A. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak, remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang dari 51%, untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri didalam urin. Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran kemih disebut bakteriunia bergejala sedangkan yang tanpa gejala kemih disebut bakteriunia tanpa gejala. Mikro organisme yang paling sering menyebabkan ISK adalah jenis bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba yang lain, karena itu rutin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama pada bagian yang mendekati kandung kemih.
B. Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain: 1. Kandung kemih (sistitis) 2. 3. 4.
1)
uretra (uretritis) prostat (prostatitis) ginjal (pielonefritis) ISK uncomplicated (simple) ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2) ISK complicated
28
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaankeadaan sebagi berikut: Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, kateter kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK. Gangguan daya tahan tubuh Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease.
C. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a.
Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain. a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif b. Mobilitas menurun c. Nutrisi yang sering kurang baik d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral e. Adanya hambatan pada aliran urin f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
D. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 29
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. Secara hematogen pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain. Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan Mobilitas menurun Nutrisi yang sering kurang baik System imunnitas yng menurun Adanya hambatan pada saluran urin Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
30
PATHWAY ISK Infeksi (bakteri, jamur, virus, parasit) Hematogen, lympogen, eksogen (pemasangan kateter) Melekat pada sel uroepitelial Kolonisasi bakteri Kolonisasi di periu retral Masuk ke vesika urinaria Merobek lapisan glycoprotein munclayer di mukosa urinaria Kolonisasi dipermukaan mukosa vesika urinaria Menembus epitel Spasme otot polos vesika urinaria terganggu sulit relaksasi MK : Nye ri Kontraksi spasme otot polos terus menerus Urine sedikit-sedikit keluar Distensi kandung kemih vesika urinaria tidak kuat menampung urine BAK sering
MK: Gg.Eliminasi Urine : Inkontinensia S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 31
RR
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis): Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis Hematuria Nyeri punggung dapat terjadi Demam Menggigil Nyeri panggul dan pinggang Nyeri ketika berkemih Malaise Pusing Mual dan muntah
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis. 2. Bakteriologis Mikroskopis Biakan bakteri Biakan ini pancaran tengah (mid stream urine) dianggap positif ISK bila jumlah kuman 100.000 kuman/ml urin, jumlah kuman antara 10.000 - < 100.000 kuman/ml urin dianggap meragukan akan perlu diulang. Bila < 10.000 kuman/ml, urin hasil dianggap sebagai kontaminasi. Bila pengambilan urin dilakukan dengan pungsi supra pubik/karteterisasi kandung kemih, maka seberapapun kuman yang
32
ditemukan dianggap positif ISK (ada maka juga yang menyebutkan batasan > 200 kuman/ml urin) 3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik 4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. 5. Metode tes Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek). Tes- tes tambahan: Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten. jika terdapat bakteri yang
G.
Penatalaksanaan Medis
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas: Terapi antibiotika dosis tunggal Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu Terapi dosis rendah untuk supresi Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis:
33
batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi. Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya: Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan Interansi obat Efek samping obat Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal: 1. Efek nefrotosik obat 2. Efek toksisitas obat Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut: Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/ Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh membahnayakan/ Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan? Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?
H. Komplikasi
a. Gagal ginjal akut
34
35
dan lapor jika suhu 38,50 Catat karakteristik urine 2 HE kepada pasien dan 3 keluarga pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada ontra indikasi Monitor pemeriksaan ulang 4 urin kultur dan sensitifitas untuk menentukan respon terapi Berikan perawatan perineal, 5 pertahankan agar tetap bersih dan kering b) Nyeri b/d perkembangan mikoorganisme Tujuan No 1 2 3 : nyeri teratasi INTERVENSI Kaji tingkat nyeri
perubahan di dalam tubuh Untuk mengetahui/mengidenfikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan Untuk mencegah statis urine
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
Untuk
intervensi selanjutnya Berikan tekhnik relaksasi Untuk mengurangi nyeri HE kepada keluarga pasien Untuk memblok implus saraf agar untuk mengompres air hangat tidak terjadi respon nyeri dibagian yang nyeri Kolaborasi dengan tim medis Untuk membantu mengatasi nyeri pemberian analgetik
c) Kekurangan divisit volume cairan b/d poliuria dan malas minum Tujuan No 1 2 3 : kebutuhan cairan terpenuhi INTERVENSI Kaji tingkat kebutuhan cairan Untuk RASIONAL memudahkan melakukan
pasien intervensi Berikan minum/cairan yang Agar tidak terjadi kekurangan cairan adekuat yang berlebihan HE kepada keluarga pasien, Untuk memudahkan memantau pemasukan dan cairan yang adekuat pemberian
36
mengeluarkan cairan Kolaborasi dengan tim medis Pemberian cairan sangat penting tentang pemberian infus untuk membantu dalam mengatasimaalah
d) Perubahan suhu tubuh (demam) b/d infeksi Tujuan No 1 2 3 : suhu tubuh normal 36 37 dan pasien bebas dari demam INTERVENSI Kaji saat timbul demam Obervasi tanda-tanda vital Untuk RASIONAL mengidentifikasi pola
demam pasien Untuk mengetahui keadaan umum hangat menyebabkan terjadi secara
sehingga panas
evaporasi dan Pakaian yang tipis akan membantu tidak mengurangi penguapan
kelurganya 5
memakai pakaian yang tebal Kolaborasi dengan dokter Pemberian obat antipiretik dapat tentang pemberian antipiretik membantu penurunan suhu tubuh
37