Anda di halaman 1dari 2

KELOMPOK IV PBL II FUNDAMENTALS OF NURSING I

DILEMA MELANDAKU Sebagai profesi yang berhubungan langsung dengan pasien, klien dan keluarga, seorang perawat dalam melaksanakan profesinya juga harus berlandaskan pada kode etik yang ada. Keadaan yang dihadapkan pada profesi perawat sering kali membuat perawat mengalami konflik dalam pengambilan keputusan yang mengakibatkan terjadinya dilema etik. Dalam tulisan ini, akan dibahas beberapa hal yang berkenaan dengan konflik, dilema etik dan sikap kepemimpinan seorang perawat dalam mengambil keputusan terbaik dalam asuhan keperawatan pasien/klien. Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain secara perseorangan maupun kelompok. Dalam penyelesaian konflik, pihak terkait harus mampu mengetahui dengan jelas apa yang menjadi akar utama pada konflik itu sendiri. Seorang perawat harus mampu mengidentifikasi semua penyebab masalah, pihak-pihak yang berkepentingan, serta akibat dan penekanan hasil penyelesaian konflik yang mungkin akan terjadi (Wijono,1993). Menurut Thompson (1985), dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan berada dalam keadaan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Pengambilan keputusan yang etis oleh seorang perawat harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan ilmiah serta bukan berdasarkan emosional belaka. Dilemma etik yang terjadi harus mampu diselesaikan dengan pengambilan keputusan terbaik bagi pasien. Konflik yang belum jelas dan hanya ketakutan akan konsekuensi yang terjadi sering kali menjadi akar terjadinya suatu dilemma etik yang dipengaruhi oleh keluarga dan kondisi pasien sehingga perawat maupun tenaga medis menjadi sulit untuk menentukan keputusan. Dalam hal ini, prinsip etis menjadi landasan dalam pemecahan dilemma etik dimana harus melihat beberapa azas antara lain : 1). Respect for autonomy dimana seorang perawat harus menghormati hak klien dan keluarga; 2).Berbuat baik atau beneficience; 3). Keadilan atau justice; 4). Tidak merugikan atau nonmaleficience yaitu menghindari bahaya sekecil apapun; 5). Kejujuran atau veracity; 6). Menepati janji atau fidelity; 7). Karahasiaan atau confidentiality; serta 7). Akuntabilitas atau accountability (Kozier et. Al. 2004). Kepemimpinan merupakan serangkaian kegiatan penggunaan keterampilan dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya menuju pencapaian tujuan yang ditentukan. Kepemimpinan adalah sikap yang harus dimiliki setiap orang dimana dalam setiap langkah ia dituntut untuk selalu bisa melakukan dan menghasilkan hal yang terbaik. Dengan mempengaruhi orang lain merupakan salah satu cara dalam pencapaian tujuan. Sebagai seorang perawat, sikap kepemimpinan harus selalu diasah karena mengingat akan pentingnya perawat dalam menentukan keputusan klinis demi peningkatan kondisi seorang pasien. Salah satu tanggung jawab seorang perawat dalam kepemimpinan adalah ketika perawat dihadapkan pada dilemma etis dan dituntut untuk

menentukan keputusan terbaik sebagai penyelesaiannya. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mampu mendengar apa yang menjadi pendapat anggota atau orang-orang disekelilingnya sehingga perawat dalam pemecahan masalah etis juga harus mampu menyaring pendapat dan baik itu dari pasien, keluarga pasien, maupun tenaga medis lainnya. Selain itu, seorang perawat juga harus mampu berkolaborasi dengan tenaga medis lain dan beberapa peran seperti psikiater dan dan rohaniawan dalam penyelesaian dilemma etik itu sendiri (Sullivan dan Decleur, 1989). Hubungan tiga aspek yaitu konflik, dilemma etis dan kepemimpinan dalam kasus pengambilan keputusan untuk memberi tahu kondisi kesehatan kepada pasien sangat erat. Konflik yang terjadi antara keluarga dan perawat terjadi ketika perawat dihadapkan dalam permintaan seorang pasien yang ingin mengetahui kondisi kesehatannnya sedangkan pihak keluarga berusaha meminta dan tidak memberi izin perawat dalam melakukan hal tersebut. Dalam hal ini, perawat harus memperhatikan beberapa azas dalam prinsip etis. Permintaan keluarga yang tidak ingin pasien tahu kondisi kesehatannya dapat menyinggung azas respect for autonomy dimana keluarga memiliki hak dalam pengambilan keputusan dengan alas an takut pasien mengalami depresi. Sisi lain, permintaan pasien yang ingin mengetahui keadaannya menjadi suatu hal yang berhubungan dengan veracity yaitu kebenaran yang harus diterima oleh pasien. Konflik yang bersinggungan antara nilai yang diyakini keluarga pasien dank ode etik yang menjadi landasan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan membuat perawat mengalami dilemma etik. Dalam kasus yang telah dibahas, terlihat bahwa yang menjadi akar masalah dalam dilemma etik pada kasus ini adalah ketakutan keluarga terhadap kondisi pasien yang sebenarnya belum pasti terjadi dan masih dapat dihindari. Sikap kepemimpinan perawat sangat dibutuhkan dalam penyelesaian dilemma etik pada kasus ini. Cara yang dapat dilakukan dalam penyelesaian kasus ini antara lain dengan melakukan pendekatan kepada keluarga pasien dan memberikan pengertiam dan pemahaman bahwa jika pasien tidak diberitahu akan kondisi kesehatannya hanya dapat memperparah dan membuat pasien lebih depresi. Selain itu, perlunya mendatangkan pihak-pihak penting dalam mengatasi dan menghindari dampak pada kondisi pasien dengan cara pendekatan oleh psikiater dan rohaniawan.

Referensi Asmadi. 2009. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC. Blais, K.K. 2007. Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 4. Jakarta : EGC Hidayat, A.A. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai