Anda di halaman 1dari 4

Laporan SGD Blok Sirkulasi dan Oksigenasi Semester IV

Oleh: VENNY TRI HARLANI G1D010005 Kelompok 5

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2012

SISTEM RESPIRASI Sistem respirasi atau pernapasan merupakan sistem pertukaran gas antara oksigen yang digunakan untuk metabolisme sel dan karbondioksida yang dihasilkan dari metabolism untuk dikeluarkan dari tubuh (Pearce, 2009). Terdapat beberapa mekanisme dalam sistem ini termasuk mekanisme dalam proses bernafas maupun terjadinya pertukaran gas. Sehingga, laporan ini akan memebahas beberapa mekanisme dalam sistem pernapasan seperti dalam inspirasi, ekspirasi, pertukaran gas, bahkan beberapa mekanisme perjalanan penyakit yang bisa terjadi dalam sistem respirasi ini. Pernapasan terbagi atas masuknya udara ke organ pernapasan yang disebut inspirasi dan keluarnya udara hasil metabolisme keluar tubuh (ekspirasi). Mekanisme inspirasi berawal dari kontraksi diafragma atau muskulus intercostalis sebagai perintah dari pusat pernapasan (medulla oblongata), menyebabkan paru-paru mengembang, tekanan di paru-paru menjadi negatif sehingga udara dari luar tubuh yang bertekanan positif dapat masuk ke dalam tubuh. Sedangkan, ketika diafragma menjadi cekung dan otot berelaksasi, rongga dada akan menyempit dan menyebabkan tekanan positif di paru-paru sehingga udara memiliki kesempatan keluar dari tubuh (Guyton & Hall, 1997). Inspirasi dan ekspirasi melibatkan paru-paru yang didalamnya terjadi proses difusi antara oksigen dan karbondioksida. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pertukaran gas ini antara lain adanya ketebalan membran alveoli yang akan mempersulit difusi (Potter & Perry, 2005); daerah permukaan paru (pada edema paru, luas permukaan menurun, difusi sulit terjadi); sifat fisiko-kimia dari gas seperti temperatur, berat molekul, dan kelarutan; serta kondisi patologis penyakit (Guyton & Hall, 1997). Hyalin membran disease berhubungan dengan kurangnya masa gestasi, atau dengan kata lain bayi premature yang dapat disebabkan oleh kegagalan mengembangkan functional, residual capacity (FRC), berkurangnya surfaktan, dan kecenderungan paru mengalami atelektasis (Arief, 2000). Pada kondisi abnormal, surfaktan akan mengalami defisiensi yang merupakan penyebab terjadinya penyakit membran hialin. Pada bayi prematur alveoli masih kecil, sehingga sulit berkembang. Pengembangan yang kurang sempurna ini juga dikarenakan dinding thorax masih lemah, dan kurangnya produksi surfaktan. Kekurangan produksi surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan penurunan daya kembang paru mencapai 25 % dari normal, sehingga pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat, dan terjadi hipoksemia berat juga hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratori. Selain itu, oksigen jaringan menurun menyebabkan metabolisme anaerob dan terjadi penumpukan asam laktat.

Edema paru terjadi ketika pertukaran O2 dan CO2 dalam paru-paru dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru. Edema paru disebabkan oleh tingginya tekanan hidrostatik (pendorong cairan) sedangkan tekanan osmotik menurun sehingga cairan pindah ke interstisium, dinding kapiler rusak, dan kegagalan ventrikel kiri memompa. Adapun mekanisme terjadinya edema paru karena adanya tekanan hidrostatik dalam kapiler paru yang meningkat akibat gagal jantung kiri. Gagal jantung kiri ini karena ventrikel kiri memompa darah keseluruh tubuh dengan tidak-adekuat sehingga tekanan osmotik koloid menurun yang menyebabkan inhalasi gas yang dan dinding kapiler rusak dan cairan transeluler masuk ke dalam ruang interstisial (Smeltzer & Bare, 2001). Kanker paru dapat terjadi akibat dari terpaparnya asap tembakau, radiasi, merokok, pajanan okupasi (pekerja produksi asbes) maupun polusi udara. Suatu karsinogen (bahan yang dapat menimbulkan kanker) yang ditemukan dalam udara polusi dan juga terdapat pada asap rokok adalah 3,4 benzpiren. Kanker paru dapat diklasifikasikan menjadi karsinoma sel skuamoza (epidemoid), karsinoma sel kecil, karsinoma sel besar, adenokarsinoma, dan gabungan adenokarsinoma dan karsinoma epidemoid. Karsinoma epidemoid merupakan tipe kanker yang sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus termasuk metaplasia atau displasia akibat merokok jangka panjang. Karsinoma sel besar merupakan sel ganas besar yang berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacammacam, sedangkan karsinoma sel kecil merupakan karsinoma yang tipe sel nya seperti sel skuamosa, biasanya terletak di tengah di sekitar percabangan bronki. Adenokarsinoma kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mucus (Price & Wilson, 2005). Hematopneumothorak merupakan gabungan antara pneumothorak dan hemathorak dimana terdapat udara dan darah dalam rongga pleura, sehingga paru terdesak dan menjadi kolaps. Hal ini menyebabkan penurunan curah jantung yang nantinya dapat menyebabkan hipovolemi dan hipoksia, sehingga dapat terjadi gagal nafas. Selain itu, komplikasi yang dapat terjadi adalah tension pneumothorak yakni peningkatan tekanan rongga pleura yang menyebabkan paru mengempis, mediastinum geser, aliran darah vena cava, dan penurunan curah jantung. Pnemomediastinum dan emfisema subkutan juga dapat terjadi pada pada penderita hematopneumothorak (Yasmin, 2002). Kesimpulan dari laporan ini bahwa mekanisme dalam pernapasasan dapat terjadi secara fisiologis dan dapat mengalami kondisi patologis. Kondisi patologis dapat menyebabkan beberapa gangguan seperti edema paru, kanker paru dan hematopneumotoraks yang akan mempengaruhi fungsi paru secara fisiologi.

REFERENSI Arief, M. (2000). Kapita SElekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius. Ganong, W. F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC. Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC. Yasmin, N. (2002). keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai