SETJEN - DEPTAN
Berita standardisasi mutu dan keamanan pangan Edisi Agustus 2003 Edisi Agustus 2003
TBT DAN SPS, PELUANG DAN TANTANGAN BAGI PRODUK PANGAN INDONESIA
Mengenal lebih jauh mengenai sistem HACCP dan kenapa menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan di banyak negara saat ini.
BERITA SPS
Pemberitahuan awal produk tertentu yang akan masuk ke suatu negara I Salah satu tindakan pencegahan dalam menghambat merebaknya penyakit di suatu wilayah negara tertentu adalah dengan pemberitahuan awal produk tertentu yang akan masuk ke suatu negara yang terkait dengan makanan, tanaman, dan hewan.
Era AFTA dimulai bulan Januari tahun 2003. Pemberlakuan aturan main AFTA, menyebabkan beberapa konsekwensi. Konsekwensi itu antara lain : pemberlakuan standar tunggal bagi produk domestik sekaligus bagi produk impor. Ada dua standar yang harus diperlakukan dipasar perdagangan internasional. Standar tersebut adalah Technical Barrier to Trade (TBT) dan SPS (Sanitary and Phitosanitary). TBT merupakan standar yang dikenakan bagi produk dan komoditas, sementara SPS lebih ditujukan pada perlindungan terhadap manusia, hewan, tanaman dan lingkungan yang ada didalam satu negara. Sebenarnya penerapan k edua instrumen ini merupakan tantangan sekaligus peluang yang baik dalam meningkatkan daya saing komoditas
domestik kita. Tetapi sampai saat ini Indonesia belum mampu sepenuhnya menerapkan kedua instrumen ini. Akibat yang telah terlihat adalah membanjirnya produk impor. Faktor lain yang memicu membanjirnya produk impor antara lain tidak adanya sistem m onitoring keamanan pangan, khususnya produk pangan segar. Ketidakmampuan menerapkan SPS dan TBT, serta tidak adanya monitoring terhadap keamanan produk segar, menyebabkan sulitnya pemasaran produk segar domestik kepasar ekspor mancanegara disatu sisi, disisi lain kita tidak mampu menangkal masuknya produk luar ke pasar kita. Tidak adanya monitoring keamanan produk segar ditunjang dengan pendidikan petani yang apa adanya menyebabkan produk segar bersambung ke hal. 7........
Klik.......
Mari kita tingkatkan produktivitas, mutu dan keamanan pangan produk daging dan susu kita....! Dipersembahkan oleh ISPI (Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia) DKI Jaya
Dari Redaksi.
Kualitas dan keamanan produk segar menjadi isu penting di era globalisasi. Standar tunggal seperti TBT dan SPS menjadikan mutu dan keamanan produk segar sebagai tolok ukur diterimanya satu produk kita di negara tujuan ekspor. Selain itu banyak penyakit degeneratif maupun penyakit infeksi terjadi akibat pangan segar yang tidak aman untuk dikonsumsi. Untuk menjadikan produk pangan segar menjadi tuan rumah di negeri sendiri, perlu penggalangan peraturan yang memastikan pangan segar yang beredar aman untuk dikonsumsi. ini bukan merupakan hal yang mudah, apalagi orang Indonesia dikenal sulit untuk diatur. Tetapi mau tidak mau, suka tidak suka harus mulai menyortir pangan segar yang beredar di pasar, melalui standar TBT dan SPS kalau tidak ingin tertindas pasar global !!!
Redaksi Infomutu: Penanggung jawab : Kepala Pusat Standardisasi dan Akreditasi, Pemimpin Redaksi: Sri Bintang K Redaksi : Erna, Iin, Slamet Hartanto, Chandra, Apriadi Art Director: M. Nurman Nara sumber/reporter: Erry Wardhana Iklan dan Promosi: Endah A Sucipto Alamat: Gedung E Lantai 7 Kanpus Deptan, J.l Harsono RM No. 3, Pasar Minggu, Jakarta 12550 Tlp/Fax. (021)-78842042 email:infomutu@agrimutu.com
Edisi Agustus 2003 APRESIASI DAN FASILITAS PENYUSUNAN DOKUMENTASI SISTEM MUTU DALAM RANGKA PROSES AKREDITASI DI LABORATORIUM KARANTINA HEWAN NGURAH RAI, BALI Dalam rangka mendukung program akreditasi laboratorium penguji dan lembaga sertifikasi lingkup Departemen Pertanian, pada bulan Agustus 2003, Pusat Standardisasi dan Akreditasi memberikan apresiasi mengenai Sistem manajemen mutu Laboratorium dan fasilitasi Dokumentasi Sistem Mutu (penyusunan Panduan Mutu) berdasarkan SNI 19-17025-2000 di Laboratorium Balai Karantina Hewan Ngurah Rai Bali. Apresiasi dan fasilitasi tersebut dihadiri oleh peserta yang mewakili petugas laboratorium dan personel yang terkait. Apresiasi dan fasilitasi ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan wacana kepada para peserta untuk mendapatkan kesatuan dan kesamaan pemahaman akan pentingnya program akreditasi laboratorium di lingkup Laboratorium Balai Karantina Hewan Ngurah Rai - Bali serta untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dalam rangka menyambut era globalisasi.
Apresiasi dan fasilitasi tersebut membahas masalah pemahaman akreditasi laboratorium berdasarkan SNI 19-17025-2000 meliputi : Sistem Standardisasi Pertanian, Sistem Akreditasi Laboratorium Penguji, SNI 19-17025-2000 dan Dokumentasi Sistem Mutu. Apresiasi dan fasilitasi ini diberikan dengan metode presentasi, diskusi, dan tanya jawab. Hasil dan kegiatan ini adalah peningkatan pemahaman Sistem Manajemen Mutu laboratorium berdasarkan SNI 19-17025-2000 dan pentingnya peranan laboratorium yang terakreditasi dalam menghadapi persaingan pasar bebas kepada semua personel yang terlibat. Tindak lanjut dan kegiatan ini mengarah pada penyusunan Dokumen level II, III, IV (Dokumen Prosedur, Instruksi Kerja dan Form/Rekaman) sebagai bagian dan proses persiapan akreditasi laboratorium di lingkup Laboratorium Balai Karantina Hewan Ngurah Rai Bali.(red)
digunakan saat panen? Atau, apakah produk kita rentan terhadap kontaminasi bahan kimia karena proses fumigasi, atau sterilisasi? Semua kasus ini harus diketahui apa yang harus dikontrol sebelum kita dapat menentukan program yang tepat untuk mengontrolnya. Ketiga, sangat penting untuk mengetahui batasan yang diperlukan untuk mengontrol bahaya. Jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada tiap satu juta kontainer, apakah pada tingkatan ini yang harus kita kontrol? Jika kita menemukan irisan logam pada mesin sedikitnya sekali dalam sehari, apakah pada tingkatan ini yang harus kita kontrol? Untuk menentukan batas yang penting untuk mengontrol bahaya, standar sangat dibutuhkan dengan membandingkan operasi kita dengan kondisi yang diterima dalam industri. Beberapa badan yang menangani masalah keamanan pangan (FDA, USDA, dll) telah mengembangkan beberapa buku petunjuk, yaitu : 1. Good Manufacturing Practices (GMP) berdampak terhadap situasi industri dan memberikan rekomendasi tipe peralatan, konstruksi dan operasi. 2. Standar Prosedur Operasi Sanitasi (SSOP) mengembangkan dasar untuk memelihara fasilitas makanan yang bersih, sanitasi lingkungan yang bebas dari bahaya makanan. Selain
dari kedua program diatas, perusahaan harus menerapkan SSOP-nya masing-masing dimana perusahaan tersebut menentukan bagaimana harus diterapkan, kapan harus diterapkan, siapa yang melakukannya, dan pada tingkatan operasi apa prosedur telah diluar kendali dan perlu dikaji ulang kembali. Sebagai contoh adalah mesin pendingin yang merupakan tempat penyimpanan ikan segar. SSOP anda mungkin mengharuskan untuk membersihkan dan sanitasi pendingin tersebut seminggu sekali dan untuk menjaga agar suhu pendingin tidak lebih dari 40oF, dengan suhu diperiksa setiap 4 jam. Bagaimana bila ditemukan bahwa suhu diatas 45oF? SSOP harus memberikan indikasi apa yang harus dilakukan bila terjadi hal tersebut dan bagaimana mengatasi masalah tersebut. Anda juga harus menentukan apa yang harus dilakukan terhadap produk yang terdapat di mesin pendingin tersebut. Demikian sekilas tentang sistem HACCP dan contoh penerapannya pada pedagang tingkat eceran dimana produk pangan langsung sampai kepada konsumen. Adalah hak pembeli produk pangan untuk mendapat pangan yang aman dan salah satu menjaminnya para produsen dapat menerapkan sistem HACCP ini. bersambung .... (source:http://ohioline.osu.edu)
MINYAK ATSIRI PENENTUAN SISA PENYULINGAN UAP (SNI 06-3189-1992) 1. Ruang Lingkup Kotoran yang tidak mudah menguap dengan uap dan tidak dapat didestilasi akan sangat menambah besarnya sisa. Metoda ini menguraikan suatu cara untuk menentukan secara kuantitatif jumlah kotoran dalam mmyak atsiri, yang disebut sebagai sisa. 2. Definisi Sisa penyulingan uap dan suatu minyak atsiri adalah banyaknya sisa dan minyak tersebut setelah mengalami penyulingan dengan uap, dinyatakan dalam persen bobot/bobot. 3. Prinsip Senyawa yang tidak menguap didapat dengan penyulingan uap dan minyak atsiri. Sisa penyulingan ditimbang setelah mencuci dan mendestilasi kembali pelarutnya. 4. Peralatan 4.1 Bahan kimia - Na-sulfat anhidrat - Eter. 4.2 Peralatan - Alat-alat destilasi terdiri dan labu destilasi 250 ml, kondensor dan generator uap. - Labu pemisah 250 ml. - Labu destilasi 150 ml. - Penangas air. - Blower (Mesin peniup). 5. Cara Kerja Timbang 5 gram contoh dan masukkan ke dalam labu destilasi (4.2.1), lalu disuling dengan uap selama 3 jam mulai dari mendidih. Setelah didinginkan isi labu dimasukkan ke dalam corong pemisah (4.2.2), labu dibilas dengan eter (4.1.2) dan tambahkan larutan ini pada residu. Isi dalam corong dikocok 2 kali dengan eter masing-masing sebanyak 25 ml. Pisahkan larutan-larutan eter lalu dikeringkan dengan 1 gram Na2SO4 anhidrat (4.1.1). Saring larutan dan tuangkan ke dalam labu yang sudah diketahui beratnya (4.2.3) dan sudah berisi batu didih. Semua alat-alat dan corong dibilasi dengan eter dan larutan eter ini disatukan di dalam labu (4.2.3). Eter disuling, sisa penyulingannya dalam labu dikeringkan di atas penangas air (4.2.4) dan uapnya ditiup dengan blower (4.2.5). Timbang labu dengan sisa penyulingan sampai berat tetap. 6. Cara Menyatakan Hasil Sisa penyulingan uap persen bobot/bobot W2 = x 100 % W1 di mana W 2 = berat sisa penyulingan (dalam gram) W 1 = berat contoh (dalam gram) Nyatakan hasilnya sampai satu desimal.
Informasi tentang SPS dapat menghubungi PSA atau email ke: sps_ind@deptan.go.id
APRESIASI SISTEM HACCP DAN SOSIALISASI STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) DI SEKTOR PERTANIAN DI 3 PROPINSI (BENGKULU, SUMATERA BARAT, NUSA TENGGARA BARAT)
Keamanan Pangan Sistim HACCP diikuti oleh 18 peserta yang terdiri dari Penyuluh Pertanian Tingkat Kecamatan di seluruh Kabupaten Agam Sumatera Barat dan beberapa pengusaha skala kecil yang bergerak dibisnis pengasapan ikan dan peternakan sapi potong. Dan kegiatan ini ada beberapa hal yang perlu ditindak lanjuti yaitu usulan dan ketua BAPPEDA Kabupaten Agam dan Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Agam Sumatera Barat kepada Pusat Standardisasi dan Akreditasi Departemen Pertanian yaitu perlunya diadakan pilot proyek penerapan HACCP Sapi Potong di lokasi proyek Agropolitan yang menjadi proyek andalan Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Oleh karena itu perlu segera dibuat TOR oleh Pusat Standardisasi dan Akreditasi Departemen Pertanian yang nantinya akan dibiayai oleh BAPPEDA Kabupaten Agam dan Pusat Standardisasi dan Akreditasi Departemen Pertanian. Propinsi Nusa Tenggara Barat Pada bulan Agustus 2003, Pusat Standardisasi dan Akreditasi, Departemen Pertanian RI bekerjasama dengan Badan Urusan Ketahanan Pangan Daerah (BUKPD) Propinsi Nusa Tenggara Barat mengadakan acara Apresiasi Standar Nasional Indonesia (SNI) balk yang merupakan standar produk (kubis, dendeng sapi, dll) maupun sistem HACCP di Kota Mataram. Metoda pelatihan ini adalah pemberian teori di kelas dan pengenalan sistem jaminan mutu yang berdasarkan sistem HACCP pada unit usaha Telur Asin yang sangat dikenal di wilayah Kota Mataram sebagai telur asin dan Lombok. Peserta Apresiasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dilkuti oleh 25 peserta yang terdiri dan Kelompok Tani Andalan Nasional, dan Usaha Kecil Menengah yang bergerak dibisnis pertanian dan aparat pembina dan Dinas Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur dan kabupaten Bima. Rencana tindak lanjut dan kegiatan ini antara lain pelatihan penerapan sistem HACCP bagi peserta yang telah mengikuti pengenalan standar sistem HACCP dan uji penerapannya sebagal pilot proyek agar mendapatkan
Propinsi Bengkulu Pada bulan Agustus tahun 2003 Pusat Standardisasi dan Akreditasi bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Bengkulu menyelenggarakan apresiasi sistem HACCP dan Sosialisasi Standar Nasional Indonesia (SNI) di sektor pertanian. Apresiasi sistem HACCP dihadiri oleh 30 peserta perwakilan dan lingkup Dinas Pertanian Propinsi, Kabupaten, dan Kota Bengkulu, serta Pelaku usaha/home industri. Tujuan dan pelatihan pengenalan sistem HACCP adalah untuk pemahaman sistem HACCP bagi petugas dan pelaku usaha, sehingga HACCP diharapkan dapat diterapkan. Materi yang dipaparkan dalam pelatihan ini meliputi dasar-dasar umum sistem HACCP, 7 prinsip dan 12 Iangkah sistem HACCP, dan simulasi/latihan penerapan. Tindak lanjut apresiasi sistem HACCP ini akan ditindak lanjuti TOT bagi petugas pembina mutu dan pelaku usaha agnibisnis di Propinsi, Kabupaten dan Kota Bengkulu. Sedangkan untuk sosialisasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dihadiri oleh 60 orang peserta perwakilan dan Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Depkes, Badan POM, dan pelaku usaha. Acara sosialisasi dibuka oleh Kepala Dinas Badan Ketahanan Pangan Propinsi Bengkulu, dipandu oleh kepala Pusat Standardisasi dan Akreditasi sebagai fasilitator. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dipaparkan dalam pelaksanaan sosialisasi ini meliputi Sistem Standardisasi Pertanian, Sistem Keamanan Pangan dan Pangan Organik, dibuka diskusi interaktif pada peserta. Tindak lanjut dan kegiatan ini adalah penyusunan rencana kerja penerapan program standardisasi yang sinergis antara Pusat dan Daerah, khususnya Propinsi Bengkulu. Propinsi Sumatera Barat. Pada bulan Agustus 2003, Pusat Standardisasi dan Akreditasi, Departemen Pertanian RI bekerjasama dengan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat mengadakan acara Sosialisasi Standard Nasional Indonesia (SNI) di Kabupaten Lubuk Basung Sumatera Barat dan Pelatihan Keamanan Pangan Sistim HACCP di Kabupaten Agam Sumatera Barat. Adapun peserta Sosialisasi Standard Nasional Indonesia (SNI) diikuti oleh 60 peserta dan instansi terkait yang ada di Propinsi Sumatera Barat, sedangkan untuk kegiatan Pelatihan
tahun 2004 oleh BUKPD dan disinergikan dengan kegiatan Pusat Standardisasi dan Akreditasi Departemen Pertanian t ahunanggar an2004. ( red)
Edisi 02
01 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
Headline
SNI Pertanian dan Penerapannya. Peningkatan Mutu Pangan untuk Internasional Hambatan produk hortikultura di Taiwan Alasan FMD dipertanyakan Argentina Komite SPS Nasional Akreditasi di Departemen Pertanian Dilema : Pemberlakuan SNI Pertanian Sertifikasi Bertahap menuju Pertanian Organik Peraturan Baru Produk Pangan ke AS Era AFTA : Laboratorium Domestik Penerapan ISO 9001:2000
Harga : Rp.50.000,-
(persediaan terbatas)