEHATAN
1. Menjaga ketertiban di dalam masyarakat
Meskipun hukum kesehatan hanya mengatur tata
kehidupan di dalam sub sektor yang kecil, namun
keberadaannya akan memberi sumbangan yang
besar sekali bagi ketertiban di dalam masyarakat
secara keseluruhan.
2. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam
masyarakat

Hukum kesehatan sangat diperlukan sebagai


acuan bagi penyelesaian perkara-perkara yang
timbul di bidang kesehatan, lebih-lebih di negara
yang menganut azas legalitas.
3. Merekayasa masyarakat (Social Engeneering)
Jika masyarakat menghalang-halangi dokter untuk
melakukan pertolongan terhadap penjahat yang luka-luka
karena tembakan maka tindakan tersebut sebenarnya
keliru dan perlu diluruskan.
Contoh lain adalah mengenai pandangan masyarakat
yang menganggap dokter sebagai dewa yang tidak dapat
berbuat salah. Pandangan seperti itu keliru mengingat
dokter adalah manusia biasa yang bila melakukan
kesalahan di dalam menjalankan profesinya, sehingga ia
perlu dihukum jika perbuatannya pantas untuk dihukum.
SEJARAH HUKUM KESEHATAN
Seorang filosof besar bernama Aguste Conte pernah
berkata sebagai berikut: “You can know little of any
idea until you know the history of that idea”. Oleh
sebab itu maka dalam rangka memahami lebih banyak
tentang hukum kesehatan, perlu mempelajari lebih
dahulu sejarahnya.
Mesir memang merupakan negeri yang sejak 2000 tahun
sebelum masehi tidak hanya maju dalam bidang kedokteran, tetapi
juga dikenal sebagai negeri yang sudah memiliki hukum kesehatan.
Konsep pelayanan kesehatan nasional sudah mulai
dikembangkan dimana penderita tidak ditarik bayaran oleh ptgs kesh
yg dibiayai oleh masy. Peraturan ketat diberlakukan bagi pengobatan
yang bersifat eksperimen. Dan yang lebih penting lagi, tak ada
hukuman bagi dokter atas kegagalannya selama buku standar tsb
diikuti.
Pada era yang lebih kurang bersamaan dengan era itu, ilmu
kedokteran juga sudah maju di Babylonia, diperintah oleh
raja Hammurabi, 2200 sebelum Masehi. Praktek
pembedahan sudah mulai dikembangkan oleh para dokter.
Sistem imbalan jasa dokter juga sudah diatur berdasarkan
hasil pengobatan, status pasien serta kemampuan
membayar. Bahkan hukum kesehatan yang pertama
sebenarnya berasal dari negeri ini, bukan dari Mesir.
Dalam Kode Hammurabi yang sangat terkenal dapat
terlihat dengan jelas adanya beberapa ketentuan yang
mengatur kelalaian dokter beserta daftar hukumannya,
mulai dari hukuman denda sampai pada hukuman yang
mengerikan. Kode Hammurabi juga mengatur masalah
perdata yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.
Era selanjutnya adalah era dimana ilmu kedokteran mengalami
sekularisasi, yaitu sesudah ilmu kedokteran dibawa dari Mesir dan
Babylonia ke Junani, 500 tahun sebelum Masehi. Di negeri ini
pengaruh kuat pendeta mulai meluntur dan kemudian ilmu
kedokteran diambil alih oleh para filosof. Melalui proses pemikiran
logis, pengamatan dan deduksi maka para filosof berhasil merubah
praktek yang berbau mistik itu menjadi lebih rasional. Sekolah
kedokteran dibangun, kode intraprofesional disusun dan konsep baru
mengenai pengobatan juga dibuat. Pasien pun tak perlu lagi datang
ke rumah peribadatan untuk berobat, melainkan dokter yang harus
datang ke rumah pasiennya.
Salah satu filosof Junani yang telah berhasil meletakkan
landasan bagi sumpah dokter serta etika kedokteran sehingga
kemudian diakui sebagai bapak ilmu kedokteran modern adalah
Hippocrates.
Beberapa buah pikiran penting dari Hippocrates yang perlu
diketengahkan di sini.
 Pertama, adanya pemikiran untuk melindungi masyarakat dari
penipuan dan praktek kedokteran yang bersifat coba-coba.
 Kedua, adanya keharusan dokter untuk berusaha semaksimal
mungkin bagi kesembuhan pasien serta adanya larangan
untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikannya.
 Ketiga, adanya penghormatan terhadap makhluk insani melalui
pelarangan terhadap euthanasia dan aborsi.
 Keempat, menekankan hubungan terapetik sebagai hubungan
dimana dokter dilarang mengambil keuntungan.
 Kelima, dengan adanya keharusan memegang teguh rahasia
kedokteran bagi setiap dokter maka Hippocrates telah berhasil
pula meletakkan landasan bagi hubungan yang bersifat
konfidensial.
Dengan adanya hukuman kesehatan tidak berarti norma etik tidak
diperlukan lagi.
Hukum dan etika mempunyai kedudukan yang sama di dalam
masyarakat. Keduanya sama-sama merupakan alat untuk menilai
perilaku manusia, sama-sama membuahkan pernyataan-pernyataan
tentang apa yang benar dan apa yang salah serta tentang mana yang
dibolehkan dan mana yang dilarang. Tetapi hukum dan etika berbeda
dalam hal objek, otorita, tujuan dan sanksi.
Objek hukum lebih menitik beratkan pada perbuatan lahir,
sedang etika lebih menitikberatkan pada perbuatan batin. Otorita
hukum bersifat heteronom sedangkan etika bersifat otonom. Tujuan
hukum adalah untuk kedamaian lahiriah sedangkan etika untuk
kesempurnaan manusia, sehingga kadang-kadang hukum
membolehkan apa yang dilarang oleh etika. Sanksi hukum bersifat
paksaan sedangkan sanksi etika berupa pengucilan dari
masyarakatnya.
Ruang lingkup dari hukum kesehatan, meliputi:
1. Hukum kedokteran atau hukum medis (Medical law)
• Hukum kedokteran atau hukum medis adalah peraturan dan ketentuan hukum yang mengatur mengenai pelayanan
kesehatan kepada masyarakat oleh profesi dokter.
2. Hukum keperawatan (Nurse law)
• Hukum keperawatan adalah peraturan dan ketentuan hukum yang mengatur mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan
atau dilarang bagi profesi perawat dalam menjalankan profesinya.
3. Hukum rumah sakit (Hospital law)
• Hukum rumah sakit adalah peraturan dan ketentuan hukum yang mengatur mengenai pemberian layanan kesehatan
kepada masyarakat melalui pelaksanaan hak dan kewajiban rumah sakit.
4. Hukum pencemaran lingkungan (Environmental law)
• Hukum pencemaran lingkungan adalah peraturan dan ketentuan hukum yang mengatur mengenai larangan melakukan
perbuatan lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan.
5. Hukum limbah (Waste law)
• Hukum limbah adalah peraturan dan ketentuan hukum yang mengatur mengenai pembuangan hasil proses industri dan
domestik.
6. Hukum polusi (Polution law)
• Hukum polusi adalah peraturan dan ketentuan hukum yang mengatur mengenai masuknya senyawa kimia dan energi ke
lingkungan alam serta dampaknya.
7. Hukum peralatan yang menggunakan X-Ray
8. Hukum kesehatan dan keselamatan kerja (Job security law)
• Hukum kesehatan dan keselamatan kerja adalah peraturan dan ketentuan hukum yang mengatur mengenai upaya kerja
sama dan partisipasi pengusaha dan pekerja dalam melaksanakan tugas dengan mengutamakan kesehatan, keselamatan,
dan keamanan kerja.
9. Aturan lain yang berkaitan
• Pelaksanaan hukum kesehatan dengan berbagai ruang lingkup tersebut, tentunya membutuhkan dasar hukum sebagai
landasan yuridis.
PERATURAN HUKUM YANG DIGUNAKAN :

1. Undang-Undang Dasar 1945


2. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. PP No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia kedokteran
5. PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan Permenkes RI No.
585/Men.Kes/Per/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik
6. Permenkes RI No. 729a/Men.Kes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis/Medical Record
7. Kepdirjen Pelayanan Medis No. HK.00.06.6.5.1866 tentang Pedoman Persetujuan
Tindakan Medis (Informed Consent)
Pelaksanaan hukum kesehatan selain berlandaskan pada dasar hukum, juga
pada asas-asas hukum kesehatan. Mengenai asas-asas tersebut, dituangkan
dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
yakni:
1.Asas kemanusiaan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
2.Asas manfaat bagi seluruh manusia dan kehidupan
3.Asas usaha bersama dan kekeluargaan
4.Asas adil dan merata
5.Asas perikehidupan dalam keseimbangan
6.Asas percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri
SIAPAKAH TENAGA KERJA
KESEHATAN?
(Pasal 2 PP No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan) :

• Tenaga medis;
• Tenaga keperawatan;
• Tenaga gizi;
• Tenaga kefarmasian;
• Tenaga keteknisian medis;
• Tenaga keterapian fisik.
Pada saat ini terdapat pergeseran paradigma
dalam hubungan interpersonal di dalam hukum
kesehatan, yang sebelumnya berdasarkan pola
hubungan vertikal paternalistik menjadi pola
hubungan horizontal kontaktual. Pergeseran
pola dalam hukum kesehatan
Konsekuensi dari hubungan horizontal kontaktual :

Munculnya inspanning verbintenis yaitu adanya


hubungan hukum antara 2 (dua) subyek hukum dan
melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak. Adanya
Inspanning verbintenis dikarenakan objek transaksi
adalah upaya penyembuhan yang hasilnya tidak pasti
dampaknya dan karenanya upaya tersebut dilakukan
dengan kehati-hatian
Asas dalam Hukum Kesehatan

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan


berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,
pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban,
keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma
agama
HAK PASIEN BERDASARKAN UU NO.29 / 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN ( Pasal 52 )
Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang Tindakan medis
sebagaimana dimaksud Pasal 45 ayat 3 yaitu
• Diagnosis dan tata cara tindakan medis
• Tujuan tindakan medis yang dilakukan
• Alternatif tindakan lain dan resikonya
• Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
• Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
- Meminta pendapat dokter atau dokter gigi
- Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis - Menolak tindakan medis
- Mendapatkan isi rekam medis
HAK PASIEN BERDASARKAN UU NO.8 / 1999 TENTANG PERLINDUN
GAN
KONSUMEN

• Kenyamanan, keamanan, dan keselamatan


• Memilih Informasi yang benar, jelas, dan jujur
• Didengar pendapat dan keluhannya
• Mendapatkan advokasi, pendidikan dan perlindungan konsumen
• Dilayani secara benar, jujur, tidak diskriminatif
• Memperoleh kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian
HAK YANG MELEKAT PADA DIRI TENAGA KESEHATAN
BERDASARKAN UU NO.29/2004 TENTANG PRAKTIK
KEDOKTERAN ( PASAL 50 )
• Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan Profesinya
• Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan
standar prosedur operasional
• Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan
keluarganya
• Menerima imbalan jasa
KEWAJIBAN PASIEN
1. BERDASARKAN UU NO.8 / 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur Beritikad baik
b. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
c. Mengikuti Upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.

2. BERDASARKAN UU.NO.29/2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN


d. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
e. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi
f. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana kesehatan
g. Memberikan imbalan jasa atas pelayan yang diterima
KEWAJIBANTENAGA KESEHATAN
• Pasal 51 UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien
2. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan
• BERDASARKAN UU NO.8 / 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
1. Mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien
STANDAR PROFESI MEDIK DAN STANDAR PELAYANAN
RUMAH SAKIT

Menurut Leenen, yang dikenal dalam dunia kedokteran sebagai “Lege artis” adalah
hakikatnya sebagai suatu tindakan yang dilakukan sesuai dengan Standar Profesi Medis
(SPM) yang terdiri dari beberapa unsur utama meliputi :
• Bekerja dengan teliti, hati-hati dan seksama;
• Sesuai dengan ukuran medis;
• Sesuai dengan kemampuan rata-rata/sebanding dengan dokter dengan kategori keahlian
medis yang sama;
• Dalam keadaaan yang sebanding
• Dengan sarana dan upaya yang sebanding wajar dengan tujuan konkrit tindak medis
Informed consent
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No.585.Menkes/Per/IX/1989)
Dalam dunia kedokteran, biasanya untuk menghindari resiko malpraktik,
tenaga medis membuat exconeratic clausule yaitu : Syarat-syarat
pengecualian tanggung jawab berupa pembatasan atau pun pembebasan
dari suatu tanggung jawab Dalam hal ini, bentuk dari exconeratic clausule
adalah informed consent/persetujuan tindakan medis (pertindik). Pertindik
merupakan suatu izin atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan
secara bebas, sadar dan rasional setelah memperoleh informasi yang
lengkap, valid dan akurat dipahami dari dokter tentang keadaan penyakitnya
serta tindakan medis yang akan diperolehnya.
Persetujuan Tindakan Medik (Informed Concent) dapat
terdiri dari :

• Yang dinyatakan (expressed), yakni secara lisan (oral) atau


tertulis (written)
• Dianggap diberikan (Implied atau tocit concent), yakni
dalam keadaan biasa (normal) atau dalam keadaan darurat
(emergency).
Expressed concent
adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila yang akan
dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaaan dan tindakan biasanya.
Implied Concent
adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa pernyataan
tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap oleh dokter dari sikap dan tindakan
pasien. Implied concent dalam bentuk lain apabila pasien dalam keadaan
gawat darurat dan memerlukan penanganan secara cepat dan tepat
sementara keadaan tidak dapat memberikan persetujuannya dan
keluargapun tidak ada ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan
medis tertentu yang terbaik menurut dokter (Peraturan Menteri Kesehatan
RI No.585.Menkes/Per/IX/1989) Jenis ini dapat pula disebut sebagai
presumed consent.
Hal-hal yang perlu disampaikan dalam Informed concent
• Maksud dan tujuan tindakan medis tersebut;
• Resiko yang melekat pada tindakan medis itu
• Kemungkinan timbulnya efek samping
• Alternatif lain tindakan medis itu;
• Kemungkinan-kemungkinan (sebagai konsekuensi) yang terjadi bila tindakan medis itu
tidak dilakukan;
• Dalam menjelaskan mengenai resiko perlu dikatakan mengenai :
a. Sifat dan resiko tindakan
b. Berat ringannya resiko yang terjadi
c. Kemungkinan resiko itu terjadi
d. Kapan resiko tersebut akan timbul seandainya terjadi
Sanksi Hukum terhadap Informed Consent
Sanksi pidana Apabila seorang tenaga kesehatan menorehkan benda
tajam tanpa persetujuan pasien dipersamakan dengan adanya
penganiayaan yang dapat dijerat Pasal 351 KUHP Sanksi perdata
Tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang mengakibatkan
kerugian dapat digugat dengan 1365, 1367, 1370, 1371 KUHPer
Sanksi administratif Pasal 13 Pertindik mengatur bahwa :
Terhadap dokter yang melakukan tindakan medis tanpa persetujuan
pasien atau keluarganya dapat dikenakan sanksi administratif berupa
pencabutan izin praktik.
REKAM MEDIS / MEDICAL RECORD
Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 749/Menkes/XII/1989
Medical record adalah berkas yang berisikan catatan, dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan baik untuk rawat jalan maupun
rawat inap yang dikelola oleh pemerintah ataupun swasta.
MANFAAT REKAM MEDIS

• Dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;


• Bahan pembuktian dalam perkara hukum;
• Bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan;
• Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan;
• Bahan untuk menyiapkan stastitik kesehatan.
Sanksi Hukum terhadap Kewajiban Menyimpan Rekam Medis
Kerahasiaan Rekam Medis
• Pasal 112 KUHP
• Pasal 322 KUHP
• Pasal 1365 KUHPer
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang diketahui oleh
tenaga kesehatan dan mahasiswa kedokteran yang sedang praktik pada waktu atau selama
melakukan pekerjaan dalam lapangan kedokteran .
Segala sesuatu adalah segala fakta yang didapat dalam pemeriksaan penderita,
interpretasinya untuk menegakkan diagnosis dan melakukan pengobatan dari anamtesis,
pemeriksaaan jasmaniah, pemeriksaan dengan alat kedoketran dsb.
Pasal 112 KUHP
Barangsiapa sengaja mengumumkan atau menyampaikan surat kabar dan keterangan tentang sesuatu hal
kepada negara asing, sedang diketahuinya bahwa surat kabar atau keterangan itu harus dirahasiakan karena
kepentingan negara, maka dihukum dengan pidana paling lama tujuh tahun.
Pasal 322 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang menurut jabatan atau
pekerjaaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu ia diwajibkan untuk
menyimpannya, dihukum dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan
Pasal 1365 KUHPer
Tiap perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang
karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut
Hilangnya, Rusaknya atau pemalsuan Rekam Medis

Pasal 20 Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 749/Menkes/XII/1989


• dikenakan sanksi administratif mulai dari teguran sampai dengan pencabutan izin praktik. Pengecualian terhadap kewajiban
menyimpan rahasia kedokteran • Karena daya paksa

(Pasal 48 KUHP)
• Kepentingan umum;
• Kepentingan orang yang tidak bersalah;
• Kepentingan pasien;
• Kepentingan tenaga kesehatan itu sendiri tidak dapat dipidana.
• Karena menjalankan perintah

UU (Pasal 50 KUHP)
• Karena perintah jabatan

(Pasal 51 KUHP)
• Karena untuk mendapatkan santunan asuransi

Anda mungkin juga menyukai