Sebelum kita memasuki materi tahap demi tahap, kita perlu mengerti dahulu apa yang mendasari pernikahan kita, dan di bagian paling awal ini kita akan mulai dari bagaimana kita membangun hubungan dengan pasangan kita selama di dalam masa pacaran, sebelum memasuki jenjang lebih lanjut, yaitu pernikahan. Dan tahapan ini sering kita sebut dengan berpacaran, walaupun berpacaran bukan termasuk bahan utama yang akan kita bahas di dalam materi ini, tetapi ini penting untuk diketahui agar kita tahu bagaimana parameter Tuhan yang sesungguhnya.
Prinsip Pertama
Menjaga Kekudusan Dalam Pacaran
Kita tidak akan berbicara tentang peraturan menjaga kekudusan ini, tetapi kita akan berbicara kepentingan dari kita menjaga kekudusan selama kita berpacaran. Kepentingannya adalah untuk menjaga kelangsungan berkat kita dari Tuhan dan dampaknya di dalam pernikahan kita adalah berkat Tuhan sendiri turun saat dilakukan pemberkatan pernikahan kita dan berlanjut di dalam perjalanan pernikahan kita seterusnya. Tetapi apa akibatnya jika kita tidak menjaga kekudusan di dalam pacaran kita? Itu artinya kita sedang mencuri dan merampok berkat kita sendiri di masa depan yang seharusnya akan dicurahkan Tuhan di saat pernikahan kita diberkati dan di dalam pernikahan kita sendiri. Sejujurnya seringkali sesaat setelah kita mencuri dan merampok berkat masa depan kita sendiri, kita tidak bisa menikmati di dalam damai sejahtera dan sukacita, tetapi sebaliknya seringkali kita malah merasa sedih, takut dan menyesali perbuatan kita barusan,... walaupun sesudah itu hal itu bisa terulang lagi dan terjadi berulang-ulang dengan kesadaran kita. Lalu sebenarnya ke manakah perginya kesenangan dan kenikmatan itu? Sebenarnya pada saat kita berbuat dosa itu yang menikmati hasil rampokan itu adalah iblis. Kenapa bisa iblis yang menikmati? Pada saat kita berbuat sesuatu yang berdosa itu, sesungguhnya bukansemata-mata murni berasal dari keinginan kita saja, tetapi iblis juga turut campur di dalam memberikan
Roma 6:16 Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?
Jadi sekarang bagaimana keputusan kita? Kepada tuan manakah kita akan mengabdi dan memilih untuk menundukkan diri dan mentaatinya? Jika anda setuju dengan saya untuk mentaati Tuhan sebagai Allah yang berkuasa atas hidup kita dan yang telah berfirman kepada kita dan FirmanNYA itu hidup, izinkan Firman itu hidup di dalam kita dan menjadi patokan dasar satu-satunya untuk menjalankan kehidupan kita terutama di dalam pernikahan kita, marilah kita memasuki bagian yang sesungguhnya hendak kita pahami, mengenai pernikahan Kristen sesungguhnya.
Prinsip Kedua
Harus Allah Sendiri Yang Memberkati
Satu-satunya lembaga sosial yang dibangun, ditetapkan atau diresmikan dan diberkati oleh Allah sendiri adalah Lembaga Keluarga. Jadi, di bagian ini patokan pertama yang menjadi bagian terpenting di dalam setiap pernikahan Kristen adalah iman dan pengharapan bahwa pada saat kita menikah tangan Tuhan sendirilah yang turun dan memberkati. Kenapa hal ini menjadi patokan utama? Karena banyak orang yang menikah dengan tidak takut kepada Allah, misalnya 1. Banyak orang merasa lebih puas jika pernikahannya di gereja diberkati oleh manusia atau pendeta lebih-lebih lagi pendeta yang terkenal, tetapi tidak pernah atau kurang mengharapkan bahwa tangan Tuhan sendiri turun memberkati pernikahan mereka. Oleh karena itu banyak juga pernikahan Kristen yang hancur berantakan dikarenakan mereka memulai pernikahan itu dengan kedagingan atau kemanusiawian mereka saja.
Di dalam hal ini kita perlu sadar bahwa jika kita menikah dengan tidak didasari oleh takut akan Allah itu bukannya membawa berkat di dalam pernikahan kita, tetapi itu justru mendatangkan kutuk dan memberi kesempatan kepada iblis untuk merusak dan menghancurkan pernikahan kita kelak.
Jika kita berpikir bahwa jika yang memberkati pernikahan kita adalah seorang hamba Tuhan yang hebat dan terkenal maka itu akan mendatangkan berkat di dalam pernikahan kita itu adalah SALAH BESAR!!! Bisa saja kita membayar pendeta manapun untuk memberkati kita tetapi jika bukan tangan Tuhan sendiri yang turun itu tidak ada artinya. Di dalam Bilangan 23 kita melihat bagaimana Balak membayar nabi Bileam untuk mengutuki Israel, tetapi kita melihat bahwa Tuhan merubah kutuk itu menjadi berkat.
Ulangan 23:5 Tetapi TUHAN, Allahmu, tidak mau mendengarkan Bileam dan TUHAN, Allahmu, telah mengubah kutuk itu menjadi berkat bagimu, karena TUHAN, Allahmu, mengasihi engkau.
Hal yang sama juga akan terjadi tetapi sebaliknya, walaupun gereja dan seorang pendeta terkenal itu mengucapkan doa berkat yang luar biasa tetapi pada saat kita menjalankan pernikahan yang tidak takut akan Allah, maka
Prinsip Ketiga
Meninggalkan Orang Tua dan Menjadi Satu dengan Pasangannya
Kejadian 2:24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
The Message: Therefore a man leaves his father and mother and embraces his wife. They become one flesh.
Di dalam bagian prinsip ini kita akan mempelajari dan memahami rencana Tuhan pada awal mulanya bahwa di bagian ini terdapat 2 hal:
Prinsip pemisahan
Yaitu pemisahan sebuah pribadi terhadap kedua orang tuanya. Prinsip ini ditekankan dengan tegas bahwa hal ini harus dilaksanakan, di dalam KJV dan ASV disebutkan dengan tata bahasa yang ditekankan yaitu, Therefore shall a man leave his father and his mother Pengertian peraturan tentang seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya itu merupakan peraturan umum yang bersifat luas (unisex atau non-gender), jadi akan berlaku juga bagi kaum perempuan. Pemisahan ini harus terjadi karena Tuhan tidak menghendaki sesudah seseorang menikah dengan pasangannya, orang itu akan mengajak serta orang tuanya untuk turut campur membangunkan rumah tangganya, mengatur rumah tangganya seperti pada saat mereka masih berada di bawah pengasuhan orang tuanya masing-masing. Jadi pemisahan ini harus terjadi secara mentalitas dan psikologis, entah orang itu akan meninggalkan rumah orang tuanya secara jasmani atau tidak, tetapi secara prinsip akan menjadi lebih baik lagi jika secara jasmaniah orang itu meninggalkan rumah orang tuanya dan membangun rumah tangganya sendiri secara mandiri. Jadi kedewasaan dari pasangan itulah yang akan sangat menentukan kemampuan mereka untuk membangun rumah tangganya. Yang penting di sini adalah tidak ada lagi campur tangan dari pihak lain selain dari pada pasangan suami istri itu sendiri untuk membangun, mengatur dan meletakkan dasar-dasar bagi rumah tangga baru itu.
Prinsip penyatuan
Yang dimaksud dengan prinsip penyatuan ini adalah penyatuan yang terjadi antara dua pribadi atau pasangan bersangkutan untuk membangun rumah tangganya secara mandiri tanpa rasa sungkan dan malu antara kedua belah pihak. Ini adalah antara 2 pribadi saja dan sebagai hasil akhirnya tidak akan pernah ada lagi penyatuan pada rumah tangga ini dari pribadi lainnya. Jika sampai ada usaha menyatukan pribadi lain ke dalam rumah tangga ini maka yang terjadi pastilah sebuah kekacauan dan bisa berakhir pada kehancuran. Usaha penyatuan terhadap pribadi baru ini bisa terjadi dari pihak manapun dan apapun, misalnya orang tua masing-masing pasangan, anak ataupun pihak ketiga. Bahkan konsep dasar pernikahan tidak mengenal istilah 2 pihak di dalam rumah tangga, tetapi mereka adalah satu dengan kata lain, sudah tidak diizinkan lagi pihak lain manapun untuk mencampuri urusan membangun rumah tangga ini, karena ini bersifat pribadi, termasuk orang tua bahkan anak ataupun harta sekalipun. Muara dari konsep penyatuan ini seringkali akan tertantang pada saat berhadapan dengan skala prioritas terhadap pihak-pihak lain. Dan penyatuan ini tidak dapat disingkirkan oleh prioritas lainn di luar dari yang telah dipersatukan, dengan kata lain, prioritas yang diberikan kepada pihak lain adalah nomor kesekian setelah prioritas utama dikerjakan melalui apapun, termasuk di dalamnya jika atas suatu hal telah dibuat terlebih dahulu kesepakatan untuk merubah skala prioritas itu atas kasus tertentu. Tetapi
Markus 10:8 ... sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Anak di dalam rumah tangga adalah elemen pendatang dan pelengkap di dalam sebuah rumah tangga, mereka adalah salah satu kenyataan berkat Tuhan bagi rumah tangga itu. Kenapa hal ini harus ditekankan? Karena banyak juga rumah tangga hancur hanya karena salah satu dari pasangan itu lebih memilih untuk memprioritaskan atau melekatkan diri kepada anak / orang tuanya sendiri / hartanya dari pada kepada pasangannya masing-masing. Oleh karena itu saya seringkali menasihatkan bahwa jika sampai harus terjadi pilihan yang dilematis di suatu situasi darurat, mana yang lebih seseorang pilih, pasangannya atau anaknya atau orang tuanya atau bahkan hartanya? Seringkali pertanyaan ini seketika menjadi pertanyaan yang sulit dijawab oleh kedua calon mempelai, karena secara mendadak seluruh idealisme mereka di dalam membangun keluarga kacau balau dan hancur berantakan sehingga tidak mungkin mereka memilih salah satu di antaranya. Pasangan yang dewasa di dalam Tuhan dan di dalam prinsip-prinsip pernikahan Kristen ini seharusnya akan tahu menjawab yang benar bahwa dia harus mendahulukan pasangannya lebih dari pada siapapun dan apapun walaupun ini akan menjadi situasi yang teramat sulit bagi mereka jika hal ini memang harus terjadi. Kenapa harus seperti ini jawabannya? Karena seseorang disatukan dengan pasangannya dan bukan dengan anaknya, orang tuanya, hobbynya, hartanya ataupun lainnya untuk diprioritaskan. Jadi saat seseorang memutuskan untuk menikah dengan seseorang dia harus sadar bahwa pernikahannya itu ibarat 2 lembar kertas yang diberi lem dan dilekatkan satu dengan lainnya dengan begitu rapi sehingga tidak lagi terlihat 2 lembar, tetapi sudah menjadi 1 lembar utuh. Jika seseorang berusaha memberi prioritas lebih kepada yang bukan pasangannya dalam urusan yang berkenaan dengan rumah tangga itu sama dengan dia sedang berusaha memisahkan 2 kertas yang sudah dilem dan memasukkan kertas atau benda lain di antaranya, dan sudah barang tentu itu akan menimbulkan luka-luka di antara keduanya bahkan ketiganya. Memasukkan pihak lain itu misalnya, memberi kesempatan orang tua atau anak untuk memberi keputusan penting di dalam suatu hal berkenaan dengan rumah tangga itu tanpa disepakati oleh pasangannya, atau bahkan munculnya orang ketiga yang diberi kesempatan masuk di antaranya
Prinsip Keempat
Pernikahan Membawa Kemuliaan
Di dalam pernikahan Kristen yang benar akan terbit kemuliaan Tuhan dari dalamnya dan kemuliaan ini akan terbit jika kedua elemen utama pembentukn rumah tangga yaitu suami dan istri mengerti peran masingmasing di hadapan Tuhan dan mengerjakan serta menghidupi peran itu di dalam kebenaran. Kita akan mempelajari bagaimana kemuliaan itu dimunculkan Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak pihak.
1Korintus 11:7-11 Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki. Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari lakilaki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki. Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat. Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan.
Dijelaskan pada ayat di atas bahwa seorang laki-laki menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah, ... juga ayat 9a menyatakan bahwa laki-laki tidak diciptakan karena perempuan maksudnya adalah, seorang laki-laki diciptakan bukan tanpa tujuan dan maksud dari Allah sendiri, tetapi seorang laki-laki memiliki tugas yang jauh lebih penting yaitu mengemban kemuliaan Allah dan melaluinya gambaran yang benar akan Allah seharusnya dinyatakan. Seorang laki-laki yang tidak tahu tujuan hidupnya disebut sebagai seorang laki-laki yang gagal seumur hidupnya, karena itu setiap laki-laki di hadapan Tuhan harus memiliki kedekatan dan pengenalan akan Allah yang benar dan cukup, sebab seseorang yang memiliki pengenalan akan Allah yang baik dan dekat akan mengerti jati dirinya sesungguhnya di hadapan Tuhan, dia akan tahu apa yang harus dikerjakannya selama dia hidup di dunia ini demi menyatakan kemuliaan Tuhan. Di dalam ayat di atas sudah kita pahami bahwa seorang laki-laki harus menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah, tetapi ternyata hal ini hanya akan dapat terjadi jika seorang laki-laki itu memiliki pelengkap (adds-on) yang tepat dan berfungsi dengan tepat pula, yaitu seorang perempuan... Sebab disebutkan di dalam ayat 7b, ... Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki. Dan jika adds-on ini bertemu, berpadu dan terinstal dengan baik (properly installed and well functioned), maka seorang laki-laki akan menjalankan fungsinya di hadapan Tuhan dan menyatakan kemuliaan Allah yang
1Korintus 11:10-11 Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat. Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan.
Seorang perempuan diibaratkan tubuh dan laki-laki diibaratkan kepala dari tubuh itu, oleh karena itu disebutkan bahwa seorang perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya, itulah laki-laki, dapat dikatakan pula bahwa seorang perempuan akan tersembunyi dari berbagai hal tetapi segala sesuatu yang berhubungan dengan tanggung jawab di hadapan Tuhan yang harus ditanggung oleh laki-laki dan laki-laki akan melindungi perempuan dari segala konsekuensi tanggung jawab itu. Memang sepertinya perempuan itu tersembunyi di balik laki-laki tetapi sebenarnya di hadapan Tuhan bukanlah tersembunyi semata-mata karena diremehkan atau tidak diperhitungkan tetapi sebenarnya dilindungi dari segala keonsekuensi bahkan murka Allah sekalipun. Jadi di sini kita lihat kerjasama yang ideal, di satu sisi perempuan menjalankan segala perannya untuk mendukung laki-laki di hadapan Tuhan dan laki-laki harus mengemban gambaran dan kemuliaan Allah sebagai suatu tanggung jawab di hadapan Tuhan. Karena Tuhan sudah mengambil komitmen seperti di ayat 11. Tuhan menghargai keduanya sebagai satu kesatuan karena sudah dipersatukan di dalam pernikahan yang tak terceraikan. Pada saat terjadi perceraian maka harga kedua elemen ini di hadapan Tuhan menjadi hancur dan tidak diperhitungkan lagi. Di sini Tuhan menghargai bahwa masing-masing elemen pembentuk rumah tangga ini memiliki harga yang tinggi di hadapan Tuhan. Setelah kita mengerti dan memahami pengertian dasar dari ayat di atas, maka sekarang kita masuk ke dalam bagian pernikahan itu sendirinya antara seorang suami dan istri. Dikarenakan kemuliaan istri ada pada suaminya maka sang suami berkewajiban mengemban tanggung jawab untuk membawa dan menjaga tubuhnya yaitu istrinya sebagai seorang imam yang sejati.
Istri yang benar akan menyinarkan kemuliaan laki-laki atau suaminya, oleh karena itu berbahagialah seorang suami yang memiliki istri: 1. Amsal 31:10-31 rumah tangga yang :Yang bijak dan memiliki manajeman baik dan hebat. 2. Amsal 11:16 (Amp. Bible) : Yang murah hati dan baik hatinya. 3. Amsal 12:4 (Amp. Bible) menguntungkan suaminya. : Yang bermoral tinggi dan
Jika seorang suami hidup dengan didampingi dan didukung oleh istri yang berkarakter mulia seperti di atas, saya pastikan dia akan menjadi orang yang paling berbahagian dan akan berpotensi besar menyelesaikan setiap kehendak Allah pada zamannya dan mempermuliakan Tuhan karena segala pekerjaan yang Tuhan perintahkan kepadanya dapat terlaksana dengan baik sehingga selesai dengan tuntas.
Prinsip Kelima
Tunduk dan Kasih
Setelah kita mengetahui bahwa diperlukan sinergi dan kerjasama yang saling mambangun di antara 2 elemen rumah tangga itu, maka di bagian ini kita akan melihat bagaimana kerjasama ini bisa terlaksana dengan baik satu dengan lainnya. Prinsip tunduk dan kasih ini akan menjamin kelangsungan yang baik di dalam sebuah keluarga, demikian firman Tuhan menyatakan prinsip ini untuk dilakukan:
1Korintus 7:3,4
Kalau kita memperhatikan di dalam prinsip sebelum ini kita akan melihat bahwa selain seorang suami memenuhi tanggung jawabnya di hadapan Tuhan dia memiliki kewajiban terhadap istrinya, yaitu untuk melindungi dan mengasihinya sebagai tubuhnya sendiri. Oleh karena itu seorang suami sangat berkewajiban atas 2 hal tersebut di atas karena jika sampai suatu saat terjadi sesuatu yang negatif terhadap istrinya karena kelalaiannya itu sama dengan dia melukai tubuhnya sendiri yang secara otomatis diapun akan ikut merasakan dampaknya. Demikian pula dengan seorang istri yang memiliki tanggung jawab untuk mendukung suaminya, sehingga melaluinya kemuliaan tubuh itu dipancarkan dan suaminya memancarkan kemuliaan Allah. Oleh karena itu Rasul Paulus mengajarkan bahwa satu sama lain harus saling memenuhi kewajibannya terhadap sesamanya agar terlaksana segala rencana Allah di dalam rumah tangga mereka itu, bahkan melalui rumah tangga mereka akan memancar kemuliaan Allah. Selain hal-hal di atas ternyata melalui ayat tersebut di atas dinyatakan pula bahwa, Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya (yang menguasainya), demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya (yang menguasainya). Hal ini memiliki pengertian bahwa jika mereka telah dipersatukan di dalam pernikahan Kristen yang benar, maka hal ini akan menjadi patokan utamanya, yaitu bahwa ada satu keterbatasan di dalam menggunakan tubuhnya masing-masing terutama untuk sesuatu yang membahayakan dan yang negatif, karena mereka adalah satu tubuh di dalam Tuhan. Dan satu sama lain memiliki tanggung jawab terhadap sesamanya karena kepemilikan tubuhnya masing-masing sudah bukan lagi miliknya sendiri melainkan milik pasangannya, dan jika salah satu pihak melakukan sesuatu hal terhadap tubuhnya pasti akan mempengaruhi secara langsung pasangannya secara jasmani, rohani dan psikis. Di sini diminta Tuhan agar satu dengan lainnya saling memperhatikan, menjaga satu dengan lainnya dan merawat tubuh masing-masing demi kebersamaan yang langgeng. Selain prinsip di atas berlaku secara hierarkial di dalam sebuah keluarga dan secara rohani, prinsip di atas juga berlaku secara jasmani di dalam hal hubungan secara seksual (intercourse) Jika keputusan untuk bertindak dalam satu hal diambil secara bersama-sama maka itu akan membawa kesatuan di dalam mengerjakannya secara otomatispun akan ada kesepakatan untuk memikul tanggung jawab atau konsekuensinya bersama-sama, dan perhatikan jika sesuatu dilakukan secara bersama-sama di dalam kesatuan yang positif maka itu akan mendatangkan berkat Tuhan di dalam rumah tangga itu.
Mazmur 133:1-3
Patokan yang dibuat Tuhan di dalam hal inilah yang menjamin interaksi saling mengasihi dan kesatuan di dalam keluarga ini memiliki parameter yang pasti yang disebutkan di dalam ayat-ayat berikut ini:
Efesus 5:22-28 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. 1Petrus 3:1-7 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman. Demikian juga kamu, hai suamisuami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Yang paling berbahaya di dalam sebuah keluarga adalah jika terjadi kondisi berikut ini, yaitu seorang suami yang kehidupannya rusak dan istrinya tidak memiliki penundukkan diri yang benar kepada suaminya. Kita bisa membayangkan kira-kira mau dibawa ke mana masa depan keluarga macam ini. Jika saja sebuah keluarga memiliki elemen suami yang tidak bisa mendidik keluarganya dengan baik atau memiliki seorang istri yang berkuasa atau hidup semaunya sendiri tanpa penundukkan yang benar kepada suaminya, itu saja sudah cukup menjadi masalah yang besar apalagi jika kedua belah pihak sama-sama hidup di dalam ketidakbenaran. Hal inilah yang hendak di atur oleh Tuhan bagi keluarga-keluarga Kristen masa kini. Semua ini tergantung bagaimana kualitas pribadi-demi pribadi. Yang lebih menarik lagi dinyatakan di dalam:
1Petrus 3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Di sini perintah Tuhan terhadap para suami sangat ditekankan agar jangan sekalipun dilalaikan, jangan sampai seorang suami hidup dengan semenamena terhadap istrinya karena itu akan mempengaruhi masa depan keluarganya sendiri. Termasuk di dalamnya adalah terhambatnya berkat dan doa. Oleh karena itu tidaklah heran jika kita menemukan pada beberapa kasus perpecahan di dalam keluarga selalu diikuti dengan hilangnya berkatberkat di dalam rumah tangga itu. Karena berkat-berkat di dalam keluarga harus diterima di dalam kebersamaan (joint-account), pada saat satu sama lain saling memisahkan diri maka berkat-berkat Tuhan akan terhalangi oleh kejahatan dan ketidakbenaran kita itu. Jadi jika di dalam sebuah rumah tangga seorang suami menghormati dan mengasihi istrinya itu bukanlah sesuatu yang salah asal semuanya itu tetap di dalam koridor yang benar. Karena bagaimanapun seorang suami tetaplah seorang imam di hadapan Tuhan dan istri tetap memiliki kewajiban tunduk di dalam penundukkan diri yang benar terhadap
Prinsip Keenam
Lahirkan Keturunan-Keturunan Ilahi
Setelah kita mengerti tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan bagaimana menjalankan bahtera rumah tangga, sekarang kita akan mempelajari tentang bagaimana rumah tangga Kristen disebutkan sebagai lembaga yang akan menurunkan keturunan-keturunan Ilahi.
Maleakhi 2:14,15 Dan kamu bertanya: "Oleh karena apa?" Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu. Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.
Ini adalah kehendak Tuhan yaitu bahwa setiap rumah tangga Kristen melahirkan keturunan Ilahi. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan keturunan Ilahi itu? Pengertian yang paling sederhana dari istilah keturunan Ilahi adalah keturunan yang murni dari hubungan yang murni. Di dalam hal ini kita mengerti sekarang bahwa jika memang kita berkeinginan memiliki dan melahirkan keturunan Ilahi, maka hiduplah setia dan jagalah hubungan yang murni antara engkau dengan teman sekutumu (istrimu), seperti yang dicatat oleh Maleakhi 2:14. Itu yang akan mencetak keturunan-keturunan Ilahi dari rahim rumah tanggamu. Keturunan Ilahi akan identik dengan yang disebut dengan anak-anak Allah, seperti yang dicatat oleh Kejadian 6:1-4. Jika kita tahu bagaimana kita hidup dan menjaga hubungan yang murni antara satu dengan lainnya, maka Tuhan akan menyebut kita anak-anak Allah, yang berasal dari keturunan yang benar.
Roma 9:8 Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar.
Prinsip Ketujuh
Peraturan Tentang Perceraian
Dari ketiga ayat di atas sudah sangat jelas bahwa Tuhan tidak pernah menyetujui perceraian, karena, orang yang menyetujui dan melakukan perceraian, di hadapan Tuhan berarti orang itu mengenakan selubung (roh) kekerasan sehingga menyebabkan terjadinya pengkhianatan, menurut Maleakhi 2:16. Dan Tuhan membenci perceraian dan orang yang bercerai itu! Jika seseorang melakukan perceraian, maka dia diharuskan hidup melajang, sehingga ada kesempatan jika suatu saat kembali berdamai dengan pasangannya. Dan menurut 1Korintus 7:11, Tuhan lebih menyukai perdamaian atau dengan kata lain pengampunan satu dengan lainnya. Karena tidak mungkin ada perdamaian secara esensial jika tidak ada pengampunan satu dengan lainnya. Oleh karena itu jika kita membaca ayatayat berikut ini kita akan dibukakan pengertiannya, karena sebelum berbicara tentang perceraian dengan segala macam peraturannya, Tuhan Yesus lebih dahulu mengupas tentang pengampunan dan perdamaian satu dengan lainnya. Barulah kemudian Tuhan Yesus berbicara tentang segala hal yang berhubungan dengan perceraian.
Matius 5:21-33 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada
Dan ditegaskan juga oleh Tuhan Yesus, jika seseorang bersikeras dengan kekerasan hatinya untuk mengambil tindakan perceraian, maka satu-satunya alasan yang paling diterima secara sosial untuk sebuah perceraian hanyalah karena kasus perzinahan, tetapi di akhir bagian pembacaan di atas ditegaskan juga oleh Tuhan Yesus, agar jangan seorangpun berdusta dan bersumpah palsu, hanya karena ingin menceraikan pasangannya. Bagaimana solusi perceraian ini? agar kita terhindar atau beres dari kasus
1. Pengampunan yang mendatangkan perdamaian. 2. Matikan daging dengan serius, Matius 5:29,30.
Markus 10:2-12 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?" Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?" Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
Di dalam ayat-ayat yang di atas, kita menjadi lebih tahu lagi bahwa Tuhan tidak pernah menyetujui perceraian bahkan Tuhan membenci perceraian dan orang yang melakukannya. Demikian pula Musa, tetapi karena kekerasan dan ketegartengkukan orang Israel, Musa diizinkan oleh Tuhan untuk mengeluarkan surat cerai kepada pasangan yang bercerai, maksudnya? Karena surat cerai itu akan menjadi tanda dan kutuk di hadapan manusia dan Tuhan bahwa seseorang telah hidup di dalam perceraian, dan Tuhan bermaksud agar melalui itu semua terjadi perdamaian kembali. Itulah yang Tuhan kehendaki.