Anda di halaman 1dari 31

Bab 2

Tinjauan Pustaka
2.1 Antropometri (Ukuran Dimensi Tubuh Manusia)
2.1.1 Antropometri dan Aplikasinya Dalam Perancangan
Fasilitas Kerja
Istilah Antropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan
metri yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat
dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki
bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dst) berat dan lain lain yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan
sebagai pertimbangan pertimbangan ergonomis dalam memerlukan
interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
1. Perancangan areal kerja (Work station, interior
mobil, dll)
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin,
eqipment, perkakas (tools) dan sebagainya
3. Perancangan produk produk konsumtif seperti
pakaian, kursi/meja, dll
4. Perancangan lingkungan fisik
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan
dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan
mengoperasikan/menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini
maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi
tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil
rancangan tersebut. Secara umum sekurang kurangnya 90% : 95%
dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu
produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.
Rancangan produk yang dapat diatur secara fleksibel jelas
memberikan kemungkinan lebih besar bahwa produk tersebut akan
mampu dioperasikan oleh setiap orang meskipun ukuran tubuh
mereka akan berbeda beda. Pada dasarnya peralatan kerja yang
dibuat dengan mengambil referensi dimensi tubuh tertentu jarang
sekali bisa mengakomodasikan seluruh range tubuh dari populasi
yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian (adjustability)
suatu produk merupakan suatu prasyarat yang amat penting dalam
proses perancangannya; terutama untuk produk produk yang
berorientasi ekspor.
2.1.2 Data Antropometri dan Cara Pengukurannya
Manusia pada umumnya akan berbeda beda dalam hal bentuk dan
dimensi ukuran tubuhnya. Disini ada beberapa faktor yang akan
mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya
seseorang perancang produk harus memperhatika faktor faktor
tersebut yang antara lain adalah :
a. Umur, dari suatu penelitian yang dilakukan oleh A. F Roche
dan G. H Davila (1972) di USA memperoleh kesimpulan bahwa
laki laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan
usia 21.2 tahun, sedangkan wanita 17.3 tahun ; meskipun ada
sekitar 10% yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23.5
tahun (laki laki) dan 21.1 tahun (wanita). Seterlah itu, tidak
lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung
berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai
sekitar umur 40 tahun
b. Jenis Kelamin (sex), Dimensi tubuh laki laki pada
umumnya lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali
untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dsb
c. Suku/Bangsa (ethnic), setiap suku bangsa ataupun
kelompok ethnic akan memiliki karakteristik fisik yang akan
berbeda satu dengan yang lainnya.
d. Posisi Tubuh (posture), sikap (posture atau posisi tubuh
akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh sebab itu posisi
tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Dalam
kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu :
Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body
dimension)
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar tidak
bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah lain dari
pengukuran tubuh dengan cara ini adalah static
antropometri. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi
tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam
posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang
lutut pada saat berdiri/ duduk, panjang lengan dan
sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan percentile
tertentu seperti 5-th dan 95-th percentile
Pengukuran dimensi fungsional tubuh (funcional body
dimensions)
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada
saat berfungsi melakukan gerakan gerakan tertentu yang
berkaitan dengan kegiatan yang harus dilakukan. Hal pokok
yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional
tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya
akan berkaitan erat dengan gerakan gerakan nyata yang
diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan kegiatan
tertentu. Cara pengukuran kali ini dilakukan pada saat tubuh
melakukan gerakan - gerakan kerja atau dalam posisi yang
dinamis cara pengukuran semacam ini akan menghasilkan
data dynamic antropometry. Antropometri dalam posisi
tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak
diaplikasikan dalam proses prancangan fasilitas ataupun
ruang kerja.
Selain faktor faktor tersebut diatas masih ada pula beberapa faktor
lain yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia seperti :
a. Cacat tubuh, dimana data antropometri ini akan diperlukan
untuk merancangan produk bagi orang orang cacat (kursi roda,
kaki/tangan palsu, dll)
b. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor
iklim yang berbeda akan memberikan variansi yang berbeda
beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian
c. Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini jelas
akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khususnya
perempuan).
2.1.3 Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data
Antropometri
Data antropometri jelas diperlukan supaya rancangan suatu produk
bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya.
Permasalahan yang akan timbul adalah ukuran ukuran siapakan yang
nantinya akan dipilh sebagai acuan untuk mewakili populasi yang
ada? Mengingat ukuran individu yang berbeda beda satu dengan
populasi yang menjadi target sasaran produk tesebut.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya problem adanya variasi
ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu
merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat mampu
sesuai (adjustable) dengan suatu rentang ukuran tertentu.
1,96 X
1,96 X
X
2,5%
95%
2,5%
N(X, X)
2,5-th percentile 97,5-th percentile
Gambar 2.1. Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-th Percentile
Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal
akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat
formulasikan berdasarkan harga rata rata (mean,
X
) dan
simpangan standarnya (standa deviation, X) dari data yang ada.
Dari nilai yang ada maka percentiles dapat ditetapkan sesuai
dengan tabel probabilitas distribusi normal. Dengan percentile, maka
yang dimaksud disini adalah suatu nilai yang menunjukan persentase
tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai
tersebut. Sebagai contoh 95-th percentile akan menunjukan 95%
populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut; sedangkan
5-th percentile akan menunjukan 5% populasi akan berada pada atau
dibawah ukuran itu. Dalam antropometri ukuran 95-th akan
menggambarkan ukuran manusia yang terbesar dan 5-th percentile
sebaliknya akan menunjukan ukuran terkecil. Pemakaian nilai
nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data
antopometri dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :
Percentile Perhitungan
1-st

- 2.325 X
2.5-th

- 1.96 X
5-th

- 1.645 X
10-th

- 1.28 X
50-th

90-th

+ 1.28 X
95-th

+ 1.645 X
97.5-th

+ 1.96 X
99-th

+ 2.325 X
Tabel 2.1 Macam Percentile dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
2.1.4 Perhitungan Data Antropometri Dengan Menggunakan
Rumus Persentil Statistik
Perhitungan data antropometri dalam menentukan persentil dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus dari statistik, Adapun
langkah langkah dalam menentukan nilai persentil dalam statistik
adalah sebagai berikut yaitu
Langkah yang pertama menentukan nilai yang terkecil sampai nilai
yang terbesar dari suatu distribusi kelompok. Nilai tersebut
digunakan untuk menentukan nilai range, adapun rumus dalam
menentukan nilai range adalah :
R = Dmax Dmin
Dimana : R = Nilai range
Dmax = Data terbesar
Dmin = Data terkecil
Langkah yang kedua yaitu menentukan kelas interval atau biasa
disingkat dengan sebutan kelas, adapun rumus dalam menentukan
kelas adalah sebagai berikut:
K = 1 + 3,3 Log N
Dimana : K = Kelas
N = Jumlah data
Langkah yang ketiga yaitu menentukan nilai interval, adapun rumus
dalam menentukan nilai interval adalah sebagai berikut:
K
R
I
langkah yang terakhir yaitu menghitung nilai persentil. Adapun
dalam menentukan nilai persentil yang harus dilakukan terlebih
dahulu yaitu menentukan letak dari nilai LCB, adapun rumus dalam
menentukan letak persentil adalah sebagai berikut:
( )
100
ixN
Pi
Dimana : Pi = Letak persentil
i = nilai persentil ke-n
N = Jumlah data
Setelah diketahui letak dari persentil, maka langkah selanjut
menghitung nilai dari persenti, adapun rumus dari nilai persentil
adalah sebagai berikut:
1
1
1
1
]
1

,
_

fi
ixN
I LCB P
F 1
100
Dimana : P = Nilai persentil
LCB = Lower Class Boundary
F 1
= Nilai komulatif frekuensi sebelum LCB
fi = Nilai frekuensi
Dalam menentukan banyaknya kelas (K) dilakukan secara trial and
error. Diusahakan agar setiap tidak ada yang mempunyai frekuensi
nol (0)
Limit kelas (Class Limit)
- Untuk batas bawah (Lower Class Limit) / LCL
diambil dari data terkecil suatu interval kelas tersebut
- Untuk batas atas (Upper Class Limit) / UCL
diambil dari data terbesar suatu interval kelas tersebut
Batas Atas (Class Boundary)
- Untuk batas kelas bawah (Lower Class
Boundary) / LCB
LCB = LCL skala terkecil
- Untuk batas kelas atas (Upper Class Boundary) /
UCB
UCB = UCL skala terkecil
Titik tengah kelas
- CM = (LCL + UCL) / 2
Dilanjutkan dengan membuat tabel distribusi frekuensi, dan untuk
mempermudah dalam mencari ukuran tendensi sentral sama dengan
data diskrit tetapi Xi pada data kontiniu diganti dengan titik tengah
kelas (CM)
2.1.5 Aplikasi Data Antropometri Dalam Perancangan
Produk / Fasilitas Kerja
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai
macam anggota tubuh manusia dalam percentiler tertentu akan
sangat besar manfaatnya pada saan perancangan produk ataupun
fasilitaas kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya
bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan
mengoperasikannya, maka prinsip prinsip apa yang harus diambil
di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih
dahulu seperti diuraikan berikut ini :
a. Prinsip Perancangan produk bagi individu dengan ukuran
yang ekstrim
Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran
produk, yaitu :
Bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang
mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau
kecil bila dibandingkan dengan rata ratanya
Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran
tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada)
Agar bisa memenuhi kebutuhan pokok tersebut maka ukuran
yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara :
Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan
dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada
nilai percentile yang terbesar seperti 95-th percentile
Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan
diambil berdasarkan nilai percentile yang paling rendah (5-
th) dari distribusi data antropometri yang ada
Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan
produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th
percentile untuk dimensi maksimum dan 95-th untuk dimensi
minimumnya
b. Prinsip Perancangan Produk Yang Bisa Dioprasikan
Diantara Rentang Ukuran Tertentu
Disini rancangan bisa dirubah rubah ukurannya sehingga
cukup pleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki
berbagai macam ukuran tubuh. Dalam kaitannya untuk
mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data
antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang
nilai 5-th s/d 95-th percentile
c. Prinsip Perancangan Produk Dengan Ukuran Rata Rata
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata rata
ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini
justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata
rata. Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang
diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas
kerja, maka ada beberapa rekomendasi yang bisa diberikan
sesuai dengan langkah langkah sebagai berikut :
Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan
anggota tubuh yang mana nantinya akan difungsikan untuk
mengoperasikan rancangan tersebut
Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam
perancangan tersebut
Tentuka populasi terbesar yang harus di antisipasi,
diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai
rancangan produk tersebut
Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal
apakah rancangan tersebut untuk individual yang ekstrim,
rentang ukuran yang fleksibel, ataukah ukuran rata rata
Pilihlah persentase populasi yang harus diikuti ;
5%, 50% 95%
Untuk setiap dimensi tubuh yang telah
diidentifikasikan selanjutnya tetapkan nilai ukurannya dari
tabel data antropometri yang sesuai
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri
untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk atau
pun fasilitas kerja, maka gambar berikut akan memberika
informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu
diukur
Gambar 2.2. Data Antropometri Tangan
Keterangan :
1. Panjang tangan yang diukur dari pergelangan
tangan sampai ujung jari
2. Panjang telapak tangan yang diukur dari
pergelangan tangan sampai batas telapak tangan
3. Panjang ibu jari
4. Panjang jari telunjuk
5. Panjang jari tengah
6. Panjang jari manis
7. Panjang jari kelingking
8. Lebar ibu jari
9. Tebal ibu jari
10. Lebar jari telunjuk
11. Tebal jari telunjuk
12. Lebar telapak tangan dalam keadaan tertutup rapat,
13. Lebar telapak tangan yang diukur sampai ibu jari
dalam keadaan tertutup rapat
14. Lebar telapak tangan (minimum)
15. Tebal telapak tangan
16. Tebal telapak tangan yang diukur sampai dengan
ibu jari
17. Diameter pegangan (maksimum)
18. Lebar tangan maksimum yang diukur dari ujung
ibu jari sampai dengan ujung jari kelingking dalam keadaan
terlentang
19. Lebar fungsional maksimum yang diukur dari ibu
jari kejari lain
20. Segi empat minimum yang dapat dilewati telapak
tangan
Gambar 2.3. Data Antropometri Kaki
Keterangan :
1. Panjang telapak kaki yang diukur dari ujung kaki
sampai ujung ibu jari kaki
2. Panjang telapak lengan kaki
3. Panjang kaki sampai jari kelingking
4. Lebar kaki
5. Lebar tangkai kaki
6. Tinggi mata kaki
7. Tinggi bagian tengah telapak kaki
8. Jarak horizontal tangkai mata kaki
Gambar 2.4. Data Antropometri Kepala
Keterangan :
1. Panjang Kepala
2. Lebar kepala
3. Diameter maksimum dari dagu
4. Dagu kepuncak kepala
5. Telinga kepuncak kepala
6. Telinga kebelakang kepala
7. Antara dua telinga
8. Mata kepuncak kepala
9. Mata kebelakang kepala
10. Antara dua pupil kepala
11. Hidung kepuncak kepala
12. Hidung kebelakang kepala
13. Mulut kepuncak kepala
14. Lebar mulut
Gambar 2.5. Data antropometri yang diperlukan
Keterangan :
1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d
ujung kepala)
2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak
3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak
4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)
5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi
berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukan)
6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat
duduk/pantat sampai dengan kepala)
7. Tinggi mata dalam posisi duduk
8. Tinggi bahu dalam posisi duduk
9. Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus)
10. tebal atau lebar paha
11. panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung
lutut
12. panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian
belakang dari lutut/betis
13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri
ataupun duduk
14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai
sampai dengan paha
15. Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun
duduk)
16. Lebar pinggul/pantat
17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak
ditunjukan pada gambar)
18. Lebar perut
19. Panjang siku yang diukur dari siku smpai dengan ujung jari
jari dalam posisi siku tegak lurus
20. Lebar kepala
21. Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan
sampai dengan ujung jari
22. Lebar telapak tangan
23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar
lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukan dalam
gambar)
24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri
tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang
terjangkau lurus keatas (vertikal)
25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk
tegak, diukur seperti halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk
(tidak ditunjukan dalam gambar)
26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan
diukur dari bahu sampai ujung jari tangan
Data antropometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki
laki dan perempuan, harga rata rata (

), standar deviasi (X)
serta percentile tertentu (5-th, 50-th dan 95-th)
2.2 Aplikasi Ergonomi Untuk Perancangan Tempat Kerja
Perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan suatu aplikasi
data antropometri, tetapi masih memerlukan dimensi fungsional yang
tidak terdapat pada data statis. Misalnya gerakan menjangkau,
mengambil sesuatu, mengoperasikan suatu alat adalah hal yang sukar
untuk didefinisikan.
2.2.1 Daerah Kerja Horizontal
Diperlukan untuk mendefinisikan batasan batasan dari suatu daerah
kerja horizontal untuk memastikan bahwa material atau alat kontrol
tidak dapat ditempatkan begitu saja diluar jangkauan tangan. Batasan
batasan jangkauan secara vertikal harus diterapkan untuk kasus
seperti misalnya papan papan kontrol, namun hampir seluruh
bangku kerja material (benda kerja) dan peralatan lainnya disusun
pada sebuah permukaan yang horizontal.
Batasan untuk jarak menjangkau semakin meningkat jika operator
mengendalikan bebrapa macam gerakan tubuh, sebagai contoh,
operator duduk yang menghindari gangguan keseimbangan pada saat
menjangkau. Bahkan jika berdiri, jangkauan kedepan dibatasi oleh
pinggiran bangku, hal ini akan dapat mengganggu keadaan badan
yang menimbulkan tekanan pada punggung.
Dalam bukunya R.M. Barnes (Motion and Time Study, terbit tahun
1980) mendefinisikan daerah normal dan maksimum, dengan
batasan yang ditentukan oleh ruas tengah jari (mid points of fingers),
sebagai berikut :
Daerah Normal :
Lengan bawah yang berputar pada bidang horizontal dengan siku
tetap
Daerah Maksimum :
Lengan direntangkan keluar dan diputar sekitar bahu
Untuk memperjelas batasan batasan (daerah normal dan daerah
maksimum) dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 2.6. Batasan batasan daerah kerja
2.2.2 Ketinggian Kursi/Bangku Kerja
Ada dua dasar untuk menentukan ketinggian permukaan kerja yaitu :
a. Bangku atau mesin yang tepat untuk bekerja sambil berdiri
(walaupun duduk dan berdiri bergantian adalah suatu hal yang
mungkin dan diikuti dengan tersedianya kursi yang sesuai)
b. Bangku atau kursi yang disesuaikan hanya untuk pekerjaan
sambil duduk
2.2.2.1 Bangku bangku untuk pekerjaan sambil berdiri
operator seharusnya bekerja dalam posisi berdiri tegak, dengan
lengan atas dalam posisi santai dan dalam posisi vertikal yang dekat
dengan meja, dan dengan lengan bawah inklinasi (dimiringkan
sedikit) dari kedudukan horizontal.hal ini dapat dicapai jika
ketinggian tempat kerja kira kira 5 cm dibawah tinggi siku operator
tentunya akan menimbulkan pertanyaan tentang percentile dari tinggi
atau panjang siku yang dipergunakan. Masalah lain yang timbul
adalah jika ada suatu populasi campuran yang terdiri dari pria dan
wanita. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam
penyelesaian masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Gunakan dimensi rata rata dari ketinggian siku, hal ini
dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau gangguan diantara
populasi yang digunakan, dan merupakan penyelesaian yang
kurang bagus
2. Perancangan untuk percentile 95 dan diberikan flat-form
lantai untuk operator yang lebih kecil, tetapi ini dapat
menimbulkan masalah baru dan sukar untuk mengatasinya
3. Perancangan untuk percentile 5 dan menambah tinggi
bangku untuk operator yang lebih besar tetapi, hal ini
mengurangi keleluasaan duduk pada bangku sebab hilangnya
ruang gerak untuk lutut
4. Rancanglah suatu pengatur (adjusment), hai ini umum
untuk meja meja kantor, dan sistem produk yang komersial
juga tersedia untuk bangku bangku kerja dengan sistem
pengatur
5. Rancanglah suatu kursi yang tinggi pada ketinggian yang
dapat disesuaikan (adjusteble height) dan sandara kaki yang
dapat disetel
Persyaratan pada sebuah kursi untuk bangku bangku tinggi
(berdiri) lebih fleksibel jika kursi yang digunakan oleh seseorang
dapat disetel hingga ketinggiannya sesuai dengan tinggi bangku yang
Tata Letak Fasilitas
dan Pengaturan
Ruang Kerja
diinginkan. Tinggi tempat kerja dalam hal ini adalah sampai batas
tubuh bagian atas yang dianalisa.
Untuk tempat kerja yang dekat dengan operator, tinggi bangku dapat
dibuat dengan estra tinggi yang sesuai. Sedangkan bangku yang lebih
rendah adalah untuk pekerjaan yang lebih berat, tetapi bangku yang
standar berdasarkan pada panjang siku pada umumnya.
2.2.2.2 Bangku dan Meja Yang Sesuai Untuk Pekerjaan Yang
Hanya Dilakukan Sambil Duduk
tinggi bangku dirumitkan oleh interaksinya dengan tinggi tempat
duduk. Jika kita mendesain dengan kriteria agar permukaan kerja
dibawah siku seperti bagian sebelumnya. Dengan meja yang tidak
dapat disetel, berakibat operator yang lebih kecil akan perlu
menaikan tempat duduknya agar siku mereka sampai pada
ketinggian yang tepat dan perlu sandaran kaki (footres) agar bagian
dalam dari paha terhindar dari rasa lelah. Perstyaratan untuk
pengadaan sandaran kaki dapat dikatakan cukup layak dan ini dapat
dibuat rekomendasi bahwa meja yang non-adjustable seharusnya
dirancang cukup tinggi untuk disesuaikan dengan dimensi orang
yang besar.
2.2.2.3 Prinsip Prinsip Yang Diterapkan Dalam Perancangan
Untuk Ketinggian Dua Jenis Permukaan Kerja
Prinsip Prinsip Yang Diterapkan Dalam Perancangan Untuk
Ketinggian Dua Jenis Permukaan Kerja adalah sebagai berikut :
Tata Letak Fasilitas
dan Pengaturan
Ruang Kerja
1. Hindari beban otot yang terlalu berat yang disebabkan oleh
lengan atas yang disampingkan terlalu tinggi (abduksi) (dalam
pekerjaan keyboard, pergeseran lengan atas yang sering terjadi
akan menyebabkan timbulnya keharusan untuk deviasi ulnar
yaitu penyimpangan penyimpangan pergelangan tangan
kearah kelingking)
2. Hindari tekanan tajam pada sisi lengan dengan bagian
bawah dari pinggiran bangku, jika permukaan tempat kerja
terlalu tinggi
3. Hindari posisi membungkuk secara terus menerus jika
permukaan kerja terlalu rendah
2.2.3 Macam Disiplin Dan Keahlian Kerja Yang Terkait
DenganPerancangan Stasiun Kerja
perancangan stasiun kerja dalam industri haruslah
mempertimbangkan banyak aspek yang berasal dari berbagai disiplin
atau spesialisasi keahlian yang ada. Hal ini secara skematis dapat
digambarkan pada gambar dibawah ini :
Tata Letak Fasilitas
dan Pengaturan
Ruang Kerja
Antropologi
Fisik
Work Physiologi (Faal
Kerja) dan
Biomechanics Ruang
Kerja
PERANCANGAN
STASIUN KERJA
Studi Metode
Kerja
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Pengukuran Waktu
Kerja, dll
Hubungan dan
Prilaku Manusia
Maintenability
Gambar 2.7. Disiplin dan keahlian yang terkait dengan perancangan stasiun kerja
Dalam perancangan stasiun kerja, aspek awal yang harus
diperhatikan adalah yang menyangkut perbaikan metode atau cara
kerja dengan menekankan pada prinsip prinsip ekonomi gerakan
(the principles of motion economy) dengan tujuan pokoknya adalah
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Aspek kedua yang
menjadi pertimbangan adalah kebutuhan akan data yang menyangkut
dimensi tubuh manusia (antropometric data). Data antropometri ini
terutama sekali akan menunjang didalam proses perancangan produk
dengan tujuan untuk mencari keserasian hubungan antara produk dan
manusia yang memakainya. Aspek ketiga yang perlu diperhatikan
berikutnya adalah berkaitan dengan pengaturan tata letak fasilitas
kerja yang diperlukan dalam suatu kegiatan. Pengaturan fasilitas
kerja pada prinsipnya bertujuan untuk mencari gerakan gerakan
kerja yang efisien seperti halnya dengan pengaturan gerakan material
handling.
Pertimbangan selanjutnya adalah menyangkut pengukuran enerse
(energy costs) yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas
tertentu. Beban kerja baik beban statis maupun dinamis akan diukur
berdasarkan parameter perameter seperti volume oksigen yang
dikomsusikan, detak jantung, dan lain lain. Data fisiologis ini akan
memiliki implikasi didalam perancangan stasiun kerja disamping
juga bermanfaat dalam hal penjadwalan kerja (penyusunan waktu
istirahat), mengurangi stress akibat beban kerja yang terlalu
berlebihan, dan lain lain. Aktivitas pengukuran enerse berkaitan
erat dengan disiplin physicology dan biomechanis.
Aspek kelima dalam perancangan stasiun kerja akan berhubungan
dengan masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Persyaratan UU
keselamatan dan kesehatan kerja mengharuskan areal kerja bebas
dari kondisi kondisi yang memiliki potensi berbahaya.
Perancangan lingkungan fisik kerja seperti pengaturan temperatur,
pencahayaan, kebisingan, getaran, dan lain lain merupakan titik
sentral perhatian dari aspek kelima ini. Selanjutnya ketiga aspek
yang teakhir yaitu hubungan dan prilaku manusia, pengukuran waktu
kerja maintenability akan berkepentingan dengan perancangan serta
pengukuran kerja dengan tujuan untuk memperbaiki motivasi dan
performans kerja.
2.2.3.1 Sikap Dan Posisi Kerja
Tidak peduli apakah pekerja harus berdiri, duduk atau dalam
sikap/posisi kerja yang lain, pertimbangan pertimbangan
ergonomis yang berkaitan dengan sikap/posisi kerja akan sangat
penting. Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan sikap dan posisi
tertentu yang kadang kadang cenderung untuk tidak mengenakan.
Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada sikap
dan posisi kerja yang aneh dan kadang kadang juga harus
berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu saja akan
mengakibatkan pekerja cepat lelah, membuat banyak kesalahan atau
menderita cacat tubuh. Untuk menghindari sikap dan posisi kerja
yang kurang favaourable ini pertimbangan pertimbangan
ergonomis antara lain menyarankan hal hal seperti :
Mengurangi keharusan operator untuk bekerja
dengan sikap posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan
yang sering atau jangka waktu lama. Untuk mengatasi problema
ini maka stasiun kerja harus dirancang, terutama sekali dengan
memperlihatkan fasilitas kerjanya seperti meja, kursi, dll yang
sesuai dengan data antropometri agar operator dapat menjaga
sikap dan posisi kerjanya tetap tegak dan normal.
Operator tidak seharusnya menggunakan jarak
jangkauan maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan posisi
kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal
(konsep/prinsip ekonomi gerakan). Disamping pengaturan ini
bisa memberikan sikap dan posisi yang nyaman juga akan
mempengaruhi aspek aspek ekonomi gerakan.
Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada
saat bekerja untuk waktu yang lama dengan kepala, leher, dada
atau kaki berada dalam sikap atau posisi miring. Demikian pula
sedapat mungkin menghindari cara kerja yang memaksa
operator harus bekerja dengan posisi terlentang atau tengkurap.
Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam
frekuensi atau periode yang lama dengan tangan atau lengan
berada dalam posisi diatas level siku yang normal.
Penetapan sikap dan posisi kerja sesuai dengan pertimbangan
pertimbangan tersebut diatas pada dasarnya bertujuan memberikan
kenyamanan pada pekerja dengan memperhatikan sikap dan posisi
kerja yang mereka senangi.
2.2.3.2 Antropometri dan Dimensi Ruang Kerja
antropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau
fungsi dari tubuh manusia termasuk disini ukuran linier, berat,
volume, ruang gerak, dan lain lain. Data antropometri ini akan
sangat bermanfaat didalam perencanaan peralatan kerja atau fasilitas
fasilitas kerja (termasuk disini perencanaan ruang kerja).
Persyaratan ergonomis mensyaratkan agar supaya peralatan dan
fasilitas kerja sesuai dengan orang yang menggunakannya khususnya
yang menyangkut dimensi ukuran tubuh. Dalam menentukan ukuran
maksimum atau minimum biasanya digunakan data antropometri
antara 5-th dan 95-th percentile.
Dimensi ruang kerja akan dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu
situasi fisik dan situasi kerja yang ada. Didalam menentukan dimensi
ruang kerja perlu diperhatikan antara lin jarak jangkau yang bisa
dilakukan oleh operator, batasan batasan ruang yang enak dan
cukup memberikan keleluasaan gerak operator dan kebutuhan area
minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan kegiatan tertentu.
2.2.3.3 Kondisi Lingkungan Kerja
Meskipun operator yang sehat sudah diseleksi secara ketat dan
diharapkan akan mampu beradaptasi dengan situasi lingkungan fisik
kerja yang bervariasi dalam hal temperatur, kelembaban, getaran,
kebisisngan dan lain lain; akan tetapi stress akibat kondisi
lingkungan fisik kerja akan terus berakumulasi dan secara tiba tiba
bisa menyebabkan hal yang fatal. Adanya lingkungan fisik kerja
yang bising, panas bergetar atau atmosfir yang tercemar akan
memberikan danpak negatif terhadap performans maupun
moral/motivasi kerja operator.
Suara suara bising yang tidak terkendali (diatas ambang decible
yang diizinkan) tidak saja merusak pendengaran manusia baik
temporer ataupun permanen akan tetapi juga bisa berinterferensi
dengan sistem komunikasi suara yang dipakai di industri yang
berguna untuk sinyal peringatan untuk kondisi kondisi darurat.
Getaran getaran tidak terkendali dari mesin bisa pula
mempengaruhi performans kerja mesin yang lain. Disamping juga
menimbulkan gangguan stress bagi manusia.
Selanjutnya masih banyak kondisi kondisi berbahaya yang
diakibatkan lingkungan fisik kerja yang tidak terkendali yang
disebabkan kurang diperhatikannya prinsip prinsip ergonomi.
Adalah satu hal yang sangat penting untuk mempertimbangkan
seluruh aspek lingkungan fisik kerja yang memiliki potensi
berbahaya pada saat proses perancangan stasiun kerja dan sistem
pengendaliannya. Dengan demikian kondisi kondisi bahaya
tersebut bisa diantisipasi dan diberi tindakan tindakan preventif
sebelumnya.
2.2.3.4 Efiensi Ekonomi Gerakan Dan Pengaturan Fasilitas
Kerja
Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur
prosedur untuk mengekonomikasikan gerakan gerakan kerja
sehingga dapat memperbaiki efiensi dan mengurangi kelelahan kerja.
Berikut akan diuraikan beberapa ketentuan ketentuan pokok yang
berkaitan dengan prinsip prinsip ekonomi gerakan yang perlu
dipertimbangkan dalam perancangan stasiun kerja :
Organisasi fasilitas kerja sehingga operator secara
mudah akan mengetahui lokasi penempatan materil (bahan
baku, produk akhir, dll), peralatan kerja, dll yang dibutuhkan
tanpa harus mencari cari.
Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja, kursi,
dll) dengan dimensi yang sesuai data antropometri dalam range
5 sampai 95-th percentile agar operator bisa bekerja dengan
leluasa dan tidak cepat lelah.
Atur suply/pengiriman material ataupun peralatan
secara teratur ke stasiun kerja yang membutuhkan.
Untuk menghindari pelatihan ulang yang tidak
perlu dan kesalahan kesalahan manusiawi karena pola
kebiasaan yang sudah dianut, maka bakukan rancangan lokasi
dari peralatan kerja untuk model atau tipe yang sama.
Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa
sehingga akan terjadi keseimbangan kerja antar tangan kanan
dan tangan kiri. Diharapkan pula operator dapat memulai dan
mengakhiri gerakan kedua tangannya tersebut secara serentak
dan menghindari jangan sampai kedua tangan tersebut
menganggur (idle) pada saat yang bersamaan
Atur tata letak fasilitas (facilities layout) sesuai
dengan aliran proses produknya
Kombinasikan dua atau lebih peralatan kerja
sehingga akan memperketat proses kerja
2.2.3.5 Enerse Yang Dikonsumsikan
Enerse kerja yang sikonsumsikan pada saat seseorang melaksanakan
kegiatan merupakan faktor ayang kurang begitu diperhatikan, karena
dianggap tidak penting bilamana dikaitkan dengan performans kerja
yang ditunjukan. Kelelahan mental merupakan musuh terbesar
manusia karena hal ini akan memberi kontribusi pada kesalahan
kesalahan yang serius. Tujuan pokok dari perancangan kerja
seharusnya bisa menghemat enerse yang harus dikonsumsiksn untuk
menyelesaikan suatu kegiatan.
Dengan pendekatan ergonomis maka diharapkan bisa menghasilkan
rancangan yang fi to the user dan bukan yang sebaliknya yaitu
manusia manusia yang justru fit to design. Pendekatan
ergonomis dalam perancangan produk, fasilitas ataupun lingkungan
fisik kerja akan mampu menghasilkan efektivitas dan efiensi kerja,
disamping juga meningkatkan nilai nilai manusiawi pekerja dalam
bentuk keselamatan, kesehatan dan kepuasan kerja.

Anda mungkin juga menyukai