Anda di halaman 1dari 5

Lembar Tugas Mandiri Modul Reproduksi 2012

Kontrasepsi pada Pria: Barier dan Vasektomi


Kindy Aulia NPM 1006775344 Barier (Kondom)1 Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dibuat khusus untuk pria. Kegunaan utamanya adalah untuk menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita. a. Kelebihan dan kekurangan Berikut ini beberapa kelebihan dan kegunaan kondom: 1. Mencegah kehamilan 2. Memberi perlindungan terhadap penyakit menular seksual 3. Relatif murah 4. Tidak memerlukan pemeriksaan medis 5. Reversibel Sedangkan untuk kekurangannya antara lain: 1. Angka kegagalan kontrasepsi relatif tinggi 2. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks 3. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati, dan terus menerus pada tiap kali melakukan hubungan Pembuatan kondom pada masa sekarang ini sudah sangat baik karena harus memenuhi standard tertentu sehingga kualitasnya tidak perlu diragukan. Kegagalan kondom sebagai alat kontrasepsi umumnya dikarenakan cara pemakaian yang tidak benar, tidak konsisten, tidak teratur, dan tidak hati-hati. b. Indikasi penggunaan Selain untuk mencegah terjadinya kehamilan, berikut ini beberapa indikasi penggunaan kondom baik dari faktor pria maupun wanita: Pria 1. Penyakit pada genitalia 2. Sensitivitas penis terhadap sekret vagina 3. Ejakulasi prematur Wanita 1. Vaginitis 2. Memiliki kontraindikasi pada penggunaan kontrasepsi oral dan IUD dan pemasangan diafragma seccara anatomis atau psikologis tidak memungkinkan 3. Untuk membuktikan tidak ada semen yang dikeluarkan dalam vagina 4. Metode temporer (sementara): a. Belum melakukan senggama secara teratur b. Selama haid c. Selama mid-siklus penggunaan IUD d. Selama sikluas pertama dari kontrasepsi oral dosis rendah e. Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar

f. Selama periode awal post partum g. Penolakan secara psikologis untuk bersentuhan dengan semen Pasangan pria dan wanita 1. Senggama yang jarang 2. Penyakit kelamin 3. Herpes genitalis atau kondiloma akuminata 4. Urethritis 5. Sistitis, disuria, dan pyuria 6. Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral atau IUD c. Jenis-jenis kondom Kulit Kondom jenis ini dibuat dari bahan membran usus hewan biri-biri. Kondom ini tidak dapat meregang ataupun mengkerut, namun dapat menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama melakukan hubungan. Namun kondom jenis ini sangat jarang ditemukan karena memang jumlah yang diproduksi hanya sedikit. Selain itu harga kondom ini juga lebih mahal dari kondom pada umumnya yang berbahan lateks. Lateks Merupakan jenis kondom yang paling banyak dijual di pasaran, selain itu harganya juga relatif murah sehingga kondom jenis inilah yang paling banyak digunakan. Bahannya lebih elastis dibandingkan kondom jenis lain. Plastik Kondom jenis ini memiliki ketebalan yang sangat tipis, yaitu antara 0,0250,035mm. Hal ini menyebabkan kondom jenis ini dapat mengahantarkan panas tubuh. Harga kondom jenis ini lebih mahal dari kondom lateks. d. Syarat-syarat standard kondom 1. Tes elektronik Untuk membuktikan bahwa kondom tidak menghantarkan listrik 2. Tes pengisian air Untuk menemukan ada tidaknya lubang pada kondom. Caranya dengan kondom diisi air sebanyak 300 cc kemudian diikat dan diletakkan pada kain 3. Kekuatan kondom Merupakan faktor terpenting pada kondom Caranya yaitu dengan tes pengisian udara dan tensile test. 4. Ukuran kondom Ukuran standard pada umumnya yaitu: Panjang : minimal 16 cm Lebar : 4,5-5,5 cm Tebal : 0,07-0,16 mm e. Kontraindikasi Berikut ini beberapa kontraindikasi dari penggunaan kondom: 1. Absolut: Ereksi tidak baik, riwayat syok septik, tidak bertanggung jawab secara seksual, alergi kepada laret atau lubrikan dalam kondom

2. Relatif f.

: Interupsi sexual foreplay yang mengganggu ekspresi seksual

Efek saping Keluhan utama pada pengguna kondom biasanya adalah berkurangnya kesensitifannya glans penis. Selain itu alergi juga merupakan efek yang sering dirasakan para pengguna kondom yang memang alergi terhadap karet.

Vasektomi Vasektomi merupakan suatu prosedur operasi untuk pria dengan tujuan kontrasepsi dengan cara sterilisasi dari pihak pria. Konsep dari prosedur ini adalah dengan mengikat atau menyegel sedemikian rupa pada bagian vas deferens sehingga sperma tidak dapat keluar bersama cairan semen. a. Prosedur1, 3 Prosedur vasektomi secara tradisional adalah dengan menyuntikkan anestesia pada skrotum terlebih dahulu, kemudian dengan scalpel, dibuat sedikit potongan pada skrotum di kedua sisinya hingga dokter dapat meraih vas deferens. Setelah itu vas deferens akan ditari keluar, dipotong, dan kemudian disegel pada salah satu sisi dari potongan tersebut. Sampai sekarang, cara inilah yang biasanya digunakan, meskipun ada pengembanganpengembangan lain dengan tujuan meningkatkan penyembuhan, efektifitas, dan menghindari komplikasi yang dapat terjadi dalam waktu lanjut, diantaranya yaitu: No scalpel vasectomy Prosedur jenis ini tidak menggunakan scalpel, namun menggunakan sejenis jarum dan hanya melubangi lebih sedikit bagian dari skrotum sehingga luka yang terbentuk lebih kecil dan membatasi perdarahan. Open-ended vasectomy Vas deferens yang sudah dipotong tidak disegel. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya tekanan balik ke epididimis sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi seperti post-vasectomy pain. No needle anesthesia Merupakan suatu metode anestesia lokal yang tidak menggunakan jarum suntik. Anestesia ini menggunakan suatu jet-injeksi spesial sehingga prosedur tetap dapat dilakukan. b. Indikasi pelaksanaan prosedur1, 2 Vasektomi diindikasikan bagi pria yang sudah diinformasikan dengan jelas dan tidak ingin lagi memiliki anak. c. Kontraindikasi pelaksanaan prosedur1, 3 Kontraindikasi dari proses ini antara lain yaitu: 1. Pasangan masih tidak setuju 2. Dapat menyebabkan memburuknya hubungan suatu rumah tangga 3. Tidak mengerti prosedur, komplikasi, dan permanensi dari prosedur ini. 4. Permasalahan medis seperti sedang ada infeksi, kelainan anatomi (cth:

varikokel). 5. Masih ingin memiliki anak 6. Permasalahan religius yang tidak memperbolehkan suatu proses sterilisasi.

d. Komplikasi2, 4 Masalah yang dapat terjadi setelah menjalani vasektomi diantaranya adalah perdarahan, infeksi, dan reaksi inflamasi ringan terhadap sperma yang tidak sengaja lolos ketika prosedur dilakukan. Selain itu, masalah lain adalah kedua ujung vas deferens yang sudah dipotong tersebut dapat menemukan jalan baru sehingga sperma bisa bertemu dengan semen dan akhirnya dapat menyebabkan kehamilan meskipun komplikasi ini sangat jaran terjadi. Vasektomi dapat dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi terhadap kangker prostat. Namun penambahan resiko ini sangat kecil. Karena itu pasien juga harus menanyakan dokter seberapa sering dia haru mengecek kemungkinan kangker prostat. Satu lagi komplikasi yang cukup sering terjadi, pada suatu studi dikatakan bahwa komplikasi ini terjadi dengan perbandingan satu kasus berbanding 1030 prosedur vasektomi. Komplikasi ini adalah post-vasectomy pain syndrome. Pada komplikasi ini pasien akan merasa nyeri pada bagian skrotum, pelvis, dan/atau abdomen bagian bawah. Nyeri ini dapat terjadi secara konstan ataupun hanya pada waktu-waktu tertentu seperti pada intercourse ataupun saat ejakulasi.

Referensi: 1. Hartanto H (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2. Stockton MD, Kim ED (2012). No Scalpel Vasectomy. Medscape reference. [diunduh pada 5 November 2012] http://emedicine.medscape.com/article/148512-overview#showall 3. Peery AI (1999). Vasectomy. [diunduh pada 5 November 2012] http://www.ecu.edu/csdhs/fammed/customcf/resources/men/vasectomy.pdf 4. Christiansen C, Sandlow J (2003). "Testicular Pain Following Vasectomy: A Review of Post vasectomy Pain Syndrome". Journal of Andrology 24 (3): 2938.

Anda mungkin juga menyukai