Anda di halaman 1dari 40

INDUSTRI

B A B VIII I N D U S T R I A. PENDAHULUAN Pembangunan sektor industri dalam Repelita V, seperti yang diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), memegang peranan strategis dalam upaya meletakkan landasan pembangunan yang kokoh bagi tahap pembangunan jangka panjang selanjutnya. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan sektor industri dalam Repelita V harus mampu pula menjadi penggerak bagi pertumbuhan sektor ekonomi lainnya dan peranannya dalam perekonomian nasional semakin meningkat sehingga dapat mewujudkan struktur ekonomi yang semakin seimbang, yaitu struktur yang sektor industrinya maju dan didukung oleh sektor pertanian yang tangguh. Selanjutnya GBHN menggariskan pula bahwa proses industrialisasi harus mampu mendorong berkembangnya industri sebagai penggerak utama peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja baru, penyediaan barang dan jasa, peningkatan ekspor dan penghematan devisa. Sebagai penggerak pembangunan, industrialisasi selain harus mampu mendorong pembangunan sektor-sektor lainnya juga harus mampu menunjang pembangunan daerah dan sekaligus mampu berfungsi sebagai wahana pengembangan dan penguasaan teknologi dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Sejalan dengan arah dan tujuan tersebut, maka kebijaksanaan pembangunan sektor industri yang ditempuh adalah untuk

VIII/3

mendorong tumbuh dan berkembangnya industri-industri yang efisien dengan sejauh mungkin memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia, sehingga mampu menghasilkan produk-produk yang berdaya saing kuat, baik dari segi mutu maupun harga produknya. Kesemuanya itu diharapkan dapat meningkatkan ekspor hasil industri, menyediakan barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan rakyat banyak, menghasilkan bahan baku dan barang modal yang diperlukan dalam rangka mendorong pengembangan sektor industri dan sektor ekonomi lain -nya, serta meningkatkan nilai tambah yang diperoleh rakyat. Sehubungan dengan kebijaksanaan pokok tersebut di atas, dalam tahun ketiga Repelita V tetap ditempuh dan dimantapkan langkah-langkah prioritas untuk mengembangkan sektor industri, yang meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. Pengembangan industri yang berorientasi ekspor sebagai penggerak utama laju pertumbuhan ekonomi; Penguatan dan pendalaman struktur industri nasional guna meningkatkan nilai tambah hasil industri; Pengembangan industri kecil termasuk kerajinan rakyat dalam upaya menciptakan lapangan usaha serta perluasan kesempatan kerja; Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian, perikanan dan kehutanan dalam rangka pemanfaatan seoptimal mungkin potensi sumber daya nasional; Peningkatan kemampuan penguasaan teknologi yang diarah -kan pada pengembangan inovasi dalam proses produksi dan teknologi produk, peningkatan efisiensi dan produktivi -tas, serta penguasaan teknologi rancang bangun dan perekayasaan industri; Pengembangan kewirausahaan dan profesionalisme tenaga industri yang mencakup aspek kualitas maupun kuantitas.

6.

Pelaksanaan berbagai langkah prioritas tersebut tetap diupayakan agar selalu seimbang dan selaras antara yang satu dan yang lain sehingga sinerginya akan memantapkan proses industrialisasi yang optimal. Pembangunan prasarana dan pengembangan sumber daya manusia terus ditingkatkan, demikian pula kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi secara terus menerus dikembangkan dan dimantapkan, guna memacu kreativitas serta upaya-upaya peningkatan kegiatan dunia usaha sebagai pelaku utama dalam pengembangan sektor industri. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa pada akhir Repelita V nanti kesiapan sektor industri telah cukup kokoh untuk melaksanakan ,pembangunan industri pada tahap-tahap selanjutnya. VIII/4

B. PERKEMBANGAN INDUSIRI Industrialisasi dalam pembangunan ekonomi jangka panjang yang telah berlangsung sampai dengan tahun ketiga Repelita V telah berhasil membawa banyak perubahan yang positif dalam upaya pencapaian tujuan Pembangunan Nasional. Perkembangannya secara bertahap berlangsung sesuai dengan arah yang diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara. Dalam masa tiga tahun pertama Repelita V sektor industri mencapai perkembangan yang dapat digambarkan sebagai di bawah ini. 1. Perkembangan Industri Sebagai Keseluruhan Pertumbuhan sektor industri, termasuk industri pengolahan migas, pada tahun 1991 tercatat sebesar 9,8% dihitung atas dasar harga konstan tahun 1983. Meskipun angka pertumbuhan tersebut melambat bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor industri pada tahun 1990, sebesar 12,2%, sumbangan sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB) tetap meningkat, yaitu dari sebesar 20,3% pada tahun 1990 menjadi 21,3% pada tahun 1991. Laju pertumbuhan industri non migas yang tercatat sebesar 10,6% pada tahun 1991 juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhannya, sekitar 13,0%, pada tahun 1990. Sejalan dengan pertumbuhan tersebut, maka sumbangan industri non migas dalam PDB juga meningkat menjadi 17,0% pada tahun 1991 dari sebesar 16,1% pada tahun 1990. Hasil perkembangan yang dicapai juga telah mampu mendorong tumbuhnya industri-industri tersier, misalnya industri jasa enjinering dan jasa pemeliharaan, dan berkembangnya sektor jasa lainnya. Dengan demikian pembangunan sektor industri sekaligus juga semakin menunjang penciptaan lapangan kerja serta peningkatan dan pemerataan pendapatan. Produk baru yang mulai dapat dihasilkan dalam tahun 1991/92 antara lain adalah hidrogen peroksida yang digunakan sebagai bahan pemutih pulp dan kertas, dan ammonium nitrat yang digunakan sebagai salah satu bahan baku atau penolong untuk pembuatan bahan peledak, pupuk dan pestisida. Tumbuhnya industri baru ini telah semakin memperkokoh struktur industri kelompok industri kimia dasar. Perkembangan produksi sektor industri kita telah mencapai tahap yang memungkinkan bangsa kita makin mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama bahan baku, produk antara dan barang modal, dan makin mampu meningkatkan jumlah dan jenis produk yang dapat memasuki pasaran ekspor. Selain itu perkembangan yang terjadi juga menghasilkan struktur industri yang

VIII/5

semakin kokoh dengan semakin terjalinnya keterkaitan industri dalam negeri baik secara vertikal maupun horizontal. Beberapa jenis industri menunjukkan kenaikan produksi lebih dari 30,0% pada tahun 1991/92, misalnya industri kotak karton, vinyl chloride monomer (VCM), ethylene dichloride (EDC), benzene, paraxylene, sodium tripoly phosphate (STPP), traktor tangan, mesin penumbuk padi, road/vibro roller, wheel loader, sentral telepon, integrated circuit, pesawat telepon dan tuner. Ditinjau dari nilai produksi sektor industri pada tahun 1991, maka sumbangan kelompok aneka industri pada tahun 1991 tetap menonjol, yaitu lebih dari 50,0%. Sementara itu kemampuan industri penghasil barang-barang modal secara bertahap juga terus meningkat, termasuk industri peralatan pabrik seperti: boiler, heat exchanger, distiller, bejana tekan dan lainnya. Di antara berbagai jenis industri ini ada yang telah berhasil memproduksi atas karya rekayasa sendiri. Sebagai hasil dari kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi, industri-industri yang berorientasi ekspor menjelang akhir Repelita IV dan selama tiga tahun pertama Repelita V berkembang pesat sejalan dengan meningkatnya kemampuan industri untuk menghasilkan berbagai produk yang memiliki daya saing kuat. Ekspor hasil industri menunjukkan pertumbuhan yang cukup mantap, meskipun menghadapi berbagai kendala, seperti kelesuan perekonomian dunia, terjadinya perubahanperubahan yang masih tak menentu di dunia dan semakin ketatnya persaingan dalam perdagangan internasional yang diikuti pula dengan meningkatnya persyaratan mutu. Pada tahun 1991 nilai ekspor hasil industri tercatat sebesar US$ 15,4 miliar, yang berarti meningkat sebesar 27,1% dari ekspor hasil industri pada tahun 1990 yang bernilai sebesar US$ 12,1 miliar. Kenaikan nilai ekspor tersebut telah meningkatkan peranan ekspor hasil industri dalam keseluruhan ekspor nasional, yaitu menjadi 52,8% pada tahun 1991 dibandingkan dengan peranannya yang tercatat sebesar 47,2% pada tahun 1990. Perkembangan ini secara bertahap telah berhasil mengurangi ketergantungan pendapatan devisa yang berasal dari ekspor migas. Sementara itu kelompok aneka industri masih merupakan penyumbang terbesar dalam keseluruhan ekspor hasil industri tahun 1991, dengan nilai ekspornya sebesar US$ 10,9 miliar atau dengan kontribusi relatif sebesar 70,7%. Beberapa komoditi yang menunjukkan kenaikan nilai ekspor sekitar 40,0% atau lebih antara lain adalah tekstil dan pakaian jadi, sepatu karet dan kulit, pulp dan kertas, beberapa produk hasil industri elektronika dan VIII/6

petrokimia, serta mebel dan komponen mebel. Ekspor hasil in -dustri kecil pada tahun 1991, yang berjumlah US$ 1.438,1 juta, meningkat cukup tinggi, yaitu sebesar 24,4%, dibandingkan dengan ekspornya pada tahun 1990 yang bernilai US$ 1.156,3 juta. Pada tahun 1991 rencana investasi di sektor industri yang telah mendapatkan persetujuan berjumlah Rp 22.021 miliar dan US$ 2.273 juta, masih cukup besar walaupun menunjukkan penurunan dibandingkan dengan rencana investasi pada tahun 1990 yang berjumlah Rp 42.250 miliar dan US$ 4.366 juta. Peranan investasi nasional (PMDN dan non PMA/PMDN) masih tetap menonjol pada tahun 1991, yaitu sekitar 83,2%, meskipun biaya modal masih cukup tinggi. Sementara itu tampak bahwa walaupun Pulau Jawa masih menjadi pilihan lokasi industri yang menarik bagi investor, dalam tiga tahun terakhir ada kecenderungan peningkatan investasi di luar Jawa. Apabila pada tahun 1989 baru sekitar 23,5% dari seluruh, perusahaan yang telah mendapat persetujuan investasi akan berlokasi di luar Pulau Jawa, maka pada tahun 1991 angka tersebut telah meningkat menjadi sekitar 32,1%. Sejalan dengan perkembangan produksi dan investasinya maka dalam tahun 1991 sektor industri juga mampu menyerap tenaga kerja baru sekitar 664 ribu orang. Dengan tambahan tenaga kerja tersebut berarti sektor industri telah mampu menyerap tenaga kerja baru sebanyak kurang lebih 2.068 ribu orang dalam tiga tahun terakhir. Program pengembangan industri kecil yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan serta memperluas usaha industri kecil terus dilaksanakan, yaitu melalui bimbingan teknis dan pelatihan di sentra-sentra industri. Jumlah sentra industri yang telah dibina sampai dengan tahun 1991/92 ada sebanyak 7.117 sentra, dengan lokasi tersebar di seluruh Tanah Air. Di samping bimbingan teknis dalam aspek teknologi produksi, pemasaran dan manajemen lainnya, pengembangan industri kecil juga ditempuh melalui penerapan kemitraan usaha antara perusahaan besar dan pengusaha kecil dalam bentuk pola hubungan Bapak dan Anak Angkat. Sejak dicanangkan Gerakan Nasional Bapak dan Anak Angkat pada awal tahun 1991, maka sampai dengan tahun 1991/92 telah dikukuhkan kerja sama antara sekitar 7.500 Bapak Angkat dan 37.700 mitra usaha industri kecil. Perkembangan penguasaan teknologi industri, yang meliputi teknologi manufaktur dan teknologi produk, tetap menunjukkan kemajuan yang berarti, meskipun pelaksanaannya bertahap karena VIII/7

mencakup spektrum teknologi yang luas. Peranan teknologi sebagai salah satu faktor penentu daya saing, yang tercermin dalam bentuk kinerja atau mutu produk yang dihasilkan, akan semakin panting di masa mendatang terutama berhubungan dengan lingkungan kompetisi yang semakin ketat. Penguasaannya ditempuh antara lain melalui adaptasi teknologi serta penelitian dan pengembangan terapan. Kedua cara penguasaan ini telah semakin meluas dilakukan oleh balai-balai litbang industri Pemerintah dan swasta. Khusus dalam rangka menunjang pengembangan industri kecil, balai-balai litbang Departemen Perindustrian telah berhasil melaksanakan pembuatan berbagai prototip peralatan yang sesuai dengan kebutuhan industri kecil, antara lain berupa peralatan pengolah hasil pertanian, industri kulit, industri logam dan mesin serta kerajinan. Kemampuan penguasaan teknologi itu mencakup pula rancang bangun dan perekayasaan industri, dan bahkan dalam perkembangannya beberapa perusahaan telah mampu mengekspor jasanya antara lain untuk pembangunan pabrik pupuk, pabrik kertas dan pabrik aluminium fluorida. Program standardisasi industri, yang ditujukan untuk peningkatan mutu produk dan efisiensi industri, pada tahun 1991/92 terus dilanjutkan serta ditingkatkan dengan kegiatan pokok berupa penyusunan konsep standar industri beserta penerapannya. Konsep standar industri yang telah disusun pada tahun 1991/92 berjumlah 225 standar, di antaranya termasuk 200 standar produk enjinering. Dengan demikian dalam tiga tahun terakhir telah dapat disusun sebanyak 600 konsep standar, termasuk di antaranya sebanyak 465 konsep standar produk enjinering. Sejalan dengan hasil tersebut, jumlah standar industri yang telah ditetapkan sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI) pada tahun 1991/92 adalah sebanyak 200 SNI. Sampai dengan tahun 1991/92 secara kumulatif standar industri yang telah ditetapkan sebagai SNI adalah sebanyak 2.931 SNI, sedangkan posisi pada akhir Repelita IV adalah sebanyak 2.345 SNI. Selain itu dalam tiga tahun terakhir telah dirintis dan dikembangkan pula sistem jaringan kalibrasi dan pengujian produk-produk industri enjinering. Di samping itu telah dirintis pula kegiatan persiapan pembentukan sistem jaringan akreditasi dan sertifikasinya. Kegiatan tersebut perlu terus ditingkatkan mengingat dalam perkembangan terakhir ternyata standar produk oleh beberapa negara bukan hanya digunakan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produk hasil industri, melainkan digunakan pula sebagai instrumen proteksi (hambatan non tarif). Dalam hubungan ini telah ditempuh VIII/8

langkah-langkah untuk mengadopsi seri International Standards Organization 9000 (ISO 9000) menjadi SNI 9000 di samping langkah-langkah untuk meningkatkan mutu produk secara luas. Standar ISO 9000 merupakan suatu serf standar yang memuat persyaratan sistem manajemen mutu yang harus diterapkan oleh suatu perusahaan. Masyarakat Ekonomi Eropa telah mensyaratkan bahwa mulai awal tahun 1993 produk-produk yang masuk ke dalam wilayahnya harus memenuhi ketentuan ISO 9000. Untuk menunjang pemasyarakatan dan implementasi ISO 9000 di sektor industri telah dilakukan kegiatan promosi dan pelatihan tenaga asesor sistem mutu. 2. Perkembangan Industri Menurut Kelompok Industri a. Industri Mesin, Logam Dasar dan Elektronika Barang modal merupakan salah satu faktor produksi yang kian penting peranannya, baik kualitatif maupun kuantitatif, dalam perkembangan kegiatan produksi dan jasa di berbagai sektor ekonomi. Oleh karena itu kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika, sebagai penghasil utama barang modal, secara terus menerus diupayakan pengembangannya. Untuk itu kebijaksanaan yang ditempuh senantiasa diarahkan pada penciptaan iklim usaha dan investasi industri yang kondusif agar dapat mendorong pertumbuhan industri-industri baru dan mengembangkan industri barang modal yang berdaya saing kuat. Berkembangnya kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika tidak saja akan mengurangi ketergantungan impor barang modal tetapi juga akan memperluas produk-produk hasil industri kita yang mampu memasuki pasaran ekspor. Untuk itu langkah-langkah peningkatan penguasaan teknologi manufaktur dan teknologi produk tetap dilanjutkan di berbagai jenis industri yang termasuk dalam kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika. Perkembangan dalam penguasaan teknologi manufaktur sampai tahun ketiga Repelita V dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori: (1) telah dikuasai dengan baik, seperti teknologi perakitan dan teknologi metal joining; (2) telah cukup dikuasai, antara lain teknologi die casting, metal forming dan metal cutting; dan (3) masih perlu ditingkatkan penguasaannya, seperti halnya teknologi cor, tempa dan tool making. Di bidang teknologi produk yang masih perlu ditingkatkan terutama adalah penguasaan dalam desain produk, teknologi pemakaian bahan dan komponen, dan teknologi kontrol. Secara keseluruhan kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika dalam tahun 1991/92 mengalami perkembangan VIII/19

yang positif meskipun terdapat beberapa jenis industri yang menunjukkan penurunan produksi. Mengingat produk yang dihasilkan sebagian besar berupa barang modal, misalnya mesin pabrik, kendaraan bermotor, pesawat terbang dan kapal, maka perkembangan produksi kelompok industri ini masih ditentukan oleh perkembangan permintaan dalam negeri yang masih terbatas, sedangkan kemampuan untuk memasuki pasaran ekspor masih perlu ditingkatkan terus. Ditinjau dari perkembangan nilai produksinya sampai dengan tahun 1991, peranan cabang industri logam dasar dan cabang industri kendaraan bermotor dalam kelompok industri ini masih sangat menonjol. Perkembangan produksi beberapa jenis industri yang termasuk dalam kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1991/92 tampak seperti dalam Tabel VIII-1. Meskipun sebagian besar hasil produksi kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika masih berorientasi pada pasar dalam negeri, dalam tiga tahun terakhir jumlah produk dan nilai ekspor hasilnya menunjukkan perkembangan yang meningkat. Apabila pada tahun 1988 nilai ekspor hasil industri kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika baru sebesar US$ 717,7 juta, pada tahun 1991 nilai tersebut mencapai US$ 1.062,2 juta, atau 29,7% lebih tinggi dari nilai ekspornya tahun 1990. Pada tahun 1991 cabang industri logam dasar masih menjadi sumber utama dalam ekspor hasil kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika meskipun, sebagai akibat meningkatnya kebutuhan dalam negeri, nilai ekspornya menurun dalam dua tahun terakhir. Dalam pada itu peranan cabang industri elektronika dalam ekspor hasil kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika meningkat. Apabila pada tahun 1988 sumbangan cabang industri elektronika baru sekitar 4,0% maka pada tahun 1991 peranannya telah meningkat menjadi 26,4%. Di samping itu ekspor hasil cabang industri kapal dan cabang industri permesinan masing-masing mencapai US$ 95,8 juta dan US$ 81,4 juta, atau masing-masing meningkat sebesar 66,4% dan 65,2% dari nilai ekspornya tahun 1990. Pada tahun 1991 persetujuan yang dikeluarkan dalam rangka rencana investasi di kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika tercatat sebesar Rp 2.812,5 miliar, menurun sekitar 26,6% bila dibandingkan dengan persetujuan rencana investasi pada tahun 1990 yang berjumlah Rp 3.831,9 miliar. Penurunan ini terjadi sebagai akibat masih tingginya biaya modal sedangkan beberapa cabang industri dalam kelompok ini memerlukan investasi dalam jumlah besar. Selain itu juga terdapat VIII/10

TABEL VIII - 1 PRODUKSI INDUSTRI MESIN, LOGAM DASAR DAN ELEKTRONIKA, 1988/89 - 1991/92

Repelita V Jenis Barang Satuan 1988/89 1989/90 1990/91


1)

1991/92

2)

I.

INDUSTRI MESIN PERKAKAS unit unit unit unit unit unit unit unit 19,0 177,0 24,0 36,0 30,0 170,0 40,0 80,0 30,0 110,0 27,0 60,0 24,0 50,0 60,0 45,0 33,0 180,0 41,0 67,0 20,0 78,0 276,0 48,0 45,0 200,0 40,0 70,0 22,0 100,0 285,0 60,0

Mesin Bubut Mesin Bor Mesin Freis Mesin Gerinda Rata Mesin Gerinda Meja Mesin Gergaji Mesin Tekuk Mesin Potong II. INDUSTRI MESIN DAN PERALATAN PPRTANIAN

Traktor Tangan Traktor Mini Traktor Besar Mesin penumbuk Padi Mesin Perontok Padi Polisher Rice Milling Unit Pompa Irigasi III. INDUSIRI ALAT-AIAT BERAT/KONSTRUKSI Mesin Pemecah Batu (stone crusher) Plate Compactor Asphalt Sprayer Asphalt Mixing Plant Road/Vibro Roller Wheel Loader Motor Grader Excavator Buldozer Forklift Mesin Pengaduk Baton (beton molen) Kran Pengangkat (Crane)/Alat Derek IV. INDUSIRI MESIN LISTRIK

unit unit unit unit unit unit unit unit

2.490,0 14,0 188,0 830,0 500,0 150,0 400,0 10.800,0

5.533,0 14,0 51,0 1.263,0 826,0 362,0 301,0 6.728,0

6.330,0 20,0 200,0 1.337,0 909,0 665,0 468,0 7.973,0

8.500,0 15,0 409,0 2.000,0 1.200,0 750,0 550,0 9.000,0

unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit ton

26,0 14,0 60,0 2,0 46,0 154,0 61,0 366,0 475,0 513,0 406,0 120,0

18,0 8,0 25,0 3,0 10,0 150,0 108,0 632,0 449,0 425,0 532,0 60,0

43,0 8,0 70,0 5,0 50,0 187,0 135,0 428,0 643,0 1.248,0 616,0 81,0

20,0 4,0 35,0 4,0 97,0 265,0 156,0 421,0 711,0 803,0 310,0 45,0

Transformator Tenaga Panel Listrik Tegangan Rendah 8 Tinggi Welding Generator kWh Meter M.C.B. (Pemutus Arus) Transformator Distribusi Generator Listrik Motor Listrik

buah bush buah ribu bush ribu buah buah buah buah

65,0 10.160,0 2.610,0 1.433,3 1.857,7 15.850,0 6.570,0 24.780,0

12,0 6.468,0 526,0 1.310,0 1.700,0 13.755,0 7.580,0 23.000,0

21,0 7.870,0 787,0 1.759,7 3.075,2 15.208,0 8.265,0 26.240,0

20,0 8.000,0 800,0 2.000,0 3.400,0 16.000,0 7.700,0 22.084,0

VIII/11

Lanjutan Tabel VIII - 1

Repelita V Janis Barang Satuan 1988/89 1989/90 1990/91


1)

1991/92 2)

V.

INOUSTRI ELEKTRONIKA line unit buah bush buah buah buah buah buah into unit ribu buah buah buah ribu buah ribu buah ribu buah ribu buah ribu buah ribu buah ribu buah 148.850,0 2.610,0 10,0 48,0 28.900,0 13,0 1.850,0 129,0 41,2 115,9 146,0 7.869,0 1.535,9 521,9 444,8 136,4 154,4 18.240,0 2.975,2 169.021,0 4.688,0 10,0 50,0 27.721,0 20,0 4.916,0 129,0 59,8 68,7 871,0 12.238,0 2.338,6 796,6 536,9 136,4 1) 234,4 22.800,0 4,549,0 205.960,0 5.750,0 10,0 69,0 37.554,0 29,0 6.256,0 138,0 26,0 223,0 1,196,0 30.000,0 3.091,7 1.082,0 692,5 167,9 684,9 48,700,0 13.000,0 365.673,0 5.165,0 25,0 38,0 33.725,0 5.615,0 176,0 49,9 581,1 1.041,0 37.000,0 3.246,3 1.010,5 1.467,4 149,9 1.097,8 54.198,0 11.903,0

Sentral Telepon don PABX HF - SSB Radio Broadcast Radio Transmitter PCM/Multiplex Stasiun Bumi Kecil VHF/UHF Single Chanel TV Relays Station Integrated Circuit Pesawat Telepon Radio Mobil Komputer Mikro Radio/Radio Cassette Televisi Radio/Casette Recorder Mobil Amplifier Tuner Loudspeaker Resistor VI. KENDARAAN BERMOTOR Kendaraan Bermotor Roda empat Sepeda Motor Komponen Kendaraan: - Shock Absorber - Radiator - Exhaust System - Filter Element - Piston - Piston Ring - Busi - Mesin Diesel - Mesin - Cabin - Chasis - Axle - Propeller Shaft - Rear Body - Brake System - Wheel Rim - Fuel Tank - Leaf Spring - Seat 1 Seat Frame - Clutch System - Transmisi - Steering System Bensin

ribu buah ribu buah ribu buah ribu buah ribu buah ribu set ribu buah ribu buah ribu buah ribu unit ribu unit ribu unit ribu unit ribu unit ribu unit ribu unit ribu unit ribu buah ribu buah ton ribu set ribu set ribu set ribu set

166,7 259,9 756,6 143,8 233,6 2.988,6 718,1 2.725,5 22.971,9 47,8 19,6 115,0 122,3 120,3 120,3 48,2 291,9 695,7 135,3 18.990,0 380,5 119,6 126,4 158,0

174,8 281,0 1.202,3 170,6 311,5 3.558,6 570,0 3.010,3 27.195,7 35,9 156,6 128,2 183,0 138,2 138,2 53,0 273,2 759,8 143,7 22.217,0 244,4 129,5 146,8 133,8

271,4 410,0 1.491,2 244,0 225,7 4.216,7 627,8 3.664,3 30.806,0 45,9 136,7 138,7 235,6 196,0 196,0 66,9 319,6 995,6 157,2 25.280,0 199,7 144,8 209,4 153,6

260,5 435,5 1.550,9 256,2 239,3 4.554,0 609,5 3.957,5 33.886,5 50,0 160,0 136,0 231,0 192,2 192,2 65,6 313,4 1.015,5 161,9 25.533,0 207,6 141,9 205,3 150,6

VIII/12

Lanjutan 'Babel VIII 1

1. 2.

Angka diperbaiki Angka sementara

VIII/13

keterbatasan dalam prasarana, terutama tenaga listrik. Dalam pada itu investasi dalam cabang industri elektronika dan cabang industri perkapalan justru menunjukkan kenaikan. Secara keseluruhan realisasi investasi di kelompok industri ini pada tahun 1991 meningkat sebesar 47,5% dibandingkan dengan tahun 1990 yang berjumlah Rp 3.061,8 miliar, menjadi Rp 4.517,5 miliar. Penyerapan tenaga kerja di kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika semakin bertambah. Pada tahun 1990 tenaga kerja baru yang tercatat di kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika berjumlah 31,9 ribu orang. Pada tahun 1991 tenaga kerja di kelompok industri ini bertambah lagi dengan sekitar 50,8 ribu orang. Lebih dari 50,0% tambahan tenaga kerja tersebut bekerja di industri elektronika. Dalam tiga tahun terakhir tambahan tenaga kerja dalam kelompok industri ini telah mencapai sebanyak kurang lebih 105,7 ribu orang. (1) Cabang Industri Mesin Perkakas

Produksi cabang industri mesin perkakas dalam tahun 1991/92 umumnya mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 1990/91, kecuali produksi mesin freis. Produksi beberapa jenis industri mesin perkakas meningkat lebih dari 25,0%, misalnya industri mesin bubut, mesin gergaji dan mesin potong, sedangkan produksi mesin perkakas lainnya meningkat antara 3,3-11,1%. Produksi mesin bubut, mesin gerinda rata dan mesin tekuk setiap tahunnya selalu menunjukkan kenaikan sejak tahun 1989/90 sampai dengan tahun 1991/92. Walaupun demikian daya saing cabang industri mesin perkakas sampai saat ini masih lemah dan karenanya penguasaan teknologi perekayasaan dalam cabang industri ini diusahakan terus ditingkatkan. (2) Cabang Industri Mesin dan Peralatan Pertanian

Perkembangan produksi cabang industri mesin dan peralatan pertanian dalam dua tahun terakhir secara keseluruhan menunjukkan kenaikan, kecuali produksi traktor mini yang pada tahun 1991/92 mengalami penurunan produksi sekitar 25,0% dibandingkan produksi tahun sebelumnya. Produksi traktor besar pada tahun 1991/92 mencapai 409 unit atau meningkat 104,5% dari tahun sebelumnya. Sementara itu pada tahun-tahun tersebut produksi traktor tangan, mesin penumbuk padi dan mesin perontok padi meningkat berturut-turut lebih rendah dari 15,0% dan lebih dari 30,0%, sedangkan produksi mesin dan peralatan lainnya meningkat antara 12,8-17,5%. Perkembangan produksi ini VIII/14

diikuti pula dengan meningkatnya penguasaan rekayasa dan teknologi manufaktur. Hasil yang telah dicapai tersebut akan makin menunjang pertumbuhan sektor pertanian dalam Repelita V. (3) Cabang Industri Alat-alat Berat dan Konstruksi

Produksi sebagian besar jenis industri dalam cabang industri alat berat dan konstruksi berfluktuasi selama tahuntahun 1988/89 sampai dengan tahun 1991/92. Namun demikian produksi beberapa jenis industri, seperti industri wheel loader, motor grader dan buldozer, selama kurun waktu tersebut menunjukkan kecenderungan meningkat. Pola permintaan dengan pasaran yang relatif terbatas, di samping ciri barang modal yang memiliki umur teknis panjang, nampak sangat berpengaruh terhadap perkembangan produksi cabang industri ini. Upayaupaya peningkatan penguasaan perekayasaan terus dilakukan agar cabang industri ini dapat berkembang dengan mantap, sehingga makin mampu bersaing dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri dan makin mampu pula menembus pasaran ekspor. Meskipun masih dalam jumlah yang relatif kecil, beberapa produk sudah dapat diekspor, seperti asphalt mixing plant, asphalt sprayer, wheel loader, buldozer, forklift dan komponen alat-alat berat. Pada tahun 1991/92 produksi cabang industri alat-alat berat dan konstruksi yang mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan produksinya pada tahun 1990/91 adalah road dan vibro roller, wheel loader, motor grader dan buldozer, yaitu masing-masing meningkat sebesar 94,0%, 41,7%, 15,6% dan 10,6%. Jenis-jenis industri lainnya pada tahun 1991/92 menunjukkan penurunan produksi. Penurunan produksi lebih dari 40,0% terjadi pada jenis-jenis industri, seperti: mesin pemecah batu, plate compactor, asphalt sprayer, beton molen, dan kran pengangkat atau alat derek. (4) Cabang Industri Mesin Listrik

Hasil produksi cabang industri mesin dan peralatan listrik sebagian besar ditujukan untuk menunjang program pembangunan tenaga listrik. Perkembangan produksi cabang industri ini pada tahun 1991/92 umumnya menunjukkan kenaikan yang melambat bila dibandingkan dengan kenaikan produksi tahun 1990/91. Produksi kWh meter dan MCB (pemutus arus) pada tahun 1991/92 masing-masing meningkat sebesar 13,7% dan 10,6% bila dibandingkan dengan produksi tahun 1990/91, sedangkan produksi generator las, transformator distribusi, dan panel listrik tegangan rendah dan tinggi menunjukkan kenaikan yang berkisar antara 1,7%-5,2%. Sementara itu produksi motor listrik tahun 1991/92 menurun sekitar 15,8% bila dibandingkan produksi tahun VIII/15

sebelumnya, sedangkan produksi transformator tenaga dan generator listrik mengalami sedikit penurunan. Langkah-langkah peningkatan daya saing serta kemampuan perekayasaan terus dilanjutkan. Beberapa produk seperti transformator, generator, motor listrik dan komponennya telah dapat memasuki pasaran ekspor dan menunjukkan kecenderungan yang meningkat meskipun masih dalam jumlah yang relatif kecil. (5) Cabang Industri Elektronika

Jenis industri yang telah berkembang dalam cabang industri elektronika meliputi antara lain industri elektronika konsumsi, industri alat komunikasi, industri alat pengolah data serta industri komponen dan subperakitan. Produksi pesawat telepon dan tuner meningkat sangat pesat dalam dua tahun terakhir ini. Kedua jenis industri tersebut pada tahun 1991/92 produksinya meningkat masing-masing sebesar 160,6% dan 60,3% bila dibandingkan dengan produksi pada tahun 1990/91. Kenaikan produksi yang tinggi pada tahun 1991/92 juga terjadi dalam industri sentral telepon, radio broadcast, integrated circuit dan radio dan casette recorder mobil, yaitu masing-masing sebesar 77,5%, 150,0%, 91,9% dan 111,9%. Jenis industri lainnya, seperti yang menghasilkan stasiun pemancar TV, komputer mikro, radio serta radio casette dan loudspeaker, produksinya pada tahun 1991/92 meningkat antara 5,0-27,5%. Sementara itu produksi radio transmitter pada tahun 1991/92 menurun cukup tajam, yaitu sekitar 44,9% bila dibandingkan dengan produksi tahun 1990/91. Produksi beberapa produk lainnya menurun antara 6,6-16,0%, yaitu produksi FIFSSB, PCM/multiplex, VHF/UHF single channel, radio mobil, televisi, amplifier dan resistor. Penguasaan teknologi dalam cabang industri elektronika juga terus meningkat dari tahun ke tahun, antara lain dalam pengembangan komponen hybrid untuk peralatan telekomunikasi, beberapa subsistem untuk transmisi satelit komunikasi, sentral telepon digital dengan kapasitas sampai dengan 1.000 satuan sambungan, dan alat-alat kontrol elektronik. (6) Cabang Industri Kendaraan Bermotor

Produksi cabang industri kendaraan bermotor, termasuk komponen kendaraan, dalam tahun 1991/92 umumnya tidak menun -jukkan perkembangan yang mencolok, bahkan dalam beberapa produk terjadi penurunan yang berkisar antara 2,0-4,0%. Produksi kendaraan roda dua tahun 1991/92 mencapai 435,5 ribu buah atau meningkat 6,2% dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun yang sama produksi kendaraan roda empat mengalami penurunan sebesar 4,0% dari produksi tahun 1990/91, yaitu sebanyak 271,4 ribu VIII/16

unit, produksi puncak yang pernah tercapai sampai sekarang. Sementara itu ekspor basil industri mesin dan komponen kendaraan bermotor menunjukkan kecenderungan yang meningkat, sedangkan kendaraan penumpang dan barang baru merintis pemasarannya di luar negeri. Kemampuan teknologi cabang industri ini makin berkembang, antara lain dalam desain body kendaraan, proses injeksi logam cair pada pembuatan peleg aluminium, desain jigs dan fixtures untuk perakitan kendaraan, desain mould dan dies untuk pembuatan komponen plastik pada kendaraan, desain kendaraan pengaduk semen, desain kendaraan pengangkut sampah, dan desain kendaraan semi trailer. (7) Cabang Industri Kereta Api

Produksi industri kereta api, yang terdiri dari pembuatan gerbong barang dan gerbong penumpang, dalam tahun 1991/92 mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Produksi gerbong barang dalam dua tahun terakhir, yang berjumlah 150 buah, merupakan pemenuhan atas pesanan luar negeri. Sementara itu produksi kereta penumpang pada tahun 1991/92 ditujukan untuk kebutuhan dalam negeri, berupa pengadaan kereta penumpang eksekutif dan ekonomi yang masingmasing sebanyak 9 unit. (8) Cabang Industri Pesawat Terbang

Produksi pesawat terbang pada tahun 1991/92 berjumlah 9 buah, terdiri dari 3 buah jenis NC-212 dan 6 buah jenis CN-235, sedangkan produksi pada tahun 1990/91 berjumlah 6 buah terdiri dari 1 buah jenis NC-212 dan 5 buah jenis CN-235. Pada saat ini sedang dilaksanakan pengembangan pesawat terbang jenis N-250 yang direncanakan memiliki kapasitas 250 tempat duduk. Produksi helikopter pada tahun 1991/92 sebanyak 12 buah, terdiri dari 2 buah jenis NAS-332, 5 buah jenis NBELL-412, dan 5 buah jenis NBO-105. Secara keseluruhan produksi helikopter menurun dibandingkan dengan produksi tahun 1990/91 yang berjumlah 14 buah, terdiri dari 1 buah jenis NAS-332, 3 buah jenis NBELL-412, dan 10 buah jenis NBO-105. Industri pesawat terbang juga memproduksi komponen mesin pesawat terbang dan komponen pesawat terbang lainnya yang hasilnya telah mampu memasuki pasaran ekspor. Di samping itu kemampuan industri jasa perawatan pesawat terbang mengalami perkembangan yang positif. (9) Cabang Industri Perkapalan

Hasil produksi dari cabang industri perkapalan meliputi pembangunan kapal baru, reparasi kapal, dan bangunan lepas

VIII/17

pantai. Secara bertahap kemampuan cabang industri perkapalan makin berkembang, baik dalam pembuatan kapal baru maupun dalam mereparasi kapal dengan ukuran yang semakin besar. Kemampuan rekayasa dan rancang bangun industri ini meningkat melalui program pembangunan kapal Caraka Jaya, dan pengembangan desain serta pembangunan kapal kayu berlaminasi untuk berbagai jenis dan ukuran. Dalam tahun 1991/92 ini sedang dilaksanakan pembangunan kapal Caraka Jaya II berukuran 3.500 ton, sebanyak 24 buah yang terdiri dari 12 buah kapal general cargo dan 12 buah kapal semicontainer. Industri perkapalan juga telah mendapat kepercayaan internasional dengan adanya pesanan dari Swedia untuk pembangunan kapal angkut trailer berukuran 18.900 GRT dan 2 kapal tanker berukuran 16.000 DWT, yang desainnya dikerjakan bersama oleh tenaga ahli dalam negeri dan tenaga ahli luar negeri. (10) Cabang Industri Mesin dan Peralatan Pabrik Cabang industri mesin dan peralatan pabrik dalam tiga tahun terakhir. berkembang mantap. Hasil produksi yang telah berkembang dapat dikelompokkan menjadi: (1) industri yang menghasilkan mesin dan peralatan pabrik pengolah basil perkebunan; (2) industri yang menghasilkan mesin dan peralatan standar, misalnya diesel non automotif dan mesin boiler; dan (3) industri konstruksi baja, termasuk tangki baja. Langkahlangkah pengembangan terus dilanjutkan terutama dalam membuat mesin dan peralatan pabrik untuk industri pengolahan hasil hutan, industri petrokimia dan industri pertambangan lainnya. Sementara itu penguasaan teknologi manufaktur telah berkembang, antara lain dalam pembuatan blok diesel menengah, coran crank case motor diesel 27 HP, dan mesin tekstil (loom, dobby dan mesin proses). Kemampuan perekayasaan mesin dan peralatan pabrik juga meningkat, antara lain dalam rekayasa mesin tea breaker, vibro roller pabrik teh, mesin pengolah minyak nilam, motor diesel 12 HP dan log carrier. Pada tahun 1991/92 hampir semua produksi dalam cabang industri mesin dan peralatan pabrik meningkat dibandingkan dengan produksi tahun 1990/91. Produksi boiler kecil dan konstruksi baja pada tahun 1991/92 meningkat sangat tajam, masing-masing sebesar 400,0% dan 228,0%, jika dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Beberapa jenis industri produksinya meningkat lebih dari 10,0% pada tahun 1991/92, seperti misalnya boiler besar naik 47,1%, tangki baja naik 20,0%, dan mesin dan peralatan pabrik gula naik sebesar 16,7%. Pada tahun yang sama produksi beberapa jenis industri mengalami kenaikan kurang dari 10,0%, antara lain adalah VIII/18

industri mesin dan peralatan pabrik teh, mesin dan peralatan pabrik karat, mesin dan peralatan pabrik kopi, mesin diesel non automotif dan blower. Industri mesin dan peralatan pabrik kelapa sawit menurun volume produksinya sebesar 6,3% dibandingkan produksi tahun 1990/91. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya permintaan akan mesin dan peralatan pabrik pengolahan kelapa sawit, yang antara lain merupakan akibat menurunnya investasi baru dalam industri minyak kelapa sawit. (11) Cabang Industri Logam dan Produk Dasar Sebagian besar produksi cabang industri logam dasar selama tahun-tahun 1989/90 sampai dengan tahun 1991/92 cenderung meningkat, meskipun produksi beberapa jenis produk logam dasar pada tahun 1991/92 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan produksi tahun 1990/91. Produk-produk dari industri baja yang meningkat produksinya pada tahun 1991/92 antara lain adalah: baja lembaran lapis seng naik sebesar 26,4%, baja lembaran lapis timah (tin plate) naik sebesar 17,8%, batang kawat naik sebesar 8,4%, slab baja naik sebesar 1,2%, dan billet baja naik sebesar 0,9%. Sedangkan produk-produk industri baja yang menurun produksinya pada tahun 1991/92 antara lain adalah: pipa las lurus turun sebesar 17,6%, besi spons turun sebesar 8,6%, dan baja lembaran canai panas turun sebesar 5,9%. Produk-produk logam dasar bukan baja yang pada tahun 1991/92 meningkat produksinya antara lain adalah aluminium ekstrusi dan batang tembaga yang masing-masing naik sebesar 10,3% dan sebesar 2,9%. Sedangkan produksi plat aluminium dan aluminium ingot pada tahun 1991/92 mengalami penurunan dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya, yaitu masing-masing sebesar 34,5% dan 15,0%. Penurunan produksi aluminium ingot pada tahun 1991/92 disebabkan oleh menurunnya permintaan pasar di luar negeri, sedangkan kebutuhan dalam negeri pada tahun itu telah terpenuhi. Penguasaan teknologi di cabang industri logam dasar yang dapat dicatat antara lain adalah: (1) teknologi manufaktur, berupa pembuatan baja profil berat dengan proses rolling, pembuatan roll untuk rolling mill, dan pembuatan billet baja karbon tinggi; (2) teknologi produk, dalam hal ini telah berhasil dikembangkan baja tahan karat segala cuaca (corten steel); dan (3) rancang bangun dan rekayasa dalam pembangunan pabrik profil berat.

VIII/19

b. Industri Kimia Dasar Kelompok industri kimia dasar telah berkembang terutama melalui upaya peningkatan kemampuan teknologi pengolahan sumber daya alam. Hasil upaya tersebut telah berdampak memperkuat dan memperdalam struktur industri dan mempermantap keterkaitan baik antar subsektor industri maupun antara sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya. Dalam tiga tahun pertama Repelita V pertumbuhan kelompok industri kimia dasar juga didukung oleh meningkatnya investasi. Pada tahun 1991 telah selesai dibangun sebanyak 23 proyek, yang terdiri dari 15 proyek pembangunan pabrik baru dan 8.proyek perluasan kapasitas produksi, dengan jumlah investasi sebesar Rp 704,4 miliar. Jenis komoditi yang dihasilkan dari proyek-proyek tersebut antara lain adalah: kertas tissue, kertas koran, kertas industri, formulasi pestisida, pupuk campuran dan alkyl benzene sulfonat. Dalam triwulan I tahun 1992, dapat diselesaikan pembangunan tiga pabrik baru, yaitu pabrik propylene, pabrik gas (oxigen, argon, nitrogen), dan pabrik furfural. Dua proyek pembangunan dalam rangka perluasan kapasitas pabrik telah pula diselesaikan, yaitu pabrik kertas industri dan industri gas (oxigen, argon, nitrogen). Nilai investasi lima proyek tersebut adalah Rp 715,9 miliar. Rencana penanaman modal asing (PMA) di kelompok industri kimia dasar yang telah mendapatkan persetujuan pada tahun 1991 mencapai nilai sebesar US$ 2.399,4 juta, meningkat sekitar 128,0% dibandingkan rencana investasi tahun 1990 yang bernilai US$ 1.052,6 juta. Sementara itu rencana penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada tahun 1991 bernilai sebesar Rp 8.949,1 miliar, menurun sebesar 31,3% dari PMDN yang disetujui pada tahun 1990. Dalam tiga tahun pertama Repelita V kelompok industri kimia dasar berhasil memproduksi beberapa komoditi baru yang umumnya merupakan bahan baku atau bahan, penolong bagi industri hilir dan bagi industri kimia dasar sendiri. Komoditi-komoditi tersebut antara lain adalah: carbon black, polyol, benzena, paraxylene, asam asetat, etil asetat, sodium tripoly phospate (STPP), hidrogen peroksida dan ammonium nitrat. Hidrogen peroksida, yang digunakan sebagai bahan pemutih pulp dan kertas, mulai diproduksi pada tahun 1991/1992. Demikian pula ammonium nitrat, yang digunakan sebagai salah satu bahan baku atau bahan penolong untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk, sudah dapat diproduksi pada tahun 1991/92. VIII/20

Nilai produksi kelompok industri kimia dasar selama tahun-tahun 1988 sampai dengan tahun 1991 secara keseluruhan meningkat. Nilai produksi tahun 1991 naik sebesar 17,2% dari tahun 1990, dan meningkat sebesar 83,51 bila dibandingkan dengan nilai produksi tahun 1988. Dalam kelompok industri ini nilai produksi semua cabang industri pada tahun 1991 meningkat, kecuali cabang industri agrokimia. Cabang industri kimia organik pada tahun 1991 mengalami kenaikan tertinggi, yaitu sebesar 26,9%, yang disusul oleh cabang industri selulosa dan karet, sebesar 23,3%, dan cabang industri anorganik, sebesar 17,9%. Sedangkan nilai produksi cabang industri agrokimia pada tahun 1991 menurun sebesar 3,6%, disebabkan terutama oleh turunnya produksi beberapa jenis pupuk antara 5,0-13,0%. Ekspor hasil kelompok industri kimia sampai dengan tahun ketiga Repelita V terus menunjukkan peningkatan. Nilai ekspornya, yang sebesar US$ 806,8 juta pada tahun 1989, meningkat menjadi US$ 870,0 juta pada tahun 1990 dan meningkat lagi menjadi US$ 1.114,7 juta pada tahun 1991. Kenaikan nilai ekspor basil kelompok industri ini pada tahun 1991 terutama berasal dari kenaikan ekspor cabang industri kimia organik sebesar 52,5%, cabang industri agrokimia sebesar 41,4%, dan cabang industri selulosa dan karet sekitar 28,8%. Sementara itu ekspor hasil cabang industri kimia anorganik menurun sebesar 36,1% dari nilai ekspor pada tahun sebelumnya. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh adanya kebijaksanaan pembatasan ekspor semen, mengingat produksi semen lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pengutamaan basil produksi kelompok industri kimia dasar bagi pemenuhan konsumsi dalam negeri menyebabkan peranan ekspor kelompok ini dalam ekspor basil industri relatif masih kecil. Pada tahun 1991 peranannya dalam nilai ekspor hasil industri keseluruhan adalah sebesar 7,2%. Beberapa komoditi yang menunjukkan kenaikan ekspor cukup tinggi pada tahun 1991, antara lain adalah kertas budaya, kertas industri, kertas tissue, pupuk urea, pupuk fosfat, methanol, monosodium glutamat, citric acid dan bahan surfactan. Perkembangan produksi beberapa komoditi yang termasuk dalam kelompok industri kimia dasar dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1991/92 tampak seperti dalam Tabel VIII-2. (1) Cabang Industri Agrokimia Pada umumnya produksi cabang industri agrokimia pada tahun 1991/92 menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan produksi tahun 1990/91, kecuali produksi amoniak lebih dan bahan aktif pestisida. Pada tahun 1991/92 produksi beberapa VIII/21

TABEL VIII - 2 PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR, 1988/89 - 1991/92

VIII/22

Sambungan Tabel VIII - 2

1) 2)

Angka diperbaiki Angka sementara GRAFIK VIII 1 PERKEMBANGAN PRODUKSI PUPUK, 1988/89 1991/92

VIII/23

jenis pupuk menurun antara 5,0-13,0%. Penurunan ini disebabkan oleh sedang dilaksanakannya program rehabilitasi dan optimasi pabrik oleh beberapa pabrik pupuk. Pembangunan pabrik baru amoniak dengan kapasitas 445.000 ton per tahun dan urea dengan kapasitas 460.000 ton per tahun di Gresik sedang dilaksanakan dan diharapkan mulai beroperasi dalam tahun 1993. Produksi bahan aktif pestisida dalam dua tahun terakhir menunjukkan kenaikan, setelah mengalami penurunan produksi sejak dikeluarkannya Inpres No. 3/1986, yaitu masing-masing sebesar 21,4% pada tahun 1990/91 dan 64,7% pada tahun 1991/92. Sebagian besar tambahan produksi pestisida ini ditujukan untuk ekspor. Jumlah amoniak lebih yang diproduksi pada tahun 1990/91 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 1989/90, namun pada tahun 1991/92 kembali meningkat sebesar 9,4% dari yang tercatat pada tahun 1990/91. Amoniak lebih yang jumlahnya berfluktuasi dari tahun ke tahun disebabkan karena produksi amoniak tersebut terutama digunakan sebagai bahan baku industri pupuk. Kelebihan produksi amoniak ini diarahkan untuk ekspor. (2) Cabang Industri Selulosa dan Karet

Produksi cabang industri selulosa dan karet selama tiga tahun pertama Repelita V berkembang cukup mantap. Namun demikian beberapa komoditi dalam cabang industri ini menunjukkan tingkat kenaikan produksi yang mengecil dalam kurun waktu tersebut. Produksi pulp, sebagai bahan baku industri kertas, sejak tahun 1989/90 meningkat terus. Pada tahun 1989/90 produksi industri pulp berjumlah 211,3 ribu ton atau naik sebesar 103,7% dari produksi tahun 1988/89 sebesar 103,7 ribu ton. Pada tahun 1990/91 produksi meningkat sebesar 78,3% dari tahun sebelumnya menjadi 376,7 ribu ton. Sedangkan pada tahun 1991/92 produksi pulp meningkat hanya sebesar 18,0% menjadi 444,4 ribu ton. Industri ban sepeda selama tiga tahun Repelita V juga menunjukkan kecenderungan produksi yang meningkat, meskipun persentase kenaikannya cenderung menurun, yaitu berturut-turut produksinya meningkat sebesar 33,3%, 20,6% dan 8,4%. Sementara itu produksi ban sepeda motor pada tahun 1991/92 mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan dengan produksi tahun 1990/91. (3) Cabang Industri Kimia Organik

Sampai dengan tahun ketiga Repelita V, cabang industri kimia organik pada umumnya menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Namun demikian pada tahun 1991/92 terdapat beberapa jenis komoditi yang mengalami penurunan produksi cukup besar. bila dibandingkan dengan produksi tahun VIII/24

1990/91. Penurunan tersebut terjadi misalnya dalam produksi bahan kimia tekstil, pure terephthalic acid (PTA), methanol, resin perekat, resin sintetis, serta kalsium sitrat dan asam sitrat, yang masing-masing menurun sebesar 43,6%, 31,2%, 29,3%, 22,3%, 21,8% dan 18,7%. Untuk dua komoditi tersebut terakhir, meskipun produksinya menurun pada tahun 1991/92, volume produksi yang tercatat pada tahun tersebut masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan volume produksi tahun 1989/90. Sebaliknya, komoditi heavy alkylate, yang selama tiga tahun terakhir menunjukkan kenaikan produksi, volume produksinya pada tahun 1991/92 masih lebih rendah dari volume produksi yang pernah dicapai pada tahun 1988/89. Beberapa komoditi, seperti bahan peledak, pigmen, poly propylene, asam asetat dan benzene, mengalami kenaikan produksi antara 20,0-70%,0. Beberapa komoditi baru, seperti carbon black, benzene dan paraxylene yang mulai dihasilkan pada tahun 1990/91, menunjukkan peningkatan produksi yang pesat pada tahun 1991/92 sehingga volume produksi ketiga jenis industri baru tersebut telah mendekati kapasitas terpasangnya. (4) Cabang Industri Kimia Anorganik Produksi cabang industri kimia anorganik dalam tiga tahun terakhir berkembang semakin mantap. Pada tahun 1991/92 telah dihasilkan komoditi baru hidrogen peroksida dan ammonium nitrat dengan volume produksi masing-masing sebesar 11,6 ribu ton dan 13,8 ribu ton. Komoditi sodium tripoly phosphate (STPP), yang mulai diproduksi pada tahun 1990/91, volume produksinya pada tahun 1991/92 telah mendekati kapasitas terpasangnya. Produksi beberapa komoditi, seperti zat asam, asam arang dan dry ice, acetylene, nitrogen, argon dan hidrogen, pada tahun 1991/92 menunjukkan kenaikan sekitar 15,0% dibandingkan produksi tahun sebelumnya. Kenaikan lebih tinggi dari 15,0% pada tahun 1991/92 terjadi dalam produksi asam chlorida dan sodium sulfat, yaitu masing-masing sebesar 19,7% dan 31,5%. Produksi komoditi lainnya, yang meningkat antara 1,0-12,0%, antara lain adalah semen portland, kaca lembaran, seng oksida, sodium silikat, seng chlorida, kalsium karbonat, gypsum, nitrous oksida dan garam. Sementara itu produksi soda kostik pada tahun 1991/92 menurun sebesar 10,3% dibandingkan produksi tahun 1990/91. c. Aneka Industri Kelompok aneka industri umumnya terdiri dari industriindustri hilir dan sebagian besar produknya berupa barang konsumsi. Kelompok industri ini sampai dengan tahun 1991/92 VIII/25

terus tumbuh dan berkembang dengan mantap, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil-hasil yang telah dicapai dalam perkembangan kelompok aneka industri, antara lain:

(a)

Kebutuhan rakyat banyak akan barang-barang pokok dapat disediakan dalam jumlah yang memadai dan dengan harga yang wajar;

(b) Produk-produk yang dihasilkan meningkat daya saingnya dan semakin beraneka ragam, terutama yang memanfaatkan potensi sumber daya alam; (c) Industri-industri substitusi impor semakin berkembang menjadi industri-industri yang berorientasi ekspor, dan selanjutnya berperan besar dalam meningkatnya ekspor non migas serta dalam memacu pertumbuhan sektor industri; Secara bertahap pertumbuhan kelompok ini semakin menjalin keterkaitan yang erat baik antara industri hulu dan industri hilir maupun antara sektor industri dan sektor ekonomi lainnya;

(d)

(e)

Peranannya dalam penciptaan dan perluasan lapangan kerja juga semakin meningkat.

Perkembangan kelompok aneka industri yang cukup mantap dalam tiga tahun terakhir ini terutama didukung oleh pesatnya pertumbuhan cabang industri tekstil, cabang industri kimia, dan cabang industri bahan bangunan dan umum. Pada tahun 1991/92 sumbangan kelompok aneka industri dalam keseluruhan nilai produksi sektor industri meningkat menjadi 57,3% dari sebesar 52,6% pada tahun 1990/91. Hal ini dimungkinkan karena meluasnya pasar, baik pasar di dalam negeri maupun ekspor, serta meningkatnya kemampuan kelompok aneka industri menghasilkan produk-produk yang kompetitif. Sementara itu peranan nilai produksi dari cabang industri bahan bangunan dan umum, cabang industri tekstil dan cabang industri pangan masih tetap menonjol dalam keseluruhan hasil produksi kelompok aneka industri. Beberapa produk menunjukkan kenaikan produksi rata-rata lebih dari 20,0% setiap tahunnya dalam tiga tahun terakhir, seperti: (a) susu bubuk dan rokok putih dalam cabang industri pangan; (b) zat pewarna tekstil dalam cabang industri tekstil; (c) glycerol dan glicerin, sepatu karat dan kanvas, cat dan dempul, dan kotak karton dalam cabang industri kimia; (d) kamera, lampu pijar dan lampu TL serta lemari es dalam cabang industri alat listrik dan logam; dan (e) mebel, wood working, VIII/26

tiang listrik dari beton, serta pintu dan jendela dalam cabang industri bahan bangunan dan umum. Namun beberapa produk produksinya cenderung menurun, sebagaimana terlihat pada susu cair, mesin jahit dan pita video kosong. Perkembangan produksi kelompok aneka industri dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1990/91 dapat dilihat pada Tabel VIII-3. Sejalan dengan peningkatan produksi, nilai ekspor hasil kelompok aneka industri juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Realisasi ekspor pada tahun 1991/92, yang berjumlah US$ 10.883,9 juta, mengalami kenaikan sebesar 28,0% jika dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 1990/91 yang sebesar US$ 8.501,5 juta. Kontribusi kelompok aneka industri dalam keseluruhan nilai ekspor hasil industri meningkat terus dalam tiga tahun terakhir ini, yaitu berturut-turut sebesar 66,1% pada tahun 1989, 70,2% pada tahun 1990, dan 70,7% pada tahun 1991. Apabila dilihat dari peranan ekspor setiap cabang industri dalam kelompok aneka industri, maka nilai ekspor cabang industri bahan bangunan dan umum pada tahun 1991 menunjukkan peranan terbesar, yaitu 44,4%, diikuti oleh cabang industri tekstil sebesar 29,5% dan cabang industri kimia sekitar 16,0%. Peranan ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan industri kayu lapis dalam kelompok aneka industri pada tahun 1991 masih tetap menonjol, yaitu masing-masing sebesar 28,5% dan 26,6%. Peranan kedua jenis industri tersebut dalam keseluruhan ekspor hasil industri pada tahun 1991 cukup besar, yaitu masing-masing sebesar 20,2% dan 18,9%. Sementara itu produksi dan ekspor beberapa komoditi juga berkembang pesat, misalnya mebel dan komponen mebel, benang tenun, barang-barang logam, dan barang-barang keramik. Berdasarkan persetujuan investasi yang telah diberikan, baik dalam rangka PMA maupun PMDN, tampak rencana investasi di kelompok aneka industri pada tahun 1991 menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rencana investasi pada tahun 1991 bernilai sebesar US$ 884,1 juta dan Rp 9.106 miliar, sedangkan rencana investasi yang tercatat pada tahun 1990 adalah sebesar US$ 1.136,5 juta dan Rp 16.762 miliar. Sementara itu realisasi investasi kelompok aneka industri pada tahun 1990 mencapai Rp 6.001,8 miliar, sedangkan pada tahun 1991 realisasinya berjumlah Rp 5.370,3 miliar, atau menurun sebesar 10,5%. Terjadinya penurunan ini antara lain disebabkan oleh cukup tingginya biaya modal sebagai dampak kebijaksanaan uang ketat, di samping masih dijumpainya keterbatasan prasarana, khususnya tenaga listrik.

VIII/27

TABEL

VIII 3

PRODUKSI ANEKA INDUSTRI, 1988/89 1991/92

VIII/28

Sambungan Tabel VIII 3

VIII/29

Sambungan tabel VII-3

1) 2) 3) 4) 5)

Angka diperbaiki Angka sementara Termasuk shorting Termasuk rajut Termasuk produksi industri kecil

VIII/30

Penyerapan tenaga kerja oleh kelompok aneka industri pada tahun 1991 tampak dipengaruhi oleh penurunan investasi. Apabila pada tahun 1990 kelompok aneka industri mampu menyerap tenaga kerja baru sebanyak 566,8 ribu orang, maka pada tahun 1991 tenaga kerja baru yang dapat diserap adalah sebanyak 422,8 ribu orang, atau menurun sebesar 25,0%. Namun pada tahun 1991 penyerapan tenaga kerja barn di cabang industri pangan menunjukkan kenaikan. Secara keseluruhan tenaga kerja baru yang terserap oleh kelompok aneka industri dalam tiga tahun terakhir mencapai 1.264,7 ribu orang. (1) Cabang Industri Pangan

Beberapa produk cabang industri pangan mengalami kenaikan produksi yang pada tahun 1991/92 relatif tinggi, bila dibandingkan dengan produksi tahun 1990/91. Kenaikan tersebut antara lain terlihat dalam produksi pemanis buatan, margarine (termasuk shortening), susu kental manis dan minyak goreng kelapa, yang produksinya masing-masing naik sebesar 16,7%, 14,1%, 11,1% dan 10,2%. Produksi beberapa komoditi meningkat kurang dari 10,0%, misalnya rokok putih, ikan dalam kaleng dan makanan ternak. Sementara itu beberapa produk mengalami penurunan produksi pada tahun 1991/92, seperti susu cair sebesar 11,6%, dan rokok kretek sebesar 0,8%. Rokok kretek, yang sampai saat ini merupakan salah satu penyumbang cukai terbesar, produksinya menurun, antara lain sebagai akibat adanya peringatan Pemerintah yang tercantum pada setiap bungkus rokok bahwa "merokok bisa merugikan kesehatan" dan adanya perubahan sistem tata niaga cengkeh. (2) Cabang Industri Tekstil Pada umumnya cabang industri tekstil mengalami kenaikan produksi yang mantap pada tahun 1991/92. Produksi industri serat staple, yang terdiri dari polyester dan rayon viscose, meningkat sebesar 21,2%, sedang produksi industri benang tenun, yang terdiri dari benang pintal, benang filamen polyester dan nylon, meningkat sebesar 15,9%. Sementara itu produksi industri tekstil lembaran, zat pewarna tekstil dan pakaian jadi meningkat lebih kecil dari 10,0%. Dalam pada itu struktur industri tekstil diharapkan berkembang semakin kokoh di masa mendatang, apabila pembangunan industri petrokimia hulu yang akan menghasilkan bahan baku untuk pembuatan serat sintetis telah dapat diselesaikan.

VIII/31

(3)

Cabang Industri Kimia

Sebagian besar produksi komoditi dalam cabang industri kimia pada tahun 1991/92 menunjukkan kenaikan. Produksi glicerol dan glicerin, sebagai basil pengolahan lanjut kelapa sawit, pada tahun 1991/92 meningkat sebesar 217,3% bila dibandingkan dengan produksi tahun 1990/91. Beberapa komoditi menunjukkan kenaikan produksi antara 10,0-30,0%, antara lain kotak karton, sabun cuci, tapal gigi, pipa dan fitting PVC, cat dan dempul, sepatu karet dan kanvas, tinta cetak, pita video kosong, kulit imitasi, kertas diazo, kantong plastik dan fatty acid. Sementara itu produksi komoditi lainnya, seperti jaring ikan, slat suntik, pita kaset kosong, benang plastik, crumb rubber, korek api dan sabun mandi, pada tahun 1991/92 menunjukkan kenaikan di bawah 10,0%. Perkembangan produksi komoditi yang meningkat tersebut didukung oleh tumbuhnya berbagai industri baru yang memanfaatkan peluang pasar, baik pasar dalam negeri maupun ekspor. (4) Cabang Industri Alat Listrik dan Logam

Pada tahun 1991/92 hampir seluruh jenis industri dalam cabang industri alat listrik dan logam produksinya meningkat dibandingkan dengan produksi tahun 1990/91. Jenis-jenis industri yang mengalami peningkatan produksi cukup tinggi adalah industri lampu pijar dan lampu TL, naik sebesar 28,0%, dan industri lemari es, naik sebesar 22,0%. Jenis industri lainnya yang mengalami kenaikan produksi antara 10,0-20,0%, antara lain adalah industri accu, sepeda, alat pendingin, kipas angin dan kabel listrik. Sementara itu produksi beberapa jenis industri meningkat di bawah 10,0%, seperti halnya industri kipas angin, kaleng kemas dan kamera. Produksi mesin jahit pada tahun 1991/92 masih mengalami penurunan seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan masyarakat yang meningkat pendapatannya untuk membeli pakaian jadi daripada membuat pakaian sendiri. Di samping itu, industri pakaian jadi yang berkembang juga lebih cenderung menggunakan mesin jahit serba guna daripada mesin jahit standar. (5) Cabang Industri Bahan Bangunan dan Umum

Cabang industri bahan bangunan dan umum pada tahun 1991/92 masih berperan sebagai penyumbang terbesar dalam pertumbuhan produksi dan ekspor basil industri. Beberapa jenis industri dalam cabang ini produksinya pada tahun 1991/92 menunjukkan kenaikan yang cukup mantap jika dibandingkan dengan produksi tahun 1990/91. Hasil produksi industri sepatu VIII/32

kulit meningkat sebesar 29,8%, industri pintu dan jendela kayu naik sebesar 26,9%, industri mebel naik sebesar 22,9%, dan industri decorative plywood naik sebesar 21,1%. Sementara itu produksi beberapa jenis industri mengalami kenaikan antara 10,0-20,0%, misalnya industri particle board naik sebesar 19,8%, industri rotan olahan naik sebesar 18,0%, industri tiang listrik beton naik sebesar 14,8%, industri marmer naik sebesar 13,2%, dan industri wood working naik sebesar 11,7%. Jenis-jenis, industri lainnya mengalami peningkatan produksi lebih kecil dari 10,0%, seperti industri sanitair dan industri gelas serta botol. Namun produksi industri kayu gergajian pada tahun 1991/92 menurun sebesar 3,6% dari produksi tahun sebelumnya. d. Industri Kecil Kelompok industri kecil telah berperan besar dalam perluasan lapangan kerja baru, kesempatan berusaha dan pemerataan pendapatan. Hal ini berarti bahwa perkembangan industri kecil kian menjadi bagian yang penting dalam pencapaian tujuan Pembangunan Nasional. Dalam pada itu partisipasi dan dukungan berbagai instansi Pemerintah, perusahaan swasta besar dan dunia perbankan terhadap pengembangan industri kecil terus meningkat. Bahkan untuk lebih mendorong pertumbuhan usaha kecil, saat ini sedang disusun rancangan undang-undang tentang perlindungan bagi usaha kecil dan menengah. Dalam tahun ketiga Repelita V pengembangan industri kecil terus dilanjutkan melalui bimbingan usaha dan pelatihan keterampilan bagi pengusaha dan pengrajin industri kecil. Bidang-bidang yang digarap meliputi aspek teknologi produksi, manajemen sederhana dan pemasaran. Selain itu pemasyarakatan dan penerapan gugus kendali mutu (GKM) terus dilaksanakan untuk meningkatkan mutu produk. Bimbingan dan pelatihan tersebut dilakukan melalui sentra-sentra industri, baik sentra lama maupun baru. Pada tahun ketiga Repelita V telah berkembang 7.117.sentra industri, yang berarti naik 7,0% dari tahun kedua Repelita V ketika sentra produksinya berjumlah 6.092 sentra industri. Pembinaan melalui sentra-sentra industri tersebut telah berhasil meningkatkan nilai produksi, nilai ekspor dan jumlah tenaga kerja yang diserap industri kecil. Di samping itu juga berhasil menumbuhkan unit usaha dan wirausahawan baru. Selama tiga tahun terakhir jumlah unit usaha industri kecil selalu meningkat. Apabila pada tahun 1989 usaha industri

VIII/33

kecil berjumlah 1.819 ribu unit, maka jumlah tersebut meningkat menjadi 1.878 ribu unit pada tahun 1990, dan 1.935 ribu unit pada tahun 1991. Ditinjau menurut subsektornya, sebagian besar industri kecil berusaha di industri pangan, industri sandang dan kulit, dan industri pengolahan kayu. Jumlah unit usaha dalam subsektor industri jasa perorangan meningkat lebih pesat, yaitu sebesar 9,4% dalam tahun 1990 dan 8,7% dalam tahun 1991. Menurut persebaran unit usaha, sebagian besar unit usaha industri kecil masih terdapat di Pulau Jawa. Namun selama tiga tahun terakhir pertumbuhan unit usaha baru di luar Pulau Jawa meningkat cukup pesat. Usaha industri kecil di luar Pulau Jawa yang pada tahun 1989.berjumlah 497,5 ribu unit, telah meningkat menjadi 538,7 ribu unit pada tahun 1990 dan 567,8 ribu unit pada tahun 1991. Persentase unit usaha industri kecil di luar pulau Jawa, terhadap jumlah seluruh unit usaha industri kecil, telah meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 27,3% pada tahun 1989 menjadi 28,7% pada tahun 1990 dan 29,3% pada tahun 1991. Jumlah tenaga kerja baru yang dapat diserap oleh industri kecil selama tiga tahun terakhir cukup besar. Secara keseluruhan sampai dengan tahun 1991 jumlah tenaga kerja di kelompok industri kecil telah mencapai lebih dari6,3 juta orang. Pada tahun 1989 tercatat sebanyak 237,7 ribu tenaga kerja baru yang dapat diserap dan pada tahun 1990 jumlah itu meningkat menjadi 240,9 ribu orang. Namun pada tahun 1991 tambahan tenaga kerja baru yang tercatat menurun menjadi sebanyak 185,9 ribu orang, yang berarti berkurang sebesar 22,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagian besar tenaga kerja tersebut bekerja di subsektor industri pangan dan subsektor industri pengolahan kayu. Sampai dengan tahun ketiga Repelita V pengembangan industri kecil yang ditempuh melalui program keterkaitan Pola Bapak Angkat terus dilanjutkan. Jumlah badan usaha milik negara (BUMN) yang berperan aktif sebagai Bapak Angkat dalam pembinaan industri kecil terus meningkat. Bila semula hanya terbatas pada BUMN di lingkungan Departemen Perindustrian, saat ini telah berpartisipasi pula BUMN dari lingkungan instansi lainnya. Untuk lebih menunjang keberhasilan program tersebut pada tahun 1989 dikeluarkan surat keputusan Menteri Keuangan RI No. 1232/KMK.013/1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui Badan Usaha Milik Negara. Surat Keputusan tersebut menetapkan perlunya pencadangan dana sebesar 1%-5% dari laba bersih BUMN setiap tahunnya untuk pembinaan industri kecil. Peranan sektor swasta se-

VIII/34

bagai Bapak Angkat dalam pembinaan industri kecil juga semakin meningkat, terutama sejak dicanangkannya Gerakan Nasional Keterkaitan Bapak Angkat dan Anak Angkat pada awal tahun 1991. Sampai dengan tahun 1991/92 telah dilaksanakan penandatanganan kerja sama antara sekitar 7.500 perusahaan besar sebagai Bapak Angkat dan 37.700 mitra usaha industri kecil sebagai Anak Angkat. Penghargaan Upakarti diberikan kepada Badan Usaha dan perorangan yang berhasil membina pengembangan industri kecil. Pada tahun 1991 telah diberikan 114 penghargaan Upakarti yang meliputi 70 jasa pengabdian dan 44 jasa kepeloporan. Dengan demikian sejak tahun 1985 sampai dengan tahun 1991 secara keseluruhan telah diberikan sebanyak 415 penghargaan Upakarti, yang terdiri dari 184 jasa pengabdian dan 231 jasa kepeloporan. Unit pelayanan teknis (UPT) sebagai sarana penunjang pembinaan dan pengembangan bagi industri kecil secara terusmenerus ditingkatkan daya gunanya. Fungsi UPT antara lain memberikan pelayanan dalam proses produksi, bantuan promosi pemasaran, penyediaan informasi teknologi dan desain, dan pelatihan. Sampai dengan tahun 1991 telah beroperasi sebanyak 128 UPT yang tersebar di 22 propinsi dan umumnya berlokasi di sekitar sentra-sentra industri kecil. Dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen industri kecil, maka pemasyarakatan koperasi di sentra-sentra industri terus ditingkatkan. Pembinaan koperasi ini dilaksanakan seca ra terpadu sesuai dengan Surat Keputusan Bersama No. 04/SKB/M/ XII/1987, 343/M/SK/12/1987, Kep.1834/Men/1987 pada bulan Desember 1987 antara Menteri Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri Tenaga Kerja, yaitu tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi. Industri Kecil termasuk Kerajinan (KOPINKRA). Sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama tersebut sampai dengan tahun 1991 telah dibentuk dan dibina sebanyak 1.165 KOPINKRA yang tersebar di daerah. Perkembangan nilai ekspor hasil industri kecil selama tiga tahun terakhir menunjukkan kecenderungan kenaikan yang semakin besar. Nilai ekspor pada tahun 1989, yang tercatat sebesar US$ 1.020,0 juta, meningkat dengan 13,3% menjadi US$ 1.156,0 juta pada tahun 1990. Sedangkan pada tahun 1991 nilai ekspor industri kecil tersebut tercatat sebesar US$ 1.438,0 juta, yang berarti meningkat sebesar 24,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagian besar nilai ekspor industri kecil berasal

VIII/35

TABEL VIII - 4

VIII/36
No. Cabang Industri Volume (ribu ton) 1988 1. Pangan 2. Sandang dan Kulit 3. Kimia dan bahan Bangunan 4. Anoka Kerajinan dan Umum 550,2 25,4 101,7 25,1 Jumlah 702,4 1) Angka Sementara

VOLUME DAN NILAI EKPSOR KOMODITI INDUSIRI KECIL, 1988 - 1991 Repelita V 1989 Volume (ribu ton) Nilai (ribu US$) Volume (ribu ton) 1990 Nilai (ribu US$) Volume (ribu ton) 1991
1)

Nilai (ribu US$)

Nilai (ribu (TS$)

100.942,3 254.410,5 96.801,2 503.843,3

895,1 32,2 107,0 44,8

117.850,3 385.668,7. 56.836,2 459.634,4

755,5 42,0 144,3

157.104,0 616.997,8 79.631,5 302.333,2

557,5 56,7 208,7 82,0

160.166,0 853.054,5 83.789,0 341.148,0

61,7

955.997,3

1.079,1,

1.019.989,6

1.003,5

1.156.066,5

904,9

1.438.157,5

dari cabang industri sandang dan kulit dan cabang industri aneka kerajinan dan umum. Perkembangan volume dan nilai ekspor kelompok industri kecil dapat dilihat dalam Tabel VIII-4. Guna mengatasi masalah pemasaran hasil industri kecil, baik pemasaran di dalam negeri maupun dalam rangka memperluas pasaran ekspor, telah dilaksanakan langkah-langkah pengembangan terpadu melalui kerja sama pembinaan antara Departemen Perindustrian (Direktorat Jenderal Industri Kecil) dan Departemen Perdagangan (Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Badan Pengembangan Ekspor Nasional). Sedangkan untuk mengatasi masalah permodalan, kepada pengusaha dan pengrajin industri kecil diberikan bimbingan teknis perbankan. Selain itu, dunia perbankan juga ikut mendukung pengembangan usaha kecil dengan dilaksanakannya surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 22/81/KEP/DIR tanggal 29 Januari 1990 tentang Penyempurnaan Sistem Perkreditan. Dalam hubungan ini setiap bank harus menyediakan 20% dari portofolio kreditnya untuk disalurkan kepada usaha kecil dalam bentuk Kredit Usaha Kecil (KUK).

VIII/37

Anda mungkin juga menyukai