Anda di halaman 1dari 13

TENTIR FARMASI Dermatoterapi topical Pemberian obat pada kulit pada dasarnya dapat dianggap sebagai sebuah tantangan.

. Walaupun kulit dikategorikan dapat mengabsorpsi zat tertentu, tetapi kulit juga merupakan organ proteksi yang memilah zat-zat tertentu yang dapat melewati lapisan proteksi dari kulit. Berdasarkan Katzung, ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat untuk kulit:(1) 1. Region kulit yang akan diberikan obat: Daerah muka, skrotum, aksila, dan kulit rambut cenderung lebih mudah menerima obat dibandingkan pada daerah telapak tangan, dengan demikian pemberian obat pada daerah yang lebih permeabel tidak perlu terlalu banyak dibandingkan dengan daerah yang kurang permeabel. 2. Gradien konsentrasi: Dengan menambah gradien konsentrasi, maka penyerapan obat akan semakin cepat 3. Penjadwalan: Karena sistem absorpsi yang lama, maka efek dari obat tersebut dapat berlangsung selama 1 hari dengan absorpsi yang terus menerus secara perlahan 4. Vehikulum dan oklusi: Vehikulum atau bentuk sediaan obat topikal akan sangat mempengaruhi absorpsi pada kulit, sedangkan oklusi seperti plester yang mempererat dan menjaga kontak antara kulit dengan obat yang diberikan perkutan dapat meningkatkan efikasi dari obat tersebut. Khusus: 1. Topikal aerosol:

Solusio, suspensi, emulsi, bedak, dan foam. Dalam propelan (campuran hidrokarbon nonpolar). Mendeposit obat dalam bentuk lapisan tipis, tidak iritasi untuk kulit abrasi /eksema, rasa nyeri.

2. Foam:

Dalam bentuk emulsi dan foaming agent (surfaktan), Sistem solven (misalnya : air, ethanol), dan propelan. Foam yang mengandung alkohol meninggalkan sedikit residu.

erbagai hal harus diperhatikan dalam memberikan obat berdasarkan jenis vehikulum dan formulasinya, yaitu:(2) 1. Mengetahui jenis erupsi pada kulit 2. Mengetahui prinsip penggunaan dari pengobatan topikal 3. Mengetahui perbedaan antar formulasi tiap obat topikal 4. Mengetahui struktur dan cara kerja dari tiap obat topikal 5. Mengetahui cara penggunaan obat topikal tersebut

1. Pemberian obat perkutan Kegunaan vehikulum non spesifik

Pemberian obat perkutan seperti yang telah dijelaskan dalam pendahuluan, mengalami keterbatasan seperti yang telah dijelaskan dalam bagian pendahuluan. Kulit sebagai organ proteksi memungkinkan obat untuk mengabsorpsi, tetapi tetap saja ada keterbatasan dalam proses absorpsi obat. Obat yang diberikan secara perkutan harus melalui berbagai macam lapisan kulit seperti epidermis, papila dermis, hingga akhirnya masuk dalam pembuluh darah.(3) Perlu diperhatikan bahwa ada beberapa keuntungan menggunakan obat topical: direct delivery dan efek sistemik toksik yang menurun

Sistem absorpsi obat perkutan Berbeda dengan kerja berbagai macam obat yang diminum secara oral, kerja obat topikal tergolong lebih lambat. Obat oral akan terserap secara penuh dalam waktu beberapa jam, sedangkan obat yang diberikan secara perkutan baru diserap sekitar 2% dalam waktu 1 hari. Tetapi, walaupun absorpsinya yang rendah, bukan berarti efikasi dari obat tersebut juga rendah, dalam aplikasinya, efek dari obat topikal cukup baik walaupun tingkat absorpsinya yang rendah.(3)Transdermal devices juga dapat digunakan untuk meningkatkan penyerapan obat.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi absorpsi dari obat perkutan, yaitu: 1. Stratum korneum Rate limiting barrier: i. Kandungan lipid: Pada stratum korneum terdapat kandungan ceramide, asam lemak bebas, dan kolesterol dengan perbandingan 1:1:1.(3) Ketiganya tergolong dalam senyawa lipid(lemak), dengan demikain, obat yang bersifat

lipofilik adalah obat yang dapat menembus lapisan kulit dengan baik.(2) ii. Ketebalan stratum korneum: Regio pada kulit memiliki ketebalan stratum korneum yang berbeda-beda, semakin tipis stratum korneum, semakin mudah obat melakukan penetrasipada kulit (lihat Tabel 1).

iii. iv. Kondisi stratum korneum: Pada kulit yang mengalami kerusakan, maka kondisi stratum korneum yang rusak akan lebih mudah ditembus oleh obat dibandingkan dengan kulit dengan stratum korneum yang masih intak.(3) Seringkali stratum corneum dikelupas dengan menggunakan Cellophane tape untuk membantu proses absorpsi obat. Absorpsi obat dapat lebih mudah dilakukan apabila obat tersebut diberikan pada kulit dengan stratum corneum yang telah terkelupas.(4) 2. Oklusi : Obat yang diberikan ditutup secara rapat atau dapat juga dilapisi dengan lapisan minyak. Tindakan tersebut digunakan untuk: i. ii. iii. Meningkatkan hidrasi dan menjaga suhu dari stratum korneum Mencegah kemungkinan tercuci atau terhapus Meningkatkan absorpsi dari obat tersebut peningkatan absorpsi obat dapat meningkat hingga 10 sampai dengan 100 kali Tapi perlu diperhatikan bahwa dengan memberikan perlakuan oklusi, maka efek samping dari obat yang diberikan juga dapat timbul lebih cepat.

3. Frekuensi pemberian: Frekuensi pemberian obat tidak memberikan efek yang signifikan, pada dasarnya pemberian 1 kali sehari sudah cukup, asalkan obat tersebut tidak terhapus oleh air ataupun gesekan.

4. Kuantitas obat yang diberikan: Kuantitas obat yang diberikan pada dasarnya harus seimbang tergantung lesinya. Obat yang diberikan jangan sampai terlalu banyak ataupun terlalu dikit. Apabila jumlah obat yang diberikan terlalu banyak maka akan mengakibatkan rasa tidak nyaman, apabila jumlah yang diberikan kurang dari jumlah yang seharusnya, maka tentu saja efek yang didapatkan tidak akan maksimal. setiap 3% luas permukaan kulit membutuhkan 1 gram krim/salep

5. Keberadaan folikel rambut: Adanya folikel rambut akan memudahkan proses absorpsi dari obat. Kondisi kulit yang memiliki rambut cenderung akan lebih tipis stratum corneumnya dan juga berpori, sehingga dapat ditembus oleh obat topikal.

6. Tekanan (digosok atau dipijat) : Obat yang proses pemberiannya dilakukan dengan menggosok atau memijat, efeknya akan semakin meningkat karena penyerapan obat juga akan meningkat.

7. Umur pasien: Orang yang sudah berumur cenderung memiliki lapisan stratum corneum yang tipis, tetapi kultinya tidak terhidrasi. Sehingga, walaupun memiliki lapisan stratum corneum yang tipis, tetap saja kondisi kulit orang tersebut akan sulit ditembus oleh obat.

2. Komponen obat Obat topikal pada dasarnya terdiri atas 2 bagian dasar, yaitu vehikulum dengan zat aktifnya. Komposisi zat aktif dengan vehikulum sangat beragam, begitu pula dengan jenis vehikulum yang digunakan. Vehikulum memiliki keunikan untuk setiap bagian dari penggunaannya pada kulit.(5) 1. Vehikulum 1. Syarat pemberian Ada dua pedoman dalam pengobatan topikal, yaitu:(6) 1. Basah dengan basah Dermatosis basah (eksudatif) diobati dengan kompres terbuka. Tetapi prinsip ini tidak mutlak, kompres terbuka juga digunakan pada dermatosis dengan peradangan hebat. 2. Kering dengan kering Dermatosis kering diobati dengan vehikulum yang kering, misalnya salep. 2. Syarat Vehikulum Dalam pemberian obat topikal, vehikukum sangat berperan penting. Syarat digunakannya vehikulum adalah:(3) 1. Tidak menginaktivasi obat itu sendiri 2. Tidak mengiritasi

3. Tidak mengakibatkan alergi 4. Memenuhi standar kosmetik (tidak menimbulkan penampakan yang buruk) 5. Mudah digunakan 1. Jenis Vehikulum 1. Cairan - LIQUID Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai. Disamping itu terjadi perlunakan atau pecahnya vesikel, bula dan pustula. Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parestesi oleh bermacammacam dermatosis. Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara teliti. Kalau keadaan sudah mulai kering, maka pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu dihentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainnya. Vehikulum bentuk cairan terdiri atas: i. Solusio (larutan dalam air) substansi menjadi larutan homogen yang dalam alkohol) memberikan efek

Disolusi dua atau lebih bening. Tinctura (larutan astringen dan lebih dingin

1. Kompres Lebih dipilih oleh masyarakat karena ada sensasi dingin (mengandung astringen dan antimikrobial). Sifatnya astringen (mengerutkan jaringan) dan antimikrobial dapat mengurangi eksudat akibat presipitasi protein. Jenis kompres: 1. Terbuka Agar terjadi penguapan dari luka yang sifatnya basah 2. Tertutup apabila luka cukup dalam dan berpotensi untuk mengalami infeksi yang cukup berbahaya Vasodilatasi Cara kompres bekerja pada radang akut (kompres terbuka) melalui :(7) 1. Penguapan air akan menarik kalor dari lesi, sehingga terjadi vasokonstriksi yang mengakibatkan eritem berkurang. 2. Vasokonstriksi memperbaiki permeabilitas vaskuler, sehingga pengeluaran serum dan oedem berkurang.

3. Air melunakkan dan melarutkan krusta pada permukaan kulit, sehingga mudah terangkat bersama kain kasa. Pembersihan krusta ini akan mengurangi sarang makanan untuk bakteri dari cairan yang terperangkap di bawah krusta. 2. Rendam (Bath) hanya sebagian tubuh saja 3. Mandi (Full Bath) seluruh badan Contoh:

salisil 1: astringen, antiseptik lemah PK 1/5000,1/10000: astringen, antiseptik Rivanol 1: astringen, antiseptik, deodoran AgNO3 0.25 -0.5%: astringen, antiseptik kuat Heksaklorofen: antiseptik

ii.

Bedak kocok (Losio)

Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak yang biasanya ditambah dengan gliserin sebagai bahan perekat, supaya bedak tidak terlalu kental dan cepat menjadi kering maka jumlah zat padat maksimal 40 % dan jumlah gliserin 10 15 %. Hal ini berarti jika beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka prosentase tersebut jangan terlampaui. Perlu dikocok, biasanya dingin karena ada penguapan air, serta mudah dioleskan hingga homogeny. Indikasi: dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas, serta dermatosis pada keadaan sub akut. Kontraindikasi: dermatitis madidans dan daerah badan yang berambut. 2. Bedak - SOLID Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat sehingga penetresinya sedikit sekali. Efek bedak ialah mendinginkan, antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi, antipruritus lemah,mengurangi pergeseran pada lipatan kulit (intertrigo dan kaki), menyerap kelembapan kulit, dan proteksi mekanis. Pengobatan dengan bedak yang diharapkan terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah:

Zinkoksida (antiseptik, proteksi) Talkum (magnesium silikat) lubrikasi dan mengeringkan. Kalamin mengandung

ZnO 98% dan Fe2O3 1% (merah jambu) Sebagai astringen untuk mengurangi gatal.

Bedak biasanya dicampur dengan seng oksida (ZnO), sebab zat ini bersifat: 1. Mengabsorbsi air dan sebum 2. Astringen 3. Antiseptik lemah 4. Antipruritus lemah Indikasi: pemberian bedak ialah dermatosis yang kering mempertahankan vesikel atau bula agar tidak pecah. dan superfisial,

Kontraindikasinya: dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder Jika terjadi eksudat atau pus, maka campuran bedak dengan eksudat merupakan adonan yang memudahkan terjadinya infeksi (Iritasi, mengeras, krusta, dan granuloma).(6) Kelemahan bedak adalah:

Daya lekat yang kurang, sehingga digunakan stearat untuk meningkatkan daya lekat Terisap oleh hidung pemakai

3. SEMI SOLID Bahan yang semi solid cenderung mudah menyebar dan mempunyai sifat proteksi, hidrasi, dan lubrikasi. Beberapa bahan vehikulum yang termasuk dalam semi solid adalah: 1. Salep Salep ialah bahan berlemak (dasar hidrokarbon) atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti mentega dan lengket. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak (Digunakan untuk obat larut air bahan emulsi). Salep mempunyai daya serap yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan krim. Salep mempunyai sifat lubrikasi, proteksi, dan emolien, yaitu menahan penguapan air dari kulit. Indikasi: dermatosis yang kering dan kronik, dermatosis yang dalam dan kronik dan dermatosis yang bersisik dan berkrusta, dan ulkus bersih. Bersifat proteksi pada ruam popok, inkontinensia alvi, sariawan, dan kolostomi.

Kontraindikasinya: adalah dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang berambutdan lipatan tubuh, penggunaan salep tidak dianjurkan. Kelemahan dari salep adalah rasa lengket yang ditimbulkan (tapi mudah dibersihkan Lanolin anhidros, petroleum hidrofilik) serta rasa warna kuning akibat petroleum kuning yang menyebabkan noda pada pakaian. 2. Krim Krim adalah emulsi O/W (oil in water) atau W/O (water in oil). Kombinasi antara minyak dengan air ditambah emulgator menghasilkan emulsi W/O atau O/W, bergantung pada susunan komponen di atas. Krim perlu diberikan pengawet karena adanya kandungan air. i) Krim W/O (cold cream) (air<25%) lebih cocok dipakai waktu malam karena melengket lebih lama di kulit. Terdiri atas >= 1 cairan tak larut yang terdispersi pada cairan lainnya harus dikocok saat mau digunakan. Dibutuhkan emulgator untuk mencegah terjadinya emulsi. ii) Krim O/W (vanishing cream) (air 31% hingga 80%) lebih cocok dipakai waktu siang karena lebih cair dan tidak lengket.(8) Indikasi digunakan krim ialah indikasi kosmetik (tidak lengket, mudah dicuci, mudah menyebar, dan tidak mengotori baju), dermatosis yang subakut dan luas, dan boleh digunakan di daerah yang berambut. Kontraindikasi untuk krim W/O ialah dermatitis madidans.(5) Kandungan humektan beragam dari gliserin, propilen glikol, dan polietilen glikol untuk mencegak kekeringan. 3. Gel(7) Ada vehikulum lain yaitu gel. Gel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspensi yang dibuat dari senyawa organic dasar sediaan larut air. Zat untuk membuat gel di antaranya ialah karbomer, metilselulosa dan tragakan. Bila zat-zat tersebut dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan terbentuk gel. Karbomer akan membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel segera mencair, jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Warna gel bening, mudah dipakai dan dibersihkan, dan dapat dipakai pada kulit berambut. Sifatnya kurang menutup, alkohol atau propilen mudah kering dan menimbulkan rasa tersengat. Absorbsi per kutan lebih baik daripada krim. 4. Pasta Pasta ialah campuran homogen bedak (50%) dan vaselin (salep dasar hidrokarbon emulsi air dalam minyak). Pasta bersifat protektif dan mengeringkan. Fungsinya adalah sebagai barier impermeabel, proteksi, dan tabir surya (kalo mau tau bentuknya, bentuknya mirip pasta gigi biasanya putih dan padat). Kelemahannya adalah kurang lengket, kurang menutup, lebih kering (dibandingkan salep karena pada pasta sudah dicampur dengan sediaan solid, yaitu bedak) Indikasi: dermatosis yang agak basah.

Kontraindikasinya: dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan badan, pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.(5) Sekarang pasta jarang dipakai karena pengolesan dan pembersihannya lebih sulit.(8) 5. Linimen(7) Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salep. Indikasi: dermatosis yang subakut. Kontraindikasi: dermatosis madidans 2. Bahan aktif Pemilihan obat topikal selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang dimasukkan ke dalam vehikulum, yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topikal. Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi oleh keadaan fisiko-kimia permukaan kulit, di samping komposisi formulasi zat yang dipakai. Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk konsentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas dan efek vehikulum terhadap kulit. Bahan-bahan aktif yang biasa digunakan pada penyakit kulit secara umum di antaranya ialah alumunium asetat, asam asetat, asam benzoat, asam borat, asam salisilat, asam undesilenat, asam vitamin A (tretionin, asam retinoat), benzokain, benzil benzoat, camphora, kortikosteroid topikal, mentol, padofilin, selenium disulfid, sulfur, ter, tiosulfas natrikus, urea, zat antiseptik, antibiotik dan antifungal.(5, 6) Penjelasan tambahan (maap, untuk bagian ini kopas dari slide-rada disinggung juga si di farmako): 9. Asam salisilat: 1. Kompres: AS1 2. Keratoplasti: AS 2% 3. Keratolitik: AS 3-20% 4. Destruktif: AS 30-60% 5. Memperbaiki penetrasi obat:AS 3-5% 6. Sinergik dengan sulfur, tidak aktif bila 7. bercampur dengan zinkoksida 10. Sulfur:

1. Khasiat: antisebore (anti ketombe), antiakne, antiskabies, antibakteri (+)Gram, antijamur 2. Bentuk yang sering: sulfur presipitatum 3. Konsentrasi: 4-20% 11. Ter: 1. Merupakan hasil destilasi kering dari: i. ii. iii. Batubara: likuor karbonis detergen/LKD Kayu:oleum kadini, oleum rusi Fosil: iktiol

2. LKD 3-10%:antiproliferasi 3. Efeksamping: iritasi, folikulitis, akne ter, fototoksik, karsinogenik 12. Kortikosteroid: 1. Khasiat: paliatif dan supresif untuk 2. Antiinflamasi, antialergi, antipruritus, antimitotik, vasokonstriksi 3. Penggolongan: i. ii. iii. iv. Lemah: antiinflamasi, antimitotik (-) Sedang: antiinflamasi, antimitotik sedang Kuat: antiinflamasi, antimitotik kuat Sangat kuat: antiinflamasi, antimitotik sangat kuat

4. Indikasi: i. ii. Topikal: dermatitis, psoriasis ringan Intralesi: keloid, parut hipertrofik, alopesia areata, aknekistik, prurigo

5. Kontraindikasi: infeksi, ulkus 6. Lama pakai: 7. lemah: 4-6 minggu, kuat 2 minggu 8. Efek samping: i. ii. Pemakaian potensi kuat, lama, oklusi Berupa:

1. hipo/atrofi kulit, strie, telangiektasia, akneiformis, hipertrikosis,hipopigmentasi, absorb-si perkutan : supresi kelj adrenal

purpura, derm derm perioral,

9. Antibiotik: 1. Basitrasin: (+)(-) Gram 2. Mupirosin: (+)(-) Gram 3. Na Fusidat: terutama stafilokokus 4. Polimiksin: (-) Gram, kecuali proteus, serratia 5. Neomisin: (+)(-) Gram, dapat sensitisasi 10. Antijamur: 1. Nistatin: kandida 2. Siklopiroksolamin: dermatofita, M furfur, kandida 3. Haloprogin: dermatofita, M furfur, kandida 4. Tolnaftat: dermatofita 5. Deriavat imidazol: dermatofita, M furfur, kandida 2. Kesimpulan

TENTIRAN KJP 2009

Minggu 4 Siepend Tk 2 2008

Oleh: Andika A, Bayushi

Ini tentiran minggu keempat modul kulit bikinan kita. Mungkin masih banyak kekurangannya, jadi kita mohon maaf, tapi buat selanjutnya, kita usahakan lebih bagus lagi. Semoga berguna, Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai