Anda di halaman 1dari 7

PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MENUJU ERA DISRUPSI TEKNOLOGI

Subject Guided: Dr. Ansar, M.Pd.

ARRANGED BY :
M. REYFAL ADE RIFKY S

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2018
A. Pemberdayaan Tenaga Kependidikan dalam Era Disrupsi Teknologi
Seminar nasioanl yang diselenggarakan di hotel remcy, Makassar, pada hari
Sabtu, 21 april 2018, dalam slidenya, Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. menjelaskan bahwa
dunia hari ini sedang menghadapi fenomena disruption (disrupsi), situasi di mana
pergerakan dunia industri atau persaingan kerja tidak lagi linear. Perubahannya sangat
cepat, fundamental dengan mengacak-acak pola tatanan lama untuk menciptakan tatanan
baru.

“Sebagian besar perusahaan menggunakan teknologi untuk menjual produk mereka


secara online..” (The Economist, 2017).
“Indonesia perlu meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan teknologi
digital” (Parray, ILO, 2017).
“Agar dunia tetap bertahan dan sejahtera di abad yg baru, orang-orang perlu belajar
lebih & belajar dengan cara berbeda. Seorang anak yg sedang memasuki abad baru
akan menghadapi resiko & ketidakpastian dan akan membutuhkannya untuk
mendapatkan pengetahuan yg lebih dan menguasai lebih banyak kemampuan
daripada generasi sebelumnya” (Shaeffer, Dykstra, Irvine, Pigozzi, & Torres, 2000)
Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd menegaskan sebagaimana yang telah dikutip diatas
bahwa orang-orang perlu belajar dengan cara yang baru, karena peserta didik jaman
sekarang belajar dengan cara yang baru, dimana kita harus mengajar berdasarkan
perkembangan teknologi yang ada. Hasil penelitian menyebutkan bahwa sistem pendidikan
saat ini menghadapi ketidakrelevanan, kecuali kalau kita menjembatani celah diantara
bagaimana murid-murid hidup & bagaimana mereka belajar , dengan kata lain bahwa era
yang baru dimana kita harus menemukan cara yang baru dengan situasi yang baru saat ini.
Model pendidikan atau evaluasi pada abad ke 20 yang diukur hanyalah subyek inti,
apakah pembelajarannya berhasil atau tidak melalui test, paper dan pencil test. Sedangkan
pendidikan pada abad ke 21 yang diukur ialah Kemampuan hidup, kesadaran, subjek inti,
kemampuan belajar dan berpikir yang meliputi (Critical Thinking & Problem Solving
[Berpikir kritis & pemecahan masalah], Creativity & Innovation [kreatifitas & inovasi],
Communication [komunikasi] Collaboration [kolaborasi]).
Pembelajaran era abad 21, disrupsi menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan
strategi lebih inovatif dan disruptif. Cakupan perubahannya luas mulai dari dunia bisnis,
perbankan, transportasi, sosial masyarakat, hingga pendidikan. Era ini akan menuntut kita
untuk berubah atau punah. Tidak diragukan lagi, disrupsi akan mendorong terjadinya
digitalisasi sistem pendidikan. Munculnya inovasi aplikasi teknologi seperti Uber atau
Gojek akan menginspirasi lahirnya aplikasi sejenis di bidang pendidikan. Misalnya
MOOC, singkatan dari Massive Open Online Course serta AI (Artificial Intelligence).
MOOC adalah inovasi pembelajaran daring yang dirancang terbuka, dapat saling berbagi
dan saling terhubung atau berjejaring satu sama lain. Prinsip ini menandai dimulainya
demokratisasi pengetahuan yang menciptakan kesempatan bagi kita untuk memanfaatkan
dunia teknologi dengan produktif. Sedangkan AI adalah mesin kecerdasan buatan yang
dirancang untuk melakukan pekerjaan yang spesifik dalam membantu keseharian manusia.
Di bidang pendidikan, AI akan membantu pembelajaran yang bersifat individual. Sebab,
AI mampu melakukan pencarian informasi yang diinginkan sekaligus menyajikannya
dengan cepat, akurat, dan interaktif. Baik MOOC maupun AI akan mengacak-acak metode
pendidikan lama. Kegiatan belajar-mengajar akan berubah total. Ruang kelas mengalami
evolusi dengan pola pembelajaran digital yang memberikan pengalaman pembelajaran
yang lebih kreatif, partisipatif, beragam, dan menyeluruh. Evolusi pembelajaran yang
ditawarkan oleh MOOC dan AI akan memunculkan pertanyaan kritis, "Masih relevankah
peran guru ke depan?"
Kini, guru tidak mungkin mampu bersaing dengan mesin dalam hal melaksanakan
pekerjaan hapalan, hitungan, hingga pencarian sumber informasi. Mesin jauh lebih cerdas,
berpengetahuan, dan efektif dibandingkan kita karena tidak pernah lelah melaksanakan
tugasnya.
Karena itu, fungsi guru bergeser lebih mengajarkan nilai-nilai etika, budaya,
kebijaksanaan, pengalaman hingga empati sosial karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat
diajarkan oleh mesin. Jika tidak, wajah masa depan pendidikan kita akan suram.
Guru perlu untuk memulai mengubah cara mereka mengajar, meninggalkan cara-
cara lamanya serta fleksibel dalam memahami hal-hal baru dengan lebih cepat. Teknologi
digital dapat membantu guru belajar lebih cepat dan lebih efektif untuk berubah dan
berkembang.
Mereka akan lebih cakap mengubah pelajaran yang membosankan dan tidak
inovatif menjadi pembelajaran multi-stimulan sehingga menjadi lebih menyenangkan dan
menarik. Pertanyaannya adalah apakah guru-guru saat ini telah disiapkan untuk
menghadapi perubahan peran ini?
Ini bukan hanya persoalan mengganti kelas tatap muka konvensional menjadi
pembelajaran daring.
Namun yang lebih penting adalah revolusi peran guru sebagai sumber belajar atau
pemberi pengetahuan menjadi mentor, fasilitator, motivator, bahkan inspirator
mengembangkan imajinasi, kreativitas, karakter, serta team work siswa yang dibutuhkan
pada masa depan.
Pembelajaran abad 21 adalah proses pembelajaran berpusat pada peserta didik,
berbasis kebutuhan (inquiry – based) , kaya teknologi, interdisiplin, kolaboratif, dan
personal. Untuk menumbuhkan peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat,
sehingga mereka memiliki keterampilan beradaptasi dengan perubahan secara
berkelanjutan.
B. Peta Mutu Pendidikan Berbasis Akreditasi Sekolah/Madrasah dan
Implikasinya Pada Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1. Standar Mutu Pendidikan dan Akreditasi


a. Mutu pendidikan dasar dan menengah adalah tingkat kesesuaian antara
penyelenggaraan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dengan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah
(Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Dasar dan Menengah).
b. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dan atau satuan
pendidikan berdasarkan Standar Nasioanl Pendidikan.
2. Mutu Pendidikan Berbasis 8 Standar
a. Standar kompetensi lulusan : adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b. Standar isi : adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
c. Standar proses : adalah standar berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai stanndar
kompetensi lulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan : adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan
dalam jabatan, pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan yang mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
e. Standar sarana dan prasarana : adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, dll.
f. Standar pengolahan : adalah standar nasional pendidikan yang
berkaiatan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
g. Standar pembiayaan : adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Dijelaskan bahwa pembiayaan pendidikan meliputi biaya investasi,
biaya operasi, dan biaya personal.
h. Standar penilaian pendidikan : adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian
hasil belajar peserta didik.

Seminar nasioanl yang diselenggarakan di hotel remcy, Makassar, pada hari Sabtu,
21 april 2018, dalam slidenya, Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd. menjelaskan bahwa 8 standar
tersebut merupakan hal yang sangat manajemen dikarenakan perspektifnya mampu melihat
persitiwa persekolahan itu. Beliau juga mengatakan bahwa parameter sehingga dapat
dikatakan pendidikan itu bagus yaitu tidak hanya pada inputnya saja, melainkan ialah
prosesnya yang meliputi standar proses dan standar pengelolaan, output yang meliputi
standar kompetensi lulusan dan standar penilaian sampai kepada dampaknya yang meliputi
bekerja dan melanjutkan studi.

3. Implikasi Terhadap Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan


a. Guru memiliki kualifikasi akademik minimum sarjama (S1) atau diploma
empat (D4) dari program studi terakreditasi
b. Guru memiliki sertifikat pendidik
c. Guru mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan
d. Guru memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional
e. Guru melaksanakan layanan konseling (SD)
f. Kepala sekolah/Madrasah memenuhi persyaratan administratif
g. Kepala sekolah/Madrasah memiliki kompetensi manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial
h. Sekolah/Madrasah memiliki tenaga administrasi, tenaga perpustakaan,
laboran, dan tenaga layanan khusus(teknis).
4. Distribusi Nilai SNP Hasil Akreditasi Sekolah Menengah Atas
Seminar nasioanl yang diselenggarakan di hotel remcy, Makassar, pada hari
Sabtu, 21 april 2018, dalam slidenya, Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd. menjelaskan
bahwa terdapat 3 komponen dari 8 standar kompetensi yang belum memadai
diantaranya:
a. Standar sarana dan prasarana
b. Standar kompetensi lulusan
c. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
Beliau mengatakan bahwa problem yang paling utama terletak pada standar
pendidik dan tenaga kependidikan.

Anda mungkin juga menyukai