Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena tanpa berkat dan

rahmat-Nya, mungkin kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini tepat pa da waktunya. Terlantun sholawat dan salam untuk imam besar kita semua Nabi Muham mad SAW. Rasa terima kasih juga banyak terucap kepada Dian Handayani, selaku dos en mata kuliah Kurikulum Pembelajaran. Tak lupa juga ucapan terima kasih kami be rikan kepada teman-teman yang selama ini saling membantu dan mendukung dalam pen gerjaan makalah ini. Adapun makalah yang berjudul Konsep Pembelajaran ini berisi uraianuraian mengenai konsep-konsep dasar pembelajaran. Konsep ini meliputi hak ikat dari belajar/pembelajaran, landasan konsep pembelajaran, proses perkembanga n konsep dasar pembelajaran, serta faktor-faktor dan motivasi yang mempengaruhi hasil dari pembelajaran. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun redaksinya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kami mengharapkan kritik d an saran yang membangun agar dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Atas semua kesalahannya kami ucapkan mohon maaf yang sebesarbesarnya. Semoga makalah ini dapat berguna baik bagi kami sebagai penulis maupun bagi pembaca. Bandung, April 2010 Tim Penulis

DAFTAR ISI halaman KATA .. DAFTAR BAB .. 1 1.1.Latar . 1 Masalah Belakang AN i ISI PENGANTAR PEMBAHASAN 2.1. Hakikat . 2.2. Landasan .. 3

2.3. Proses 5 2.4. Perkembangan 2.5. Hasil Konsep Belajar Dasar 6 dari Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran . . 13 BAB . 16 III PENUTUP

3.1. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses. Sebagai guru/calon guru, ter kadang kita lupa akan hal tersebut sehingga bisa saja kita terlalu

memaksakan pada anak didik kita. Apalagi, guru-guru yang sebelumnya tidak memili ki basis pendidikan keguruan. Terkadang guru-guru seperti itu tidak dapat menjal ankan tugasnya dengan baik dan tentunya pencapaian hasil belajar peserta didik t idak mencapai level yang semula diharapkan. Berangkat dari uraian-uraian di atas , pemahaman mengenai konsep pembelajaran dirasa perlu untuk guru dan calon guru. Bahwa pembelajaran memiliki beberapa landasan, bagaimana perkembangan konsep pe mbelajaran, dan faktor serta motivasi yang mempengaruhi hasil pembelajaran diras a perlu dipahami agar nantinya kita menjadi calon-calon guru yang baik dan berku alitas. Guru yang berkualitas, tentunya akan menghasilkan anak didik yang berkua litas juga. Anak didik yang berkualitas nantinya dapat menjadikan bangsa kita in i menjadi bangsa yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. 1.2. Rumusan Masalah Beberapa masalah yang dirumuskan dalam praktikum ini dianta ranya adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran? 2. Apa saja yang proses menjadi landasan konsep konsep dasar pembelajaran? 3. Bagaimana per kembangan pembelajaran? 4. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil pembela jaran? 5. Motivasi apa saja yang mempengaruhi hasil pembelajaran? 1.3. Tujuan Tu juan dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Memahami mengenai pengertian belaja r dan pembelajaran. 2. Mengetahui landasan konsep-konsep pembelajaran.

3. Memahami tahapan-tahapan perkembangan konsep dasar pembelajaran. 4. Mengerti mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil p embelajaran. 5. Mengerti mengenai motivasi-motivasi yang mempengaruhi hasil pemb elajaran. BAB II PEMBAHASAN KONSEP PEMBELAJARAN 2.1. Hakikat Belajar Belajar, pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap s emua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai prose s yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. B elajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989:29). Sejalan dengan konsep di atas Cronbach (Surya, 1979:28) menyatakan Lear ning may be defined as the process by which a relatively enduring change in beha vior occurs as result of experience or practice. Pernyataan tersebut menegaskan b ahwa indikator belajar ditujukan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai has il dari pengalaman. Sedangkan Witherington (1952) menyebutkan bahwa Belajar merup akan perubahan suatu dalam kepribadian respon yang yang berupa dimanifestasikan sebagai pola-pola keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan, atau pemahaman. Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang menyangkut pengertian belajar sebaga i berikut : a. Belajar merupakan suatu yang proses, dimulai yaitu sejak kegiatan lahir dan yang terus yang berkesinambungan berlangsung seumur hidup. b. Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku bersifat relatif permanen. c. Hasil belajar ditujukan dengan aktivitas-aktivita s tingkah laku secara keseluruhan.

d. Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi, e mosional, sikap dan sebagainya. Terjadinya proses belajar dapat dipandang dari s isi kognitif, sebagaimana dikemukakan Bigge (1982) yaitu berhubungan dengan peru bahan-perubahan tentang kekuatan variable-variabel hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi, hubungan-hubungan dan kebiasaan, atau kecenderungan perilaku (Willis, 1986:20). Dalam hubungan ini Crow&Crow (Surya 1979:32) menyatakan bahwa Learning takes place whenever an individual finds himself in a situation to which he can not adjust through the utilization of customery modes of respons, or whenever ab stracties that interface with desired activities. The process to adjusting to or of over coming abstract may take place more or less unconsciously, without thin king much about what he is doing, the learning tries out one or another already formed habit or behavior until he hits upon a satisfactory response. Rumusan di a tas menyatakan bahwa proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada sit uasi di mana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintanganrintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang diing inkan. Proses penyesuaian diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak sadar, t anpa pemikiran yang banyak terhadap apa yang dilakukan. Dalam hal ini pelajar me ncoba melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk hingga ia menca pai respon yang memuaskan. Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berba gai unsur yang berkaitan. Unsure utama dalam belajar adalah individu sebagai pes erta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberik an kemungkinan terjadinya kegiatan belajar. Dengan demikian maka manifestasi bel ajar atau perbuatan belajar dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Meng enai jenis perubahan tingkah laku dalam proses belajar ini, Gagne dan Briggs (19 85:105), menyatakan bahwa perbuatan hasil belajar menghasilkan perubahan dalam b entuk tingkah laku dalam aspek a) kemampuan membedakan; b) konsep kongkrit; c) k onsep terdefinisi; d) nilai; e) nilai/aturan tingkat

tinggi; f) strategi kognitif; g) informasi verbal; h) sikap; dan i) keterampilan motorik. 2.2. Landasan Konsep Pembelajaran a. Filsafat Proses belajar pada dasa rnya melibatkan upaya yang hakiki dalam membentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai tuntutan dalam kehidupannya. Secara filosofis belajar b erarti mengingatkan kembali pada manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui melalui proses meniru, memahami, mengamati, merasakan, mengkaji, melakukan, dan meyakini akan segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya memberikan kemudahan da lam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Belajar diperlukan oleh individ u manusia akan tetapi belajar juga harus dipahami sebagai sesuatu kegiatan dalam mencari dan membuktikan kebenaran. Harapan para filosofis bahwa dengan belajar maka segala kebenaran di alam semesta ini ada yang menciptakan. Dengan demikian filsafat apapun yang telah menjadi hasil pikir manusia maka kaitannya dengan bel ajar ibarat siklus bahwa dengan filsafat manusia bisa mempelajari (belajar) tent ang segala sesuatu, dan sebaliknya dengan aktivitas belajar maka pemikiran-pemik iran tentang belajar terus berkembang dan banyak ditemukan sehingga membawa pada warna inovasi ide dan pemikiran manusia sepanjang zaman. b. Psikologis Perilaku manusia bisa berubah karena belajar, akan tetapi apakah manusia itu memahami pe rilakunya sendiri, atau menyadari dia harus berperilaku seperti apa jika berada, atau dihadapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Maka perilaku yang masi h dicari inilah dapat dikaitkan dengan kajian dari ilmu psikologi. Psikologi seb agai ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari gejala kejiwaan ini dalam bentuk perilakuperilaku yang nampak dan sangat dibutu hkan dalam proses belajar.

Diantara psikologi yang banyak dan memang masih bertahan menjadi landasan pokok dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yaitu psikologi kognitif dan behaviorist ik. Disamping masih banyak aliran psikologi lainnya, namun kedua aliran psikolog i ini sangat dominan dalam menentukan arah aktivitas manusia dalam melakukan pro ses pembelajaran. c. Sosiologis Manusia adalah makhluk individu dan sosial, maka melalui belajar individu bisa mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup ber sama dan akhirnya melalui belajar manusia mampu membangun masyarakat sampai deng an negara dan bangsa. Jika dalam belajar tanpa arah tujuan pada makna hidup manu sia sebagai makhluk sosial, maka belajar akan dijadikan cara untuk saling mengua sai, memusnahkan, karena segala sesuatu yang dipelajari, diketahui dipahami mela lui belajar tidak digunakan dalam menciptakan kondisi kedamaian dunia. Landasan sosiologis ini sangat penting dalam mengiringi perkembangan inovasi pembelajaran yang banyak terimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistic. Maka pemaham an akan belajar yang ditinjau dari aspek sosiologis inilah yang sangat dibutuhka n dewasa ini. d. Komunikasi Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, y ang satu memberikan pemaknaan terhadap yang lainnya. Dalam prakteknya proses bel ajar atau pembelajaran akan menghasilkan suatu kondisi di mana individu dalam ha l ini siswa dan guru, siswa dengan siswa atau interaksi yang kompleks sekalipun pasti akan ditemukan suatu proses komunikasi. Landasan komunikasi ini akan banya k memberikan warna dalam bentuk pendekatan, model, metode, dan strategi pembelaj aran, serta pola-pola inovasi pembelajaran. Seperti halnya landasan ilmiah yang lain komunikasi cukup mampu mempengaruhi peserta didik dalam mencapai keberhasil an membaca pesan-pesan atau informasi pembelajaran. Macam ragam pesan baik langs ung maupun tidak langsung, bersumber dari media

atau manusia secara langsung pasti akan bisa ditangkap, dipahami, dicerna, diola h, dan didefinisikan dalam memori manusia menjadi bentuk hasil pemahaman belajar . Proses inilah yang masih berkembang saat ini di dunia riset yaitu bagaimana se orang guru mampu melakukan variasi komunikasi dalam proses pembelajaran yang ten tunya dengan memperhatikan komponen pembelajaran lainnya khususnya peserta didik , dan model pembelajaran yang digunakan. 2.3. Proses Pembelajaran Bila semua mas yarakat Perguruan Tinggi telah memahami dengan baik tentang proses pembelajaran mahasiswa aktif, learning how to learn, penyiapan sumbe daya telah diatur dengan baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan SAP yang telah m engatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah. Proses pembelajaran hanya menerapkan kemampuan dan menggunakan sarana serta mengikuti mekanisme yang telah diatur dengan baik dalam SAP. Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan mencapai tuju an yang telah ditetapkan. Selain menerapkan proses pembelajar telah ditata denga n baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian untuk terus mem benahi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat melalui tatap muka di dala m ruang kelas dan dapat melalui media elektronik sesuai dengan pengaturan di dal am SAP. Proses pembelajaran melalui internet mendorong mahasiswa lebih aktif dal am pembelajaran karena harus berkomunikasi secara maya dengan para dosen, dan ma hasiswa lain di samping mengembara di dalam dunia pengetahuan lain. 2.4. Perkemb angan Konsep Dasar Pembelajaran Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi d ari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penkanannya terlet ak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan

aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem. Se hingga dalam sistem belajar ini terdapat komponenkomponen siswa atau peserta did ik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Davis (1974:30) bah wa leraning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pe ngalaman dan belajar, yang fasiltas, pemeliharaan interaksi atau pengontrolan, p rosedur mengatur perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan. Kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran te rjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi informasi oleh dan dari gur u kepada siswa. Ketiga kategori kegiatan dalam proses pembelajaran ini berkait e rat dengan aplikasi dan konsep sistem informasi manjemen. Keterampilan kelancara n mengorganisasi informasi ini merupakan dkk dasar proses pembelajaran. merupaka n Agnew hal yang (1996:17) bagi mengungkapkan bahwa belajar adalah kemampuan untuk mampu mengorganisasi informas i mendasar seseorang peserta didik. Meier (2002:103) mengemukakan bahwa semua pe mbelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsure, yakni persiapan (prep aration), penyampaian (presentation), pelatihan (practice), dan penampilan hasil (performance). a. Persiapan (Preparation) Tahap persiapan berkaitan dengan memp ersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan sehingga dapat berhenti sama sekali. Namun yang karena baik. terlalu ber semangat untuk mendapat materi, tahap ini sering diabaikan, mengganggu pembelaja ran Persiapan pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk pertum buhan yang sehat. Demikian juga dalam pembelajaran jika persiapan matang sesuai dengan karakteristik kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kem ampuan guru, maka hasilnya diasumsikan akan lebih optimal.

Tahap ini penting mengingat bahwa untuk mendekati situasi belajar, misalnya, rin tangan merasakan peserta yang adanya belajar harus dapat menghadapi mengganggu. gagal, segala macam tidak topic potensial Seperti pada manfaat, takut benci pelajaran, dipaksa hadir, merasa sudah tahu, dan merasa bosan. Semua rintangan i ni dan yang lainnya dapat menyebabkan stress, beban otak dan kemerosotan dalam k emampuan belajar. Berdasarkan hal di atas, maka tujuan tahap persiapan adalah un tuk menimbulkan minat peserta belajar, member mereka perasaan positif mengenai p engalaman belajar yang akan datang dan menempatkannya dalam situasi optimal untu k belajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan sugesti positif, membe rikan tujuan yang pernyataan yang member manfaat, memberikan jelas sosial dan ya ng bermakna. positif. belajar, Tahap ini juga bertujuan takut, dan membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan fisik, emosional, Menenang kan banyak rasa menyingkirkan hambatan bertanya mengemukakan berbagai masalah, merangsang rasa ingin tahu dan mengajak belajar p enuh dari awal. Banyak orang memiliki perasaan negatif tentang belajar. Kenangan tak sadar mereka mengaitkan belajar dengan rasa sakit, terhina, terkurung, dan sebagainya. Jika mereka tidak menggantikan sugesti negative ini dengan hal yang positif, maka pembelajaran mereka akan terhalang. Hal ini dikarenakan gambaran n egative semacam itu cenderung mewarnai pengalaman dengan asumsi. Asumsi negative cenderung menciptakan pengalaman negative dan asumsi positif cenderung mencipta kan pengalaman positif. Sugesti tidak boleh berlebihan, menimbulkan kesan bodoh, dangkal, tetapi harus realistic, jujur, dan tidak bertele-tele. Dalam kejadian apapun, jika sudah menetapkan hati untuk mencapai hasil positif, kemungkinan bes ar hasil positif yang akan dicapai. Ketika asumsi negative sudah digantikan deng an yang positif, maka rasa gembira dan lega dapat mempercepat pembelajaran merek a (Merton,

11986:235). Sugesti, baik positif maupun negatif, akan tercipta oleh lingkungan belajar itu sendiri. Pengaturan ruang kelas sering menimbulkan sugesti negatif. Jika lingkungan fisik mengilhami perasaan negative dan mengingatkan orang pada p engalaman yang tidak manusiawi, maka lingkugan itu akan member pengaruh negatif pada pembelajaran. memeberi Sehingga kesan diperlukan alternatif dan lingkungan yang gembira, positif, membangkitkan semangat. Sebuah lingkungan yang menimbulkan asosiasi positif dan berperasaan dalam setiap orang. Seperti dengan menata tempat duduk secara dinami s, menghiasi ruang belajar, atau apa yang ada dalam lingkungan belajar yang dapa t menambah warna, keindahan, minat serta rangsangan belajar para peserta didik. Termasuk dengan kehangatan musik, sebagaimana banyak dilakukan dalam inovasi-ino vasi pembelajaran modern saat ini. Pembelajaran memerlukan gambaran yang jelas t entang tujuan suatu pelajaran dan apa yang akan dapat mereka lakukan sebagai has ilnya. Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar, kata, contoh, demo, atau apa saja yang dapat membuat tujuan itu tampak nyata dan kongkrit bagi peserta belajar. A da garis lurus antara tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung dikaitkan deng an apa, sedangkan manfaat dikaitkan dengan mengapa. Peserta belajar dapat belajar pa ling baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pem belajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka secara pribadi. Oran g belajar untuk mendapatkan hasil bagi diri sendiri. Jika mereka melihat tidak a da hasilnya, mengapa harus belajar. Oleh karena itu, penting sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu agar orang merasa terkait dengan topic p elajaran itu secara positif. Dalam banyak kasus, persiapan pembelajaran dapat di mulai sebelum dimulainya program belajar. Jika dapat diusahakan, peserta belajar diberi sarana persiapan sebelum belajar yang berisi aneka pilihan peralatan unt uk

membantu mereka agar siap untuk belajar. Sarana itu dapat membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan, menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tah u dan minat, serta menciptakan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang. Untuk membantu mempersiapkan orang mendapatkan pengalaman belajar yang optimal, diperlukan lingkungan kerja sama sejak awal. Kerjasama membantu pe serta belajar mengurangi stress dan lebih banyak memanfaatkan wawasan, energinya gagasan, untuk dan belajar. informasi Kerjasama antar peserta belajar menciptka n sinergi manusiawi yang memungkinkan mengalir bebas. Hubungan atau interaksi se lama pembelajaran dapat dikatakan sebagai inti kecerdasan. Semakin sering orang saling menghubungkan pengetahuan dan wawasan mereka, semakin cerdaslah ia. Inter aksi sangat penting dalam membangun komunitas belajar. Hal ini dapat dimulai den gan program tugas kelompok yang dikaitkan dengan pengenalan, tujuan, manfaat bai peserta belajar atau penilaian pengetahuan. Selain itu, aktivitas belajar membu tuhkan peran serta semua pihak. Bagaimanapun, belajar bukan hanya menyerap infor masi secara pasif, melainkan aktif menciptakan pengetahuan dan keterampilan. Upa ya belajar benarbenar tergantung pada peserta belajar dan bukan merupakan tanggu ng jawab perancang atau fasilitatornya. Salah satu tujuan penyiapan peserta bela jar adalah mengajaknya memasuki kembali dunia kanak-kanak mereka, sehingga kemam puan bawaan mereka untuk belajar dapat berkembang sendiri. Dunia kanak-kanak dit andai dengan keterbukaan, kebebasan, kegembiraan, dan rasa ingin tahu yang sanga t besar. Inilah yang diasumsikan akan membantu dalam menumbuhkan percepatan berp ikir dan belajar Accelerated Learning (Rose and Nicholl, 1997:181-183). Merangsa ng rasa ingin tahu peserta belajar sangat membantu upaya mendorong peserta belaj ar agar terbuka dan siap berbagai

belajar. Pembelajaran akan mandeg jika tidak ada sesuatu yang bisa menimbulkan r asa ingin tahu. Jika rasa ingin tahu berkembang, maka ini akan membuat individu kembali hidup dan membuat mereka siap melebihi diri mereka sebelumnya dan inilah inti pembelajaran yang baik. Selanjutnya, mereka dapat mencari jalan baru, memp elajari keterampilan baru, dan kembali menjadi manusia yang tumbuh dan berkemban g normal. b. Penyampaian (Presentation) Tahap penyampaian dalam siklus pembelaja ran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang m engawali proses belajar secara positif dan menarik. Presentasi berarti pertemuan , dimana fasilitator dapat memimpin, tetapi peserta belajar yang harus menjalani pertemuan itu. Pembelajaran berasal dari keterlibatan aktif dan penuh seorang p eserta belajar dengan pelajaran, dan bukan dari mendengarkan presentasi guru ata u dosen saja. Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, m aka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan un tuk dijadikan fokus utama. Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu y ang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan pesert a belajar dalam menciptakan pengetahuan di setiap langkahnya. Sedangkan tujuan t ahap penyampaian adalah membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang b aru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan melalui uji coba kolabo ratif dan berbagi pengetahuan, pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan seluru h otak dan tubuh peserta belajar. Selain itu dapat dilakukan dengan presentasi i nteraktif, melalui aneka macam cara yang disesuaikan dengan seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar berdasarkan kemitraan dan berdasarkan tim, pela tihan menemukan, atau dengan member pengalaman belajar di dunia nyata yang konte kstual serta melalui pelatihan memecahkan masalah. Di mana

saat ini telah banyak berkembang seperti munculnya quantum learning dan quantum teaching (Bobbi de Porter, 2000), integrated learning, collaborative learning (C ampbel, 1983), accelerated learning (Rose & J. Nicholl,1997), dan sejenisnya. Pr esentase fasilitator berhasil jika dapat menimbulkan minta, menggugah rasa ingin tahu, dan memicu pembeajaran. Dalam beberapa kasus, peserta belajar menemukan i nformasi atau keterampilan baru sebelum mengikuti presentasi resmi dari seorang fasilitator. c. Latihan (Practice) Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran b erpengaruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap i nilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun, apa yang dipikirka n dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang menciptakan pembelajaran dan b ukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh instruktur atau pendidik . Peranan instruktur atau pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan menc iptakan suasana yang mendukung kelancaran pelatihan. Dengan kata lain tugas inst ruktur atau pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan menciptakan isi ya ng bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas. Peranan instruktur adal ah mengajak peserta belajar yang baru dengan cara yang dapat membantu mereka mem adukannya ke dalam struktur pengetahuan makna dan keterampilan internal yang ter tanam di dalam dirinya. Membangun struktur makna yang baru dari pengalaman dapat mengambil dari berbagai bentuk pengalaman belajar sebelumnya. Yang terbaik adal ah jika hal ini melibatkan seluruh aspek sistem tubuh atau pikiran. Tujuan baru tahap pelatihan berbagai adalah membantu peserta belajar mengintegrasikan dan me nyerap pengetahuan dan keterampilan dengan cara. Seperti aktifitas pemrosesan, p ermainan dalam belajar, aktifitas pemecahan masalah dan refleksi dan artikulasi individu, dialog berpasangan atau berkelompok, pengajaran dan tinjauan kolaborat if termasuk aktifitas praktis dalam

membangun keterampilan lainnya. Dalam hal ini Rose & J. Nicholl (1997) telah ban yak menyentuhnya dalam upaya memberikan perlakuan seseorang. d. Penampilan Hasil (Performance) Belajar adalah proses mengubah menjadi pengalaman menjadi pengeta huan, pengetahuan pemahaman, pemahaman (treatment) tertentu untuk mempercepat be lajar menjadi kearifan, dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap program belajar te rungkap hanya dalam tahap ini. Namun banyak yang mengabaikan tahap ini. Padahal sangat penting disadari bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruh an proses belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bah wa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga ta hap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa orang melaksa nakan pengetahuan dan keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nila i nyata bagi diri mereka sendiri, organisasi dank lien organisasi. Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu peserta belajar menerapkan dan memperluas penge tahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat seperti; penerapan di dunia ma ya dalam tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktifitas pe nguatan penerapan. Pelatihan terus menerus, usaha balik dan evaluasi kerja aktiv itas dukungan kawan, perubahan organisasi lingkungan yang mendukung. Dengan demi kian sejalan dengan konsep pembelajaran yang berkembang, maka hakekat inovasi pe mbelajaran dapat ditelusuri dari keempat unsur tersebut. Artinya jika keempat un sur tersebut ada, maka pembelajaran dapat dikatakan berlangsung. Persoalannya da lam dunia pendidikan di persekolahan banyak yang menyalahi proses ini. Padahal j ika salah satu dari empat tahap terebut tidak ada, maka belajarpun cenderung mer osot atau terhenti sama sekali. Pembelajaran akan terganggu jika peserta

belajar tidak terbuka dan tidak siap untuk belajar, tidak menyadari manfaat bela jar untuk diri sendiri, tidak memiliki minat, atau terhambat oleh rintangan bela jar. Mengenai rintangan ini, banyak orang yang menyimpan perasaan negatif mengen ai belajar tanpa menyadarinya. Berdasarkan pengalaman masa lalu, mereka mungkin mengaitkan situasi belajar formal dengan pengurungan, kebosanan, hal-hal yang ti dak relevan, rasa takut dipermalukan, dan stress. Jika rintangan-rintangan ini t idak diatasi, maka belajar cepat dan efektif akan terhenti sebelum dimulai. Pemb elajaran juga akan terganggu jika orang tidak memperoleh pengetahuan dan keteram pilan baru dalam cara yang bermakna bagi mereka dan yang melibatkan diri mereka sepenuhnya. Jika mereka diperlakukan sebagai konsumen pasif dan bukan kreator ak tif dalam proses belajar, kegiatan belajar mereka akan berjalan pincang atau mal ah terhenti. Hal yang sama terjadi jika gaya belajar pribadi seseorang tidak dip erhatikan dalam tahap penyampaian. Misalnya, orang harus bergerak dan aktif keti ka sedang belajar tidak akan banyak belajar dari kuliah panjang, kecuali jika di a disuruh sesuatu. Pembelajaran akan terganggu jika orang tidak diberi cukup wak tu untuk menyerap pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam struktur diri merek a saat itu ke dalam organisasi internal mereka menyangkut makna, kepercayaan, da n keterampilan. Untuk itu belajar yang sebenarnya adalah yang dikatakan dan dila kukan peserta belajar. Dengan demikian cukup beralasan jika mengajar ditegaskan bukanlah memerintah, bukan pula tindakan konsumtif. Pengetahuan bukan sesuatu ya ng diserap peserta belajar, tetapi pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan pe serta belajar. Maka untuk memperolehnya peserta belajar akan membutuhkan waktu u ntuk berintegrasi dengan pengetahuan tersebut. Sementara itu, konsekuensi dari p emikiran di atas, maka pembelajaran juga akan terganggu jika orang tidak mempuny ai kesempatan untuk segera menerapkan apa yang telah mereka

pelajari. Jika tidak segera menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang baru mereka pelajari tersebut ke dalam dunia nyata, maka sebag ian besar pengetahuan tersebut akan menguap. Dalam satu studi, dilaporkan bahwa tanpa penerapan segera dan upaya untuk memperkuatnya, hanya sekitar 5% dari pela jaran di kelas yang tetap diingat. Akan tetapi dengan penerapan segera dan bimbi ngan serta dukungan yang tepat makna 90% pelajaran akan tetap melekat (Gerlach & Ely, 1980). 2.5. Hasil Belajar dari Pembelajaran Secara keseluruhan pemahaman t erhadap konsep dasar pembelajaran tidak akan sempurna jika berhenti pada definis i atau proses. Berikut uraian dari kaitan antara hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua masyarakat belajar khususnya peserta didik. a. Hasi l Belajar Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afe ktif, dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan 6 tingkatan yaitu : 1) Pengetahuan, 2) Pemahaman, 3) Pengertian, 4) Aplikasi, 5) Analisa 6) Sintes a, 7) Evaluasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarny a proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses perubahan dapat t erjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar. Adapun Bloom yang banyak mendapat pengaruh dari Carrol dalam Model of Sc hool Learning-nya berusaha untuk mengatakan sejumlah kecil variable yang besar pe ngaruhnya terhadap hasil belajar Thesis Central Model. Bloom menyatakan bahwa va riasi dalam Cognitive Entry Behaviours dan Afektif Entry Characteristics dan kualita s pengajaran menentukan hasil belajar,

Bloom yakin bahwa variable kualitas pengajaran yang tercermin dalam penyajian ba han petunjuk latihan (tes formatif), proses balikan dan perbaikan penguatan part isipasi siswa harus sesuai dengan kebutuhan siswa (Bloom, 1976:11 dalam Max Dars ono, 1989:88). Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal , yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu fakto r-faktor yang berada di luar diri pelajar. Yang tergolong faktor internal adalah : 1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang d iperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya. 2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang meliputi : a) Faktor intelektual terdiri atas : Faktor potensial, yaitu intelegensi dan b akat. Faktor aktual, yaitu kecakapan nyata dan presentasi. nonintelektual, terte ntu kebutuhan, yaitu komponen-komponen minat, kebiasaan, diri, diri, penyesuaian seperti konsep sikap, b) Faktor motivasi, kepribadian emosional, dan sebagainya. 3) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis. Sedang kan yang tergolong ke dalam faktor eksternal ialah : 1) Faktor sosial yang terdi ri atas : 2) Faktor Faktor lingkungan keluarga Faktor lingkungan sekolah Faktor lingkungan masyarakat Faktor kelompok budaya seperti : adt istiadat, kesenian, i lmu dan dan teknologi, pengetahuan sebagainya. 3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim da n sebagainya.

4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan. Faktor-faktor tersebut saling ber interaksi secara langsung atau tidak langsung seseorang. dalam mempengaruhi adan ya belajar prestasi hasil yaitu belajar motivasi yang tertentu dicapai yang Kare na faktor-faktor mempengaruhi berprestasi, inteligensi dan kecemasan. b. Motivasi Menuju Hasil Proses Pembelajaran Pengaruh motivasi di sini adalah motivasi baik intern maupun ekstern terhadap hasil bela jar yang dimaksud, menurut Hilgard, motif merupakan tenaga penggerak yang mempen garuhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu perilaku (I.L Pasaribu, 1988:46). Sedangkan McClelland (1953) yang dikutip oleh Max Darso no (1989:99) menyataan bahwa motif adalah suatu energizer (sumber tenaga, penggera k) suatu konsep yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas organism. Motif umum nya dipandang suatu disposisi pribadi artinya bersifat potensial. Dalam hal ini Wrightman (1975:281) menjelaskan : Motive as an energizing condition of the organ ism that serves to direct that organism, usually toward a goal of goals or a cer tain class and motive is sometimes used interchangeably with the term need and driv e. Pada pernyataan tersebut di atas motif merupakan suatu sumber tenaga dalam kond isi tertentu yang bisanya dimiliki oleh setiap individu secara langsung, dan mot if ini biasanya memberikan arah untuk memilih kesiapan tindakan yang akan dilaku kan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan arahan. Menurut jenisnya, motif dibeda kan menjadi motif primer dan sekunder, yang dikutip oleh Syamsudin (1990), yang dikutip oleh Subhana, membedakan motif sebagai berikut : 1) Motif primer (primar y motive) atau motif dasar (basic motive) dipelajari menunjukkan (unlearned kepa da motive) motif yang yang sering tidak juga digunakan istilah dorongan (drive).

2) Motif sekunder (secondary motive) menunjukkan kepada motif yang berkembang da lam diri individu karena pengalaman dan dipelajari (conditioning and reinforceme nt). Ke dalam golongan ini termasuk : Takut yang dipelajari (learning fears). Mo tif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, conformitas, afiliasi, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya). Motif-motif objektif dan interest (eksplor asi, manipulasi, minta). Maksud (purposes) dan aspirasi. Motif berprestasi (achi evement motive). BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Belajar, pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Konsep dasar pembelajaran dilandasi oleh l andasan filsafat, psikologis, sosiologis, dan komunikasi. Proses pembelajaran ya ng telah direncanakan dengan baik akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Se lain menerapkan proses pembelajar telah ditata dengan baik, juga harus selalu me minta

feed back dan melakukan kajian untuk terus membenahi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat melalui tatap muka di dalam ruang kelas dan dapat melalui me dia elektronik. Perkembangan konsep dasar pembelajaran dibagi menjadi 4, yaitu p ersiapan (preparation), penyampaian (presentation), latihan (practice), dan pena mpilan hasil (performance). Hasil pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi fisiologis, psikologis, dan kematangan; serta faktor eksternal yan g meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik, dan spiritual (keagamaan). T erdapat dua macam motif yang mempengaruhi hasil pembelajaran, yaitu motif primer berupa dorongan; serta motif sekunder, yang meliputi learning fears, motif-moti f sosial, motifmotif objektif dan interest, maksud dan aspirasi, serta motif unt uk berprestasi. 3.2. Saran Lebih memahami mengenai konsep pembelajaran dan landa sannya agar dapat menjadi guru/pengajar yang baik. Peka terhadap perkembangan pe serta didik. Dapat menciptakan lingkungan yang nyaman bagi peserta didik. Memban gkitkan motivasi-motivasi pada peserta didik. Merencanakan dengan baik. proses p embelajaran agar terlaksana DAFTAR PUSTAKA Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurikulum & Pembelajaran. 2006. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Indonesia. Fakultas Ilmu Pe ndidikan Universitas Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai