Anda di halaman 1dari 7

TAKE HOME EXAMINATION

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (2014)


(REEBOK NFL REPLICA JERSEYS: A CASE FOR
POSTPONEMENT)

Nama : M. Shabur Rihardani


NIM

: 1109035015

Prodi : Teknik Industri


Soal:
1. Given The uncertainty associated with player demand, How should Reebok approach
inventory planning for NFL replica jerseys?
2. What should Reeboks goal be? Should Reebok minimize inventory at the end of the
season? or maximize profits? can Reebok achieve both? What service level should
Reebok provide to its customers?
*

Section 2.2.2 berkaitan dengan risk pooling strategy

3. Are the models in section 2.2.2 helpful here?* What is the cost of underage for a
dressed jerseys? What is the cost of overage of dreseed jersey? How might Reebok
decide between dressed jerseys and blank jersey?
4. Using the forecast for the New England Patriots, what is the optimal quantity to
order for each player? For blank jerseys? What profit do you expect for Reebok?
How much and what type of inventory is expected to be leftover at the end of the
season? What service level?

Jawaban:
1) Dalam mengatur perencanaan persediaan (inventory management) jersey untuk
NFL, Reebok memanfaatkan dan memaksimalkan metode peramalan terhadap tim
ataupun pemain mengingat ketidak pastian tersebut, sehingga dapat memprediksi
terjadinya

kesalahan

dan

dapat

mengurangi

terjadinya

kesalahan

yang

mengakibatkan kerugian yang besar. Reebok sendiri menyiapkan kurang lebih


1.728 jersey untuk setiap pemain dan juga menyediakan jersey tanpa nomor
punggung dan nama pemain. Reebok juga menyediakan jersey polos tanpa nama
dan nomor selama luar musim. Hal in bertujuan untuk memenuhi permintaan yang
mendesak untuk pemain bintang yang mengubah tim. Disamping itu, Reebok juga
menyediakan tempat sablon jersey di DC, Amerika, serta bekerjasama dengan
perusahaan

atau

pabrik

konveksi

lokal

untuk

mengantisipasi

adanya

defisit/kekurangan produksi. Dan hanya dengan menggunakan jersey polos, Reebok


mampu menyediakan produk ke pengecer pada waktu yang tepat. Disamping itu,
terdapat beberapa identifikasi masalah lainnya, seperti, pemain yang musim lalu
bersinar, tapi ketika di musim baru kurang bersinar di tim barunya, kemudian
pemain yang tampil bagus pada musim sebelumnya, tidak bermain sebagus musim
sebelumnya. Untuk mengatasinya, bisa memberikan diskon diakhir musim untuk
jersey pemain dan tim yang sudah tidak bertanding lagi, serta melakukan kerjasama
dengan pabrik konveksi local untuk mengantisipasi adanya kekurangan produksi
saat permintaan meningkat.
2) Reebok mempunyai sebuah Goal atau tujuan yaitu Reebok mampu menyediakan
produk yang berkualitas dengan tepat waktu dalam jumlah yang tepat pula. Atau
dalam bahasa Inggris should be to provide quality products at the right time at the
right quantity. Reebok juga dapat melakukan kedua tujuan itu, yaitu
meminimalkan persediaan diakhir musim serta memaksimalkan keuntungan,
dimana dalam memaksimalkan keuntungan Reebok harus meminimalkan inventory
di akhir musim dengan melakukan akurasi peramalan yang tepat untuk mengurangi
inventory cost, serta meminimalisir beberapa resiko yang akan dihadapi dalam
pemasaran jersey diakhir musim.
Dari hasil peramalan yang akurat ini bisa mengefisiensikan beberapa biaya,
diantaranya biaya simpan dan biaya persediaan yang mana pada goalnya akan
meningkatkan profit untuk Reebok.
Reebok harus melakukan pelayanan tingkat tinggi kepada konsumen, serta Reebok
juga harus mampu memenuhi permintaan jersey dari tepat waktu kepada konsumen

dengan tetap menjaga kualitas produk jersey serta memberikan fasiltas tambahan
berupa menyiapkan tempat sablon jersey kepada konsumen, walaupun diketahui
adanya uncertainty demand dari konsumen.
3) Untuk kasus Reebok ini Model Risk Pooling Strategy yang digunakan, menurut
saya akan sangat membantu, karena model tersebut membantu dalam menilai
situasi permintan jersey Reebok selama musim panas dan hot-market. Namun
mereka juga menghadapi situasi permintaan tertentu selama awal tahun JanuariFebruari dan menawarkan diskon 20% pada pesanan tahunan. Pengembangan
peramalan yang dilakukan Reebok berdasarkan beberapa hal, yaitu:
a. Pada penjualan masa lampau,
b. Pesan dimuka,
c. Perkiraan informasi.
d. Performa tim dan pemain, dan
e. Marketing,

Untuk perhitungan Underage dan overagenya dapat dilihat dibawah ini:


Diketahui:
a. Biaya untuk jersey polos

: $ 9,5

b. Biaya untuk jersey yang sudah tersablon

: $ 10,9

c. Nilai sisa

:$7

d. Harga jual grosir

: $ 24

Untuk biaya apabila tidak memiliki persediaan yang cukup (underage):


Underage = Harga Jual Grosir - Biaya jersey yang sudah tersablon
= $ 24 - $ 10,9
= $13,10
Untuk biaya apabila memiliki persediaan yang terlalu banyak (overage):
Overage = Biaya jersey yang tersablon - Nilai sisa
= $ 10,9 - $ 7
= $ 3,90
Dengan adanya masalah mengenai ketidakpastian pemain seperti transfer pemain
dan pemain yang kemungkinan bisa menjadi bintang, maka Reebok dihadapkan
oleh 2 pilihan yng harus diambil, yaitu memilih antara jersey polos atau yang sudah
tersablon. Jersey yang telah disabon (Dressed Jersey) ini diproduksi berdasarkan

permintaan dan harus memenuhi minimum order dari 1.728 unit untuk setiap
pemain, sementara jersey polos (Blank Jersey) diproduksi untuk memenuhi kondisi
permintaan yang tidak pasti berdasarkan peramalan mereka. Dan menurut saya,
yang seharusnya dipilih Reebok adalah jersey polos (Blank Jersey). Mengapa harus
memilih Blank Jersey? Karena menurut saya, dengan memproduksi jersey polos
terlebih dahulu Reebok bisa melakukan peramalan terkait masalah ketidakpastian
tersebut, dan sambil menunggu saat yang tepat melakukan penyablonan (Blank
Jersey) sesuai kondisi permintaan tim ataupun pemain yang sedang menjadi bintang
di musim yang sedang dijalankan (musim tersebut). Dan solusi lain, yaitu
penambahan beberapa tempat penyablonan mungkin bisa dilakukan di beberapa
tempat selain di DC.
4) Model pendekatan Risk Polling Strategy dapat digunakan untuk menyelesaikan
kasus peramalan untuk New England Patriots, dan untuk data yang diketahui adalah
sebagai berikut:
a. Overage for blank

: $ 1,05

b. Underage for blank

: $ 12,10

c. SL-Blank jersey

: $ 0,92

d. Overage for dressed

: $ 3,90

e. Cost to decorate

: $ 1,40

f. Underage for dressed

: $ 1,96

g. SL-Dressed jersey

: $ 0,33

Untuk peramalan New England Patriots, perhitungan dilakukan dengan


menggunakan Excel, yang ikut terlampir.

Demand
Forecast

Mean

Expected
Sold

Expected
Undsold

Expected
Unmet
Demand

Expected Profit

Brady, Tom, #12


Law, TY, #24
Brown, Troy, #80
Vinatieri, Adam,
#04
Bruschi, Tedy, #
54
Smith, Antowain,
#32
Other players
Total

30.763
10.569
8.159

28.918
9.935
7.670

12.100
4.157
3.209

1.845
634
489

331.639,91
113.938,53
87.960,29

7.270

6.689

3.813

581

72.752,55

5.526

5.084

2.898

442

55.297,88

2.118

1.949

1.111

169

21.194,28

23.275

22.898
$83.143

15.129
$42.416

377
$4.537

224.946,33
$907.730

Untuk yang pertama, perhitungan dilakukan menggunakan normal strategy.


Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil expected sold sebesar $ 83.143 ,expected
undsold sebesar $ 42.416 , expected unmet demand sebesar $ 4.537 dan expected
profit sebesar $ 907.730. Dapat kita lihat, bahwa menggunakan normal strategy,
profit yang didapat sebesar $ 907.730.

Demand
Forecast

3.063
1.052
812

Expected
Unmet
Demand
0
0
0

$273.490,22
$93.960,21
$72.539,68

4.442

965

$54.429,29

4.110

3.376

734

$41.368,51

1.575

1.294

281

$15.855,24

59.809
$ 110.884

43.097
$ 87.264

16.713
$ 23.620

416
$ 416

$499.390,29
$1.051.033

Q Optimal

Expected
Sold

Expected
Unsold

24.852
8.538
6.591

21.789
7.486
5.779

5.407

Brady, Tom, #12


Law, TY, #24
Brown, Troy, #80
Vinatieri, Adam,
#04
Bruschi, Tedy, #
54
Smith, Antowain,
#32
Expected Demand
for blank
Total

Berdasarkan

Profit

perhitungan diatas menggunakan model risk polling strategy

didapatkan hasil expected sold sebesar $ 87.264 , expected undsold sebesar


$23.620, expected unmet demand sebesar $ 416, dan expected profit sebesar
$1.051.033.

Dari kedua hasil perhitungan diatas, menggunakan model normal strategy dan risk
polling strategy, dapat kita simpulkan bahwa lebih baik menggunakan model rik

polling strategy, karena keuntungan yang didapatkan meningkat sebesar 14%,


daripada menggunakan model normal strategy. Peningkatan keuntungan ini didapat
dari profit dari model risk pooling strategy dikurangkan dengan profit dari model
normal strategy, kemudian hasilnya dibagi lagi dengan profit dari model risk
pooling strategy, dan dikalikan 100% didapatkan peningkatan keuntungan sebesar
14%.

Sumber Referensi

1. http://www.myoops.org/cocw/mit/NR/rdonlyres/Sloan-School-of-Management/15
762JSpring-2005/CC1074EE-0F3D-4720-BA30
DCA765DA59A/0/reebok_drftscg.pdf, diakses pada hari Rabu, pukul 20.23 WITA
2. http://www.papercamp.com/essay/41666/Reebok-Case-Study, diakses pada hari
Kamis, pukul 16.23 WITA
3. http://dspace.mit.edu/handle/1721.1/34601#files-area, Rietze, S. M. (2006). Case
studies of postponement in the supply chain (Masters dissertation, Massachusetts
Institute of Technology), diakses pada hari Kamis, pukul 21.03 WITA
4. Pujawan, I N. dan Mahendrawathi, E.R. (2010). Supply Chain Management
EdisiKedua, Gunawidya.
5. http://www.slideshare.net/shaheen1934/reebok-nfl-replica-jerseys-a-case-forpostponement-case-study-27880610?qid=32077422-e32d-437d-95f198c3976cb05c&v=default&b=&from_search=1, diakses pada hari Kamis, pukul
22.20 WITA
6. Graves, S. C., & Parsons, J. C. (2005). Using a newsvendor model for inventory
planning of NFL replica jerseys. In Proc. MSOM Conference.

Anda mungkin juga menyukai