Anda di halaman 1dari 11

Modul 3

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PLKSDA-BM

Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM)

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................. 2 Modul 3 Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah dalam Program PLKSDA-BM .................................................................. 3 Bahan Bacaan Penguatan kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah Dalam Program PLKSDA-BM ........................................................ 7 A. B. C. D. Pengertian ............................................................................................ 7 Pentingnya Mendorong Komitmen Pemerintah Daerah ....................... 7 Membanguan Sinergisitas Penanganan Lahan Kritis........................... 8 PLKSDA-BM dan Konteks Penguatan Kelembagaan Pemerintah Daerah ................................................................................................. 9 E. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Kelembagaan PLKSDA-BM ....... 10

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PLKSDA-BM

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

Modul 3 PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PROGRAM PLKSDA-BM

Gambaran Umum

: Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan PLKSDA-BM dipahami sebagai proses pengorganisasian

penanganan lahan kritis secara lebih baik dalam kesatuan sistem pembangunan di tingkat daerah yang merupakan bagian dari kesatuan sistem pembangunan nasional. Pelaksanaan nilai-nilai politik dan birokrasi pembangunan yang baik, yang berpihak kepada masyarakat, membuat peraturan berupa sistem, mekanisme dan prosedur yang memungkinkan SPKD terkait di daerah mampu menjalankan peran dan fungsinya secara efektif, akseptabel dan aksesabel serta pembuatan dan pelaksanaan kebijakan penanganan lahan kritis dan sumber daya air. Penanganan lahan kritis bersifat multi-dimensional. Hal ini menyangkut hubungan yang bersifat lintas sektoral dan lintas dinas. Program PLKSDA-BM mempertemukan berbagai sektor, kedinasan dan kepentingan menjadi esensi dari kegiatan penguatan kelembagaan, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan kinerja lembaga dan sistem penaganan lahan kritis sebagai bagian dari tugas dan wewenang Pemerintah Daerah. Peningkatan kinerja demikian pada tingkat lembaga pemerintah menyangkut hubungan dan kerjasama sinergis lintas SKPD terkait, dukungan politik dari DPRD, dukungan pembiayaan dari swasta, partisipasi petani dan masyarakat miskin di daerah. Penanganan lahan kritis merupakan bagian dari wewenang yang didesentralisasikan, sehingga menjadi tugas dan kewajiban pemerintah daerah untuk menyelenggarakannya. PLKSDA-BM menawarkan konsep, model dan proses pembelajaran bersama bagi Pemerintah, masyarakat dan keleompok peduli di daerah

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PLKSDA-BM

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

dalam penanganan lahan kritis secara berkelanjutan. Tujuan : 1. Peserta memahami penanganan lahan kritis sebagai urusan wajib Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan

otonominya sesuai PP. No. 65/2005. 2. Peserta memahami bagaimana upaya membangun sistem dukungan Pemerintah Daerah untuk keberlanjutan

penanganan lahan kritis; 3. Peserta memahami bagaimana mendorong Kelompok Tani dapat mengintegrasikan Program kerjanya kedalam sistem perencanaan reguler melalui mekanisme Musrenbang; 4. Mengorganisasikan sistem dukungan dunia usaha dan kelompok peduli untuk keberlanjutan penanganan lahan kritis di daerah; Pokok Bahasan : 1. Penanganan lahan kritis sebagai urusan wajib Pemda sesuai dengan kewenangan otonominya. 2. Membangun Sistem dukungan Pemerintah Daerah untuk keberlanjutan penanganan lahan kritis; 3. Mendorong Kelompok Tani mengintegrasikan Perencanaan PLKSDA-BM dalam (Musrenbang; 4. Mengorganisasikan sistem dukungan dunia usaha dan kelompok peduli untuk keberlasnjutan penanganan lahan kritis di daerah; Bahan & Alat : Metode Waktu Infocus Flipchart Marker pen/Spidol Potongan kertas Bahan Presentasi

: Presentasi Tanya jawab : 90 menit (2 JPL).

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PLKSDA-BM

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

Proses Fasilitasi:
No 1 Langkah-langkah Fasilitator atau narasumber menyampaian salam singkat kepada peserta dan menjelaskan tentang substansi materi apa yang akan dibahas dalam sessi ini, taitu Penguatan Kapasitas kelembagaan Pemerintah Daerah Menuju Sinergi Keberlanjutan Penanganan Lahan Kritis . 2 Fasilitator atau narasumber menjelaskan, bahwa: Penanganan lahan kritis bersifat multi-dimensional. Hal ini menyangkut hubungan yang bersifat lintas sektoral, lintas dinas dan lintas kepentingan. Mempertemukan berbagai sektor, kedinasan dan kepentingan menjadi esensi dari kegiatan penguatan kelembagaan dalam program PLKSDA-BM, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja penanganan lahan kritis sebagai bagian dari tugas dan wewenang Pemerintah Daerah. Peningkatan kinerja demikian pada tingkat lembaga pemerintah menyangkut hubungan dan kerjasama sinergis lintas dinas/instansi terkait, dukungan politik dari DPRD Kabupaten/Kota, masyarakat. 3 Fasilitator atau narasumber menyampaikan tentang: Keterbatasan kinerja tata pemerintahan di seluruh tingkat merupakan persoalan kongkrit kelembagaan yang berdampak pada lemahnya implementasi kebijakan yang telah ditetapkan, inkonsistensi di dalam pemanfaatan lahan untuk perumahan dan permukiman, munculnya dampak 4 negatif terhadap lingkungan akibat eksploitasi lahan pertanian untuk keperluan permukiman. Fasilitator atau narasumber menyampaiakn tentanmg upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi atau menangani lahan kritis di Indonesia; 5 Penanganan lahan kritis merupakan bagian dari wewenang yang didesentralisasikan, sehingga menjadi tugas dan kewajiban pemerintah daerah untuk menyelenggarakannya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal -- yang disusun sebagai alat Pemerintah dan Pemerintahan Daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib pada Pasal 1 butir ke-5, bahwa: Urusan Wajib adalah urusan pemerintahan yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga dukungan pembiayaan dari swasta, partisipasi

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PLKSDA-BM

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

No undangan 6 kepada

Langkah-langkah negara yang penyelenggaraannya diwajibkan oleh peraturan perundangDaerah untuk perlindungan hak konstitusional, kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat. Melihat berbagai permasalahan dan keterbatasan pemerintah daerah serta menjamin perbaikan kinerja pemerintah daerah dalam penanganan lahan kritis sebagai urusan wajib sesuai dengan kewenangan otonominya, mendesak perlunya kelembagaan Pemerintah Daerah yang kuat, akomodatif terhadap aspirasi, inisiatif dan kepentingan masyarakat dengan tetap mengacu pada kesatuan sistem keberlanjutan dan keterpaduan pembangunan.

Keberadaan kelembagaan Pemerintah Daerah dalam penanganan lahan kritis merupakan kebutuhan yang mendesak dan tidak terelakkan. Keberadaan dimaksud diwujudkan dalam bentuk kesatuan sistem nilai aturan yang secara formal dapat dituang dalam bentuk kebijakan strategis dan operasional maupun peraturan daerah, khususnya dalam penanganan lahan kritis secara berkelanjutan

Program PLKSDA-BM yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (Ditjen. Bina Bangda) Kementrian Dalam Negeri ini menawarkan konsep, model dan proses pembelajaran bersama bagi upaya penanganan lahan kritis ecara berkelanjutan di daerah.

Esensi program PLKSDA-BM adalah: ... melahirkan perubahan sudut dan cara pandang, perubahan premis-premis atau anggapan dasar yang menjadi landasan perubahan kebijakan, sistem perencanaan, pengelolaan, pelayanan publik serta implementasi pembangunan yang berpihak pada prinsip-prinsip kelestarian lingkungan...

10

Kedepan, agenda ini diharapkan mampu membangun dan mewujudkan sinergi keberlanjutan kegiatan dalam suatu pelembagaan penanganan lahan kritis dan sistem pembangunan daerah dalam tata pemerintahan yang baik dan berpihak (pro-poor good governance).

11

Program PLKSDA-BM akan senantiasa mendorong sinergi keberlanjutan penagnan lahan kritis di daerah, yang akan diwujudkan dengan terbangunnya sistem dukungan di tingkat kebijakan, perencanaan, pembiayaan dan kerjasama lintas pelaku.

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PLKSDA-BM

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

Bahan Bacaan PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PROGRAM PLKSDA-BM A. Pengertian Pengembangan PLKSDA-BM kelembagaan harus dipahami Pemerintah sebagai daerah proses dalam program

pengorganisasian

penyelenggaraan penanganan lahan kritis dan perlindungan lingkungan hidup secara lebih baik dalam kesatuan sistem pembangunan di tingkat daerah yang merupakan bagian dari kesatuan sistem pembangunan nasional.

Pelaksanaan nilai-nilai politik dan birokrasi pembangunan yang baik, berbasis pada masyarakat, membuat peraturan berupa sistem, mekanisme dan prosedur yang memungkinkan Pemerintah Daerah mampu

menjalankan peran dan fungsinya secara efektif, akseptabel dan aksesabel; serta, pembuatan dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan penanganan lahan kritis secara berkelanjutan. B. Pentingnya Mendorong Komitmen Pemerintah Daerah Penanganan lahan kritis dan sumberdaya air bersifat multi-dimensional. Hal ini menyangkut hubungan yang bersifat lintas sektoral, lintas dinas, lintas kepentingan dan lintas kewilayahan. Mempertemukan berbagai sektor, kedinasan dan kepentingan menjadi esensi dari kegiatan PLKSDABM, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja Pemda dalam memfasilitasi penanganan lahan kritis di wilayahnya sebagai bagian dari tugas dan wewenang Pemerintah Daerah. Peningkatan kinerja demikian pada tingkat lembaga pemerintah

menyangkut hubungan dan kerjasama sinergis lintas dinas/instansi terkait, dukungan politik dari DPRD Kabupaten/Kota, dukungan pembiayaan dari swasta, partisipasi masyarakat dan petani.

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PLKSDA-BM

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

C. Membangun Sinergisitas Penanganan Lahan Kritis Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM), terkait dengan kepentingan penataan peran, fungsi dan pemanfaatan kawasan di daerah. Hal yang demikian menyangkut pelestarian lingkungan, tata penyelenggaraan politik

pemerintahan yang sangat peka terhadap permasalahan-permasalahan lingkungan.

Bagaimana

permasalahan

lahan

kritis

dipahami

dan

disadari

kemendesakannya, merupakan substansi yang harus dirumuskan bersama di tingkat daerah. Pemahaman dan kesadaran tersebut bukan semata formalisme dan stereo-type, tetapi tertanam dalam hati dan pikiran para pengambil kebijakan di daerah. Pengorganisasian proses pengembangan kelembagaan memuati aspek struktural maupun aspek fungsional dengan meningkatkan sinergisitas SKPD terkait di daerah, dengan: sistem politik pemerintahan dan otonomi daerah; aspirasi, inisiatif dan kepentingan masyarakat miskin.

Permasalahan tidak efektif dan kurang optimalnya penanganan lahan kritis di daerah merupakan pokok yang sangat mendasar, terutama pada saat ini dan ke depan. Upaya untuk mengoptimalisasi penanganan lahan kritis menuntut pendekatan multi-sektoral dan penyelenggaraan yang

terdesentralisasi. Pendekatan multi-sektoral berarti koordinasi dan kerja sama antar pelaku menjadi kunci keberhasilan penanganan lahan kritis di daerah. Desentralisasi dalam pembangunan berarti tugas, wewenang dan tanggung jawab penyelenggaraan penanganan lahan kritis berada di Pemerintahan Kabupaten/Kota.

D. PLKSDA-BM dan Konteks Penguatan Kelembagaan Pemerintah Daerah Penanganan lahan kritis merupakan bagian dari wewenang yang didesentralisasikan, sehingga menjadi tugas dan kewajiban pemerintah daerah untuk menyelenggarakannya, sesuai dengan amanat PP. No. 65

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PLKSDA-BM

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

tahun 2005, pada Pasal 1 butir ke-5, bahwa: Urusan Wajib adalah urusan pemerintahan yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara yang penyelenggaraannya diwajibkan oleh peraturan perundangundangan kepada Daerah untuk perlindungan hak konstitusional, kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat, serta ketenteraman dan ketertiban umum dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemenuhan komitmen nasional yang berhubungan dengan perjanjian dan konvensi internasional. Dengan memperhatikan berbagai permasalahan dan keterbatasan

pemerintah daerah dalam penanganan lahan kritis, serta menjamin perbaikan kinerja pemerintah daerah dalam urusan wajib penyelenggaraan penanganan lahan kritis untuk melindungi kerusakan lingkungan sekaligur meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mendesak perlunya program penanganan lahan kritis dan sumber daya air, akomodatif terhadap aspirasi, inisiatif dan kepentingan masyarakat serta berpihak pada hak-hak warga dengan tetap mengacu pada kesatuan sistem keberlanjutan dan keterpaduan pembangunan di daerah. Program PLKSDA-BM menawarkan konsep, model dan proses pembelajaran bersama bagi upaya membangun sinergisitas kelembagaan terkait di daerah dalam penanganan lahan kritis. Program PLKSDA-BM adalah media bagi proses kerja dan belajar bersama pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli dalam upaya penanganan lahan kritis dan konservasi lahan dengan melibatkan partisipasin aktif masyarakat sekitarnya. Esensi program PLKSDA-BM ini, adalah: ... melahirkan perubahan sudut pandang yang menjadi landasan perubahan kebijakan, sistem perencanaan, pengelolaan, pelayanan publik serta implementasi penanganan lahan kritis dan perlindungan terhadap kerusakan lingkungan... Kedepan, agenda ini diharapkan mampu membangun dan mewujudkan sinergi keberlanjutan kegiatan dalam suatu pelembagaan penagnanan lahan kritis dalam tata pemerintahan yang baik dan berpihak peningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin (pro-poor good governance). Sinergi keberlanjutan ini diwujudkan dengan terbangunnya sistem dukungan di tingkat kebijakan, perencanaan, pembiayaan dan kerjasama lintas pelaku.
PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PLKSDA-BM

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

Substansi berbasis masyarakat dalam pelaksanaan PLKSDA-BM pada dasarnya adalah keberpihakan kepada peninbgkjatan kesejahteraan petani yang selama ini memiliki aksesibilitas dan akseptabilitas yang rendah terhadap sumberdaya penghidupan dan posisi sosial mereka

terpinggirkan. Kebijakan pelaksanaan PLKSDA-BM pada prinsipnya adalah membuka ruang dan kesempatan lebih kepada petani agar meningkatkan kemampuan untuk mengakses dan mengaksep sumberdaya bagi peningkjatan kesejahteraanya. E. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Kelembagaan PLKSDA-BM Penguatan kelembagaan Pemerintah Daerah secara substansi merupakan tujuan dan sasaran strategis program PLKSDA-BM. Ini berarti langkah penguatan kapasitas kelembagaan di tingkat (pemerintah) daerah menuju sinergi keberlanjutan kegiatan penanganan lahan kritis yang mewujud dalam suatu pelembagaan sistem penanganan lahan kritis sumberdaya air dan lingkungan hidup dalam tata pemerintahan yang baik dan berpihak (pro-poor good governance). Sinergi keberlanjutan ini diwujudkan dengan terbangunnya sistem dukungan bagi keberlanjutan program, mencakup komponen dukungan di tingkat kebijakan, perencanaan, pembiayaan dan dukungan lintas pelaku, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Dukungan kebijakan Keberlanjutan kegiatan dalam PLKSDA-BM harus didukung oleh kebijakan pemerintah daerah dalam hal penanganan lahan kiritis sumberdaya kritis di air yang harus pro-poor selaras dan pengalokasian tujuan anggaran pembangunan yang adil dan realistis. Kebijakan penanganan lahan daerah dengan pembangunan sumberdaya air dan LH secara nasional. Selanjutnya, Pemerintah Daerah bersama masyarakat harus memperjuangkan agar penanganan lahan kritis memperoleh perhatian yang cukup untuk menjamin perkembangannya di masa yang akan datang. 2. Dukungan perencanaan Ke depan mendesak perlu dirumuskan rencana penanganan lahan kritis sebagai bentuk program atau kegiatan pembangunan yang konkret. Perumusan dilakukan secara partisipatif dengan keterlibatan

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PLKSDA-BM

10

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

masyarakat sebagai subyek pembangunan dan lintas pelaku di daerah. Dokumen rencana program berisi rangkaian langkah atau strategi yang rinci (jelas dan tegas) untuk mencapai visi, misi atau tujuan pembangunan; serta, memuat tujuan, indikator, cara/metode, lokasi, prakiraan biaya, tahapan waktu pelaksanaan, kejelasan keterkaitan dengan kontribusi terhadap pencapaian visi dan misi serta tujuan penanganan lahan kritis sumberdaya air dan lingkungan hidup. 3. Dukungan pembiayaan Salah satu permasalahan utama dalam penanganan lahan kritis di daerah adalah belum melembaganya sistem pembiayaan yang bersifat jangka panjang. Pemerintah daerah perlu menemukan cara menggali sumber-sumber pembiayaan baik oleh pemerintah daerah, masyarakat maupun dunia swasta. Penggalian sumber-sumber pembiayaan tersebut dapat dilakukan melalui dua sisi, yaitu mencari sumber pembiayaan melalui kerjasama dengan lembaga keuangan daerah dan menggali kemampuan pembiayaan melalui keswadayaan masyarakat secara kolektif dan berkelanjutan. 4. Dukungan lintas pelaku Dukungan kelompok peduli seperti kalangan swasta/pengusaha, perguruan tinggi, organisasi masyarakat dan organisasi profesi sangat diperlukan untuk memberikan sumbangan pemikiran maupun dalam bentuk lain guna mendukung program penanganan lahan kritis di daerah secara berkelanjutan. Sistem dukungan sinergi keberlanjutan penanganan lahan kritis kemudian akan dikembangkan oleh pihak pemerintah dan masyarakat di daerah melalui kegiatan replikasi dengan mengimplementasikan dan melembagakan model-model penanganan dan pendekatan PLKSDA-BM. Replikasi harus terus diinisiasi dan diimplementasikan oleh pihak pemerintah daerah (SKPD terkait di daerah) pada kawasan lain yang belum mendapatkan program PLKSDA-BM dengan dukungan pembiayaan dari anggaran daerah (APBD) serta kontribusi pihak swasta di daerah maupun pihak masyarakat.

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PLKSDA-BM

11

Anda mungkin juga menyukai