Anda di halaman 1dari 8

RESPON IMUN

RESPON IMUN Respon imun berawal sewaktu sel B atau T berikatan, seperti kucidengan anak gemboknya, dengan suatu protein yang diidentifikasioleh sel T atau B sebagai benda asing. Selama perkembangan masajanin di hasilka n ratusan ribu sel B dan sel T yang memilki potensiyang berikatan dengan protein spesifik. Protein yang dapatberikatan dengan sel T dan B mencakup protein yang terdapat dimembran sel bakteri, mikoplasma, selubung virus, atau serbukbunga, debu, atau m akanan tertentu. Setiuap sel dari seseotangmemilki proiteinprotein permukaan yang dikenali berbagai bendaasing oleh sel T atau B milik orang lain. Protein yang dapatberikatan dengan sel; T atau B di sebut deengan antigen, apabilasuatu antigen menyebabkan sel T atau B menjadi aktifbe rmultiplikasi dan berdeferensiaasi lebih lanjut, maka antigentersebut dapat bersifat imunogenik.

IMUNITAS Untuk melindungi diri dari ancaman terhadap jati dirinya, tubuhmanusia telah mengembangkan rea ksi pertahanan seluler yangdisebut respon imun. Kata imunologi dan imunitas berasal dari kata latin immunitas, yang pada zaman Romawi digunakan untuk menjelaskan adanyaperlindungan terhadap tugastugas kemasyarakatan dan tuntutanhukum bagi para senator Romawi semasa mereka menjabat. Secarahistoris istilah ini kemudian digunakan untuk men jelaskanperlindungan terhadap penyakit infeksi. Untuk melindungi dirinya,tubuh memerlukan meka nisme yang dapat membedakan sel-sel itusendiri (Self) dari agen-agen penginvasi (nonself). Imunitas mempunyai tiga fungsi utama : Perannya dalam pertahanan adalah menghasilkan resistensiterhadap agen penginvasi seperti mikro organisme. Perannya dalam surveilans adalah mengindentifikasi danmenghancurkan selsel tubuh sendiri yang bermutasi dan berpotensimenjadi neoplasma. Perannya dalam homeostasis adalah membersihkan sisa-sisa seldan zat-zat buangan sehingga tipetipe sel tetap seragam dan tidakberubah. ANTIGEN Banyak benda asing jika dimasukkan ke dalam tubuh hospesberkalikali, respon yang ditimbulkan selalu sama. Namun, adabenda asing tertentu yang mampu menimbul kan perubahan padahospes sedemikian rupa sehingga reaksi selanjutnya berbedadaripada reaksi se waktu pertama kali masuknya benda asingtersebut. Respon yang berubah semacam itu dipihak hospes disebut sebgairespon imunologis dan bendabenda asing yang menyebabkan reaksitersebut dinamakan antigen atau imunogen. Tujuan utama respon imun adalah menetralkan , menghancurkanatau mengeluarkan benda asing ter sebut lebih cepat dari biasanya.

SIFAT KHAS RESPON IMUN Tujuan respon imun adalah untuk melenyapkan benda yang bersifatantigenik dengan cepat, hal ini dilakukan oleh tubuh melalui duamacam cara. Cara pertama, respon imun humoral, dipengaruhi olehimunoglobulin, gammaglobulin dalam darah, yang disintesis olehhospes sebagai respon terhadap masuknya benda antigenik. Reaksiimunologis ke dua, respon imun selular, dilakukan secara langsungoleh limfasit yang berproliferasi akibat amsukny a antigen tersebut.Sel-sel ini bereaksi secara spesifik dengan antigen

(tanpaintervensi dari imunoglobulin). JARINGAN IMUNOREAKTIF Bagian respon imun yang mengakibatkan pembentukan antibodiimunoglobulin atau proliferasi selsel reakstif antigenkadangkadang disebut sebagai fase aferen atau fase induksi darirespon imun. Limfosit dan makrofag adala h selsel yang terutamabertanggung jawab atas bagian respon ini. Lebih khusus, apa yangdinamakan jarin gan limfosit tubular yang terlihat. Sekali antibodisudah disintesis atas selsel reaktifan/antigen sudah berproliferasi,maka mereka akan tersebar secara luas dalam berbagai j aringantubuh, sehingga jika antigen itu dimasukkan kembali padasembarang tempat, dapat terjadi r eaksi imunologis yang efisien. GAMBARAN SINGKAT SISTEM IMUN SISTEM LIMFOID (IMUN) Sistem limfoid terdiri dari berbagai sel, jaringan dan organ yangmerupakan tempat prekursor dan turunan limfosit berasal,berdiferensiasi, mengalami pematan gan dan tersangkut. Semua seldarah berasal dari prekursor bersama, yaitu sel bakalpluripotensial. S el bakal pluripotensial adalah sel-sel embrionik yangdapat membentuk bermacammacam sel hematopoetik dan dapatmembelah diri. Selsel ini ditemukan dalam sumsum tulang danjaringan hematopoetik lain serta menghasilkan semua k omponendarah (misalnya, eritrosit, trombosit, granulosit, monosit danlimfosit). ORGAN LIMFOID PRIMER Walaupun terdapat di semua bagian tubuh, namun limfoidcenderung terkonsentrasi di beberapa org an limfoid, termasuksumsum tulang, timus, limpa, kelenjar getah bening dan jaringanlimfoid terkai t organ. Sumsum tulang dan timus dianggap sebagaiorgan limfoid primer. ORGAN LIMFOID SEKUNDER Organ limfoid sekunder mencakup limpa, kelenjar getah bening danjaringan tidak berkapsul. Conto h-contoh jaringan tidak berkapsuladalah tonsil, adenoid dan bercakbercak jaringan limfoid di laminapropria (jaringan ikat fibrosa yang terletak tepat di bawah epitelp ermukaan selaput lendir) dan di sub mukosa saluran cerna. IMUNITAS SELULAR Peran sel T dapat dibagi menjadi dua fungsi utama : fungsiregulator dan fungsi efektor. Fungsi regul ator terutama dilakukanoleh salah satu subset sel T, sel T penolong (CD4). Selsel CD4mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin (proteinberberat molekul rendah y ang disekresikan oleh selsel sistemimun) untuk melaksanakan fungsi regulatornya. Sitokin dari sel CD4mengendalikan proses imun seperti pembentukan imunoglobulinoleh sel B, pengaktivan sel T lain dan pengaktifan makrofag. Fungsiefektor dilakukan oleh sel T sitotoksik (sel CD8). Selsel CD8 inimampu mematikan sel yang terinfeksi oleh virus, sel tumor danjaringan transplantasi den gan menyuntikkan zat kimia yang disebutperforin ke dalam sasaran asing. Baik sel CD4 dan CD8 m enjalanipendidikan timus di kelenjar timus untuk belajar mengenal fungsi. Fungsi utama imunitas selular adalah : Sel T CD8 memiliki fungsi sitotoksik. Sel T juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat saatmenghasilkan berbagai limfokin y ang menyebabkan peradangan. Sel T memiliki kemampuan untuk mengingat. Sel T juga memiliki peran penting dalam regulasi ataupengendalian sel.

IMUNITAS HUMORAL Sel B memiliki dua fungsi esensial : berdiferensiasi menjadi selplasma yang menghasilkan imunoglobulin dan merupakan salah satukelompok APC. Sel B mengalami pemata ngan dalam dua tahap,tetapi tidak seperti sel T, tidak matang di timus. Fase pertamapematangan s el B bersifat independen-antigen. Dan fase keduaadalah fase dependen antigen, sel B berinteraksi dengan suatuimunogen, menjadi aktif dan membentuk sel plasma yang mampumengeluarkan antibodi. IMUNOGLOBULIN Imunoglobulin (antibodi) , yang membentuk sekitar 20% dari semuaprotein dalam plasma darah, adalah produk utama sel plas ma.Selain di plasma darah, imunoglobulin juga ditemukan di dalam airmata, air liur, sekresi mukosa saluran napas, cerna dankemih-kelamin, serta kolostrum. Fungsi imunoglobulin adalah : Menyebabkan sitotoksisitas yang diperantarai oleh sel yangdependen antibodi. Memungkinkan terjadinya imunisasi pasif Meningkatkan opsonisasi (pengendapan komplemen pada suatuantigen sehingga kontak lekat deng an sel fagositik menjadi lebihstabil). Mengaktifkan komplemen (kumpulan glikoprotein serum) Menyebabkan anafilaksis. IMUNITAS : ALAMI DAN DIDAPAT Ada dua tipe umum imunitas, yaitu : alami (natural) dan didapat(akuisita). Imunitas alami yang mer upakan kekebalan non spesifiksudah ditemukan pada saat lahir. Sedangkan imunitas di dapat ataui munitas spesifik terbentuk sesudah lahir. Imunitas alami akan memberikan respon nonspesifik terhadapsetiap penyerang asing tanpa memper hatikan komposisi penyerangtersebut. Dasar pertahanan alami sematamata berupa kemampuanuntuk membedakan antara sahabat dan musuh atau antara dirisendiri da n bukan diri sendiri. Mekanisme alami semacam inimencakup sawar (barier) fisik dan kimia, kerja sel-sel darah putihdan respon inflamasi. Imunitas di dapat biasanya terjadi setelah seseorang terjangkitpenyakit atau mendapatkan imunisas i yang menghasilkan responimun yang bersifat protektif. Beberapa minggu atau bulan sesudahseseor ang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi akantimbul respon imun yang cukup kuat untuk mencegah terjadinyapenyakit atau jangkitan ulang. Ada dua tipe imunitas yang didapat, yaitu aktif dan pasif. Pada imunitas yang didapat aktif, pertahanan imunologi akandibentuk oleh tubuh orang yang dilind ungi oleh imunitas tersebut.Imunitas ini umumnya berlangsung selama bertahuntahun ataubahkan seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yangditransmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebalansetelah menderita sakit atau menjalani imunisasi.

MEKANISME ELIMINASI ANTIGEN Fungsi akhir dari sistim imun adalah mengeliminir bahan asing. Halini dilakukan melalui berbagai jalan: 1) Sel Tc dapat menghancurkan antigen asing seperti sel kankerdan sel yang mengandung virus seca ra langsung melaluipenglepasan sitotoksin. 2) Antibodi berfungsi dalam respons imun melalui beberapajalan a)Neutralisasi toksin Antibodi yang spesifik (IgG, IgA) untuk toksin bakteri atau bisaserangga/ular dapat mengikat antige

n dan menginaktifkannya.Kompleks ikatan tersebut selanjutnya akan dieliminir oleh sistimfagosit makrofag. b)Neutralisasi virus Antibodi yang spesifik (IgG, IgA) terhadapepitop pada permukaan virus akan mencegah ikatan virus dengansel mukosa sehingga menceg ah infeksi, Sel NK dapatmenghancurkati sel yang diinfeksi virus. c) Opsonisasi bakteri Antibodi (IgG, IgM) dapat menyelimuti permukaan bakteri sehinggamemudahkan eliminasi oleh fago sit (yang memiliki reseptor untukFc dari Ig). Ikatan dengan makrofag tersebut memudahkanfagosito sis (opsonin). d)Aktivasi komplemen Beberdpa kelas antibodi (IgG, IgM, IgA) dapat mengaktifkankomplemeti. Bila epitop ada pada permukaan sel misalnya bakteri,maka komplemen yang diakti fkan dapat menghancurkan sel tersebumelalui efek enzim. Beberapa komponen kom-plemen (C3b, C4b)juga memiliki sifat opsonin. Opsonin terse-but berikatan dengankompleks antigenantibodi dan akhirnya denganreseptor padapermukaan makrofag sehingga memudahkan fagositosis. Adakomponen komplemen yang berupa kemotaktik (C3a, C5a) untukneutrofil dan ada yang mengaktifkan mastositdan basofil(anafilatoksin) untuk melepas histamin. Beberapa bakteri seperti E. coil dan S. aureus dapat mengaktifkankomplemen langsung melalui jalur alternatif. Respons melaluikomplemen sangat kompleks dan penting dalam inflamasi yang jugamerupakan mekanisme pert ahanan. Sistim enzim lain yangberperanan pada inflamasi ialah sistim kinin, clotting danfibrinolitik. e) ADCC Antibodi utama IgG dapat diikat Killer cell (sel K) (atau sel lainseperti eosinofil, neutrofil, yang memiliki reseptor untuk Fc dariIgG). Sel yang dipersenjatai olch IgG tersebut dapat mengikat s elsasaran (bakteri, sel tumor, penolakan transplan,penyakit autoimundan parasit) dan membunuhny a. Beda sel K dari sel Tc ialah karenasel K tidak memiliki petanda CD8 dan memerlukan antibodi dal amfungsinya. 3) Inflamasi dan hipersensitivitas lambat (Delayed Type Hypersensitivity, DTH) Menyusul presentasi antigen oleh sel APC, sel Th melepas limfokinyang mengerahkan dan mengaktil kan makrofag dan menimbulkanreaksi inflamasi. Respons inflamasi ini disebut. lambat atau hiperreaktivitas lambat oleh karena memerlukan 24-28 jam sedang respons inflamasi yang terjadi melalui antibodi terjadidalam beberapa menitjam. Kedua respons inflamasi tersebut jugaberbeda dalam jenis sel yang dikerahkan: pada respons l ambat selmononuklear dan pada inflamasi antibodi-komplemen, terutama selpolimorfonuklear. Inflamasi mempunyai efek baik dan buruk oleh karena di sampingeliminasi bahan asing, juga dapat menimbulkan kerusakanjaringan. 4)Eliminasi protozoa Baik imunitas humoral maupun selular (makrofag dan sel T yangdiaktifkan) berperanan pada eliminasi P. carinii, Giardia dan T 5). Eliminasi jamur Respons imun terhadap jamur adalah kompleks; yang pentingantara lain mekanisme selular clan efek toksik melalui neutrofil.Dinding sel jamur dapa t mengaktifkan komplemen (jalur alternatif) yang menghasilkan opsonin dan memudahkan fagositosis.

KEKEBALAN DAN HIPERSENSITIVITAS HUBUNGAN ANTARA KEDUANYA Dahulu, reaksi hipersensitivitas yang diperan-tarai olehimunoglobulin kadang-

kadang disebut sebagai reaksihipersensitivitas tipe cepat, sedangkan yang diperantarai olehmekanis me kekebalan seluler dinamakan reaksi hipersensitivitastipe lambat. (kadangkadang reaksi yang terakhir ini juga disebutsebagai reaksi hipersensitivitas tipe tuberkulin atau reak sihipersensitivitas bakteri, karena contoh-contoh prototipe).Meskipun istilah ini kadangkadang masih digunakan akan tetapioleh karena banyak sekali reaksi yang kecepatannya salingbertu mpang tindih maka istilah ini menjadi kurang cepat. Suatuklasifikasi kelainankelainan imunologis yang lebih berguna telahdiusulkan oleh Gell dan Coombs. CARA-CARA TERJADINYA CEDERA JARINGAN REAKSI TIPE I / ANAFILAKTIK Pada reaksi tipe I. Disebut juga sebagai reaksi tipe anafilaktik,subjek harus disensitisasi lebih dahul u oleh antigen tertentu.Selama respon fase induktif dibentuk antibodi IgE. Antibodi inibersirkulasi d an melekat pada permukaan sel mast yang terbesardiseluruh tubuh. Jika antigen kemudian dimasukkan ke dalamsubjek, maka interaksi a ntigen dengan antibodi yang terikat padasel mast mengakibatkan pelepasan eksplosif dari zatzat yangterkandung di dalam sel. Jika antigen yang dimasukkan itu sedikitdan bersifat lokal, maka pelepasan mediatornya juga bersifat lokaldan h asilnya tidak lebih dari daerah vasodilatasi dan bertambahnyapermeabilitas yang mengakibatkan pe mbengkakan lokal. REAKSI TIPE II / SITOTOKSIK Reaksi tipe II pada dasarnya merupakan sitotoksik. Pada reaksimacam ini antibodi IgD dan IgM yang bersirkulasi bersatu denganantigen yang cocok pada permukaan sel. (Yaitu, antigen yangmelekat pada atau merupakan bagian dari permukaan sel). Hasildari interaksi ini adalah percep atan fagositosis sel target atau lisissebenarnya dari sel target setelah pengaktifan konponen kedepa lapn atau ke sembilan rangkaian komplemen. Jika sel targetadalah sel asing seperti bakteri makan hasil reaksi inimenguntungkan. Namun, kadang-kadang sel target itu adalaheritrositeritrosit dari tubuh, dalam hal ini akibatnya dapat berupaanemia hemolitik. REAKSI TIPE III / KOMPLEKS IMUN Reaksi tipe III mempunyai berbagai bentuk, tetapi pada akhirnyareaksi-reaksi tersbut samasama diperantarai oleh kompleks imun,yaitu kompleks antigen dengan antibodi, biasanya dari jenis IgD.Prototipe dari reaksi jenis ini adalah reaksi arthus. Secara klasik,jenis reaksi ini ditimbulkan den gan cara mensensitisasi subjekdengan beberapa protein asing dan selanjutnya seubjek tersebutdibe ri suntikan antigen yang sama secara intrakutan. Reaksi itusecara khas timbul sesudah beberapa jam, dengan melalui f asepembengkakan dan kemerahan kemudian nekrotik serta pada kasusyang berat terjadi perdaraha n. REAKSI TIPE IV / DIPERANTARAI SEL Reaksi tipe IV diperantarai oleh kontaknya limfosit T yang telahmengalami sensitisasi dengan antigen yang sesuai. Kejadian inidapat terlihat pada berbagai keadaan. Tuberkulosis merupakancontoh klasi k. Menyertai reaksi ini, biasanya akan terdapatnekrosis luas pada jaringan yang merupakan tanda ya ng cukup khasuntuk penyakit ini. Nekrosis semacam ini sekarang diakui sebagaiakibat kekebalan yan g diperantarai sel, bukan langsung disebabkanoleh racun dari basil tuberkulosis. Tampaknya nekrosi s ini adalahakibat dari limfositotoksisitas (yaitu pengaruh dari limfosit yangdiaktifkan oleh tuberkul oprotein basil). Reaksi tipe IV juga diperlihatkan oleh dermatitis kontak alergi yangdapat ditimbulkan secara percob aan maupun secara spontan padamanusia.

Ringkasan reaksi hipersensitivitas TIPE MEKANISME CONTOH

TIPE I : ANAFILAKTIK Antigen bereaksi dengan antibodi IgE yang terikat ke permukaansel mast; menyebabkan pelepasan mediator dan efek mediator Uji gores alergi yang positif Anafilaksis Alergi saluran napas Bisa serangga

TIPE II : SITOTOKSIK Antibodi berikatan dengan antigen yang merupakan bagian dari selatau jaringan tubuh; terjadi pengaktifan komplemen, ataufagositosi s sel sasaran dan mungkin sitotoksisitas yangdiperantarai oleh sel yang dependen-antibodi Anemia hemolitik imun Sindrom goodpasture

TIPE III : KOMPLEKS IMUN Penyatuan antigen dan antibodi membentuk suatu kompleks yangmengaktifkan komplemen, menari k leukosit dan menyebabkankerusakan jaringan oleh produk-produk leukosit. Serum sickness Beberapa bentuk glomerulonefritis Lesi pada lupus eritematosus sistemik TIPE IV : DIPERANTARAI SEL Reaksi limfosit T dengan antigen menyebabkan pelepasan limfokin,sitotoksisitas langsung dan penge rahan sel-sel reaktif. Dermatitis kontak alergi Penolakan alograf Lesi/uji kulit tuberkulosis Anafilaksis DEFINISI Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut,menyeluruh dan bisa menjadi berat. Anafila ksis terjadi padaseseorang yang sebelumnya telah mengalami sensitisasi akibatpemaparan terhadap suatu alergen. Anafilaksis tidak terjadi padakontak pertama dengan alergen. Pada pemaparan kedu a atau padapemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi initerjadi secara tibatiba, berat dan melibatkan seluruh tubuh. PENYEBAB Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen.Penyebab yang

sering ditemukan adalah: Gigitan/sengatan serangga Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin) Alergi makanan Alergi obat. Serbuk sari dan alergen lainnya jarang menyebabkananafilaksis. Anafilaksis mulai terj adi ketika alergen masuk kedalam aliran darah dan bereaksi dengan antibodi IgE. Reaksi inimerangs ang selsel untuk melepaskan histamin dan zat lainnya yangterlibat dalam reaksi peradangan kekebalan. Be berapa jenisobatobatan (misalnya polymyxin, morfin, zat warna untukrontgen), pada pemaparan pertama bisa meny ebabkan reaksianafilaktoid (reaksi yang menyerupai anafilaksis). Hal ini biasanyamerupakan reaksi idiosinkratik atau reaksi racun dan bukanmerupakan mekanisme si stem kekebalan seperti yang terjadi padaanafilaksis sesungguhnya. GEJALA Sistem kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan melepaskanhistamin dan zat lainnya. Hal ini menyebabkan penyempitan saluranudara, sehingga terdengar bunyi mengi (bengek), ganggua npernafasan; dan timbul gejalagejala saluran pencernaan berupanyeri perut, kram, muntah dan diare. Histamin menyebabkanpele baran pembuluh darah (yang akan menyebabkan penurunantekanan darah) dan perembesan cairan dari pembuluh darah kedalam jaringan (yang akan menyebabkan penurunan volume darah), sehingga terjadi syok. Cairan bisa merembes ke dalam kantung udara di paru-paru dan menyebabkan edema pulmoner. Seringkali terjadi kaligata (urtikaria) dan angioedema. Angioedema bisa cukup berat sehingga menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan. Anafilaksis yang berlangsung lama bisa menyebabkan aritimia jantung. Gejala-gejala yang bisa ditemui pada suatu anafilaksis adalah: - kaligata - gatal di seluruh tubuh - hidung tersumbat - kesulitan dalam bernafas - batuk - kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kuku - pusing, pingsan - kecemasan - berbicara tidak jelas - denyut nadi yang cepat atau lemah - jantung berdebar-debar (palpitasi) - mual, muntah - diare - nyeri atau kram perut - bengek - kulit kemerahan. DIAGNOSA Pemeriksaan fisik menunjukkan: - kaligata di kulit dan angioedema (pembengkakan mata atau wajah) - kulit kebiruan karena kekurangan oksigen atau pucat karena syok. - denyut nadi cepat tekanan darah rendah. Pemeriksaan paru-paru dengan stetoskop akan terdengar bunyi mengi (bengek) dan terdapat cairan di dalam paru-paru (edema pulmoner). PENGOBATAN Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera. Bila perlu, segera lakukan resusitasi kardiopulmonal, intubasi endotrakeal (pemasangan selang melalui hidung atau mulut ke saluran pernafasan) atau trakeostomi/krikotirotomi (pembuatan lubang di trakea untuk membantu pernafasan). Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka saluran pernafasan dan meningkatkan tekanan darah. Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan obat-obatan untuk menyokong fungsi jantung dan peredaran darah. Antihistamin (contohnya diphenhydramine) dan kortikosteroid (misalnya prednison) diberikan untuk meringankan gejala lainnya (setelah dilakukan tindakan penyelamatan dan pemberian epinephrine). PENCEGAHAN

Hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu diberikan kortikosteroid, antihistamin atau epinefrin. OTOIMUNITAS Pada umumnya fenomena imunologis meliputi pengenalan diri sehingga sistem limfoid dari hospes tidak bereaksi dengan antigen dari tubuh hospes. Namun, sekarang telah diketahui bahwa dalam sejumlah reaksi-reaksi yang diperantarai oleh antibodi atau sel terhadap antigen sendiri dapat diperlihatkan. Meskipun beberapa reaksi ini tidak terlalu penting akan tetapi pada hal-hal lain otoimunitas dianggap sebagai kunci dari patogenesis penyakit. Sering kali pencetus otoimunitas tidak diketahui akan tetapi ada beberapa kemungkinan yang teoritis yang mungkin dapat menerangkan hilangnya toleransi terhadap antigen itu sendiri. Pada beberapa hal ternyata agen infeksi mungkin mempunyai kelompok-kelompok antigenik yang sama seperti yang terdapat pada jaringan tertentu dari hospes. Kemudian dalam reaksi dengan agen itu, jaringan hospes dapat cedera oleh karena reaksi silang. Keadaan kedua mengenai perubahan struktur antigenik dari protein hospes yang disebabkan oleh cedera, infeksi atau membuat kompleks dengan hapten dari luar hospes. Dengan struktur antigenik yang berubah, jaringan tertentu mungki menimbulkan reaksi imunologis seperti benda asing. Penjelasan lain adalah pemaparan yang mendadak dari antigen itu sendiri yang sebelumnya diisolasi atau terpisah dari jaringan limfoid. Fenomena ini dapat dilihat dalam reaksi otoimun terhadap unsur-unsur pokok sperma atau mata setelah cedera fisik yang mengganggu anatomi normal. Akhirnya ternyata beberapa reaksi otoimun dapat dipercepat oleh hilangnya fungsi sel T, melibatkan sel T supresor yang umunnya mengontrol reaksi imun.

Anda mungkin juga menyukai