Anda di halaman 1dari 7

1. Kurva Rotasi 2.

Lensa gravitasi
Penguji: Dr. Chatief Kunjaya

Ichsan Ibrahim 30311001

1. Kurva Rotasi Kurva rotasi adalah plot yang menunjukkan variasi V kecepatan rotasi (circular speed) dengan R jarak dari pusat objek, bersandar pada asumsi potensial gravitasi yang bekerja adalah simetri terhadap pusat. Pada kasus piringan (spiral) galaksi, kecepatan rotasi adalah kecepatan titik (sebuah bintang) bergerak pada lintasan sirkular di dalam piringan galaksi. Jika nilai absolut dari percepatan adalah g, maka untuk kecepatan rotasi,besar percepatan diberikan oleh . Kurva rotasi dapat ditentukan untuk berbagai objek yang berputar, yang pada persoalan yang diberikan, adalah bidang galaksi. Untuk kasus: a. Galaksi berotasi seperti benda tegar Karena berupa benda tegar, maka perioda berbagai titik pada bidang harus sama. Oleh karena itu, semakin jauh titik dari pusat benda maka semakin cepat bergeraknya Kecepatan rotasi proporsional terhadap jarak dari pusat (lihat Gambar 1)

Gambar 1. Gerak rotasi benda tegar b. Seluruh massa galaksi dianggap terpusat di pusat galaksi Dengan mengambil asumsi massa bidang galaksi terpusat seluruhnya di pusat galaksi, mirip kasus Tata Surya (Matahari dan planet-planet, dimana massa planet dapat diabaikan terhadap massa Matahari), maka perumusan kecepatan rotasi sebagai berikut:

Rotasi ini dikenal sebagai rotasi Keplerian dan gerak titik-titik tersebut disebut gerak Keplerian (lihat Gambar 2).

Gambar 2. Gerak rotasi Keplerian

c. Massa galaksi terdistribusi merata di bidang galaksi dan tebal galaksi dapat diabaikan terhadap diameter galaksi Pada kasus ini massa bidang galaksi akan bertambah dengan bertambahnya jarak. Semakin besar jarak dari pusat galaksi, maka massa benda (M(R))yang dilingkupi oleh radius jarak (R) juga semakin besar secara linier, maka . (Lihat Gambar 3)

Gambar 3. Kurva rotasi datar (flat rotation curve) d. Rapat massa bidang galaksi makin ke tepi makin kecil, mengikuti 1/r elemen massa dinyatakan sebagai berikut:

dengan

dan melakukan integrasi pada elemen massa, diperoleh:

akhirnya diperoleh kecepatan rotasi: ini memperlihatkan bahwa kecepatan rotasi titik pada jarak yang jauh dari pusat objek akan konstanta, sebab kerapatan massa tidak lagi sepenuhnya bergantung kepada massa pada jarak yang besar. Tetapi pada jarak yang tidak besar, maka kecepatan rotasi ditentukam oleh distribusi massa yang dipengaruhi oleh jarak. Untuk kasus Bima Sakti, maka kurva rotasinya diperlihatkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Kurva rotasi galaksi Bima Sakti Kurva rotasi hasil pengamatan diperlihatkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Kurva rotasi hasil pengamatan (Sofue (1997), Sofue, et al. (1997), Sofue et al. (1998) http://www.ioa.s.u-tokyo.ac.jp/~sofue/rotation/fig2/00mw.gif Kurva rotasi galaksi hasil pengamatan tersebut (flat rotation curve) memberikan implikasi sebagai berikut: Hadirnya dark matter. Bintang yang berada lebih jauh dari pusat galaksi merasakan tarikan gravitasi yang dari materi banyak daripada bintang yang dekat ke pusat galaksi. Sebab seharusnya bila bintang merasakan gaya tarik dari massa yang sama, seharusnya bintang yang lebih jauh akan bergerak lebih lambat (gerak Keplerian). Disimpulkan bahwa terdapat materi yang lebih banyak daripada bintang atau gas yang dapat diamati.

Gugus (bintang) galaktik akan mengalami kehancuran sebab bintang anggotanya yang dekat pusat galaksi akan bergerak lebih cepat daripada anggotanya yang lebih jauh dari pusat galaksi. Akibatnya gugus galaktik akan "tertarik/stretched out" dan akhirnya terpecah.

2. a. Dasar teori yang menyebabkan dapat terjadinya peristiwa lensa gravitasi adalah General relativity (GR) yang dibangun oleh Albert Einstein antara tahun 1907 hingga 1915. Menurut general relativity gaya tarik gravitasi menyebabkan terjadinya warping (pelipatan) ruang dan waktu. Radiasi eletromagnetik termasuk cahaya dari sumber yang bergerak pada ruang dan waktu akan dibelokkan oleh medan gravitasi. Oleh adanya pembelokan cahaya ini, maka citra dari sumber cahaya akan terbentuk pada titik-titik ekstrim dalam ruang dan waktu. (Schneider, P, et al, 1992) b. Peristiwa lensa gravitasi diperlihatkan pada gambar 6.

Gambar 6. Peristiwa lensa gravitasi Keterangan: S = sumber cahaya (quasar) S1 dan S2 = citra quasar yang terbentuk akibat peristiwa lensa gravitasi L = galaksi yang masif (pelensa) O = pengamat (Bumi) DL = jarak galaksi yang masif (pelensa) Ds = jarak quasar = sudut penyimpangan cahaya = separasi sudut pelensa dengan berkas cahaya yang dibelokkan sebesar = separasi sudut pelensa da quasar = radius Einstein = separasi sudut pelensa dengan citra quasar

c. Sudut penyimpangan cahaya

Einstein radius Dari gambar 6, untuk sudut yang kecil, maka PS1 = PS + SS1 .

Catatan: maka: ( )

bila diasumsikan sumber, pelensa, dan pengamat barada segaris (alignment), sehingga , maka radius Einstein memiliki dua harga yaitu , yang besar adalah: d. Bila persamaan dan ( ) dituliskan menjadi: ( )

maka dapat dibuat dalam bentuk seperti bila dilakukan manipulasi matematik akan diperoleh:

(*)
dari dapat diperoleh dua akar sebagai berikut: ( )

( ) yang berarti terdapat dua citra hasil peristiwa lensa gravitasi.

bila nilai-nilai akar tersebut dibagi dengan , maka diperoleh:


( )

(**)

dan bila ) dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: ( ) ( ) = [

, maka (**) dapat ditulis

Dengan mensubtitusikan persamaan terakhir ke persamaan (*), akan diperoleh: [ ] * + adalah perbesaran diferensial , dimana [ dan ]

Referensi: Schneider, P., Ehlers, J., Falco, E.E. 1992, Gravitational Lenses, Berlin, Springer-Verlag, pp. 1-40 Sofue, Y. 1997, PASJ, 49, 17 Sofue, Y., et al. 1997, AJ, 114, 2428 Sofue, Y., et al. 1998, PASJ, 50, 427

Anda mungkin juga menyukai