Anda di halaman 1dari 16

I. Skenario II. Klarifikasi Istilah 1. Analgesik : Bahan yang digunakan untuk menghilangkan nyeri 2.

Asetamenofen : Analgesik / antipiretik yang mempunyai efek sama dengan aspirin, efek anti radang lemah 3. Lasseques Sign : 1 2 3 4. ROM : Range of movement : 4 5 6 5. Anti epilepsi : 7 8 9 6. Varisesedema : 10 11 1 7. Ekstrusi : 2 3 4 8. Dermatom : Daerah kulit yang dipersarafi serabut saraf aferen dengan satu kornu posterior sumsum tulang belakang 9. Herniasi diskus : Penonjolan nukleus pulposus/ anulus fibrosus diskus yang dapat menekan saraf 10. Osteofit : 5 6 7 merupakan taji atau penonjolan tulang yang terbentuk di sepanjang sendi. Osteofit biasanya terbentuk akibat kerusakan pada permukaan sendi. Hal tersebut menyebabkan batasan pada pergerakan sendi bersamaan dengan berbagai tingkatan rasa sakit. 11. Sirkumferensial : 8 9 10 12. Isi diskus non fokal : 11 1 2 III. Identifikasi Masalah 1. Seorang laki-laki 40 tahun datang dengan keluhan nyeri punggung bawah yang persisten setelah berusaha mengangkat beban berat 4 bulan yang lalu. 2. Pasien dalam keadaan sehat hingga kira-kira 4 bulan yang lalu merasakan gejala akut nyeri punggung bawah. Pasin sedang mengangkat beban berat dengan membungkuk ke depan ketika tiba-tiba ia merasakan nyeri yang tajam, seperti terbakar dan menyebar di punggung bagian bawah dan kaki kanan. 3. Nyeri dirasakan di daerah punggung bagian bawah dab sebagian dari kaku, pinggul , dan bokong kanan dan terkadang disertai rasa lemah di tungkai

bawah sebelah kanan. Nyeri bertambah buruk dengan aktivitas seperti duduk, membungkuk ke depan, berjalan, dan bersin. 4. Rasa nyerinya dirasakan berkurang sampai batas waktu tertentu bila ia berdiri, berbaring lurus, dan setelah istirahat beberapa saat 5. Tidak ada riwat cedera punggung, sesak nafas, palpitasi, nyeri dada, penurunan berat badan yang abnormal, penyakit lain atau tindakan pembedahan di masa lalu. 6. Tambahan informasi pasien 7. Pemeriksaan Fisik dan Neurologis 8. Pemeriksaan Penunjang

IV. Analisis Masalah 1. Bagaimana anatomi vertebrae(punggung bawah)? 1 2 3 2. Bagaimana klasifikasi nyeri yang dialami pasien(jenis dan onset waktu)? 4 56 3. Apa saja yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah? 7 8 9 Cedera atau penggunaan berlebihan dari otot-otot, ligamentligament, dan persendian pada daerah punggung. Penekanan akar saraf pada spinal canal yang disebabkan oleh: o Herniasi diskus o Osteoarthritis o Spondylolisthesis o Stenosis tulang belakang o Fraktur o Deformitas tulang belakang Compression fractur pada penderita osteoporosis Kondisi tulang belakang yang tidak umum, seperti: o Ankylosing spondylitis o Bacterial infection o Tumor pada tulang belakang

4. Apa hubungan nyeri punggung bawah dengan mengangkat beban berat dan membungkuk ke depan? 10 11 1 5. Mengapa nyerinya menyebar dari punggung bawah, kaki kanan, pinggul, dan bokong kanan? 2 3 4 6. Mengapa nyerinya bertambah buruk saat duduk, membungkuk, berjalan, dan bersin dan mengapa berkurang ketika berdiri, berbaring lurus, dan istirahat? 5 6 7 7. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik asetaminofel dan krim analgesik(topikal)? 8 9 10 Farmakodinamik asetaminofen Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek antiinflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol

merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada asetaminofen, demikian juga pada gangguan pernapasan dan keseimbangan asama basa. Farmakokinetik asetaminofen Asetaminofen diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma di capai dalam waktu setengah jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25% asetaminofen terikat protein plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit dari hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan

methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai asetaminofen (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

8. Apa interpretasi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis? 11 1 2 9. Bagaimana mekanisme keabnormalan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis? 3 4 5 10. Apa interpretasi dari pemeriksaan penunjang? 6 7 8 Pemeriksaan Pada kasus Nilai normal normal Interpretasi Normal

darah dan urin normal rutin BSN BSPP hs-CRP Foto vertebra lumbalis/sakralis (A/P X-ray 100 mg/dl 160 mg/dl < 0,1 mg,dl 1. ketebalan diskus intervertebrali s

70-110 mg/dl <140 mg/dl <1mg/L Diskus intervertebralis normal

Normal Meningkat Normal 1. Proses degenerativ e diskus intervertbra pada

2. ada osteofit di tidak lapisan vertebra lumbosakral 3. Penonjolan isi diskus non osteofit

ada

lis 2. proses degenerativ e daerah lumbosaklr al 3. herniasi dalam fase prolapsus diskus pada

fokal minimal, broad simetris, baed, dan

sirkumferensia l pada

ketinggian L4L5. 4. ekstrusiMRI vertebra herniasi dan herniasi dan herniasi dan

lumbosakral

degenerasi lumbalis

diskus degenerasi diskus lumbalis (-)

degenerasi daerah lumbal

pada

CT-scan vertebra lumbosakral

herniasi setinggi L4-L5

diskus herniasi diskus herniasi

pada

setinggi L4-L5 diskus pada L4-L5 (-)

11. Bagaimana mekanisme keabnormalan dari pemeriksaan penunjang? 9 10 11 12. Apa diagnosis banding dari kasus ini? 1 2 3 13. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan apa diagnosis kerjanya? 4 5 6 14. Apa etiologi dan faktor risiko dari kasus ini? 7 8 9 Etiologi: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama. Sering membungkuk. Posisi tubuh saat berjalan Proses degeneratif (usia 30-50 tahun). Struktur tulang belakang. Riwayat trauma Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang. Faktor Resiko yang tidak dapat diubah: a. Umur : makin bertambah umur, resiko makin tinggi. b. Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dari wanita. c. Riwayat cedera punggung/HNP sebelumnya. Faktor resiko yang dapat diubah. a. Pekerjaan dan aktivitas b. Olah raga tidak teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama c. Merokok.

d. Berat badan berlebih. e. Batuk lama dan berulang.

15. Bagaimana epidemiologi dari kasus ini? 10 11 1 16. Bagaimana patofisiologi dari kasus ini? 2 3 4 17. Bagaimana manifestasi klinik dari kasus ini? 5 6 7 18. Bagaimana tatalaksana dari kasus ini? 8 9 10 Bed rest segera dengan mobilisasi secepat mungkin, Lama waktu yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Posisi bed rest yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, l u t u t dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi Hindari membungkuk, angkat berat atau duduk

terlalu lama Atasi n ye r i dengan adekuat analgesic:

Asetaminofen (dosis untuk dewasa 300mg sam pai 1 g perkali, maksimum diberikan 6 kalisehari ), ASA, NSAID Pertimbangkan progresif atau local nerve root block, bila

terdapat

disfungsi

sfingter

merupakan indikasi operasi. E d u k a s i t e n t a n g s i k a p t u b u h ya n g b a i k ( d i j e l a s k a n pada pereventif). 19. Bagaimana prognosis dari kasus ini? 11 1 2 20. Bagaimana komplikasi dari kasus ini? 3 4 5 21. Bagaimana tindakan preventif dari kasus ini? 6 7 8 Mengurangi aktivitas fisik yang berat seperti mengangkat beban yang berat dan membungkuk terlalu lama terutama bagi lansia. Bila terjadi fraktur atau dislokasi harus ditangani sesegera mungkin Edukasi pasien cara mengangakat beban yang benar

Cara mengangkat dan mengangkut yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis, yaitu :

o Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot tulang yang lemah dibebaskan dari pembebanan. o Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan. Untuk menerapkan kedua prinsip kinetis itu setiap kegiatan mengangkat dan mengangkut harus dilakukan sebagai berikut : o Pegangan harus tepat. Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan memegang dengan hanya beberapa jari yang dapat menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari tersebut harus dihindarkan. o Lengan harus sedekat-dekatnya pada badan dan dalam posisi lurus. Fleksi pada lengan untuk mengangkut dan mengangkat menyebabkan ketegangan otot statis yang melelahkan. o Punggung harus diluruskan. o Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan. Dengan posisi kepala dan dagu yang tepat, seluruh tulang belakang diluruskan. o Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat. Satu kaki ditempatkan ke arah jurusan gerakan yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu mendorong tubuh pada gerakan pertama. o Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk gerakan dan perimbangan. o Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat gravitasi tubuh. Selain hal diatas dalam kegiatan mengangkat dan mengangkut juga harus diperhatikan ketentuan berikut ini : o Semua barang/benda yang menghalangi pandangan mata sebaiknya disingkirkan terlebih dahulu, sebelum pekerjaan mengangkat dan mengangkut dilakukan. o Tinggi maksimum tempat pemegang dari lantai tidak lebih dari 35 cm. o Jika suatu beban harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan agar menggunakan agar menggunakan alat mekanis (katrol).

o Beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan tubuh. o Punggung harus lurus agar bahaya kerusakan terhadap diskus dapat dihindarkan. o Mula-mula lutut harus bengkok dan tubuh harus berada pada sikap dengan punggung lurus. Edukasi pasien tentang Proper Body Mechanics Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap t u b u h ya n g b a i k u n t u k mencegah terjadinya cedera maupun o Dalam nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga

posisipunggung adalah sebagai berikut: posisi duduk dan berdiri, otot perut

ditegangkan, punggung tegak danlurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung. o Ketika akan turun dari t empat tidur posisi

punggung didekatkan ke pinggir tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat p a n g g u l d a n berubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada pahauntuk membantu posisi berdiri. o Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi panggul. o S a a t d u d u k , l e n g a n m e m b a n t u m e n ya n g g a b a d a n . Saat akan berdiri badan tangan sebagai tumpuan. o Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan p u n g g u n g lurus, diangkat dengan bantuan

beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. B e b a n ya n g diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.

o Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kakiharus berubah posisi secara bersamaan. o Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wcd u d u k sehingga memudahkan

gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit. 22. Apa Kompetensi Dokter Umum(KDU) dari kasus ini? 9 10 11

V. Hipothesis Seorang laki-laki berusia 40 tahun menderita nyeri punggung bawa e.c. Hernia Nucleus Pulposus VI. Kerangka Konsep VII. Sintesis

LI 1. Anatomi 1 2 3 2. HNP 4 5 6 3. Nyeri 7 8 9 4. Obat asetaminofen dan krim analgesik 10 11

Pembagian 1. Sari 2. Mira 3. Anas 4. Fadel 5. Jefri 6. Maratun 7. Gusnella 8. Septyan 9. Rizki Dwiryanti 10. Sundari

11. Diah Putri

Nb: LI-AM diketik rapih dengan paragraph 4 4 3 3, font Times New Romant size 12 Pengumpulan LI-AM ditunggu sampai Rabu malam, jam 11.00 WIB, dikirim rapih ke email : fadel_del@hotmail.com Jawab sesuai yang diwajibkan, baru jawab yang sunnah Jadilah mahasiswa yang amanah, jangan egois, kerjakan LI-AM sesuai dengan yang diamanahkan, jangan ada alasan mau ujian sehingga tidak mengumpulkan LI-AM, saya juga mau ujian blok 15 minggu depan, bukan anda saja yang ingin mendapatkan IP yang fantastis, saya juga sama

Nyeri Defenisi Nyeri Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman , biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial ( Corwin J.E ). Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan-bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri, seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin dan prostaglandin dan substansi yang akan mengakibatkan respon nyeri. Nyeri juga dapat disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan reseptor nyeri. ( Taylor C. Dkk ) Ganong, (1998), mengemukakan proses penghantaran transmisi nyeri yang disalurkan ke susunan saraf pusat oleh dua (2) sistem serat ( serabut ) antara lain : Nyeri seperti didefinisikan oleh International Association for Study of Pain (IASP), adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Dari definisi tersebut, nyeri terdiri atas dua komponen utama, yaitu komponen sensorik (fisik) dan emosional (psikogenik). Nyeri bisa bervariasi berdasarkan: waktu dan lamaya berlangsung

(transien, intermiten, atau persisten), intensitas (ringan, sedang dan berat), kualitas (tajam, tumpul, dan terbakar), penjalarannya (superfisial, dalam, lokal atau difus). Di samping itu nyeri pada umumnya memiliki komponen kognitif dan emosional yang digambarkan sebagai penderitaan. Selain itu nyeri juga dihubungkan dengan refleks motorik menghindar dan gangguan otonom yang oleh Woolf (2004) disebut sebagai pengalaman nyeri. Susunan saraf, baik di pusat atau tulang belakang dapat terjangkiti nyeri yang datang dan pergi. Nyeri diinformasikan oleh perujungan saraf yang disebut nosiseptor yang memindai rangsangan gangguan pada tubuh. Dalam tubuh kita sendiri terdapat banyak perujungan saraf tersebut, dan kesemua nosiseptor memiliki tugas yang berbeda. Misalnya, merespon rasa terbakar, panas, teriris, infeksi, perubahan struktur kimia, tekanan, dan sensasi lainnya. Nosiseptor menyampaikan pesan ke serabut saraf kemudian meneruskan pesan pada saraf tulang belakang dan otak pada hitungan kecepatan cahaya. Pesan nyeri yang diterima oleh otak dipilah menjadi dua jenis, pertama nyeri akut yang umumnya disebabkan oleh trauma atau perlukaan yang disebabkan gangguan fisik. Sementara nyeri kronis dapat disebabkan oleh gangguan dalam sistem persarafan itu sendiri. Sehingga meski pesan telah diteruskan ke otak, namun penyebab gangguan pada persarafan tak mudah untuk diketahui sebagai sumber nyeri. Nyeri kronis ini dapat pula berasal sebagai tambahan nyeri yang dipicu oleh keberadaaan penyakit utama seperti pada diabetes. http://kuliahitukeren.blogspot.com/

Saat ini nyeri tidak lagi dianggap sebagai suatu gejala tetapi merupakan suatu penyakit atau sebagai suatu proses yang sedang merusak sehingga dibutuhkan suatu penanganan dini dan agresif. Proses nyeri merupakan suatu proses fisiologik yang bersifat protektif untuk menyelamatkan diri menghadapi stimulus noksious. Secara patologik nyeri dikelompokkan pada nyeri adaptif atau nyeri nosiseptif, atau nyeri akut dan nyeri maladaptif sebagai nyeri kronik juga disebut sebagai nyeri neuropatik serta nyeri psikologik atau nyeri idiopatik. Nyeri akut

atau nosiseptif yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan, merupakan salah satu sinyal untuk mempercepat perbaikan dari jaringan yang rusak. Sedangkan nyeri neuropatik disebut sebagai nyeri fungsional merupakan proses sensorik abnormal yang disebut juga sebagai gangguan sistem alarm. Nyeri idiopatik yang tidak berhubungan dengan patologi baik neuropatik maupun nosiseptif dan

memunculkan gejala gangguan psikologik memenuhi somatoform seperti stres, depresi, ansietas dan sebagainya. Klasifikasi Nyeri Nyeri Nyeri Nosiseptif Nyeri Somatik Somatik Superfisial (Kulit) Somatik Dalam Nyeri Viseral Nyeri Non-Nosiseptif Nyeri Neuropatik Nyeri Psikogenik Nyeri Nosiseptif: nyeri timbul sebagai akibat perangsangan pada nosiseptor (serabut A- dan serabut C) oleh rangsang mekanik, termal, kimiawi Nyeri Somatik: nyeri timbul pada organ non-viseral, misal nyeri pasca bedah, nyeri metastatic, nyeri tulang, dan nyeri artritik Nyeri Somatic Superfisial: menimbulkan nyeri di kulit berupa rangsang mekanis, suhu, kimiawi, listrik. Kulit punya banyak saraf sensorik sehingga kerusakan kulit menimbulkan sensasi lesi nyeri yang akurat (yang terbatas dermatom) Nyeri Somatic Dalam: Nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi, dan arteri. Struktur tadi memiliki lebih sedikit reseptor sehingga lokasi nyeri sering tidak jelas. Nyeri Viseral: nyeri berasal dari organ dalam, biasanya akibat distensi organ berongga, misal usus, kandung empedu, pancreas, jantung. Nyeri visceral sering kali diikuti referred pain dan sensasi otonom (mual, muntah) Nyeri Neuropatik: nyeri yang timbul akibat iritasi atau trauma pada saraf, seringkali persisten, walaupun penyebabnya sudah tidak ada, nyeri dirasa seperti terbakar, tersengat listrik, alodinia, disestesi.

Nyeri Psikogenik: nyeri yang tidak memenuhi criteria nyeri somatic, dan nyeri neuropatik, dan memenuhi criteria untuk depresi atau kelainan psikosomatik. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi Nyeri Akut: nyeri yang mereda setelah penyembuhan Nyeri Kronik: nyeri yang tetap berlanjut walaupun di beri pengobatan dan nyeri tidak memiliki makna biologic. Nyeri kronik merupakan suatu sindrom kompleks yang memerlukan pendekatan multidisiplin untuk penanganan Macam Nyeri yang lain Nyeri Setempat: terjadi karena iritasi pada ujung saraf penghantar impuls nyeri. Biasanya terus menerus atau hilang timbul (intermiten). Nyeri bertambah pada sikap tertentu atau karena gerakan. Pada penekanan nyeri dapat bertambah hebat atau diluar masa dapat ditimbulkan nyeri tekan Referred Pain (nyeri pindah): nyeri yang dirasakan ditempat lain bukan di tempat kerusakan jaringan penyebab nyeri. Misal pada infark miokard, nyeri dirasa di bahu kiri; pada kolesistitis, nyeri dirasa di bahu kanan Nyeri Radikular: serupa referred pain, tapi nyeri radikular berbatas tegas, terbatas pada dermatomnya, sifat nyeri lebih keras dan terasa pada permukaan tubuh. Nyeri timbul karena perangsangan pada radiks (baik tekanan, terjepit, sentuhan, regangan, tarikan) Nyeri akibat spasmus otot (pegal): terjadi ketika otot dalam keadaan tegang (akibat kerja berat), keadaan tegang mental juga berperan terjadinya ketegangan pada otot

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI Usia Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri

adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan. Jenis kelamin Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri) Kultur Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (ex: suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri) Makna nyeri Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya. Perhatian Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri. Ansietas Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas. Pengalaman masa lalu Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri. Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri. Support keluarga dan social Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan. Mekanisme Nyeri Proses nyeri terjadi saat simuli nosiseptor oleh stimulus noxious (nyeri) sampai terjadinya pengalaman subyektif nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia. Selama proses tersebut terdapat 4 proses

Transduksi: aktivasi reseptor, adanya stimulus nyeri yang mengakibatkan stimulasi nosiseptor, disini stimulus noxious dirubah menjadi potensial aksi

Transmisi: potensial aksi ditransmisikan menuju neuron susunan saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri. Tahap dimulai dari konduksi impuls dari neuron aferen primer ke kornu dorsalis medulla spinalis, kemudian akan bersinaps pada neuron susunan saraf pusat, lalu naik keatas menuju batang otak dan thalamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara thalamus antara pusat yang labih tinggi di otak yang mengurusi respon persepsi dan afektif yang berhubungan dengan nyeri. Tapi rangsangan nosiseptif tidak selalu menimbulkan persepsi nyeri dan sebaliknya persepsi nyeri bisa terjadi tanpa stimulasi nosiseptif

Modulasi: sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri tersebut, tempat modulasi sinyal yaitu kornu dorsalis medulla spinalis

Persepsi: pesan nyeri di relay menuju ke otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan

Anda mungkin juga menyukai