BAB IV

TRANSFORMASI LAPLACE INVERS

Definisi Transformasi Laplace Invers
Jika Transformasi Lapalce suatu fungsi f(t) adalah F(s), yaitu (f) = F(s), maka f(t)
disebut suatu Transformasi Laplace Invers dari F(s) dan secara simbolik ditulis
-1
(Fs)
dimana
-1
disebut operator Transformasi Laplace Invers.
Contoh:
Karena {e
-3t
} =
3 s
1
+
dapat ditulis

'

+3 s
1
= e
-3t
Ketunggalan Transformasi Laplace Invers
Teorema LERCH
Karena TL dari suatu fungsi nol n(t) adalah nol, bila {f(t)} = F(s) maka
{f(t) + n(t)} = F(s). Kesimpulannya di dapat dua fungsi yang berbeda dengan TL yang
sama.
Contoh:
Kedua fungsi berbeda f
1
(t) = e
-3t

Dan

'

lainnya e
1 t 0
(t) f
3t - 2

Mempunyai TL yang sama yaitu
3 s
1
+
Teore Lerch:
-1
{F(s)} = f(t) adalah tunggal
Beberapa Transformasi Laplace Invers
No F(s)
-1
(F(s)) = f(t)F(s)
1
s
1 1
2
2
s
1 t
3
1 n
s
1
+

, (n= 0,
1, 2, )
n!
t
n
4
- s
1 e
t
5
2 2
s
1
+

t sin
6
2 2
s
s
+
cos at
7
2 2
- s
1

t sinh
8
2 2
- s
s cosh at
Beberapa Sifat Penting Transformasi Laplace Invers
1. Sifat Linear
Teorema-1:
Jika c
1
dan c
2
adalah sembarang konstanta sedangkan F
1
(s) dan F
2
(s) adalah
Transformasi Laplace dari f
1
(t)dan f
2
(t), maka:

-1
{c
1
F
1
(s) + c
2
F
2
(s)} = c
1

-1
{F
1
(s)} + c
2

-1
{F
2
(s)}
= c
1
f
1
(t) + c
2
f
2
(t) ........ (1)
Hasilini dapat diperluas untuk lebih dari dua fungsi.
Contoh: Untuk lebih dari dua buah fungsi

-1

'

+
+
+ 4 s
5

16 s
3s
-
2 s
4
2 2
= 4
-1

2 - s
1

'

- 3
-1

16 s
s
2

'

+
+ 5
-1

4 s
1
2

'

+
= 4e
2t
3 cos 4t +
2
5
sin 2t
Karena sifat tersebut maka
-1
,sering disebut. operator Linear atau memiliki sifat
Linear.
2. Sifat Translasi atau Pergeseran Pertama
Teorema-2:
Jika
-1
{F(s)} = f(t), maka
-1
{F(s-a)} = e
at
f(t)
Contoh:
Karena
-1
{
4 s
1
2
+
} = sin 2t diperoleh

-1
{
5 s 2 s
1
2
+
} =
-1
( )

,
_

+ 4 1 s
1
2
= e
t
sin 2t
3. Sifat Translasi atau Pergeseran Kedua
Teorema-3:
Jika
-1
{F(s)} = f(t),

-1
{e
-as
F(s)} =

'

<
>
a t 0
a t a) - f(t
,
Contoh:
Karena
-1

'

+1 s
1
2
= sin t, diperoleh

-1

'

+1 s
e
2
3
-
=

'

<
>
3

t jika 0
t jika ) - sin(t

4. Sifat Pengubahan Skala
Teorema-4:
Jika
-1
{F(s)} = f(t), maka

-1
{F(ks)} =
f
k
t
k
1

,
_

Contoh:
Karena
-1

'

+16 s
s
2
= cos 4t, diperoleh

-1
( )

16 2s
2s
2

'

+
=
cos
2
4t

2
1
= cos 2t
5. Transformasi Laplace Invers dari Turunan-Turunan
Teorema-5:
Jika
-1
{F(s)} = f(t), maka

-1
{F
(n)
(s)} =
-1

)

'

F(s)
ds
d
n
n
= (-1)
n
t
n
f(t)
Contoh:
Karena
-1

'

+1 s
1
2
= sin t dan
ds
d

,
_

+1 s
1
2
=
( )
2
2
1 s
2s -
+
, diperoleh

-1
( )

'

+
2
2
1 s
2s -
= -t sin t atau
-1
( )

'

+
2
2
1 s
s
= t sin t
6. Transformasi Laplace Invers dari Integral-Integral
Teorema-6:
Jika
-1
{F(s)} = f(t), maka
-1

'

0
du F(u)
=
s
f(s)
Contoh:
Karena
-1

( )

'

+1 s s
1
=
-1

)

'

1 s
1
s
1
= 1e
-t
,diperoleh

-1

'

,
_

s
du
1 u
1
u
1
=
-1

t
e - 1

s
1
1 ln
-t

'

,
_

+
7. Perkalian dengan s
n
Teorema-7:
Jika
-1
{F(s)} = f(t) dan f(0) = 0, maka

-1
{sF(s)} = f '(t)
Jadi perkalian dengan s mempunyai akibat sebagai menurunkan f(t). Jika f(0) 0,
maka
-1
{sF(s)} f(0) = f '(t)

-1
{sF(s)} = f '(t) + f(0) (t)
Dimana (t) adalah fungsi delta Dirac atau fungsi impuls satuan
Contoh:
Karena
-1

'

+1 s
1
2
= sin t dan sin 0 = 0, maka

-1

'

+1 s
s
2
=
ds
d
(sin t) = cos t
Perluasan ke dalam bentuk
-1
{s
n
F(s)}, n = 2, 3, .
8. Pembagian dengan s
Teorema-8:
Jika
-1
{F(s)} = f(t) , maka

-1

'

s
F(s)
=

t
0
f(u)du

Jadi pembagian dengan s (atau perkalian dengan
s
1
) mempunyai akibat
mengintegrasikan f(t) dari 0 dampai t.
Contoh:
Karena
-1

'

+ 4 s
1
2
= sin 2t, diperoleh

-1
( )

'

+ 4 s s
1
2
=
du 2u sin
2
1
0

t
= (1-cos 2t)
Perluasan ke dalam bentuk
-1

'

n
s
F(s)
,n = 2, 3, ..
9. Sifat Konvolusi
Teorema-9:
Jika
-1
{F(s)} = f(t) dan
-1
{G(s)} = g(t) maka

-1
{F(s) G(s)} =

t
0
du u) - g(t f(u)
= f * g
Disebut f * g adalah konvolusi atau faltung dari f dan g, dan teoremanya disebut
teorema atau sifat konvolusi.
Note: f * g = g * f
Contoh:
Karena
-1

'

1 s
1
= e
t
,
-1

'

2 s
1
= e
2t
, diperoleh

-1
( )( )

'

2 s 1 - s
1
=
du e e
t
0
u) 2(t u

= e
2t
- e
t
Metode-Metode Untuk Mendapatkan Transformasi Laplace Invers
Ada berbagai cara yang tersedia untuk menentukan Transformasi Laplace Invers:
1. Metode pecahan-pecahan parsial (partial fractions), mempunyai bentuk:
( )
r
b as
A
+
,
( )
r
2
c bs as
B As
+ +
+
di mana r = 1, 2, 3, .......
Contoh-1
( )( )
3
1 2s 4 3s
5 2s
+

=
( ) ( ) 1 2s
D

1 2s
C

1 2s
B

4 3s
A
2 3
+
+
+
+
+
+

Contoh-2
( ) ( ) 5 - s 4 2s s
2 4s - 3s
2
2
2
+ +
+
=
( )

5 s
E

4 2s s
D Cs

4 2s s
B As
2 2
2

+
+ +
+
+
+ +
+
2. Metode Deret (Series Method). Jika F(s) memiliki uraian dalam kebalikan
pangkat deret yang diberikan oleh:
F(s) =
a

a

a

a
4
3
3
2
2
1 0
+ + + +
s s s s
maka di bawah persyaratan-persyaratan yang sesuai dapat menginversi suku demi
suku untuk memperoleh:
f(t) = a
0
+ a
1
t +
3!
t a

2!
t a
3
3
2
2
+ +
3. Metode Persamaan Diferensial
4. Menurunkan terhadap suatu parameter
5. Macam-macam metode yang menggunakan teorema-teorema di atas
6. Penggunaan tabel
7. Rumus Invers Kompleks
Rumus Penguraian Heaviside
Andaikan P(s) dan G(s) adalah polinom-polinom di mana P(s) mempunyai derajat
yang lebih kecil dari G(s). Misalkan G(s) mempunyai akar-akar yang berbeda
k
, k = 1,
2, 3,... n. Maka
-1

'

Q(s)
P(s)
=
( )
( )
t
n
1 k k
1
k
k e
Q
P

Fungsi Beta
Jika m > 0, n > 0 didefinisikan fungsi beta sebagai:

1
0
1 - n 1 - m
du u) - (1 u n) (m,
Dapat diperlihatkan sifat-sifat:
1.
n) (m
(n) (m)
n) (m,
+


2.
n) (m 2
(n) (m)
n) (m,
2
1
d cos sin
2
0
1 - 2n 1 - 2m
+

Transformasi Laplace juga sangat bermanfaat dalam menghitung Integral-Integral