Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia memiliki kebutuhan (fisiologis, psikologis dan sosiologis) yang memerlukan pemenuhan. Semua orang berusaha dengan berbagai sikap dan tingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya itu. Menurut Abraham Maslow, suatu kebutuhan dinamakan dasar jika memenuhi lima syarat berikut ini: 1. Apabila hal yang dibutuhkan itu tidak ada/tidak terpenuhi, maka menimbulkan penyakit atau gangguan. 2. Apabila yang dibutuhkan itu ada/terpenuhi, maka dapat mencegah terjadinya penyakit. 3. Apabila seseorang mampu mengendalikan terpenuhinya kebutuhan tersebut, maka akan dapat menyembuhkan penyakit atau menghilangkan timbulnya gangguan pada dirinya. 4. Dalam beberapa situasi tertentu yang kompleks, kebutuhan ini lebih dipilih atau lebih penting oleh orang yang berada dalam keadaan kekurangan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain. 5. Kebutuhan ini tidak begitu aktif atau menonjol secara fungsional pada kondisi normal atau sehat. Dikatakan sehat adalah orang yang prioritas kebutuhannya sudah berada pada pengembangan potensi atau aktualisasi diri. Remaja sebagai salah satu tahap perkembangan manusia juga memiliki berbagai kebutuhan yang sama seperti diatas. Dimana remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat Zakiah, hal: 8). Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian. Dalam pandangan Islam seorang manusia bila telah akhil baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak baik akan berdosa.

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan uang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini. Dari uraian diatas kami tertarik untuk membahas tentang jenis-jenis kebutuhan remaja, yang kemudian kami rangkum dalam bentuk makalah ini.

B. Batasan Masalah
Makalah ini hanya mengkaji pokok bahasan tentang jenis-jenis kebutuhan remaja dalam perkembangannya dan penyesuaian diri remaja, yang dititik beratkan pada aspek Kebutuhan dan Penyesuaian Diri Remaja.

C. Rumusan Masalah
Fokus dalam penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan: 1. Jenis-jenis kebutuhan sosial psikologis pada masa remaja 2. Pengaruh kebutuhan yang tidak terpenuhi terhadap tingkah laku remaja 3. Usaha atau tindakan yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan remaja. 4. Bentuk-bentuk penyesuaian diri remaja

D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai bentuk kebutuhan dan penyesuaian diri remaja, pengaruh yang timbul apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dan usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan remaja tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Jenis-Jenis Kebutuhan Manusia


Maslow merumuskan kebutuhan manusia terdiri dari 2 jenis yang berjenjang, yang dinamakan dengan Hirarki Kebutuhan dan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kebutuhan Fisiologi/fisik Merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik dan merupakan kebutuhan yang berada pada level paling utama untuk kelangsungan hidup manusia. Contohnya kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, seks dan sejenisnya. 2. Kebutuhan Psikologi a. Kebutuhan rasa aman Disebut juga dengan safety needs. Rasa aman dalam bentuk lingkungan psikologis yaitu terbebas dari gangguan dan ancaman serta permasalahan yang dapat mengganggu ketenangan hidup seseorang. b. Kebutuhan akan Rasa Cinta dan memiliki atau kebutuhan social Disebut juga dengan love and belongingnext needs. Pemenuhan kebutuhan ini cenderung pada terciptanya hubungan social yang harmonis dan kepemilikan. c. Kebutuhan Harga diri Disebut juga dengan self esteem needs. Setiap manusia membutuhkan pengakuan secara layak atas keberadaannya bagi orang lain. Hak dan martabatnya sebagai manusia tidak dilecehkan oleh orang lain, bilamana terjadi pelecehan harga diri maka setiap orang akan marah atau tersinggung. d. Kebutuhan Aktualisasi Diri Disebut juga self actualization needs. Setiap orang memiliki potensi dan itu perlu pengembangan dan pengaktualisasian. Orang akan menjadi puas dan bahagia bilamana dapat mewujudkan peran dan tanggungjawab dengan baik.

Menurut Jumbur dan Moh. Surya (1975) ada sembilan jenis kebutuhan manusia, yaitu : 1. Kebutuhan untuk memperoleh kasih sayang 2. Kebutuhan untuk memperoleh harga diri 3. Kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi 4. Kebutuhan untuk memperoleh penghargaan yang sama dengan orang lain 5. Kebutuhan untuk memperoleh kemerdekaan diri 6. Kebutuhan untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri 7. Kebutuhan untuk dikenal orang lain 8. Kebutuhan untuk merasa dibutuhkan oleh orang lain 9. Kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompoknya.

B. Pengertian Masa Remaja


Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat Zakiah, Remaja harapan dan tantangan: 8). Fase remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konpka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Dimana pada masa ini keadaan atau kondisi emosi kejiwaannya masih dalam koridor kelabilan. Masa remaja ini juga disebut dengan masa transisi, di mana seorang remaja mengalami perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, ditandai dengan emosi yang sangat labil. Pada masa transisi ini seorang remaja mencari perhatian-perhatian khusus, baik dari pihak orang-orang terdekatnya maupun orang yang belum dikenalnya sama sekali. Ciri-Ciri Masa Remaja: 1. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke peralihan masa dewasa.

2. Masa remaja sebagai periode perubahan. 3. Masa remaja sebagai usia bermasalah. 4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. 5. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri. 6. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. 7. Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya terpusat pada dirinya.

BAB III PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Remaja A. Jenis-jenis Kebutuhan Sosial Psikologis pada Masa Remaja


Kebutuhan remaja dapat dibedakan atas dua jenis yaitu : 1. Kebutuhan Fisik Remaja memiliki kebutuhan fisik yang relatif sama dengan orang lain yang bukan remaja. Perbedaan kebutuhan seorang remaja dengan orang lain terletak pada jumlah atau porsinya. Kebutuhan-kebutuhan fisik harus terpenuhi karena remaja berada dalam pertumbuhan yang sangat pesat seperti pertumbuhan tulang, otot dan berbagai organ tubuh lainnya. Jika kebutuhan fisik remaja tidak terpenuhi, maka bukan saja pertumbuhannya tidak maksimal tetapi juga kesehatan fisik dan mentalnya dapat terganggu. 2. Kebutuhan Psikologis Kebutuhan psikologis yang paling menonjol pada periode remaja adalah kebutuhan mendapatkan status, kemandirian, keakraban dan memperoleh filsafat hidup yang memuaskan untuk mengembangkan kodrat kemanusiaannya.Kebutuhan psikologis terdiri dari: a) Kebutuhan untuk mendapatkan status Remaja membutuhkan perasaan bahwa dirinya berguna, penting, dibutuhkan orang lain atau memiliki kebanggaan terhadap dirinya sendiri. Perkembangan social remaja lebih mengarah kepada kesenangan berinteraksi dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua karena memperoleh status dalam kelompok teman sebaya jauh lebih penting daripada mendapatkan status dari orang tua. Oleh karena itu orang tua dan guru harus mengerti keadaan remaja dan berusaha membantu remaja memperoleh prestasi yang tinggi, memiliki kebanggaan diri dan merasa diri berguna dalam kelompok, keluarga, maupun masyarakat. b) Kebutuhan kemandirian

Remaja ingin lepas dari pembatasan atau aturan orang tua dan mencoba mengarahkan atau mendisiplinkan diri sendiri. Remaja harus diperlakukan sebagai individu yang dewasa agar mereka bertingkah laku yang lebih dewasa karena hal tersebut akan memenuhi kebutuhan mereka untuk mandiri. c) Kebutuhan Berprestasi Kebutuhan berprestasi erat kaitannya dengan kedua kebutuhan yang telah dikemukakan diatas. Artinya kalau kebutuhan berprestasi dapat dipenuhi maka kebutuhan mendapatkan status dan mandiri juga terpenuhi. Oleh karena itu guru perlu menciptakan proses belajar yang menimbulkan perasaan puas dalam diri siswa. Penilaian hasil belajar lebih ditekankan kepada usaha siswa, bukan semata-mata menilai hasil ujian atau ulangan tanpa memperhatikan proses yang dilakukan siswa. Hal ini akan membangkitkan motivasi belajar. d) Kebutuhan Diakrabi Kebutuhan untuk diakrabi bagi remaja dimaksudkan agar orang lain memahami ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan permasalahan yang dihadapinya. Jika keakraban atau penuh perhatian telah diberikan pada remaja maka mereka akan merasa tersokong, dihargai dan bahagia. Sebaliknya jika remaja tidak mendapat kesempatan untuk mengkomonikasikan ide, kebutuhan dan permasalahannya, apalagi dilecehkan, ditolak atau dimusuhi maka ia akan sangat kecewa, marah, tidak nyaman atau terancam. e) Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup Remaja mulai mempunyai keinginan untuk mengenal apa tujuan hidup dan bagaimana kebahagiaan diperoleh. Suatu filsafat hidup yang memuaskan adalah yang bernilai kemanusiaan. Jika filsafat hidup telah dimiliki, maka perasaan manusiawi tumbuh subur dalam diri remaja sehingga segenap aktivitasnya diliputi perasaan aman dan damai.

Apabila kebutuhan-kebutuhan diatas dirasakan remaja tidak terpenuhi maka akan terjadi perasaan tidak aman, tertekan dan tidak puas karena tidak terjadi keserasian didalam dirinya. Oleh karena itu mereka mencari pemuasan dengan cara apa saja termasuk dengan cara-cara yang negative atau tidak wajar. ( Elida Prayitno, 2006) Disamping rumusan tersebut ada tujuh jenis kebutuhan khas remaja yang dikemukakan oleh Garrison (dalam Andi Mappiare: 1982) yaitu : 1. Kebutuhan untuk memperoleh kasih sayang 2. Kebutuhan untuk diikutsertkan dan diterima oleh kelompoknya

3. Kebutuhan untuk mampu mandiri 4. Kebutuhan untuk mampu berprestasi 5. Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan dari orang lain 6. Kebutuhan untuk dihargai 7. Kebutuhan untuk mendapatkan falsafah hidup Adanya tujuh macam kebutuhan khas remaja ini secara umum memang ada pada kebanyakan anak muda, tetapi tingkat intensitasnya sangat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga masing-masing., factor social, individual, cultural dan religius.

B. Pengaruh Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi Terhadap Tingkah Laku Remaja


Apabila kebutuhan remaja tidak terpenuhi akan timbul perasaan kecewa atau frustasi perasaan konflik dan kecewa dapat dipastikan terjadi pada siswa remaja yang berupaya untuk mencapai dua tujuan yang bertentangan. Misalnya remaja yang berprilaku preman dengan tujuan ditakuti kelompoknya dan sekaligus bersikap terpelajar dengan tujuan dihormati akan menemui kesulitan dalam hidupnya. Siswa remaja yang kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi dapat melakukan tingkah laku mempertahankan diri seperti tingkah laku agresif, egosentris, dan menarik diri. (Elida Prayitno, 2006) Usaha memenuhi kebutuhan bagi remaja tidaklah mudah, melainkan sangat rumit, kompleks dan bervariasi sebagai contoh kebutuhan remaja yang sering kurang memperoleh kebutuhan adalah kebutuhan akan kasih sayang dari orang tua maupun orang dewasa lainnya. Hal ini akan mengakibatkan remaja cenderung mencari penyelesaiannya sendiri dengan cara membanci orang tua, suka mencari perhatian orang lain, lebih betah berkumpul dengan teman sebayanya, mencari orang lain sebagai pengganti orang tuanya, yang dapat memenuhi kebutuhannya itu seperti gurunya, pemuka masyarakat, mencintai orang yang lebih dewasa dsb. (Muri Yusuf, 1999). Apabila kebutuhan social-psikologis tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan timbulnya rasa tidak puas, menjadi frustasi dan terhambatnya pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap lingkungan dan dirinya. Sebagai contoh masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya,

namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya. Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya. Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak. Upaya untuk memfasilitasi perkembangan remaja menjadi amat penting. Dalam hal ini, peranan orang tua, sekolah, serta masyarakat sangat diharapkan. (Diterbitkan 31 Januari 2008 psikologi pendidikan).

C. Usaha atau Tindakan yang Dapat Dilakukan Untuk Memenuhi Kebutuhan Remaja
Lingkungan keluarga didukung pihak sekolah perlu melakukan berbagai usaha membantu memenuhi kebutuhan remaja, agar tidak menimbulkan kesulitan atau permasalahan bagi remaja. Saran yang perlu dilakukan adalah : a. Perlu mengetahui pengalaman mereka di masa lalu (seperti perkembangannya, penerimaan dirinya, perlakuan masa kecil yang dia alami, kepuasan dirinya, dan lain-lain). b. Perlu mengetahui dorongan-dorongan (motives) yang menyebabkan mereka berbuat sesuatu (misalnya kebutuhan untuk disayangi, ingin meniru, ingin diperhatikan, ingin disayangi dan lain-lain). c. Bersikap jujur dan terbuka kepada mereka dan jangan pura-pura. d. Hidup bersama mereka dan bukan hidup untuk mereka.

e. Memberi kesempatan terhadap mereka untuk mengemukakan pendapat secara bebas, penuh pengertian, dan perhatian dalam suatu komunikasi dialogis f. Mencurahkan kasih sayang namun tidak memanjakan, melaksanakan kondisi yang ketat dan tegas namun bukan tidak percaya atau mengekang anggota keluarga. g. Berperan sebagai kawan dan bersahabat, penuh pengertian dan penerimaan, sehingga dapat membantu mencari jalan keluar dari kesulitan yang dialami anak remaja. h. Memotivasi anak dan mendorong untuk meraih prestasi yang setinggi tingginya. Semua itu dilaksanakan dengan ketulusan, kesabaran dan konsisten dengan komitmen sematamata demi kesuksesan dan kebahagiaan anak masa remaja.(buletinlitbang@dephan.go.id). Guru atau orang dewasa lainnya perlu melakukan berbagai usaha atau tindakan untuk memenuhi kebutuhan remaja, misalnya: 1. Usaha untuk memenuhi kebutuhan mendapatkan status a. Mengembangkan bakat khusus remaja dengan berbagai rangsangan dan menghargai prestasi mereka dalam bakat khusus tersebut. Memberikan penghargaan kepada remaja disesuaikan dengan kecepatan dan prestasi mereka masing-masing. b. Menghindari pemberian motivasi dengan membandingkan remaja secara individu baik dalam prestasi akademis maupun bakat khusus. c. Tidak menuntut remaja berprestasi sama, walaupun waktu, guru dan metode belajar yang sama. 2. Memenuhi kebutuhan untuk mandiri a. Memotivasi remaja membuat rencana atau program untuk pemgembangan bakat atau potensi mereka. b. Memberi kesempatam remaja untuk mengemukakan ide-ide mengambil keputusan, membentuk kelompok dan program pengembangan bakat. c. Memberi penghargaan atau penguatan kepada kelompok remaja yang kreatif dalam belajar misalnya menemukan sendiri bahan belajar yang relevan dari berbagai sumber yang tidak semata-mata kepada materi yang diajarkan guru. 3. Memenuhi kebutuhan Berprestasi

10

a. Memberikan penilaian kalau siswa telah menguasai bahan yang dipelajarinya sehingga semua siswa mendapat nilai baik. b. Memotivasi dengan cara membandingkan prestasi sebelumnya dengan prestasi yang sekarang, jika seorang remaja itu menunjukkan penurunan prestasi. Dengan demikian siswa bersangkutan dapat memahami atau berkeyakinan diri yang kuat bahwa ia saat sekarang juga harus berprestasi sebagaimana yang pernah dicapai atau diraihnya pada masa lampau. c. Membantu siswa mengembangkan bakat-bakat khusus secara serius, sehingga prestasi bakat khusus mereka dapat dibanggakan dalam kelompok. 4. Memenuhi Kebutuhan untuk Diakrabi a. Guru harus membina kedekatan fisiologis dengan siswanya, dengan cara membantu mereka mengatasi kesulitan dalam belajar maupun kesulitan permasalahan pribadinya. b. Selalu bekerjasama dalam berbagai kesempatan, menyusun program kebersihan kelas dan pengembangan bakat. 5. Memenuhi Kebutuhan filsafat hidup a. Memberikan informasi tentang nilai kebenaran dalam kehidupan melalui berbagai materi pelajaran yang terkait seperti agama, seni dan ilmu sosial. b. Menjadikan guru dan teman mereka sebagai model karena telah menerapkan nilai kebenaran, agama dan ilmu pengetahuan dalam kehidupannya. c. Melakukan bimbingan dan konseling kelompok atau individual untuk membentuk keyakinan dan keterampilan memecahkan masalah kehidupan dengan cara-cara bernilai moral dan kebenaran.

B. PENYESUAIAN DIRI REMAJA


Pengertian Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang terkenal dengan teori evolusinya. Ia mengatakan: "Genetic changes can improve the ability of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring, this process is called adaptation".(Microsoft Encarta Encyclopedia 2002). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup seperti cuaca dan

11

berbagai unsur alami lainnya. Semua mahluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah Biologi) disebut dengan istilah adjusment. Adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya. Aspek-aspek Penyesuaian Diri Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut : 1. Penyesuaian Pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri. 2. Penyesuaian Sosial Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang

12

ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi normanorma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat. Pembentukan Penyesuaian Diri Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih setiap orang, tidak akan dapat tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi. Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya, pada penulisan ini beberapa lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Lingkungan Keluarga Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan

13

kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti. Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya banyak orangtua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak-anak. Hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di kemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka pemenuhan kebutuhan anak akan rasa kekeluargaan harus diperhatikan. Orang tua harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pengasuhan, pengawasan dan penjagaan pada anaknya; jangan semata-mata menyerahkannya pada pembantu. Jangan sampai semua urusan makan dan pakaian diserahkan pada orang lain karena hal demikian dapat membuat anak tidak memiliki rasa aman. Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari melalui permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalamanpengalaman sehari-hari di dalam keluarga. Tidak diragukan lagi bahwa dorongan semangat dan persaingan antara anggota keluarga yang dilakukan secara sehat memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan kejiwaan seorang individu. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti olehnya atau sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan olehnya, sebab hal tersebut memupuk rasa putus asa pada jiwa individu tersebut. Dalam keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan yang mendukung hal tersebut. Dalam hasil interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya.

14

b. Lingkungan Teman Sebaya Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita-citanya dan dorongandorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya. Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya. c. Lingkungan Sekolah Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu. Pendidikan remaja hendaknya tidak didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan dan paksaan, karena pola pendidikan seperti itu hanya akan membawa kepada pertentangan antara orang dewasa dengan anak-anak sekolah. Jika para remaja merasa bahwa mereka disayangi dan diterima sebagai teman dalam proses pendidikan dan pengembangan mereka, maka tidak akan ada kesempatan untuk terjadi pertentangan antar generasi.

15

BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan pada pembahasan makalah ini, maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Masa remaja sebagai masa pencarian identitas diri (self identity) memerlukan kebutuhan khas, yaitu kebutuhan fisik dan psikologis. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memerlukan pemenuhan, karena apabila setiap kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada timbulnya gejalagejala menyimpang yang dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan sikap positif terhadap lingkungan dan dirinya. b. Orangtua pada lingkungan keluarga dan guru pada lingkungan sekolah harus mampu berperan aktif dalam menyikapi tumbuh kembang anaknya pada masa remaja dengan melakukan berbagai pendekatan, agar remaja bukan saja menjadi seorang anak ataupun siswa tetapi juga bisa menjadi seorang sahabat/teman bagi dirinya, sehingga kedekatan emosional antara orangtua atau guru disekolah sebagai manusia dewasa dengan remaja dapat terjalin dengan baik.

16

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Mudjiran, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press. Tim Pembina Mata Kuliah PPD. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: Dikti bekerjasama dengan HEDS-JICA. www.indoskripsionline.com, diakses pada tanggal 07 Juni 2011

17

Anda mungkin juga menyukai