Anda di halaman 1dari 20

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kualitas Produk. Menurut Adam & Ebert (1992), menyatakan bahwa Quality is the customers perception. Artinya bahwa pelanggan menilai baik buruknya kualitas suatu produk itu berdasarkan persepsinya. Suatu produk dikatakan berkualitas jika memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli. Kualitas ditentukan oleh pelanggan, dan pengalaman mereka terhadap produk atau jasa. Hal terpenting yang perlu diperhatikan pada Produk salah satu aspeknya adalah Kualitas Produk. Menurut Kottler dan Amstrong ( 2001 ) kualitas produk adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten.Keseluruhan ciri dan karakterkarakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat. Definisi ini merupakan pengertian kualitas yang berpusat pada konsumen sehingga dapat dikatakan bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau pelayanan penjual telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya

konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan yang

wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk. Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk yang ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing. Oleh karena itu perusahaan berusaha memfokuskan pada kualitas produk dan membandingkannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing. Sering kali dibenak konsumen sudah terpatri bahwa produk perusahaan tertentu jauh lebih berkualitas daripada produk pesaing dan konsumen akan membeli produk yang mereka yakini lebih berkualitas. Meskipun konsumen mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kualitas produk, tetapi setidaknya konsumen akan memilih produk yang dapat memuaskan kebutuhannya. Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan segala spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Akan tetapi, suatu produk dengan penampilan terbaik atau bahkan dengan tampilan lebih baik bukanlah merupakan produk dengan kualitas tertinggi jika tampilannya bukanlah yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasar. Kualitas suatu produk baik berupa barang maupun jasa perlu ditentukan melalui dimensi-dimensinya . Dimensi Kualitas Produk Menurut Mullins, Orville (2005) apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan

oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing . Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari : 1. Performance (Kinerja) , berhubungan dengan karakteristik opersi dasar dari sebuah produk . 2. Durability (daya tahan ) , yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti . Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk . 3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk. 4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk. 5. Reliability (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan. 6. Aesthetic (estetika), Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik motor yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya.

7.

Perceived quality (kesan kualitas) , sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan . Jadi , persepsi konsumen terhadap produk didapat dari harga , merek , periklanan , reputasi dan negara asal . Adapun tujuan kualitas produk adalah sebagai berikut Kotler (2002) :

a.

Mengusahakan agar barang hasil produksi dapat mencapai standar yang telah ditetapkan.

b. c.

Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin. Mengusahakan agar biaya desain dari produksi tertentu menjadi sekecil mungkin.

d.

Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin. Menurut Assauri (2002) mutu atau kualitas produk dipengaruhi oleh faktor

yang akan menentukan bahwa mutu barang dapat memenuhi tujuannya, yaitu untuk meningkatkan volume penjualan. Mutu atau kualitas produk dipengaruhi oleh faktor yang akan menentukan bahwa mutu barang dapat memenuhi tujuannya yaitu untuk meningkatkan volume penjualan (Assauri, 2002).

2.2

Lokasi Lokasi adalah tempat dimana sesuatu berada. Menurut Lupiyoadi (2001)

lokasi merupakan keputusan yang dibuat perusahaan berkaitan dengan dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan. Salah memilih lokasi perusahaan akan

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Lokasi menentukan kesuksesan suatu jasa, karena erat kaitannya dengan pasar potensial (Tjiptono, 1996). Lokasi merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis (Lupiyoadi, 2001). Keputusan lokasi bisnis merupakan salah satu keputusan bisnis yang harus dibuat secara hati-hati. Istilah lokasi mengacu pada komunitas lokal dimana bisnis berada (OMars, 1999 dalam Iswayanti, 2010). Meskipun kesuksesan tidak hanya tergantung pada lokasi bisnis, namun faktor lokasi akan mempengaruhi kesuksesan sebuah bisnis. Dalam konteks ini, kesuksesan bisnis dapat bermacammacam tetapi pada umumnya terkait dengan ukuran obyektif dan subyektif (Dawes, 1999 dalam Iswayanti, 2010). Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha. Lokasi dapat didefinisikan sebagai tempat, kedudukan secara fisik yang mempunyai fungsi strategis karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha (Sriyadi, 1991). Lokasi atau tempat atau letak adalah tempat dimana perusahaan itu didirikan (Manullang, 1991). Jadi, lokasi di sini adalah tempat di mana suatu jenis usaha atau bidang usaha akan dilaksanakan Menurut Render dan Heizer, 2001 (dalam Iswayanti, 2010) terdapat 6 faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tempat/ lokasi perusahaan, yaitu :

1.

Lingkungan masyarakat Kesediaan masyarakat suatu daerah menerima segala konsekuensi baik konsekuensi positif maupun negatif terhadap didirikannya suatu perusahaan di daerah tersebut merupakan suatu syarat penting. Perusahaan perlu memperhatikan nilai-nilai lingkungan dan ekologi dimana

perusahaan akan berlokasi. 2. Kedekatan dengan pasar Dekat dengan pasar akan membuat perusahaan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para konsumen dan sering mengurangi biaya distribusi. 3. Tenaga kerja Dimanapun lokasi perusahaan, harus mempunyai tenaga kerja, karena itu cukup tersedianya tenaga kerja merupakan hal yang mendasar. Bagi banyak perusahaan sekarang kebiasaan dan sikap calon pekerja suatu daerah lebih penting dari ketrampilan dan pendidikan karena jarang perusahaan yang dapat menemukan tenaga kerja baru yang telah siap pakai untuk pekerjaan yang sangat bervariasi dan tingkat spesialisasi yang sangat tinggi, sehingga perusahaan harus menyelenggarakan program pelatihan khusus bagi tenaga kerja baru. 4. Kedekatan dengan bahan mentah dan supplier Apabila bahan mentah berat dan susut cukup besar dalam proses produksi, maka perusahaan lebih baik berlokasi dekat dengan bahan mentah. Tetapi bila produk jadi lebih berat, besar dan bernilai rendah maka lokasi dipilih

sebaliknya.

Lebih

dekat

dengan

bahan

mentah

dan

supplier

memungkinkan suatu perusahaan mendapat pelayanan supplier yang lebih baik. 5. Fasilitas dan biaya transportasi Tersedianya fasilitas transportasi yang baik lewat darat, udara, dan air akan memperlancar pengadaan faktor-faktor produksi dan penyaluran produk perusahaan. Pentingnya pertimbangan biaya transportasi

tergantung sumbangannya terhadap total biaya. Lokasi dekat dengan pasar akan menaikkan biaya pengangkutan bahan mentah. 6. Sumber daya sumber daya alam lainnya Hampir setiap industri memerlukan tenaga yang dibangkitkan dari aliran listrik, disel, air, angin, dan lain-lain. Oleh sebab itu perlu diperhatikan tersedianya sumber daya-sumber daya dengan murah dan mencukupi. Langkah-langkah Dalam Pemilihan Lokasi Menurut Sriyadi (1991) adalah: 1. Memilih wilayah atau daerah secara umum. Ada 5 faktor yang menjadi dasar antara lain: a. b. c. d. e. Dekat dengan pasar Dekat dengan bahan baku Tersedianya fasilitas pengangkutan Terjaminnya pelayanan umum Kondisi iklim dan lingkungan yang menyenangkan

2. Memilih masyarakat tertentu di wilayah yang dipilih pada tingkat pemilihan pertama. Pilihan didasarkan atas 5 faktor yaitu:

a.

Tersedianya tenaga kerja yang cukup dalam jumlah dan skill yang diperlukan

b. c. d. e.

Tingkat upah yang lebih murah Adanya perusahaan yang bersifat suplementer atau komplementer Adanya kerjasama yang baik antar sesama usaha yang ada Peraturan daerah yang menunjang

3. Memilih lokasi tertentu. Lokasi berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu : 1. Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan): apabila keadaannya seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain strategis. 2. Pemberi jasa (perusahaan) mendatangi perusahaan : dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap berkualitas. 3. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung : berarti service provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antara kedua pihak dapat terlaksana ( Lupiyoadi, 2001).

Mendirikan perusahaan, pemilihan lokasi sangat dipertimbangkan. Karena pemilihan lokasi merupakan faktor bersaing yang penting dalam usaha menarik konsumen atau pelanggan. Pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam menetukan lokasi menurut Tjiptono ( 2002 ) meliputi faktor-faktor : 1. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum. 2. 3. Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. Lalu lintas (traffic) di mana ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: - Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberi peluang terjadinya impulse buying. - Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan, misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran, atau ambulan. 4. 5. Tempat parkir yang luas dan aman. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang luas untuk perluasan usaha dikemudian hari. 6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan. Misalnya warung makan yang berdekatan dengan daerah kost, asrama mahasiswa, atau perkantoran. 7. Persaingan yaitu lokasi pesaing. Misalnya dalam menentukan lokasi wartel perlu dipertimbangkan apakah di jalan atau daerah yang sama, banyak pula terdapat wartel lain atau tidak. 8. Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang tempat reparasi (bengkel) kendaraan bermotor berdekatan dengan pemukiman penduduk

(Tjiptono, 2000 ). Toko yang kurang begitu laris barangkali terletak di lokasi yang tidak begitu banyak dilewati khalayak; atau tidak banyak dikunjungi oleh khalayak; atau hanya dilihat-lihat saja oleh sebagian pengunjung; atau dikunjungi pembeli yang membeli sedikit. Masingmasing keadaan ini dapat diatasi. Jumlah khalayak yang lewat dapat ditingkatkan dengan mendirikan etalase yang menawan dengan memasang pengumuman-pengumuman tentang penjualan; dan jumlah pembeli yang membeli serta nilai pembelian dapat ditingkatkan sebagian besar dengan meningkatkan mutu produk, harga dan kemampuan wiraniaga. Suatu lokasi disebut strategis bila berada dipusat kota, kepadatan populasi, kemudahan mencapainya menyangkut kemudahan transportasi umum, kelancaran lalu lintas dan arahnya tidak membingungkan konsumen. Sejalan dengan semakin menjamurnya bisnis atau usaha yang menawarkan produk atau jasa yang sejenis, perbedaan yang sangat tipis sekalipun pada lokasi dapat berdampak kuat pada pangsa pasar dan kemampulabaan sebuah usaha. Disamping itu, keputusan pemilihan suatu lokasi juga mencerminkan komitmen jangka panjang perusahaan dalam hal keuangan, karena merubah lokasi yang buruk kadangkala sulit dilakukan dan sangat mahal (Nugroho dan Paramita, 2009). Kotler et all (2003) mengatakan bahwa perusahaan sebaiknya perlu secara matang mempertimbangkan pemilihan lokasi usaha untuk pengembangan di masa depan. Dari penelitian yang dilakukan Jeni Raharjani, (2005 ) strategi lokasi adalah salah satu determinan yang paling penting dalam perilaku pembelian

10

konsumen, pengecer harus memilih lokasi yang strategis dalam menempatkan tokonya. Dapat disimpulkan bahwa variabel lokasi adalah hal yang

dipertimbangkan oleh konsumen.

2.3

Keputusan Pembelian Menurut Enggel dkk, (1994) Keputusan pembelian adalah proses

merumuskan berbagai alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu untuk melakukan pembelian. Keputusan untuk membeli yang diambil oleh konsumen sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Schiffman (2000) mendefenisikan bahwa keputusan adalah dalam sebuah keputusan untuk menentukan dua atau lebih mempunyai jalan lain terhadap pilihan. Seseorang pemasar harus menguasai berbagai hal yang dapat mempengaruhi pembeli dan mengembangkan suatu pengertian bagaiman sebenarnya seorang konsumen membuat keputusan. Pemasar haruslah

mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan membeli, jenis jenis membeli dan tahap-tahap dalam proses pembelian. Mowen dan Minor (2002), pengambilan keputusan menekankan pendekatan pemprosesan informasi yang rasional terhadap prilaku pembelian konsumen, tahap evaluasi konsumen membentuk preferensi terhadap merekmerek dalam kumpulan pilihan dan juga membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Namun, ada yang mempengaruhi niat beli, serta keputusan pembelian konsumen yaitu: sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang bergantung pada dua hal; pertama

11

intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai oleh konsumen, kedua motivasi konsumen untuk menuruti keinginan konsumen. Serta situasi yang tidak trantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembeli. Menurut Hasan (2008) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku beli konsumen antara lain: Cultural (budaya), Social class (Kelas sosial), Pribadi personal, Kepribadian personality, Gaya hidup lifestyle, Motivasi diri. Adapun pengertian dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku beli konsumen adalah sebagai berikut: Cultural (budaya) adalah sekumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku tertentu yang diperoleh dari lingkungan keluarga, agama, kebangsaan, ras, dan geografis. Social class (Kelas sosial) adalah pembagian kelompok masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara sistematis, anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Pribadi personal karateristik yang menjadi penentu dalam pembelian, seperti: usia, tahap siklus hidup, pekerjaan dan kemampuan ekonomi mempengaruhi produk dan merek yang dibeli. Kepribadian personality merupakan karakteristik psikologis yang berbeda pada masing-masing orang yang menyebabkan tanggapannya relatif konsisten dan bertahan lama terhadap pilihan produk atau merek. Gaya hidup lifestyle pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opini yang berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi adalah merupakan dorongan kebutuhan yang membentuk perilaku bersifat: biologis seperti (lapar, haus, tidak nyaman), dan Psikologis (pengakuan, penghargaan, atau keanggotaan kelompok), serta aktualisasi optimal.

12

Sementara

Sumarwan

(2004),

mendefinisikan

keputusan

sebagai

pengambilan tindakan dari dua atau lebih pili han alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternative. Semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasanya semakin banyak pertimbangannya untuk membeli. Menurut Kotler, (2000) adapun jenisjenis tingkah laku membeli konsumen berdasarkan pada derajat keterlibatan dan tingkat perbedaan antara merek, yaitu: a. Tingkah laku membeli yang komplek. Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan tinggi konsumen dalam pembelian dan perbedaan besar yang dirasakan diantara merek. Pembeli ini akan melewati proses pembelajaran, pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk, kemudian sikap, dan selanjutnya membuat pilihan membeli yang dipikirkan masak-masak. Pemasar dari produk yang banyak melibatkan peserta harus memahami tingkah laku pengumpulan informasi dan evaluasi dari konsumen yang amat terlibat. Mereka perlu membantu pembeli belajar mengenai atribut kelas produk dan kepentingan relatif masing-masing, dan mengenai apa yang ditawarkan merk tertentu, mungkin dengan menguraikan panjang lebar keunggulan mereka lewat media cetak. b. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan. Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika

13

konsumen amat terlibat dalam pembelian barang yang mahal, jarang dibeli dan beresiko tetapi melihat sedikit perbedaan diantara merek. c. Tingkah laku membeli yang mencari variasi. Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan terjadi di bawah kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan perbedaan merek yang dirasakan besar. Konsumen tampaknya mempunyai keterlibatan yang rendah dengan kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering dibeli. Dalam hal ini, tingkah laku konsumen tidak diteruskan lewat urutan keyakinan sikap tingkah laku yang biasa. Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensif mengenai merek mana yang akan dibeli. Sebaliknya, mereka secara pasif menerima informasi ketika menonton televisi atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan

pengenalan akan merek bukan keyakinan pada merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek; mereka memilih merek karena sudah dikenal. Karena keterlibatan mereka dengan produk tidak tinggi, konsumen mungkin tidak mengevaluasi pilihan bahkan setelah membeli. Jadi, proses membeli melibatkan keyakinan merek yang terbentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti dengan tingkah laku membeli, yang mungkin diikuti atau tidak dengan evaluasi. Karena pembeli tidak memberikan komitmen yang kuat pada suatu merek, pemasar produk yang kurang terlibat pada beberapa perbedaan merek seringkali menggunakan harga dan promosi penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba produk.

14

d.

Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan. Konsumen menjalani tingkah laku membeli yang mencari variasi dalam situasi yang ditandai oleh keterlibatan konsumen rendah, tetapi perbedaan merk dianggap berarti. Dalam kategori produk seperti ini, strategi pemasaran mungkin berbeda

untuk merk yang menjadi pemimpin pasar dan untuk merk yang kurang ternama. Perusahaan akan mendorong pencarian variasi dengan menawarkan harga rendah, penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang menunjukkan alasan untuk mencoba sesuatu yang baru.

2.3.1

Proses Keputusan Pembelian Konsumen Kotler (2005) menjelaskan bahwa ada lima tahap yang dilewati pembeli

untuk mencapai keputusan pembelian yaitu: Pengenalan masalaha, pencarian informasi, evaluasi alternartif, keputusan pembelian, dan perilaku

pascapembelian. Adapun pengertian dari

pengenalan masalah adalah tahap

pertama proses keputusan pembeli, yaitu ketika konsumen mengenali adanya masalah atau kebutuhan, kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal, pencarian informasi adalah tahap proses keputusan pembelian, yang meransang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak, konsumen hanya meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi, evaluasi alternatif artinya bagaimana konsumen mengolah informasi, keputusan pembelian adalah tahap dari proses keputusan pembeli yaitu ketika konsumen benar-benar membeli produk, tingkah laku pasca pembelian adalah ketika konsumen

15

mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Menurut Setiadi (2003) proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut: Pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku sesudah pembelian. Keselurahan dapat dilihat dilihat di gambar berikut:

Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian Sumber : Setiadi. (2003) Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengenalan masalah Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi yang sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal atau eksternal. Dalam kasus pertama, salah satu kebutuhan umum seseorang mencapai titik tertentu dan menjadi sebuah dorongan. Dalam kasus kedua, kebutuhan ditimbulkan oleh rangsangan eksternal.

16

2. Pencarian Informasi Seseorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak lagi. Dapat dibedakan dua tingkat yaitu keadaan tingkat pencarian informasi yang sedang-sedang saja yang disebut perhatian yang meningkat. Pencarian informasi secara aktif dimana ia mencari bahan-bahan bacaan, menelpon teman-temannya dan

melakukan kegiatan-kegiatan mencari untuk mempelajari yang lain. Umumnya jumlah aktivitas pencarian konsumen akan meningkat bersamaan dengan konsumen berpindah dari situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemcahan masalah yang ekstensif. 3. Evaluasi Alternatif Bagaimana konsumen dalam memproses informasi tentang pilihan produk atau jasa dan membuat penilaian untuk membuat keputusan akhir? Tidak ada evaluasi yang sederhana dan tunggal yang digunakan oleh konsumen atau bahkan oleh satu konsumen pada seluruh situasi membeli. Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu perusahaan

memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama pada pertimbangan yang sadar dan rasional. 4. Keputusan Membeli Konsumen pada tahap evaluasi membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai.

17

Walaupun demikian, dua faktor berikut dapat mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang utama adalah sikap orang lain, sejau mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang akan bergantung pada intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin tinggi intensitas sikap orang lain tersebut akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen, maka semakin besar kemungkinan konsumen akan menyesuaikan tujuan pembeliannya. Tujuan pembelian dipengaruhi juga oleh faktor-faktor keadaan yang tidak terduga. Konsumen membentuk juga oleh faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan dan mamfaat produk yang diharapkan. Pada saat konsumen ingin bertindak, faktor-faktor keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli. 5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pascapembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pascapembelian, tindakan

pascapembelian dan pemakaian produk pascapembelian.

18

2.4

Tinjauan Penelitian Terdahulu Iswayanti, (2010) meneliti tentang analisis pengaruh kualitas produk,

kualitas layanan, harga, dan tempat terhadap keputusan pembelian (Studi pada rumah makan Soto Angkring Mas Boed di Semarang). Berdasarkan analisis disimpulkan urutan secara individu dari masing-masing variabel yang paling berpengaruh adalah variabel kualitas produk, lalu kualitas layanan, kemudian diikuti dengan harga dengan sedangkan variabel yang berpengaruh paling rendah adalah tempat. Setiadi (2008) melakukan penelitian tentang Analisis pengaruh kualitas jasa, harga, tempat yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian R.M Noroyono di Purwodadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas jasa memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Diantara ketiga variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian, variabel kualitas jasa memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Asih purwanto (2008) tentang Pengaruh kualitas produk, promosi dan desain terhadap keputusan pembelian kendaraan bermotor Yamaha mio. Diantara ketiga variable penelitian variable kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, artinya jika kualitas produk semakin tinggi maka akan mempengaruhi tingginya keputusan pembelian. Hal ini didukung oleh koefisien regresi kualitas produk sebesar 0,368 serta uji signifikansi parsial (uji t) yang menghasilkan nilai t hitung sebesar 4,713. Zuliani, (2005) meneliti tentang pengaruh lokasi dan harga terhadap keputusan berbelanja di mini market sarinah swalayan ngalian semarang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: ada pengaruh lokasi dan

19

harga terhadap keputusan berbelanja di minimarket SARINAH Swalayan Ngaliyan Semarang.


M. Rizal gazali (2010) meneliti tentang Analisis pengaruh lokasi, promosi dan kualitas layanan terhadap keputusan membeli (warnet /warung internet) XYZ. Variable lokasi merupakan variable yang paling berpengaruh, dengan koefisien regresi sebesar 0,294 promosi 0,318 dan kualitas layanan 0,299. Lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

2.5

Kerangka Konseptual Kualitas Produk (X1) lokasi (X2)

Keputusan Pembelian (Y1)

2.6

Hipotesis Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tersebut serta kerangka

konseptual, maka dalam penelitian ini diusulkan hipotesis sebagai berikut : H1 = Kualitas Produk (X1) berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pembelian. H2 = Lokasi (X2) berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pembelian.

20

Anda mungkin juga menyukai