Anda di halaman 1dari 19

BAB 1 LANDASAN TEORI

A. MEDIS 1. Pengertian

Penyakit obstruksi paru-paru menahun adalah istilah dari kumpulan beberapa kondisi yang ditandai dengan kekebalan yang meningkat terus pada aliran udara ekspirasi PPOM meliputi bronkitis kronis, emfisema pulmonal asma. (Sandri M. Nettina Pedoman Praktik keperawatan, th.2001) COPD merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran darah sebagai gambaran patofisiologi utamanya, ketiga penyakit yang membentuk kesatuan yang disebut COPD adalah Bronkitis, efisema, asma. (Syivia A, Price Lolirame M. Wilson) COPD adalah sekelompok penyakit paru yang ditandai dengan sekresi mukoli bronchial bertambah secara menetap ditandai dengan infeksi yang berulang dan terjadi penyempitan saluran nafas. (Dafid Duedoff, 2002) COPD atau PPOM merupakan suatu kelompok paru yang mengakibatkan obstruksi yang menahun dan persisten dari jalan napas di dalam paru. Termasuk dalam kelompok ini yaitu : bronkiektasis , bronkhitis menahun, emfisema paru, beberapa batuk dari asma, dan lain-lain. Walaupun masingmasing mempunyai karakteristik tersendiri tetapi sering secara klinis, radiologik, dan fisiologik terdapat Overloping satu sama lain sehingga penegakan diagnosis pasti dari pada salah satu penyakit sukar di tetapkan.

Secara fungsional semuanya akan mengakibatkan peningkatan tahanan saluran napas. (airways resistance). ( Kapita selekta, 1982. hal 218 ) 2. Anatomi Fisiologi

Gambar I Sistem Respirasi (sumber Campbell et al, 1999)

a.

Anatomi saluran pernapasan 1) Rongga hidung Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dan dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung, fungsi hidung adalah bekerja sebagai saluran udara pernapasan sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung dapat menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa, membunuh kuman-

kuman yang masuk bersama-sama udara pernapasan leukosit yang terdapat di dalam mukosa hidung. 2) Faring. Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher, keatas berhubungan dengan rongga hidung disebut nasofaring, kedepan berhubungan denga rongga mulut disebut orofaring, kebawah mempunyai dua lubang bagian depan disebut laringofaring, bagian belakang adalah esofagus sebagai saluran pencernaan. Pada lengkungan faring terdapat dua buah tonsil atau amandel yang bersimpulkan kelenjar limfe yang banyak mengandung lymfosit dan juga epiglotis yang berfungsi menutupi laring pada saat menelan makanan. 3) Laring. Merupakan struktur epitel kartilago berbentuk rangkaian cincin yang meghubungkan faring dengan trakea. Fungsi laring adalah memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan pernapasan bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. 4) Trakea. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda dan panjangnya kurang lebih 5 inch. Trakea diliputi oleh selaput lendir yang memiliki silia, berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. Karina merupakan tempat percabangan trakea menjadi bronkus utama kiri dan kanan. Bagian 5) Bronkus. Merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian vertebral torakalis ke IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel sama. Bronkus-bronkus ini 3 ini memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika di rangsang.

berjalan

kebawah

dan

kesamping

tumpukan

paru-paru.

Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih kecail atau ramping, terditi dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang, bronkus yang bercabang-cabang yang lebih kecil disebut bronkeolus (bronkioli). Pada bronkioli terdapat gelambung paru dan gelembunag hawa atau alveoli.
6) Paru-paru.

Paru-paru merupakan salah satu alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung (alveoli). Alveoli terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentang luas permukaan kurang lebih 90 m2, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari dalam darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan). Paru-paru ini dibagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri mempunyai 2 lobus. Letak paru-paru adalah pada rongga dada tepatnya pada cavum mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput halus yang disebut fleura visceral, sedangkan selaput yang berhubungan langsung denga rongga dada sebelah dalam adalah selaput fleur parietal. Diantara pleura ini terdapat sedikit cairan, befungsi untuk melicinkan permukaan selaput fleura agar dapat bergerak akibat inspirsi dan ekspirasi, paru-paru akan terlindungi dinding dada. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan menjadi dua kapasitas yaitu kapasitas total yang mengandung arti jumlah udara dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-dalamnya. Sedangkan kapasitas vital adalah jumlah udara dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal. Dalam keadaan noumal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak kurang lebih 5 liter. Waktu ekspirasi di dalam paru-paru dapat masih tertinnggal kurang lebih 3 liter udara. Pada waktu kita 4

bernapas biasa udara yang masuk kedalam paru-paru 2. 600 cm3 atau 2 m jumlah pernapasan. Dalam keadaan normal orang dewasa 16-18 x/ menit, anak-anak : 24 x/menit, dan bayi : 30 x/menit. Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan bisa bertambah cepat atau sebaliknya. b. Fisiologi Pernafasan Bernapas atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara luar atau atmosfer kedalam tubuh atau menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagian sisa dari oksidasi, udara dihirup masuk melintasi traktus respiratorius sampai alveoli. Sebagai terjadinya proses atmosfir karbondioksida dikeluarkan melalui kapiler-kapiler alveoli dibawa ke atrium sinistra vena purmonalis. Yang kemudian diteruskan di vertikel sinestrayang di pompa di aorta, kemudian dialirkan keseluruh tubuh, didalam pubuh terjadi proses oksidasi atau pembakaran, ampas dari sisa pembakaran tubuh adalah karbondioksida. Karbondioksida dikangkat oleh sirkulasidarah vena masuk ke atrium dekstra ke vertikel dekstra dan di pompa ke paru-paru melintasi arteri pulmonalis. Didalam sel paru-paru terjadi lagi proses oksidasi, karbon dioksida dikeluarkan melalui ekspirasi sedangkan sisa lainnya dikeluarkan melalui traktus urogenital dalam bentuk air senidan kulit dalam bentuk keringat. ( Syarifuddin, 1996) 3. Etiologi a. Merokok cerutu, asap rokok b. Polusi udara c. Iklim lingkungan, keseimbangan, panas atau dingin d. Infeksi sekunder e. Allergi hirup : Debu rumah tangga, bulu binatang, tepung sari tepung f. Allergi makanan : Susu, telor, coklat, ikan

g. Obat-obatan : USAID, Aspirin Proponal, atenolot, timolol Penisilin, antalgin. (Doengoes. Marillyn E, 2000)

4.
a.

Klasifikasi Bronktis kronis adalah gangguan klinis yang ditandai dengan oleh mokus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanofestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnnya dalam 2 tahun berturut-turut.
b.

Emfisema paru adalah suatu perubahan anatomis

parenkim paru yang ditandai dengan pembesaran alveolus dengan ductus alveolaris serta destruksi dinding alveolar.
c.

Asma ialah suatu penyakit yang dicirikan oleh cabang trakeobronkial terhadap berbagai jenis

hipersensitivitas

rangsangan keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluransaluran nafas secara periodic dan reversible akibat bronkospasme. (Neltina. Sandra M, 2002). 5.
a. b.

Manifestasi Klinis Keletihan, gelisah insomnia, kehilangan masa otot. Kelelahan, malaise, dyspnea pada saat istirahat, dan Sesak nafas, mengalmi, infeksi pernpasan dan kehilangan Udema, peningkatan TD, ansietas, ketakutan. Hilangnya nafsu makan, mual muntah, turgor kulit buruk,

aktivitas.
c.

berat badan cukup drastic.


d. e.

berkeringat.

f.

Bau badan, kemerahan, keterbatasan mobilitas fisik

(Neltina. Sandra M, 2002).

6.

Patofisiologi
COPD

Bronkitis cronik Bakteri

Bronkitis Jaringan paru rusak Pnelimolitis Aspirasi banda Asing ada massa

Emfisema Infeksi: Bronkedus bronkedus Retrolastris Paru

Asma Spasme bronkus

Hiperplasia Hipertropi Edema

Konstruksi otot polos Jalan nafas Udema mukosa

Hipersekresi mucus Pada cabang bronkus Obs jalan napas Hiperventilasi

Respirasi Hipoksia jaringan

Dyspnea Cyanosis

Hiper kapnea CO2 Necrose

Despnea (sesak)

(Enggiaram, Barbara, 1999) 7. Komplikasi

Ada 3 komplikasi utama yang biasa terjadi: a. akut Terjadi ketika ventilasi O2 cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh saat istirahat. b. Cor pulmonal (gagal jantung kanan) Merupakan pembesaran ventrikel kanan yang disebabkan oleh over loading akibat penyakit pulmonal.
c.

Acute respiratory failure (ARP)/gagal nafas

Pneumothorak

Akumulasi udara dalam rongga pleura. (Duedoff, David, 2002) 8. a. b. Pemeriksaan Diagnostik Sinar x dada untuk mendeteksi hiperinflasi, diagfrakma Test fungsi fulmonal (PFT) untuk menunjukkan obstruksi mendatar peningkatan ruang retrosternal, penurunan penanda vaskuler aliran udara penurunan volume ekspirasi kuat dalam identik (PEVI) fevi

terhadap rasio kapasitas vital kuat (FVC), peningkatan volume residu terhadap kapasitas paru total (TCC) untuk mendeteksi peningkatan TCC
c.

Gas darah arteri (GDA) untuk mendeteksi penurunan PaO2,

PH dan PCO2 dan assay anti tripisn-alfa untuk mendeteksi prodiposisi genetic d. Usap sputum dan kultur untuk mendeteksi pathogen. (Duedoff, David. 2002)

9.

Penatalaksanaan

Farmokoterapi : Bronkodilator, ekspetoran, mukolitik, rehabilitasi a. Asma bronkiale 1) 2) 3) 4) 5) Penyuluhan : pengetahuan penyakit Hindari factor pencetus Immunoterapi Fisioterapi nafas, vibrasi/perkusi thoraks, batuk efektif Farmakoterapi : anti inflamasi : kortikosteroid, kromalin,

bronkodelator: beta2 garis, metal sanin, antikolin b. Bronkitis kronis 1) 2) pencemaran udara 3) lingkungan) 4) Hidrasi secukupnya Mencegah infeksi (bersihan Penyuluhan Berhenti merokok dan menghindari

5)

Nutrisi tepat: Tingga protein, cegah Emfisema

makanan berat menjelang tidur yang menyebabkan sekresi bronkus . c. 1) paparan polusi udara
2)

Berhenti Terapi O2 Pengobatan (obstruksi), antibiotic (Infeksi)

merokok,

menghindari

3) 4) dan latihan bernapas (Duedoff, David. 2002)

Bronkodilator

Rehabilitasi : Fisioterapi, latihan berat

B. KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian keperawatan a. Gejala


-

Aktivitas istirahat :

Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan karena sulit bernapas. untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Ketidakmampuan untuk tidur,perlu tidur dlam posisi duduk.

10

Dispena pada saat istirahat atau respon tehadap aktivitas atau latihan. :

Tanda b. Gejala Tanda -

Keletihan Gelisah, insomnia Kelemahan imum/kehilangan massa otot Sirkulasi : Pembekekakan pada ekstrimitas bawah :

Peningkatan TD Peningkatan frekuensi jantung/takikardi berat, distrimia Distensi vena leher (penyakit berat) Bunyi jantung redup (Yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada)

c.

Warna kulit/membrane mukosa: normal/abu-abu/sianes Pucat dapat menunjukkan anemia Integritas ego : Peningkatan factor resiko, perubahan pola hidup : Ansietas, ketakutan, peka rangsang

Gejala Tanda

11

d. Gejala

Makanan/cairan : Nafsu makan buruk,Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan

Tanda

: Turgor kulit buruk,Edema depende,Berkeringat,Penurunan BB, masa otot/lemak subkutan (emfisema),Palpitasi abdomen dapat menyatakan hepatomegali (Bronkitis)

e. Gejala

Hygiene : Penurunan kemampaun/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari

Tanda f. Gejala
-

: Kebersihan buruk, bau badan Pernafasan :

Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja: cuaca atau episode berulangnya sulit napas(dispnea), rasa dada tertekan ketidakmampuan untuk bernafas (asma).

Napas udara kronis. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun tidur) selama menimal 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.produksi sputum (hijau, putih atau kuning) dapat banyak sekali (bronkitis kronis).

12

Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun dapat menjadi prorduktif (emfisema).

Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasan dalam jangka panjang (ms: rokok sigaret) atau debu/asap (mis: abses, debu batu bara,serbuk gergaji).

Faktor keluarga dalam keturunan, ms: defisiensi alfa anti fripsin (emfisoma).

Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus. :

Tanda
-

Pernapasan O2 pada malam hari atau terus-menerus. Pernapasan : biasanya cepat, dapat lambat, fase ekpirasi memanjang dan mendekur, nafas bibir (emfisema).

Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernapasan khususnya dengan eksaserbasi akut bronkitis kronis.

Penggunaan otot bantu pernapasan missal : meninggikan bahu, retraksi fosci supraklavikula, melebarkan hidung.

Dada : dapat terlihat hiperinflaksi dengan peninggian diameter AP (bentuk barrel) gerkan diagfragma minimal.

Bunyi nafas dada: mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema): menyebar,lembut atau krekels lambat kasar (bronkitis): ronki, mengi, sepanjang area paru. Pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tak adanya bunyi wafat (asma).

Perkusi : hipersonan pada paru (misal: jebakan udara dengan omfisema) bunyi pekak pada area paru (misal: konsolidasi, cairan mukosa). 13

Kesulitan bicara kalimat/lebih dari 4/5 kata sekaligus. Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kaku, abu-abu keseluruhan,warna merah (bronkitis kronis, biru mengembang) pasien dengan emfisema sedang sering disebut pink puffer karena warna kulit normal meskipun pertukaran gas tidak normal dan frekuensi pernapasan cepat.

g. Gejala

Keamanan : Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/fraktor lingkungan.

h. Gejala i. Gejala :

Seksualitas : Penurunan libido Interaksi social

Hubungan ketergantungan Kurang system pendukung Kegagalan dukungan diri/terhadap pasangan/orang terdekat Penyakit lama/ketidakmampuan membaik :

Tanda
-

Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress pernapasan

Katerbatasan mobiltas fisik

14

j.

Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain Penyuluhan/pembelajaran :

Gejala
-

Penggunaan/penyalahgunaan zat/obat pernapasan Kesulitan menghentikan rokok Penggunaan alcohol secara teratur Gagal untuk membaik

(Marillyn E. Doengoes, 2000)

2.Diagnose keperawatan
a. Ketidakmampuan bersihan jalan nafas berhubungan degan sekresi

yang berlebihan dan kental.


b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gas suplay O2

(obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus). 15

c. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia sekunder akibat dispnea, hairtosis dan keletihan.


d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisrensi O2 untuk

aktivitas dan keletihan.


e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk, ketidakmpuan untuk

mengontrol rekumban dan stimulus lingkunga. f. Ansietas berhubungan dengan kesukaran bernapas dan takut asfiksia. (Marillyn E. Doengoes, 2000)

16

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN No 1. Diagnosa keperaawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang berlebihan dan kental Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional 1. Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress 2. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi nafas 3. Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas 4. Cara mengatasi dan mengonttrol disnea dan menurunkan jebakan udara 5. Menurunkan spasme jalan napas inflamasi jalan nafas Mengontrol infeksi nafas Memungkinkan pasien istirahat 1. Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan 2. Pengiriman O2 dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi

2.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai O2 (obstruksi jalan nafas oleh sekresi)

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi pernapasan catat keperawatan selama x24 jam klien rasio isnpirasi/ekspirasi dapat mempertahankan bersihan jalan nafas dengan kriteria: 2. Bantu pasien untuk posisi yang 1. Menunjukkan perilaku nyaman, misalnya peninggian memperbaiki bersihan jalan kepala tempat tidur, duduk pada nafas, misal batuk efektif. sandaran tempat tidur 2. Mengeluarkan secret. 3. Dorong mengeluarkan spectrum 3. Menunjukkan jalan nafas pengisapan bila diindikasikan paten. 4. Ajarkan latihan nafas abdomen atau bibir 5. Berikan obat sesuai indikasi Brandikolator Santin Antimikrobial Analgesik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi, kedalaman keperawatan selama ..x24 jam pernafasan diharapkan pertukaran gas lancer 2. Tinnggikan kepala tempat tidur dengan criteria: bantu pasien untuk mendapatkan posisi mudah 1. Menunjukkan perbaikan untuk bernapas ventilasi dan O2 jaringan adekuat 3. Dorong mengeluarkan sputum dengan GDA dalam batas normal pengisahan bila di indikasi 2. Berpartisipasi dalam program pengobatan

3. Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalahsumber utama gangguan pertukaran gas

17

4. Beri O2 tambahan sesuai 4. Memperbaiki / mencegah memburuknya hipoksia indikasi hasil SDA dan toleransi pasien Perubahan Setelah di lakukan tindakan 1. Kaji kebiasaan diet, masukan 1. Pasien distress pernapasan akut nutrisi kurang keperawatan selama .x24 jam makanan saat ini, catat derajat anokresia karena dispnea dari kebutuhan diharapkan nutrisi tercukupi dengan kesulitan makan b/d anoreksia criteria 2. Observasi mual-muntah 2. Terjadinya mual-muntah sekunder akibat merupakan tanda nutrisi kurang 1. Menunjukkan peningkatan dispnea, dari kebutuhan tubuh BB holistosis dan 3. Observasi turgor kulit 3. Turgor kulit harus elastis keletihan 4. Dorong istirahat semalam 4. Membantu kelemahan saat makan 2. Menunjukkan perilaku / 1jam sebelum makan dan dan MCT memasukan kalori total perubahan pola hidup untuk sesudah makan, porsi kecil mempertahankan BB tapi sering 5. Hindari makanan sangat panas 5. Suhu ekstrim dapat spasme batuk dan sangat dingin 6. Konsul akhir gizi 6. Member nutrisi semaksimal Intoleransi Setelah di lakukan tindakan 1. Observasi respon fisik, 1. Respon fisik, emosi yang aktivitas keperawatan selama x24 jam emosi, social dan spiritual meningkat, pasien masih berhubungan pasien bertoleransi terhadap aktifitas intolerasi terhadap aktifitas dengan dengan criteria 2. Observasi adanya faktor 2. Menentukan intervensi yang insufisrensi O2 penyebab kelelahan akan dilakukan selanjutnya 1. Berpartisipasi dalam aktifitas untuk aktivitas 3. Observasi nutrisi dan 3. Nutrisi dan sumber energy fisik tanpa disertai peningkatan sumber energi yang adekuat yang adekuat dapat membuat dan keletihan. TD, nadi dan respirasi. pasien toleransi terhadap aktifitas 4. Bantu pasien untuk 4. Lakukan aktifitas yang bisa 2. Mampu melakukan aktifitas mengidentifikasi aktifitas yang dilakukan oleh pasien dan tidak secara mandiri mampu dilakukan membuat pasien mengalami peningkatan TD, nadi dan 3. Keseimbangan aktifitas dan respirasi istirahat 5. Bantu pasien membuat 5. Pembuatan jadwal dapat jadwal latihan memudahkan pasien untuk

18

6. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi yang tepat

menentukan aktifitas pasien 6. Program terapi dapat membantu pasien meningkatkan kemandirian dalam melakukan aktifitas

(Marillyn E. Doengoes, 2000)

19

Anda mungkin juga menyukai